ORANG YANG LEMAH DAN ORANG YANG KUAT - Roma 15:1-7 (Eksposisi)
Disusn oleh : Pdt. Erwan
π Tulisan pada Surat Roma 15:1-7, kita akan bagi pembahasannya menjadi dua bagian:
▪ Bag. 1. Roma 15:1-3: JEMAAT YANG SALING MENGUATKAN DAN MENYENANGKAN
▪ Bag. 2. Roma 15:4-7: KESATUAN JEMAAT
● Bagian 1 :
▪ Setelah menjelaskan bahwa anak Tuhan harus menjadi berkat dengan mengejar sesuatu yang mendatangkan damai dan saling membangun atau menguatkan pada Roma 14 :19-23, maka Paulus melanjutkan pembahasannya pada aplikasi bagaimana jemaat bisa saling menguatkan.
▪ Jadi Surat Roma 15 :1-6 merupakan kelanjutan dari Roma 14:19-23, karena di ayat 1, Paulus menggunakan kata “Maka” dalam teks aslinya.
▪ Terj. Baru LAI menerjemahkannya, “Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri.”
▪ Terj. Baru LAI ini tidak menunjukkan adanya kaitan tersebut.
▪ Beberapa terjemahan Inggris ada yang menerjemahkan dengan menambahkan kata "then" (kemudian), sedangkan beberapa terjemahan Inggris lainnya tidak menerjemahkannya.
▪ English Majority Text Version (EMTV), King James Version (KJV), Modern King James Version (MKJV), James Murdock New Testament, 1833 Webster Bible menerjemahkannya dengan menambahkan kata then (kemudian).
▪ God’s Word menerjemahkannya dengan menambahkan kata So (Oleh karena itu/Jadi).
▪ Kata Yunani yang dipakai adalah "de" bisa diterjemahkan tetapi, dan, dll (but, and, etc).
▪ Kata ini menurut struktur bahasa Yunaninya adalah sebuah kata sambung (conjunction) yang menghubungkan kalimat sebelum dan sesudahnya secara setara (coordinating, bukan subordinating).
▪ Dengan kata lain, kita mendapatkan pengertian bahwa setelah kita dituntut oleh Paulus untuk menjadi berkat bagi sesama dengan mengejar sesuatu yang mendatangkan kedamaian dan saling membangun, kita dituntut untuk mengaplikasikannya di dalam persekutuan jemaat.
▪ Kita yang mengaplikasikannya ini disebut Paulus sebagai orang yang kuat.
π Kata “kuat” (yun) dunatos yang berarti berkuasa atau mampu (powerful, capable).
▪ Paulus menyebut jemaat di Roma sebagai orang yang berkuasa atau mampu, maksudnya adalah berkuasa atau mampu dalam mengerti hal-hal rohani.
▪ Sesuai konteksnya, kita mengerti bahwa kata ini dipakai untuk mereka yang bebas makan makanan apa pun tanpa terikat.
▪ Nah, agar kita menjadi berkat bagi sesama dengan menguatkan mereka, maka Paulus mengatakan bahwa kita harus membatasi kebebasan kita demi sesama kita.
▪ Caranya adalah Paulus membagikannya menjadi dua, yaitu cara positif dan pasif negatif.
--> Cara itu adalah:
π (1). Wajib menanggung kelemahan orang yang lemah.
π Kata “menanggung” (yun) bastazō bisa berarti mengangkat (to lift), menanggung/membawa (to bear), membawa (to carry), dll.
▪ Di dalam Perjanjian Baru, kata ini muncul sebanyak 27x dan bisa diterjemahkan memikul, mengusung, memberitakan, menahan (penderitaan), bahkan mencuri.
▪ Dalam struktur bahasa Yunaninya, kata kerja ini berbentuk present (terus-menerus) dan aktif di lakukan.
π Lalu, kata “kelemahan” (yun) asthenēma bisa berarti kelemahan (infirmity) atau keberatan hati nurani (a scruple of conscience).
▪ Kata ini hanya muncul satu kali di dalam Perjanjian Baru.
▪ Sesuai konteksnya, kelemahan di sini lebih tepat diterjemahkan seperti arti dari bahasa Yunaninya yaitu "keberatan hati nurani," karena konteksnya menunjukkan bahwa ada jemaat Roma khususnya yang masih berpegang pada adat-istiadat Yahudi, yang memiliki keberatan hati nuraninya jika memakan sesuatu yang tidak halal.
