Rabu, 28 Desember 2022

ORANG YANG LEMAH DAN ORANG YANG KUAT - Roma 15:1-7 (Eksposisi)

 


ORANG YANG LEMAH DAN ORANG YANG KUAT - Roma 15:1-7 (Eksposisi)
Disusn oleh : Pdt. Erwan


πŸ“– Tulisan pada Surat Roma 15:1-7, kita akan bagi pembahasannya menjadi dua bagian:
▪ Bag. 1. Roma 15:1-3: JEMAAT YANG SALING MENGUATKAN DAN MENYENANGKAN
▪ Bag. 2. Roma 15:4-7: KESATUAN JEMAAT

● Bagian 1 :
▪ Setelah menjelaskan bahwa anak Tuhan harus menjadi berkat dengan mengejar sesuatu yang mendatangkan damai dan saling membangun atau menguatkan pada Roma 14 :19-23, maka Paulus melanjutkan pembahasannya pada aplikasi bagaimana jemaat bisa saling menguatkan.
▪ Jadi Surat Roma 15 :1-6 merupakan kelanjutan dari Roma 14:19-23, karena di ayat 1, Paulus menggunakan kata “Maka” dalam teks aslinya.
▪ Terj. Baru LAI menerjemahkannya, “Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri.”
▪ Terj. Baru LAI ini tidak menunjukkan adanya kaitan tersebut.
▪ Beberapa terjemahan Inggris ada yang menerjemahkan dengan menambahkan kata "then" (kemudian), sedangkan beberapa terjemahan Inggris lainnya tidak menerjemahkannya.
▪ English Majority Text Version (EMTV), King James Version (KJV), Modern King James Version (MKJV), James Murdock New Testament, 1833 Webster Bible menerjemahkannya dengan menambahkan kata then (kemudian).
▪ God’s Word menerjemahkannya dengan menambahkan kata So (Oleh karena itu/Jadi).
▪ Kata Yunani yang dipakai adalah "de" bisa diterjemahkan tetapi, dan, dll (but, and, etc).
▪ Kata ini menurut struktur bahasa Yunaninya adalah sebuah kata sambung (conjunction) yang menghubungkan kalimat sebelum dan sesudahnya secara setara (coordinating, bukan subordinating).
▪ Dengan kata lain, kita mendapatkan pengertian bahwa setelah kita dituntut oleh Paulus untuk menjadi berkat bagi sesama dengan mengejar sesuatu yang mendatangkan kedamaian dan saling membangun, kita dituntut untuk mengaplikasikannya di dalam persekutuan jemaat.
▪ Kita yang mengaplikasikannya ini disebut Paulus sebagai orang yang kuat.

πŸ“š Kata “kuat” (yun) dunatos yang berarti berkuasa atau mampu (powerful, capable).
▪ Paulus menyebut jemaat di Roma sebagai orang yang berkuasa atau mampu, maksudnya adalah berkuasa atau mampu dalam mengerti hal-hal rohani.
▪ Sesuai konteksnya, kita mengerti bahwa kata ini dipakai untuk mereka yang bebas makan makanan apa pun tanpa terikat.
▪ Nah, agar kita menjadi berkat bagi sesama dengan menguatkan mereka, maka Paulus mengatakan bahwa kita harus membatasi kebebasan kita demi sesama kita.
▪ Caranya adalah Paulus membagikannya menjadi dua, yaitu cara positif dan pasif negatif.

--> Cara itu adalah:
πŸ“˜ (1). Wajib menanggung kelemahan orang yang lemah.
πŸ“š Kata “menanggung” (yun) bastazō bisa berarti mengangkat (to lift), menanggung/membawa (to bear), membawa (to carry), dll.
▪ Di dalam Perjanjian Baru, kata ini muncul sebanyak 27x dan bisa diterjemahkan memikul, mengusung, memberitakan, menahan (penderitaan), bahkan mencuri.
▪ Dalam struktur bahasa Yunaninya, kata kerja ini berbentuk present (terus-menerus) dan aktif di lakukan.

πŸ“š Lalu, kata “kelemahan” (yun) asthenēma bisa berarti kelemahan (infirmity) atau keberatan hati nurani (a scruple of conscience).
▪ Kata ini hanya muncul satu kali di dalam Perjanjian Baru.
▪ Sesuai konteksnya, kelemahan di sini lebih tepat diterjemahkan seperti arti dari bahasa Yunaninya yaitu "keberatan hati nurani," karena konteksnya menunjukkan bahwa ada jemaat Roma khususnya yang masih berpegang pada adat-istiadat Yahudi, yang memiliki keberatan hati nuraninya jika memakan sesuatu yang tidak halal.
▪ Dengan kata lain, jemaat atau kita yang kuat rohaninya dituntut oleh Paulus untuk terus-menerus ikut menanggung keberatan hati nurani sesama jemaat yang lemah hati nuraninya.
▪ Ikutnya kita bersama-sama memikul keberatan hati nurani sesama jemaat yang lemah membuktikan bahwa kita memperhatikan mereka dan kita sudah menjadi berkat bagi mereka.

▪ Lalu bagaimana caranya ikut menanggung keberatan hati nurani jemaat yang lemah ini?
▪ Di dalam 1 Korintus 8:13, Paulus memberikan contoh konkritnya yaitu ia tidak akan makan daging selama-lamanya jika makanan tersebut menjadi batu sandungan bagi sesama jemaat.
▪ Sebagai contohnya, ketika kita tahu bahwa ada jemaat yang kurang mengerti atau lemah imannya, bukankah kita yang lebih kuat imannya dipanggil menguatkan mereka, bukan sok jagoan mengajar mereka dengan istilah-istilah theologi yang rumit.
▪ Ini menjadi refleksi bagi kita yang sudah belajar theologi.
▪ Theologi yang kita pelajari sering membuat kita menjadi sombong di dalam mengajar dan berkhotbah, sehingga pendengar yang belum tentu semuanya berpendidikan tinggi diharuskan mengerti apa yang kita beritakan/ajarkan.
▪Tugas Kekristenan dan theologi yang sehat adalah menjadikan theologi itu “mendarat” di bumi dengan istilah-istilah yang mudah dimengerti namun jelas, berisi, dan bertanggungjawab.

πŸ“˜ (2). Tidak mencari kesenangan diri sendiri.
▪ Dalam terjemahan Yunaninya adalah jangan menyenangkan (KJV: please = menyenangkan) diri kita sendiri.
▪ Dalam struktur bahasa Yunani, kata kerja ini sama seperti kata kerja menanggung di poin pertama tadi, yaitu menggunakan keterangan waktu present (terus-menerus) dan aktif.
▪ Dengan kata lain, selain kita menanggung keberatan hati nurani sesama jemaat yang lemah, kita diperintahkan Paulus untuk secara negatif namun aktif untuk tidak terus-menerus menyenangkan diri kita sendiri.
▪ Karena bagi Paulus, orang yang terus-menerus menyenangkan dirinya sendiri adalah orang yang egois dan tidak memiliki kasih.
▪ Karena orang yang egois tidak akan bisa menjadi berkat bagi sesama jemaat dan itu pun dibenci oleh Allah (bdk. ay. 3).