▪ Dengan kata lain, jemaat atau kita yang kuat rohaninya dituntut oleh Paulus untuk terus-menerus ikut menanggung keberatan hati nurani sesama jemaat yang lemah hati nuraninya.
▪ Ikutnya kita bersama-sama memikul keberatan hati nurani sesama jemaat yang lemah membuktikan bahwa kita memperhatikan mereka dan kita sudah menjadi berkat bagi mereka.
▪ Lalu bagaimana caranya ikut menanggung keberatan hati nurani jemaat yang lemah ini?
▪ Di dalam 1 Korintus 8:13, Paulus memberikan contoh konkritnya yaitu ia tidak akan makan daging selama-lamanya jika makanan tersebut menjadi batu sandungan bagi sesama jemaat.
▪ Sebagai contohnya, ketika kita tahu bahwa ada jemaat yang kurang mengerti atau lemah imannya, bukankah kita yang lebih kuat imannya dipanggil menguatkan mereka, bukan sok jagoan mengajar mereka dengan istilah-istilah theologi yang rumit.
▪ Ini menjadi refleksi bagi kita yang sudah belajar theologi.
▪ Theologi yang kita pelajari sering membuat kita menjadi sombong di dalam mengajar dan berkhotbah, sehingga pendengar yang belum tentu semuanya berpendidikan tinggi diharuskan mengerti apa yang kita beritakan/ajarkan.
▪Tugas Kekristenan dan theologi yang sehat adalah menjadikan theologi itu “mendarat” di bumi dengan istilah-istilah yang mudah dimengerti namun jelas, berisi, dan bertanggungjawab.
π (2). Tidak mencari kesenangan diri sendiri.
▪ Dalam terjemahan Yunaninya adalah jangan menyenangkan (KJV: please = menyenangkan) diri kita sendiri.
▪ Dalam struktur bahasa Yunani, kata kerja ini sama seperti kata kerja menanggung di poin pertama tadi, yaitu menggunakan keterangan waktu present (terus-menerus) dan aktif.
▪ Dengan kata lain, selain kita menanggung keberatan hati nurani sesama jemaat yang lemah, kita diperintahkan Paulus untuk secara negatif namun aktif untuk tidak terus-menerus menyenangkan diri kita sendiri.
▪ Karena bagi Paulus, orang yang terus-menerus menyenangkan dirinya sendiri adalah orang yang egois dan tidak memiliki kasih.
▪ Karena orang yang egois tidak akan bisa menjadi berkat bagi sesama jemaat dan itu pun dibenci oleh Allah (bdk. ay. 3).
▪ Setelah kita diajar untuk menanggung keberatan hati nurani orang lain dan tidak terus-menerus menyenangkan diri kita sendiri, lalu apa yang kita kerjakan selanjutnya?
▪ Di ayat 2, Paulus mengajarkan,
π “Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya.”
▪ Di ayat ini, kita diharuskan Paulus untuk menyenangkan sesama kita demi kebaikannya untuk membangun.
▪ Paulus sangat teliti memakai kalimat di ayat ini.
▪ Ia tidak mengajar bahwa kita harus mencari kesenangan sesama kita, lalu berhenti.
▪ Tetapi ia menyambung dengan mengatakan, “demi kebaikannya untuk membangunnya.”
▪ Tambahan perkataan ini sangat signifikan untuk kita pelajari.
▪ Kita menyenangkan sesama kita bukan untuk kepuasan sesama kita, tetapi demi kebaikannya. ▪ Apa bedanya demi kepuasannya dan demi kebaikannya?
▪ Sebagai contohnya, jika kita menyenangkan sesama kita demi kepuasannya, itu dilatarbelakangi oleh kekesalan kita karena orang lain itu sangat cerewet, maka kita menyenangkannya supaya dia merasa puas dan tidak cerewet.
▪ Tetapi jika kita menyenangkan sesama kita demi kebaikannya, berarti kita memperhatikan dan mengasihi jemaat tersebut.
--> Ini dua motivasi dan tujuan yang berbeda.
▪ Bagaimana dengan kita.... Ketika kita mencoba menyenangkan sesama kita, apa motivasi kita?
▪ Supaya dia puas dan tidak mengomel lagi ataukah kita benar-benar memperhatikan dan mengasihi mereka?
▪ Cukupkah menyenangkan sesama kita hanya demi kebaikannya saja?
▪ TIDAK. Paulus mengatakan bahwa kita harus menyenangkan sesama kita untuk membangunnya.
π KJV menerjemahkan “membangun” sebagai edification (pendidikan moral atau pengajaran yang baik).
π Terjemahan dari bahasa Yunaninya adalah yang baik untuk pembinaan.
▪ Dengan demikian, kita mengerti bahwa kita menyenangkan sesama kita tidak berarti kompromi, tetapi bertujuan untuk membina jemaat yang keberatan hati nurani itu supaya mereka bertobat dan kembali kepada pengajaran yang beres.
▪ Ujung-ujungnya, standarnya tetap adalah Kebenaran, bukan kompromi-isme seperti yang diilahkan oleh banyak orang postmodern.
▪ Bagaimana dengan kita....Apakah ketika kita menyenangkan sesama, kita mengkompromikan iman dan kebenaran
▪ Ataukah ketika menyenangkan sesama kita, kita tetap bertujuan menuntun mereka kembali kepada kebenaran...?
▪ Mengapa kita harus menyenangkan sesama kita?
▪ Paulus memberikan dasar pijaknya yaitu teladan dari Kristus sendiri di ayat 3,
π “Karena Kristus juga tidak mencari kesenangan-Nya sendiri, tetapi seperti ada tertulis: "Kata-kata cercaan mereka, yang mencerca Engkau, telah mengenai aku."
π Kata “mencari kesenangan” seperti di dua ayat di atas seharusnya diterjemahkan “menyenangkan.”
▪ Berarti, Kristus sendiri tidak menyenangkan diri-Nya sendiri.
▪ Kalau Kristus mau menyenangkan diri sendiri, itu tidak sulit bagi-Nya, karena Ia adalah Anak Allah, Ia bebas melakukan apa pun.
▪ Tetapi puji Tuhan, di dalam kebebasan-Nya, Ia “membatasi” kebebasan-Nya dengan rela menanggung semua hinaan manusia berdosa yang ditujukan kepada Bapa.
▪ Ia lebih memikirkan bagaimana menggenapi kehendak Bapa ketimbang memikirkan kesenangan diri.
▪ Yesus mau menanggung celaan manusia yang ditujukan kepada Bapa karena Ia mengasihi manusia berdosa.
▪ Seperti Kristus yang telah menjadi teladan bagi umat Tuhan dengan menanggung celaan yang dilontarkan manusia kepada Bapa dengan tujuan agar umat pilihan-Nya yang termasuk di dalamnya itu diperdamaikan dengan Bapa-Nya, bertobat, dan menerima-Nya, maka kita pun sebagai anak-Nya harus menanggung kelemahan/keberatan hati nurani jemaat lain dengan tujuan agar jemaat yang lemah imannya itu boleh dikuatkan dan diajar melalui perhatian dan kasih kita yang mengajar mereka.
✴ Kesimpulan renungan pada bagian 1 atau dari 3 ayat ini membuat kita untuk terus-menerus menjadi saluran berkat bagi sesama kita dengan saling menguatkan dan menyenangkan sesama kita dengan standar kebenaran.
● Bagian 2 :
▪ Setelah menjelaskan bahwa sesama jemaat harus saling menguatkan, maka Paulus menjabarkan ide dasarnya yaitu kerukunan antar jemaat.
▪ Jemaat yang saling menguatkan harus dilatarbelakangi dengan kerukunan antar jemaat.
▪ Jemaat yang tidak rukun satu sama lain tidak mungkin menghasilkan sikap saling menguatkan, karena jemaat tersebut tidak saling mengenal satu sama lainnya.
▪ Di zaman postmodern, ide kerukunan juga ditekankan, tetapi apakah ide kerukunan ala Alkitab sama dengan ide kerukunan ala postmodern?
▪ Jelas mutlak berbeda.
π Dalam keempat ayat yang akan kita bahas ini, kita akan mendapatkan gambaran menyeluruh tentang kerukunan antar sesama jemaat yang Alkitab ajarkan.
▪ Kerukunan antar jemaat dimulai dengan anggapan bahwa kita bersama berpegang pada pengharapan yang sama di dalam Kristus.
▪ Hal ini diajarkan Paulus di ayat 4,
π “Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci.”