▪ Setelah kita diajar untuk menanggung keberatan hati nurani orang lain dan tidak terus-menerus menyenangkan diri kita sendiri, lalu apa yang kita kerjakan selanjutnya?
▪ Di ayat 2, Paulus mengajarkan,
πŸ“– “Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya.”
▪ Di ayat ini, kita diharuskan Paulus untuk menyenangkan sesama kita demi kebaikannya untuk membangun.
▪ Paulus sangat teliti memakai kalimat di ayat ini.
▪ Ia tidak mengajar bahwa kita harus mencari kesenangan sesama kita, lalu berhenti.
▪ Tetapi ia menyambung dengan mengatakan, “demi kebaikannya untuk membangunnya.”
▪ Tambahan perkataan ini sangat signifikan untuk kita pelajari.
▪ Kita menyenangkan sesama kita bukan untuk kepuasan sesama kita, tetapi demi kebaikannya. ▪ Apa bedanya demi kepuasannya dan demi kebaikannya?
▪ Sebagai contohnya, jika kita menyenangkan sesama kita demi kepuasannya, itu dilatarbelakangi oleh kekesalan kita karena orang lain itu sangat cerewet, maka kita menyenangkannya supaya dia merasa puas dan tidak cerewet.
▪ Tetapi jika kita menyenangkan sesama kita demi kebaikannya, berarti kita memperhatikan dan mengasihi jemaat tersebut.
--> Ini dua motivasi dan tujuan yang berbeda.
▪ Bagaimana dengan kita.... Ketika kita mencoba menyenangkan sesama kita, apa motivasi kita?
▪ Supaya dia puas dan tidak mengomel lagi ataukah kita benar-benar memperhatikan dan mengasihi mereka?

▪ Cukupkah menyenangkan sesama kita hanya demi kebaikannya saja?
▪ TIDAK. Paulus mengatakan bahwa kita harus menyenangkan sesama kita untuk membangunnya.
πŸ“š KJV menerjemahkan “membangun” sebagai edification (pendidikan moral atau pengajaran yang baik).
πŸ“š Terjemahan dari bahasa Yunaninya adalah yang baik untuk pembinaan.
▪ Dengan demikian, kita mengerti bahwa kita menyenangkan sesama kita tidak berarti kompromi, tetapi bertujuan untuk membina jemaat yang keberatan hati nurani itu supaya mereka bertobat dan kembali kepada pengajaran yang beres.
▪ Ujung-ujungnya, standarnya tetap adalah Kebenaran, bukan kompromi-isme seperti yang diilahkan oleh banyak orang postmodern.
▪ Bagaimana dengan kita....Apakah ketika kita menyenangkan sesama, kita mengkompromikan iman dan kebenaran
▪ Ataukah ketika menyenangkan sesama kita, kita tetap bertujuan menuntun mereka kembali kepada kebenaran...?

▪ Mengapa kita harus menyenangkan sesama kita?
▪ Paulus memberikan dasar pijaknya yaitu teladan dari Kristus sendiri di ayat 3,
πŸ“– “Karena Kristus juga tidak mencari kesenangan-Nya sendiri, tetapi seperti ada tertulis: "Kata-kata cercaan mereka, yang mencerca Engkau, telah mengenai aku."
πŸ“š Kata “mencari kesenangan” seperti di dua ayat di atas seharusnya diterjemahkan “menyenangkan.”
▪ Berarti, Kristus sendiri tidak menyenangkan diri-Nya sendiri.
▪ Kalau Kristus mau menyenangkan diri sendiri, itu tidak sulit bagi-Nya, karena Ia adalah Anak Allah, Ia bebas melakukan apa pun.
▪ Tetapi puji Tuhan, di dalam kebebasan-Nya, Ia “membatasi” kebebasan-Nya dengan rela menanggung semua hinaan manusia berdosa yang ditujukan kepada Bapa.
▪ Ia lebih memikirkan bagaimana menggenapi kehendak Bapa ketimbang memikirkan kesenangan diri.
▪ Yesus mau menanggung celaan manusia yang ditujukan kepada Bapa karena Ia mengasihi manusia berdosa.
▪ Seperti Kristus yang telah menjadi teladan bagi umat Tuhan dengan menanggung celaan yang dilontarkan manusia kepada Bapa dengan tujuan agar umat pilihan-Nya yang termasuk di dalamnya itu diperdamaikan dengan Bapa-Nya, bertobat, dan menerima-Nya, maka kita pun sebagai anak-Nya harus menanggung kelemahan/keberatan hati nurani jemaat lain dengan tujuan agar jemaat yang lemah imannya itu boleh dikuatkan dan diajar melalui perhatian dan kasih kita yang mengajar mereka.

✴ Kesimpulan renungan pada bagian 1 atau dari 3 ayat ini membuat kita untuk terus-menerus menjadi saluran berkat bagi sesama kita dengan saling menguatkan dan menyenangkan sesama kita dengan standar kebenaran.

● Bagian 2 :
▪ Setelah menjelaskan bahwa sesama jemaat harus saling menguatkan, maka Paulus menjabarkan ide dasarnya yaitu kerukunan antar jemaat.
▪ Jemaat yang saling menguatkan harus dilatarbelakangi dengan kerukunan antar jemaat.
▪ Jemaat yang tidak rukun satu sama lain tidak mungkin menghasilkan sikap saling menguatkan, karena jemaat tersebut tidak saling mengenal satu sama lainnya.
▪ Di zaman postmodern, ide kerukunan juga ditekankan, tetapi apakah ide kerukunan ala Alkitab sama dengan ide kerukunan ala postmodern?
▪ Jelas mutlak berbeda.

πŸ“– Dalam keempat ayat yang akan kita bahas ini, kita akan mendapatkan gambaran menyeluruh tentang kerukunan antar sesama jemaat yang Alkitab ajarkan.

▪ Kerukunan antar jemaat dimulai dengan anggapan bahwa kita bersama berpegang pada pengharapan yang sama di dalam Kristus.
▪ Hal ini diajarkan Paulus di ayat 4,
πŸ“– “Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci.”

πŸ“š Pernyataan “segala sesuatu yang ditulis dahulu” di dalam New International Version (NIV) Spirit of the Reformation Study Bible ditafsirkan sebagai kitab Perjanjian Lama yang dituliskan di bawah providensia/pemeliharaan Allah bermanfaat bagi orang Kristen sebagai dasar pendirian Perjanjian Baru.
πŸ“š Kemudian, NIV Spirit of the Reformation Study Bible memberikan ayat referensi Roma 4:23, 24 sebagai dasar mengerti Roma 15:4 ini.
πŸ“š Roma 4:23, 24, “Kata-kata ini, yaitu "hal ini diperhitungkan kepadanya," tidak ditulis untuk Abraham saja, tetapi ditulis juga untuk kita; sebab kepada kitapun Allah memperhitungkannya, karena kita percaya kepada Dia, yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati,”

▪ Secara konteks, Roma 4 berbicara mengenai iman Abraham.
▪ Karena Abraham dibenarkan karena imannya, maka itu juga berlaku bagi kita sebagai umat pilihan yang percaya kepada Allah yang telah membenarkan kita melalui penebusan Putra Tunggal-Nya, Tuhan Yesus Kristus.
▪ Hal inilah yang dimaksudkan Paulus di ayat 4 bahwa apa yang telah dituliskan dahulu (PL) bermanfaat untuk mengajar kita sekaligus mengarahkan kita kepada penggenapannya di dalam Perjanjian Baru.
▪ Tidak hanya berhenti di sini saja, Paulus juga mengajar bahwa dari situ, kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci.
πŸ“š Teks Yunani dan NIV menerjemahkan bahwa melalui ketekunan/ketabahan dan penghiburan (NIV: encouragement/dorongan), kita mempunyai pengharapan.
▪ Dengan kata lain, ketekunan dan penghiburan/dorongan dari PL membawa kita terus menuju kepada pengharapan yang kita miliki.
▪ Pengharapan inilah yang membawa kita kepada Kristus sebagai satu-satunya sumber pengharapan yang sejati.
▪ Satu pengharapan di dalam Kristus mengakibatkan sesama umat Tuhan memiliki kerukunan sejati.

▪ Ketekunan dan penghiburan bukan hanya dari Kitab Suci, Paulus menjelaskan di ayat 5,
πŸ“– “Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus,”
πŸ“š Di ayat ini, Paulus tidak hanya mengajar bahwa Kitab Suci memberi ketekunan dan penghiburan kepada kita, tetapi Allah sendirilah yang sebenarnya memberi kita ketekunan dan penghiburan (NIV menerjemahkan, “May the God who gives endurance and encouragement...”)
πŸ“š King James Version (KJV) menerjemahkannya dengan mengaitkan Allah sebagai Ketekunan dan Penghiburan (“Now the God of patience and consolation”) Terjemahan teks Yunani sama dengan terjemahan KJV di atas.
▪ Meskipun terdapat sedikit perbedaan pernyataan di ayat 5a, maksud utama Paulus tentu tidak berbeda, yaitu hanya Allah saja yang mampu memberikan ketekunan/ketabahan dan penghiburan/dorongan kepada umat-Nya.
▪ Di kala umat-Nya mengalami masalah, Allah adalah Allah yang setia yang tekun dan mendorong (memberi kekuatan kepada) umat-Nya, sehingga mereka mengalami kemenangan demi kemenangan di dalam Kristus.
▪ Ketika Allah memberi kemenangan kepada kita di dalam setiap masalah, itu bukan karena kehebatan kita, tetapi karena anugerah Allah.
▪ Meskipun Allah tidak memberikan kemenangan kepada kita salah satunya berupa jalan keluar, Ia pasti memberikan kemenangan kepada kita melalui cara lain yang tidak pernah kita pikirkan.

▪ Paulus menambahkan penjelasannya yaitu bahwa Allah yang adalah Ketekunan dan Penghiburan itulah yang juga mengaruniakan kerukunan kepada kita, sesuai kehendak Kristus Yesus.
πŸ“š NIV menerjemahkan, “...give you a spirit of unity among yourselves as you follow Christ Jesus.” (=...memberikan kepada kita roh kesatuan di antara kamu karena/sambil kamu mengikut Kristus Yesus.) KJV menerjemahkan, “...grant you to be likeminded one toward another according to Christ Jesus:”
▪ (=...memberikan kepada kita pikiran yang sama satu sama lain menurut Kristus Yesus:)
πŸ“š Teks Yunani menerjemahkannya, “...semoga memberikan kepadamu yang sama untuk mempunyai pikiran (satu dengan yang lain) menurut Kristus Yesus,”
▪ Dengan kata lain, Allah yang adalah Ketekunan dan Penghiburan bukan menjadi jaminan bagi keegoisan orang Kristen di dalam memecahkan masalahnya sendiri, tetapi sebagai jaminan agar sesama umat Tuhan hidup rukun.
πŸ“š Hidup rukun dalam terjemahan LAI ini diterjemahkan sebagai hidup bersatu/roh persatuan (NIV), sehati sepikir (KJV), pikiran yang sama (terjemahan dari teks Yunani).
▪ Dengan kata lain, kerukunan antar jemaat ditandai dengan semangat persatuan di dalam tubuh Kristus yang ditandai dengan sehati sepikir dan semuanya itu harus menurut Kristus Yesus.
▪ Jadi, ada dasar dari persatuan yaitu ketekunan dan pengharapan/dorongan dari Allah ditambah tujuan dan fokus dari persatuan yaitu Tuhan Yesus Kristus.
▪ Persatuan yang tidak memenuhi kedua unsur ini bukanlah persatuan yang Alkitab inginkan.

▪ Lalu, apa wujud dari persatuan di dalam Kristus ?
▪ Paulus menjabarkan di dalam dua ayat, yaitu ayat 6 dan aplikasi praktisnya di ayat 7.
πŸ“– Di ayat 6, Paulus mengajarkan, “sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus.”
▪ Dengan lebih tajam, Paulus mengajar bahwa inti persatuan bukan kompromiisme tetapi kemuliaan Allah.
▪ Di poin ini, ia membedakan persatuan dari perspektif Alkitab dengan perspektif dunia.
▪ Alkitab mengajarkan bahwa persatuan dibangun dan sangat memperhatikan unsur kebenaran hakiki (Truth) di dalam dan di atasnya, yaitu Allah dan kemuliaan-Nya.
▪ Allah dimuliakan ketika umat pilihan-Nya bersatu bersama-sama di dalam iman yang beres di dalam dan kepada Kristus menggenapkan tugas panggilan-Nya, yaitu memperluas dan memberitakan Kerajaan-Nya di muka bumi ini.
▪ Umat pilihan-Nya berasal dari semua denominasi gereja, yang terpenting adalah sungguh-sungguh beriman kepada Kristus.
▪ Sedangkan dunia mengajarkan persatuan dengan menitikberatkan pada dosa dan kehendak manusia, seperti persatuan yang dibangun manusia berdosa ketika membangun Menara Babel (Kej. 11:6) dan persatuan ini disebut sebagai persatuan yang melawan Kristus.

▪ Persatuan ditandai dengan kesehatian umat Tuhan.
▪ Hal ini ditandai dengan penggunaan pernyataan, “dengan satu hati dan satu suara...” di ayat 6 ini.
▪ Ketika umat Tuhan sehati sepikir bersatu memuliakan Allah, di saat itulah terjadi persatuan sejati.

▪ Lalu, bagaimana aplikasi praktis ayat 6?
πŸ“– Di ayat 7, ia menjelaskan, “Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah.”
▪ Wujud dari kita sehati sepikir memuliakan Allah adalah dengan kita menerima satu sama lain demi kemuliaan-Nya.
▪ Kita menerima satu sama lain itu seperti Kristus telah menerima kita.
▪ Berarti, sebagaimana Kristus telah menerima kita saat kita masih berdosa, maka kita pun harus berlaku hal yang sama, menerima umat Tuhan yang lain untuk bersama-sama bertumbuh di dalam pengenalan akan Allah dan memuliakan-Nya.
▪ Paulus selalu menekankan fokus dari tindakan ini adalah kemuliaan Allah.
▪ Allah dimuliakan ketika kita memiliki satu hati, visi, pikiran, misi, tujuan, dan gerak dengan umat Tuhan lain.

✴ Kesimpulan bagian 2.
▪ Setelah kita merenungkan empat ayat di atas, maka yang harus menjadi respon kita adalah kita tdk lagi hidup egois yang hanya mementingkan diri kita sendiri.
▪ Biarlah Roh Kudus membakar hati kita agar kita memiliki semangat yang berkobar-kobar memuliakan Kristus bersama-sama dengan seluruh umat Tuhan.

KENAIKAN TUHAN YESUS KESORGA MENINGGALKAN AMANAT HIDUP DLM KEMURIDAN DAN MENGERJAKAN MISI AGUNG

 


KENAIKAN TUHAN YESUS KESORGA MENINGGALKAN AMANAT HIDUP DLM KEMURIDAN DAN MENGERJAKAN MISI AGUNG

Kisah 1:6-11; Mrkus16:15-20


● PENDAHULUAN
▪ Kenaikan Tuhan Yesus adalah penggenapan dari semua yang ada tertulis tentang Tuhan Yesus dalam kitab Taurat, kitab para nabi dan kitab Mazmur.
▪ Tidak semua orang dapat mengerti tentang semua hal tsb, hanya mereka yang dibukakan oleh Tuhan saja yang dapat mengerti berita PL, yang ternyata memberitakan Tuhan Yesus Kristus dan menggenapkan semua berita itu di dalam perjalanan pelayanan dan hidup-Nya. Luk 24:45; Maz 119:130.
▪ Oleh karena itu kita harus sungguh-sungguh meminta dan mempersilahkan Tuhan membuka pikiran dan mengajar kita tentang arti kenaikan-Nya (Mat 18:20; Kol1:27; 2:9-10), sehingga kita dapat memahami maksud dan kehendak-Nya dengan benar.