π Pernyataan “segala sesuatu yang ditulis dahulu” di dalam New International Version (NIV) Spirit of the Reformation Study Bible ditafsirkan sebagai kitab Perjanjian Lama yang dituliskan di bawah providensia/pemeliharaan Allah bermanfaat bagi orang Kristen sebagai dasar pendirian Perjanjian Baru.
π Kemudian, NIV Spirit of the Reformation Study Bible memberikan ayat referensi Roma 4:23, 24 sebagai dasar mengerti Roma 15:4 ini.
π Roma 4:23, 24, “Kata-kata ini, yaitu "hal ini diperhitungkan kepadanya," tidak ditulis untuk Abraham saja, tetapi ditulis juga untuk kita; sebab kepada kitapun Allah memperhitungkannya, karena kita percaya kepada Dia, yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati,”
▪ Secara konteks, Roma 4 berbicara mengenai iman Abraham.
▪ Karena Abraham dibenarkan karena imannya, maka itu juga berlaku bagi kita sebagai umat pilihan yang percaya kepada Allah yang telah membenarkan kita melalui penebusan Putra Tunggal-Nya, Tuhan Yesus Kristus.
▪ Hal inilah yang dimaksudkan Paulus di ayat 4 bahwa apa yang telah dituliskan dahulu (PL) bermanfaat untuk mengajar kita sekaligus mengarahkan kita kepada penggenapannya di dalam Perjanjian Baru.
▪ Tidak hanya berhenti di sini saja, Paulus juga mengajar bahwa dari situ, kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci.
π Teks Yunani dan NIV menerjemahkan bahwa melalui ketekunan/ketabahan dan penghiburan (NIV: encouragement/dorongan), kita mempunyai pengharapan.
▪ Dengan kata lain, ketekunan dan penghiburan/dorongan dari PL membawa kita terus menuju kepada pengharapan yang kita miliki.
▪ Pengharapan inilah yang membawa kita kepada Kristus sebagai satu-satunya sumber pengharapan yang sejati.
▪ Satu pengharapan di dalam Kristus mengakibatkan sesama umat Tuhan memiliki kerukunan sejati.
▪ Ketekunan dan penghiburan bukan hanya dari Kitab Suci, Paulus menjelaskan di ayat 5,
π “Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus,”
π Di ayat ini, Paulus tidak hanya mengajar bahwa Kitab Suci memberi ketekunan dan penghiburan kepada kita, tetapi Allah sendirilah yang sebenarnya memberi kita ketekunan dan penghiburan (NIV menerjemahkan, “May the God who gives endurance and encouragement...”)
π King James Version (KJV) menerjemahkannya dengan mengaitkan Allah sebagai Ketekunan dan Penghiburan (“Now the God of patience and consolation”) Terjemahan teks Yunani sama dengan terjemahan KJV di atas.
▪ Meskipun terdapat sedikit perbedaan pernyataan di ayat 5a, maksud utama Paulus tentu tidak berbeda, yaitu hanya Allah saja yang mampu memberikan ketekunan/ketabahan dan penghiburan/dorongan kepada umat-Nya.
▪ Di kala umat-Nya mengalami masalah, Allah adalah Allah yang setia yang tekun dan mendorong (memberi kekuatan kepada) umat-Nya, sehingga mereka mengalami kemenangan demi kemenangan di dalam Kristus.
▪ Ketika Allah memberi kemenangan kepada kita di dalam setiap masalah, itu bukan karena kehebatan kita, tetapi karena anugerah Allah.
▪ Meskipun Allah tidak memberikan kemenangan kepada kita salah satunya berupa jalan keluar, Ia pasti memberikan kemenangan kepada kita melalui cara lain yang tidak pernah kita pikirkan.
▪ Paulus menambahkan penjelasannya yaitu bahwa Allah yang adalah Ketekunan dan Penghiburan itulah yang juga mengaruniakan kerukunan kepada kita, sesuai kehendak Kristus Yesus.