● TUHAN MENGUTUS DAN MEMBERKATI
▪ Setelah Tuhan Yesus membuka pikiran mereka sehingga mereka mengerti rahasia injil Allah, selanjutnya Tuhan Yesus menyatakan misi Bapa-Nya di dalam diri-Nya. 
▪ Bapa yang tertanam di dalam diri Tuhan Yesus
▪ Berita mengenai pertobatan dan pengampunan dosa kepada segala bangsa, Luk 24:47; Yes 61.
▪ Pengutusan itu telah digenapkan di dalam diri Tuhan Yesus dan para murid-Nya pada waktu itu, yang oleh Tuhan sudah dibuka pikiran mereka sehingga mereka mengerti dan menyadari mandat pengutusan yang disabdakan Tuhan kepada mereka. 
▪ Demikian pula dengan kita saat ini, jika pikiran kita sudah dibuka oleh Tuhan maka kita akan menyadari bahwa pengutusan itu juga akan digenapkan kepada kita, dan jika kita sungguh-sungguh hidup di dalam Kristus (Yoh 17:18). 
▪ Lalu kepada para murid yang MENGALAMI keilahian Yesus dan disingkapkan rahasia injil-Nya, kepada mereka yang mau MENERIMA mandat ilahi itulah Tuhan Yesus Kristus kemudian MENGANGKAT TANGAN-NYA dan memberkati mereka, sementara Ia naik ketempat yang maha tinggi, duduk disinggasana raja, di sebelahkanan tahta Allah Bapa disurga.

πŸ“– Itulah sesungguhnya makna yang terkandung dalam kenaikan Tuhan Yesus Kristus, bahwa segala sesuatu peristiwa yang terjadi di dalam diri-Nya adalah misi Bapa-Nya atas dunia yang dikasihi-Nya.

● AMANAT HIDUP KEMURIDAN
▪ Kemuridan adalah kata sifat, yang turun dari kata benda murid. 
▪ Jadi jika kita membahas mengenai kata kemuridan berarti kita membahas segala sesuatu yang berkaitan dengan sifat seorang murid. 
▪ Dalam konteks penghayatan kita dengan peristiwa kenaikan Tuhan Yesus, kita dapat menarik beberapa aspek yang berkaitan dengan hidup kemuridan para murid pada saat itu.

▪Aspek kemuridan yang pertama adalah percaya dan sabar dalam penantian.
▪ Seorang murid dituntut untuk percaya dan bersabar menantikan penggenpan janji gurunya. 
▪ Kepercayaan dan kesabaran para murid diuji bukan dalam kondisi yang netral, aman dan sentosa. 
▪ Kepercayaan dan kesabaran mereka diuji dalam situasi yang menekan dan mengancam hidup mereka, karena usai Tuhan Yesus disalibkan dan bangkit, penguasa bait Allah dan penguasa teritorial Yerusalem mengadakan penyisiran, menangkap dan menganiaya para pengikut Tuhan Yesus, sehingga menjadikan para murid sangat ketakutan, Yoh 20:19.
▪ Percaya dan bersabar dalam menantikan penggenapan firman Tuhan bukanlah perkara yang mudah, sering kali dalam penantian kita diperhadapkan dengan cobaan-cobaan yang menggoda, yang memunculkan banyak pertanyaan keraguan di dalam benak kita. 
▪ Demikianpun yang dialami dengan para murid Tuhan saat itu, mereka diminta untuk menunggu kegerakan Roh Kudus di Yerusalem, seandainya mereka diminta menunggu di Galilea pasti mereka lebih senang, karena di sana mereka tidak diperhadapkan dengan tekanan dan ancaman. Ibr 6:11-12.
▪ Yang jelas pada saat Tuhan Yesus hendak diangkat naik ke surga, Ia menyediakan dan mempersiapkan pribadi guru agung yang oleh-Nya semua murid Tuhan akan diajar,dibimbing dan disertai menggenapkan semua rencana Bapa atas dunia ini yaitu Roh Kudus

▪Jadi pesan hidup kemuridan yang kedua dalam peristiwa kenaikan Tuhan adalah ketergantungan murid dengan guru-nya
▪ Inilah indahnya keagunganTuhan dalam misi yang ditanamkan di dalam kehidupan kita sebagai murid. 
▪ Tuhan tidak meninggalkan kita sebagai yatim piatu, Ia memberikan kepada kita para murid-Nya PARAKLETOS, sang guru agung, sang penghibur dan penolong, sosokpribadi yang menjadi tempat kita untuk bergantung sepenuhnya. Yoh 14:18; 26.
▪ Kita sudah diajar dan mendengar tentang Roh Kudus yang dicurahkan, oleh krn itu kita harus sungguh-sungguh menerima dan berjalan dalam pimpinanNya, krn mengetahui tidaklah sama dengan mengalami. 
▪ Kita tentu sudah mengetahui banyak tentang Roh Kudus, tetapi apakah kita hidup oleh-Nya ?

πŸ“– Kita tidak bisa menjadi murid yang efektif jika kita tidak menerima Roh Kudus, jika bisa siapa yang menjadi guru, pembimbing, penolong kita.
Kemuridan yang Tuhan rancang adalah kemuridan yang hidup dan bergantung sepenuhnya kepada Roh Kudus (1 Kor 2:3-5; 2 Kor 3:5-6).

▪Pesan hidup kemuridan yang ke tiga dalam peristiwa kenaikan Tuhan Yesus Kristus adalah beyond the limits, unlimited, and high value
▪ Roh Kudus adalah pribadi Allah yang tidak terbatas, yang memancarkan cahaya kemanusiaan Kristus yang terbatas. 
▪ Demikianlah ketika Tuhan Yesus yang memang dalam kondisi tertentu itu membatasi diri-Nya dari sifat kelilahian-Nya naik kesurga, kedudukan-Nya digantikan oleh Allah Roh Kudus yang tidak terbatas itu. 
▪ Dan jika Allah RohKudus yang tidak terbatas itu tinggal di dalam diri kita, maka diri kitapun akan dibawa kepada manifestasi-manifestasi ilahi yang tidak terbatas artinya yang bersifat supranatural (1 Kor 2:7; 12-13).

πŸ“š Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus,
carilah perkara yang diatas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.
Pikirkanlah perkara yang diatas, bukan yang di bumi. Kol 3:1-2

MEMBANGUN TATANAN KEHIDUPAN JEMAAT YANG RUKUN DAN ADIL” Roma 15:1-6

 


MEMBANGUN TATANAN KEHIDUPAN JEMAAT YANG RUKUN DAN ADIL”
Roma 15:1-6



● LATAR BELAKANG
▪ Ayat ini merupakan doa dan harapan penulis (Rasul Paulus) kepada para pembaca yakni orang percaya di Roma, termasuk untuk kita saat ini.
▪ Penulis berharap kepada Tuhan, supaya Tuhan memberi ketabahan, penghiburan bagi mereka dan juga menolong mereka agar menjadi sehati.
▪ Adapun tujuannya adalah supaya jemaat bisa memuji dan memuliakan Tuhan bersama-sama.
▪ Paulus memohon kepada Tuhan krn Ia Maha Baik dan Pengasih.

▪ Pernyataan Rasul Paulus dalam Roma 15:1-6 menekankan tentang pentingnya membangun kehidupan yang memiliki persekutuan kasih Kristus dari orang-orang yang dipanggil keluar menuju terang yang ajaib dalam komunitas orang percaya atau bergereja.
▪ Hidup bergereja sesungguhnya memiliki arti hidup berkomunitas, hidup bersosial, hidup memancarkan kasih dan bukan hidup yang berfokus pd diri sendiri.
▪disampaikan jg kpd jemaat Korintus untuk saling membangun dan menguatkan antar-sesama anggota. 
▪ Tanpa adanya kerja sama dan satu visi dalam menjalankan perintah Tuhan maka akan banyak perpecahan yang selama ini terjadi di intern umat Kristen.

πŸ“– Rasul Paulus menyatakan : 
Ayat 5 -- Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus,
Ayst 6 -- sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus (Roma 15: 5-6).

● Tinjauan Teologi Roma 15:5-6
▪ Perkataan Rasul Paulus “Semoga Allah, sumber pengharapan”
▪ Ini adalah suatu pujian, penutupan bagi tulisan yang berawal dengan (Roma 14:1). 
▪ Namun dalam ayat ini Paulus memberikan gelar kepada Allah yaitu Sumber ketekunan dan penghiburan.
▪ Sebab dari pada-Nyalah ketekunan dan penghiburan dibangun, dan Tuhan memampukan dan memberikan anugerah ketekunan dan Ia juga meneguhkan dan menjaga anugerah itu sebagai Allah sumber penghiburan.

▪  Ini adalah satu lagi gelar yang indah dari Tuhan-Allah sumber pengharapan (Roma 15:13) “memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera” ini adalah sebuah Aorist active optative menyatakan doa Paulus bagi orang percaya di Roma.
▪  Selaras dg yang disampaikan dalam tafsiran Wycliffe bahwa: Paulus berdoa agar Allah mendatangkan ketekunan dan penghiburan dan dapat menolong orang percaya untuk hidup selaras dengan Kristus Yesus sabagai teladan dan patokan.
▪Tentang ketekunan dan penghiburan yang diberikan Allah maka, jemaat Roma diperingatkan unt semakin mengarah hati untuk saling mengasihi, shgg tidak akan nada yang mengacaukan kedamaian

πŸ“š Dalam kajian ini Allah yang adalah sumber ketekunan, memberikan ketekunan (yun) hupomone , upomonhv yang artinya kesabaran, ketabahan;ketahanan; ketekunan; penantian
▪ Dalam TB ditulis sebanyak 32 kali.
▪ Ini diharapkan bahwa kekristenan wajib untuk menuju pada cara mengasihi sesama.

πŸ“š  Sedangkan kata Kerukunan (yun)  phroneo dengan arti berfikir, memikirkan atau berfikir secara, membiarkan cara berfikir kita dikendalikan oleh hidup sejiwa satu dengan yang lain, memperhatikan (Filipi 4.10) dan mementingkan (Roma 14.6).
▪ Kata phronein ( kata kerja) juga diartikan memikirkan hal yang sama yaitu segala peluang yang menimbulkan perdebatan atau perbedaan disingkirkan dan segala pertikaian dikesampingkan.
▪dalam doa dimohonkan kepada Allah agar mengarunikan kerukunan kepada jemaat di Kota Roma yang sesuai dengan kehendak Kristus Yesus.
▪ Sebab benturan-benturan memunculkan ketidakharmonisan, kekurang-kompakan, kekurangrukunan sehingga mereka saling mencela serta mempersalahkan.
▪ Keadaan yang demikianlah yang mendorong Rasul Paulus menyampaikan surat ini dengan tujuan supaya di dalam jemaat Roma tercipta suatu kerukunan yang abadi.

▪ Kerukunan yang diminta harus sesuai dengan ajaran Yesus, hukum kasih, sesuai teladan dan contoh dari Kristus.
▪ Kerukunan yang diajarkan Yesus mengesampingkan kebencian, musuh, bahkan orang-orang yang ingin menjatuhkan kita, sebab dasar kerukunan Yesus adalah Kasih.
▪ Oleh karena itu kerukunan adalah bagian dari kesaksian dalam diri orang percaya sebab pada dasarnya kepercayaan kepada Tuhan yang melibatkan sesama sebagai bagian dari rencana Allah bahwa orang percaya adalah suratan yang terbuka yang dapat dibaca oleh semua orang (2 Kor. 3:2).
▪ Dasar kerukunan adalah rasa berbelas kasihan terhadap sesama, seperti yang diajarkan oleh Yesus, harus mengasihi manusia seperti mengasihi diri sendiri (Mrk. 12: 33).
▪ Maka sikap belas kasihan dalam ketulusan dan kerelaan adalah tiang kokohnya, sehingga terciptanya kehidupan berbagi yang semakin menyentuh kedalaman kehidupan spritualitas yang memulihkan, serta membawa dampak menghidupkan dan menyelematkan.
▪ Ini adalah ciri khas identitas Kristen.

▪ Dan terlebih dalam (Mzm. 133: 1-3) kerukunan mendatangkan berkat Tuhan dan membawa kehidupan untuk selamanya.
▪ Tuhan memberikan perintah yang sangat luar biasa tentang kasih kepada Tuhan dan sesama dengan saling mengasihi, yang merupakan wujud dari keinginan Tuhan bahwa orang percaya adalah terang dan garam dan menjadi bagian dari pembawa perubahan (Mat. 5:13-16).
▪ Kasih yang tanpa syarat atau kasih yang tanpa pamrih dapat diterapkan oleh orang percaya sebagai wujud mengasihi Tuhan dan ketaatan orang percaya dalam melakukan kebenaran kepada sesama anggota gereja dalam kerukunan intern umat beragama sehingga kasih Allah dapat dilihat dan dirasakan oleh orang yang belum mengenal Tuhan Yesus, yaitu sumber ketekunan serta pengharapan yang berasal dari Tuhan yang sejatinya tidak bisa dipungkiri.

▪ Dalam naskah Yunani lebih tegas untuk menyatakan makna dari kerukunan.
πŸ“š Kata “kerukunan” dalam bahasa Yunani, juga mengandung arti unsur kesatuan yang tidak bisa patah atau lepas seperti kesatuan dalam unsur ‘sehati-sejiwa’, dan mempunyai tujuan, kehendak dan beriringan bersama-sama dan juga memiliki arah/ fokus yg jelas.

▪ Demi kebersamaan dan kesatuan ini, dituliskan Paulus dalam hubungan antar anggota jemaat di kota Roma yang penuh dengan perbedaan dogma atau doktrin, aturan dan perbedaan-perbedaan yang tidak mendasar.
▪ Sebab kerukunan adalah kesehatian atau sehati-sepikir memiliki proses untuk kebersamaan walau dalam perbedaan, hal itu bukanlah bermaksud untuk menghilangkan perbedaan pendapat, perbedaan pandangan dalam lingkungan orang percaya di kota Roma.
▪ Namun yang mau ditegaskan oleh rasul Paulus bukan agar perbedaan dihapuskan, melainkan agar perbedaan itu diatasi dan diberi solusi sehingga tidak ada kegaduhan dalam jemaat yang dapat membawa berita buruk bagi orang luar.
▪ Sebab tujuan dari kerukunan adalah Allah dipermuliakan.