π NIV menerjemahkan, “...give you a spirit of unity among yourselves as you follow Christ Jesus.” (=...memberikan kepada kita roh kesatuan di antara kamu karena/sambil kamu mengikut Kristus Yesus.) KJV menerjemahkan, “...grant you to be likeminded one toward another according to Christ Jesus:”
▪ (=...memberikan kepada kita pikiran yang sama satu sama lain menurut Kristus Yesus:)
π Teks Yunani menerjemahkannya, “...semoga memberikan kepadamu yang sama untuk mempunyai pikiran (satu dengan yang lain) menurut Kristus Yesus,”
▪ Dengan kata lain, Allah yang adalah Ketekunan dan Penghiburan bukan menjadi jaminan bagi keegoisan orang Kristen di dalam memecahkan masalahnya sendiri, tetapi sebagai jaminan agar sesama umat Tuhan hidup rukun.
π Hidup rukun dalam terjemahan LAI ini diterjemahkan sebagai hidup bersatu/roh persatuan (NIV), sehati sepikir (KJV), pikiran yang sama (terjemahan dari teks Yunani).
▪ Dengan kata lain, kerukunan antar jemaat ditandai dengan semangat persatuan di dalam tubuh Kristus yang ditandai dengan sehati sepikir dan semuanya itu harus menurut Kristus Yesus.
▪ Jadi, ada dasar dari persatuan yaitu ketekunan dan pengharapan/dorongan dari Allah ditambah tujuan dan fokus dari persatuan yaitu Tuhan Yesus Kristus.
▪ Persatuan yang tidak memenuhi kedua unsur ini bukanlah persatuan yang Alkitab inginkan.
▪ Lalu, apa wujud dari persatuan di dalam Kristus ?
▪ Paulus menjabarkan di dalam dua ayat, yaitu ayat 6 dan aplikasi praktisnya di ayat 7.
π Di ayat 6, Paulus mengajarkan, “sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus.”
▪ Dengan lebih tajam, Paulus mengajar bahwa inti persatuan bukan kompromiisme tetapi kemuliaan Allah.
▪ Di poin ini, ia membedakan persatuan dari perspektif Alkitab dengan perspektif dunia.
▪ Alkitab mengajarkan bahwa persatuan dibangun dan sangat memperhatikan unsur kebenaran hakiki (Truth) di dalam dan di atasnya, yaitu Allah dan kemuliaan-Nya.
▪ Allah dimuliakan ketika umat pilihan-Nya bersatu bersama-sama di dalam iman yang beres di dalam dan kepada Kristus menggenapkan tugas panggilan-Nya, yaitu memperluas dan memberitakan Kerajaan-Nya di muka bumi ini.
▪ Umat pilihan-Nya berasal dari semua denominasi gereja, yang terpenting adalah sungguh-sungguh beriman kepada Kristus.
▪ Sedangkan dunia mengajarkan persatuan dengan menitikberatkan pada dosa dan kehendak manusia, seperti persatuan yang dibangun manusia berdosa ketika membangun Menara Babel (Kej. 11:6) dan persatuan ini disebut sebagai persatuan yang melawan Kristus.
▪ Persatuan ditandai dengan kesehatian umat Tuhan.
▪ Hal ini ditandai dengan penggunaan pernyataan, “dengan satu hati dan satu suara...” di ayat 6 ini.
▪ Ketika umat Tuhan sehati sepikir bersatu memuliakan Allah, di saat itulah terjadi persatuan sejati.
▪ Lalu, bagaimana aplikasi praktis ayat 6?
π Di ayat 7, ia menjelaskan, “Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah.”
▪ Wujud dari kita sehati sepikir memuliakan Allah adalah dengan kita menerima satu sama lain demi kemuliaan-Nya.
▪ Kita menerima satu sama lain itu seperti Kristus telah menerima kita.
▪ Berarti, sebagaimana Kristus telah menerima kita saat kita masih berdosa, maka kita pun harus berlaku hal yang sama, menerima umat Tuhan yang lain untuk bersama-sama bertumbuh di dalam pengenalan akan Allah dan memuliakan-Nya.
▪ Paulus selalu menekankan fokus dari tindakan ini adalah kemuliaan Allah.
▪ Allah dimuliakan ketika kita memiliki satu hati, visi, pikiran, misi, tujuan, dan gerak dengan umat Tuhan lain.
✴ Kesimpulan bagian 2.
▪ Setelah kita merenungkan empat ayat di atas, maka yang harus menjadi respon kita adalah kita tdk lagi hidup egois yang hanya mementingkan diri kita sendiri.
▪ Biarlah Roh Kudus membakar hati kita agar kita memiliki semangat yang berkobar-kobar memuliakan Kristus bersama-sama dengan seluruh umat Tuhan.