▪ Roma 15: 6 adalah tujuan dari apa yang dinyatakan Paulus untuk hidup dalam kerukunan.
▪ Sebab pernyataan Paulus dalam ayat 6 sangat gamblang dan jelas dapat dipahamai oleh orang percaya dan dapat diaplikatifkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dengan satu hati dan satu suara kita dapat memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita,Yesus Kristus.
▪ Jika ditelaah dalam Bahasa Yunani seperti diatas satu suara atau satu mulut.
▪ Sehingga dapat di interprestasikan bahwa orang percaya harus membawa seluruh perkataannya untuk tidak cepat berkata-kata.
▪ Sebab perkataan dapat memunculkan pertikaian dan pertengkaran yang akan membawa mereka kepada tercerainya persatuan dan yang pasti hancurnya pelayanan. 
▪ karena perkataan yang dipakai untuk hal-hal yang tidak berkenan dapat melukai, dan hal itu tidak sesuai dengan ajaran Yesus dan perkataan Paulus untuk tidak saling melukai.
▪ Maka itu seharusnya orang percaya maupun para pemimpin gereja harus memiliki pengendalian diri menggunakan perkataannya, sebab itu adalah bukti orang percaya yang menghidupi kerukunan.
▪ Satu suara saja tidak cukup tetapi haruslah orang percaya juga memiliki kesatuan hati juga, sebab sejatinya Allah melihat hati manusia.
▪ Sebab satu suara dan satu hati adalah perpaduan yang manis di antara keduanya.
▪  Dan kekristenan juga harus memiliki cara hidup Kristen yang benar-benar menjadi orang Kristen dan bertindak sebagaimana seharusnya orang Kristen di setiap bidang kehidupannya.

● Apa yang terjadi sehingga ‘kerukunan’ menjadi tekanan khusus dari rasul Paulus?
πŸ“– Ada 2 (dua) hal yang dapat kita catat,:
▪ pertama, sesuai dengan ay. 4, “Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci”.
Bagi Paulus pengharapan bukan (bukan hanya) soal orang percaya perorangan.
Pengharapan ialah pertama-tama dan terutama pengharapan akan kedatangan Kerajaan Allah, di mana baik Israel maupun bangsa-bangsa kafir akan masuk.
Cita-cita Kerajaan itulah yang menjadi pegangan bagi jemaat.
Hukum yang berlaku dalam Kerajaan itu seharusnya sudah berlaku pula dalam jemaat.
Hukum itu adalah: kesatuan dalam kasih.
Itulah makna pengharapan di sini.

▪ Kedua, dalam bahasa Yunani, istilah ‘kerukunan’ sama bunyinya dengan ‘sehati-sepikir’ (lihat 14:12:16).
‘Sehati-sepikir’, bukanlah bermaksud untuk menghilangkan perbedaan pendapat dalam lingkungan jemaat.
Yang rasul Paulus harapkan bukan agar perbedaan dihapuskan, melainkan agar perbedaan itu diatasi.
Artinya, agar orang sanggup memandang perbedaan paham itu sebagai perkara yang nisbi/relatif, tidak memutlakkannya, sebab mereka melihatnya dari titik yang lebih tinggi, yang menjadi titik kesatuannya, yaitu Yesus Kristus.

● Cara menciptakan kerukunan.
▪ Dalam ay. 7 dikatakan, “Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah”.
Cara menciptakan kerukunan dalam ay. 7 merupakan cara bertindak yang diharapkan dapat dilakukan oleh jemaat, yaitu: terimalah satu akan yang lain.
Kedua golongan, yang kuat dan yang lemah dianjurkan untuk saling menerima.
Dasarnya adalah karena Kristus juga telah menerima kita.
Justru tdk memunculkan egoisitas yang merusak tatanan masyarakat.
Mau saling menerima berarti mengakui kelemahan masing-masing, dan mengakui kelebihan masing-masing.
Ingatlah bagaimana Kristus menerima kita, bukan karena kemampuan manusia, tetapi justru karena keberdosaan, kenajisan manusia itu sendiri.

Paulus meminta jemaat Roma untuk aktif menciptakan kerukunan.
Dasar dari pengajaran dan tuntutan kerukunan ini adalah hidup Kristus sendiri (15:3, 7).

--> Tindakan aktif pertama yang dapat dilakukan adalah menanggung beban sesama kita
(1). Pepatah mengatakan, “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.”
Golongan kuat kemungkinan besar adalah kaum berada, sebaliknya golongan lemah adalah kaum miskin.
Saling menolong dan menanggung beban bahkan akan meruntuhkan batas-batas di antara umat manusia yang saling bermusuhan.
--> Kedua, orientasi hidup orang Kristen seharusnya tidak berpusat pada apa yang menguntungkan dirinya sendiri, tetapi apa yang membawa kebaikan dan membangun orang lain
(2). Semakin dewasa iman kita, semakin kita memikirkan kebaikan dan kemajuan orang lain yang ada di sekitar kita.
--> Ketiga, kerukunan terjadi pada saat kita merelakan diri menerima orang lain dengan kelebihan dan kekurangannya.

▪ Kristus adalah sumber iman Kristen yang memberikan contoh bahwa hidup-Nya bukanlah untuk menyenangkan diri-Nya sendiri.
▪ Kristus bahkan menerima cercaan dan hinaan demi keselamatan kita semua. Ingatlah, Kristus menerima kita bukan karena kita hebat dan memiliki kelebihan, tetapi justru pada saat kita najis oleh dosa.

Amin

Hidup Hanya Untuk Mengenal Tuhan

 



Hidup Hanya Untuk Mengenal Tuhan

▪ Kita harus mulai menetapkan filosofi hidup yang benar, yaitu hidup untuk menemukan Tuhan yang benar, mengenal-Nya dengan baik dan melakukan kehendak-Nya.
▪ Jadi, kehidupan selama 70-80 tahun adalah perjalanan untuk melakukan hal itu semata-mata, sampai seseorang menemukan kekasih abadi yang sejati, yaitu Tuhan sendiri.
▪ Hal-hal lain, khususnya yang menyangkut kebutuhan jasmani bukanlah sesuatu yang penting (walau perlu), karena tidak memiliki dampak kekekalan.
▪ Untuk memiliki hidup yang bermutu ini, seseorang harus berjuang meraih pengenalan akan Tuhan, tidak hanya menggunakan hati semata-mata, tetapi juga menggunakan pikiran.
▪ Dari pikiran yang mengenal Tuhan dengan benar, maka seseorang dapat memiliki hubungan yang harmonis dengan Tuhan.
▪ Hal ini akan tecermin dalam seluruh perilakunya.
▪ Contohnya, para tokoh di Alkitab yang menemukan Tuhan melalui wahyu-wahyu khusus atau penyataan-penyataan-Nya. 

▪ Mereka belajar mengenal Tuhan melalui pengalaman hidup selama bertahun-tahun (2Tim. 3:16). ▪ Pengenalan akan Tuhan yang mereka miliki, mereka bayar dengan harga yang sangat mahal, yaitu seluruh kehidupan.
▪ Dari pengalaman hidup mereka, dapat diperoleh kebenaran yang tidak ternilai harganya.

πŸ“š Kata kebenaran dalam teks Yunani adalah alitheia. 
▪ Kebenaran adalah segala sesuatu yang diajarkan Tuhan Yesus untuk diketahui agar manusia memperoleh keselamatan dari Tuhan atau memenuhi rencana-Nya.

--> Dalam hal ini kebenaran adalah: 
1). Semua butir-butir ajaran yang diajarkan Tuhan Yesus.
Kebenaran adalah seluruh hal yang diajarkan Tuhan Yesus.
Di sini, kebenaran adalah bulat atau utuh.
Kalau seseorang hanya menangkap sebagian yang diajarkan Tuhan Yesus, berarti belum mengenal kebenaran. 
2). Buah pikiran atau ide yang membuat seseorang mengenal Allah yang benar. 
Ini adalah ide Allah.
Untuk menyerap ide tersebut, seseorang harus menggunakan pikirannya semaksimal mungkin. Mengenal Allah bukan hanya berarti memiliki pengetahuan mengenai Allah, tetapi mengerti kehendak Tuhan apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna (Rm. 12:2). 
3). Tuntunan yang menggiring seseorang kepada keselamatan dalam Yesus Kristus.
Tidak bisa dikatakan sebagai kebenaran, apabila tuntunan atau pembinaan dalam gereja tidak membuat orang percaya memiliki pertumbuhan ke arah kesempurnaan manusia yang dikehendaki oleh Allah dalam seluruh kehidupan. 

--> Untuk ini ada beberapa catatan penting, yaitu: 
1). Seseorang harus memiliki keyakinan bahwa Alkitab adalah satu-satunya sumber kebenaran yang tidak perlu ditambah oleh sumber mana pun.
Dengan prinsip ini, seseorang tidak memberi peluang terhadap sumber lain, seolah-olah dapat memberi masukan tambahan untuk mengenal kebenaran.
Hal ini akan membuat seseorang fokus kepada Alkitab saja (1Tim. 4:13; 2Tim. 3:15-16).
Sangat berbahaya kalau kesaksian pribadi seseorang dianggap bisa menjadi landasan iman atau kalau seseorang berkata bahwa ia bisa belajar langsung dari Tuhan.
Di sini kewibawaan Alkitab dirongrong oleh oknum yang mengaku bahwa Tuhan mengizinkan seseorang mengabaikan isi Alkitab.
Sesungguhnya pernyataan itu muncul dari orang-orang yang malas belajar Alkitab dengan benar. Dengan cara demikian, ia mengesankan bahwa orang percaya tidak perlu kerja keras dalam menggali kekayaan Alkitab. 

2). Seseorang harus merasa lapar dan haus akan kebenaran.
Tanpa kehausan dan kelaparan, seseorang tidak akan dapat dipuaskan (Mat. 5:6).
Orang yang haus dan lapar akan mencari dan senantiasa memburu kebenaran.
Mereka akan menggunakan kesempatan yang ada untuk menggali isi Alkitab guna menemukan kebenaran.
Tuhan menjanjikan orang-orang seperti ini akan dipuaskan oleh Tuhan. 

3). Kesediaan untuk meninggalkan percintaan dunia (Luk. 16:11).
Orang yang masih tidak benar dalam masalah harta tidak akan dipercayai “harta yang sesungguhnya.”
πŸ“š Kata ‘harta yang sesungguhnya’ dalam teks aslinya adalah alithinon (ἀληθινὸν), yang mestinya lebih tepat diterjemahkan ‘kebenaran.’
Orang yang tidak setia dalam hal mamon yang tidak jujur, tidak akan dipercayai harta yang sesungguhnya, yaitu kebenaran.
Maka, orang yang materialistis tidak akan dapat mengerti kebenaran.
Dalam Matius 13:22-23 dinyatakan oleh Tuhan Yesus bahwa percintaan dunia membuat seseorang tidak bisa mengerti Firman Tuhan.
Hati manusia hanya bisa diisi oleh salah satu pribadi, Tuhan atau setan (Mat. 6:24). 

4). Kesediaan untuk meninggalkan dosa.
Dalam salah satu kalimat khotbah di Bukit, Tuhan Yesus mengatakan bahwa orang yang bersih hatinya akan melihat Tuhan atau mengerti kehendak Tuhan (Mat. 5:8).
Ini adalah langkah tersulit.
Tetapi tidak bisa ditawar sama sekali.
Tanpa kesucian seseorang tidak akan dilayakkan menerima mutiara atau barang yang kudus dari Tuhan (Mat. 7:6).
Sebab orang percaya dipanggil untuk hidup secara luar biasa dalam kelakuan.
Bila kehidupan Kristen seseorang tidak luar biasa (Mat. 5:20), maka berarti ada yang salah dalam hidup kekristenannya tersebut.
Apa sebenarnya yang menentukan atau hal paling dominan yang berperan bagi pertumbuhan iman yang benar?
Jawabnya adalah pengenalan akan Tuhan.

▪ Kita harus mulai menetapkan filosofi hidup yang benar, yaitu hidup untuk menemukan Tuhan yang benar, mengenal-Nya dengan baik dan melakukan kehendak-Nya

Selasa, 27 Desember 2022

MANUSIA DI RANCANG UNTUK HIDUP DALAM KEMULIAAN ALLAH -- ROMA 3:23

 


MANUSIA DI RANCANG UNTUK HIDUP DALAM KEMULIAAN ALLAH -- ROMA 3:23


πŸ“– Roma 3:23,  “karena semua manusia telah kehilangan kemuliaan Allah, oleh karena telah berbuat dosa.”

Menurut bahasa Yunani versi BYZ* :

πάντΡς γὰρ αΌ₯μαρτον ΞΊΞ±α½Ά ὑστΡροῦνται Ο„αΏ†Ο‚ Ξ΄ΟŒΞΎΞ·Ο‚ τοῦ ΘΡοῦ
Baca: Pantes gar hemarton kai husterountai tes doxes tou Teou

▪ Dosa membuat manusia kehilangan kemuliaan Allah. 
▪ Dosa dalam perspektif Kristen adalah ketidaktepatan atau kemelesetan.

πŸ“š Kata Kemelesetan (yun) hamartia, artinya bukan hanya melanggar hukum, tetapi tidak melakukan tepat seperti yang Allah kehendaki.

▪ Konsep dosa di dalam Perjanjian Lama adalah pelanggaran terhadap hukum.
▪ Dosa membuat manusia kehilangan Kemuliaan Allah 

πŸ“š Jadi, “kemuliaan” yang dimaksud di sini adalah keadaan dimana manusia tidak meleset, keadaan dimana manusia memiliki batin yang selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah atau Imago Dei
πŸ“š Makna Imago Dei adalah, Imago artinya gambar dan Dei adalah Allah.
▪ Jadi jika dikatakan manusia adalah imago dei artinya manusia segambar dengan Allah. 

πŸ“– Firman Tuhan mengatakan “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka” (Kejadian 1:27).
πŸ“– Filipi 2:5 “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus”  

πŸ“š Kata "Kemuliaan Allah" (yun) tes doxes tou Teou adalah kemuliaan yang dimiliki oleh Allah. 
▪ Kita adalah ciptaan yang paling mulia, karena kita diciptakan dalam gambar dan rupa Allah. 
▪ Seharusnya, penciptaan kita dimaksudkan untuk menjadi pemancar kemuliaan Allah bagi seluruh ciptaan yang lain. 
▪ Namun, melalui peristiwa kejatuhan manusia ke dalam dosa, gambar kemuliaan Allah yang semula ada di dalam diri kita itu kini mengalami kemerosotan yang berkesinambungan.

▪ Seiring dengan menanggulangi kemelesetan ini dan seiring dengan keberhasilan menyelesaikan kemelesetan tersebut setiap hari, maka kemuliaan juga pasti kita peroleh, artinya semakin tidak meleset maka semakin seseorang mulia.
▪ Jadi kita tidak boleh memandang bahwa kemuliaan itu hanya nanti setelah kita meninggal dunia.

πŸ“– Roma 8:17, firman Tuhan mengatakan bahwa kita akan dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus, artinya kita akan menerima kemuliaan bersama dengan Tuhan Yesus, maksudnya adalah “kita akan memperoleh jabatan, keagungan, bersama-sama dengan Tuhan Yesus kelak.” 

▪ Yesus dimuliakan Bapa, sehingga setiap lutut bertelut dan lidah mengaku bahwa Yesus adalah penguasa; kurios, Tuhan bagi kemuliaan Allah.
▪ Oleh karenanya sejak di bumi kita juga sudah harus mulia, kemelesetan sudah harus ditanggulangi. 
▪ Semakin dosa ditanggulangi, semakin kita memiliki kemuliaan.
▪ Maka, kalau orang tidak mulia sejak hidup di dunia ini, ia tidak akan dimuliakan di kekekalan.
▪ Jadi, kemuliaan seseorang atau keagungan seseorang itu bukan pada kekayaan, kedudukan, gelar, penampilan, atau apa pun, tetapi kemuliaan seseorang terdapat pada ketepatan dia bertindak atau ketepatan ia berperilaku.
▪ Makanya kita belajar untuk berhati-hati terhadap apa yang kita pikirkan, berhati-hati terhadap apa yang kita ucapkan, berhati-hati atas setiap keputusan, atas setiap pilihan, rencana, keinginan, ambisi, dan lain sebagainya.
▪ Karena di situlah letak kehormatan kita, letak keagungan kita, dan letak kemuliaan kita. 

▪ Jadi, pada umumnya manusia telah sesat.
▪ Umumnya membangun kemuliaan di atas kekayaan, kehormatan, kedudukan dan kekuasaan, penampilan, dan lain sebagainya.
▪ Bahkan ketika kita ada di lingkungan pelayanan, kita masih mengharapkan ada kehormatan di dalam pelayanan tersebut dan itu tidak kita sadari.
▪ Ada ambisi-ambisi yang kita sendiri tidak sadari, yang mengarahkan kita di dalam bertindak, dan dalam mengambil keputusan.
▪ Jadi, mungkin kita merasa sudah mulia karena kehormatan yang kita sandang spt gelar, kedudukan, kekayaan dan lain sebagainya, tetapi sebenarnya jika ditinjau dari mata Allah, kita tidak mulia sebenarnya. 

▪ Kadang kita sering menjumpai, mudah untuk kita mengatakan di gereja atau pada waktu kita kebaktian, “Bapa, aku mau indah di mata-Mu dan mulia dalam pandangan-Mu.” 
▪ Sebenarnya itu hanya ucapan belaka ygvakan menambah kefasikan (asesories, pernak pernik dlm kekristenan), tetapi sebenarnya kita tidak sungguh-sungguh mau bergumul untuk mencapai atau meraih kemuliaan yg sesungguhnya.
▪ Sejatinya, tanpa sadar kita sedang mempermainkan Tuhan lewat ucapan bibir kita.

▪ Orang yang menemukan kemuliaan Allah memiliki ciri yang berbeda dengan dunia. 
▪ Makanya kita harus mau utk sering memeriksa diri kita, apakah kita sudah menemukan kemuliaan Allah yang hilang itu atau belu.
▪ Kita dapat membandingkan diri kita dengan cara berpikir anak dunia, gaya hidup anak dunia, obsesi, hasrat, cita-cita, dan gaya hidupnya.
▪ Apakah masih terdapat kemiripan?
▪ Kalau masih ada, berarti kita harus berusaha utk menemukan kemuliaan Allah yg harus menguasai dan mengubah hidup kita.

πŸ“– Itulah sebabnya firman Tuhan mengatakan dg tegas dalam Roma 12:2, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini.” 

▪ Maka kita harus jujur dengan diri kita sendiri; kita serupa dengan dunia ini, atau serupa dengan Tuhan Yesus yang adalah gambaran kemuliaan Allah.
▪ Kita dipanggil sejak semula untuk serupa dengan Dia, untuk menemukan kemuliaan tsb.
▪ Jadi kita harus berani untuk hidup tidak serupa dengan dunia ini.

πŸ“– Firman Tuhan mengingatkan kita spy kita “berubahlah oleh pembaharuan budimu”.
▪ Jadi budi kita pasti bisa berubah, artinya pikiran kita bisa berubah hanya oleh Firman yg benar dan murni
▪ Karenanya jangan terdistraksi, dirusak, dan dikacaukan oleh apa pun yang membuat kita tidak bertumbuh ke arah Kristus.
▪ Tuhan memberkati.



I Korintus 16:13-14 (Eksposisi)

 



I Korintus 16:13-14 (Eksposisi)


πŸ“š I Kor.16:13-14
Berjaga-jagalah! Berdirilah dengan teguh dalam iman! Bersikaplah sebagai laki-laki! Dan tetap kuat! Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!

▪ Dalam teks ini Paulus memberikan beberapa kunci untuk menyelesaikan perjalanan rohani.
▪ Beberapa kunci ini saling berhubungan dan berkaitan erat.
▪ Tentunya dlm konteks dan situasi di jemaat Korintus.

● πŸ“– Berjaga-jaga (ayat 13a)

Kata dasar grΔ“goreō (LAI:TB “berjaga-jaga”) muncul berkali-kali dalam Alkitab.
Kata ini juga digunakan dalam beragam konteks, misalnya menjaga kota (Neh. 7:3; 1Mak. 12:27) atau pintu (Mrk. 13:34-37), bersiap-siap melakukan sesuatu (Yer. 38:28; Dan. 9:14), menunggu sesuatu/seseorang (Luk. 12:37), atau mengantisipasi sesuatu (Why. 3:3).

Keragaman penggunaan ini menimbulkan kesulitan bagi para penafsir.
Apa artinya “berjaga-jaga” di ayat 13a
Berjaga-jaga dari apa

Sehubungan dengan hal ini, para penafsir umumnya terbagi menjadi dua.
Sebagian menghubungkannya dengan kedatangan Kristus Yesus yang kedua kali.
Dugaan ini bukan tanpa alasan.
Kata kerja grΔ“goreō memang beberapa kali muncul dalam konteks menantikan kedatangan Tuhan (Mat. 24:42-43; 1Tes. 5:6-10; Why. 3:3; 16:15).
Dalam Surat 1 Korintus Paulus juga beberapa kali menyinggung tentang kedatangan Tuhan (1:8; 3:13; 5:5).

Sebagian penafsir memilih untuk meletakkan grΔ“goreō dalam kaitan dengan nasihat-nasihat lain di 16:13 (“berjaga-jaga – berdiri teguh dalam iman – bertindak seperti laki-laki – tetap kuat”).
Mereka mengaitkan berjaga-jaga di sini dengan hal-hal buruk yang berpotensi membahayakan dan melemahkan iman mereka.
Makna seperti ini juga mendapatkan dukungan dari pemunculan grΔ“goreō di ayat-ayat lain.
Para penatua Efesus perlu berjaga-jaga dari para pengajar sesat (Kis. 20:31).
Semua anak Tuhan wajib berjaga-jaga dari serangan Iblis (1Pet. 5:8).

Di antara dua opsi ini, yang terakhir tampaknya lebih tepat.
Yang paling jelas, tafsiran ini lebih sesuai dengan konteks.
Semua nasihat di ayat 13 menggunakan metafora pertempuran.
Berjaga-jaga bukan dalam arti menanti (kedatangan), tetapi mengantisipasi (bahaya).
Lagi pula pasal 16 memang kurang bersentuhan dengan ide-ide tentang akhir zaman.
Di samping itu, jemaat Korintus memang sedang menghadapi beragam persoalan dan dosa, misalnya pertikaian (1:10-3:23), percabulan (6:12-20), penyembahan berhala (8:1-10:33), diskriminasi sosial (11:17-34), dsb.
Semua ini dapat melemahkan mereka.

● πŸ“– Berdiri teguh dalam iman (ayat 13b)

Masih melanjutkan metafora pertempuran, Paulus menasihati jemaat Korintus untuk berdiri teguh (stΔ“kō). Penggunaan kata ini dalam konteks peperangan menunjukkan keberanian dan ketahanan untuk mempertahankan posisi di depan musuh. Tidak mundur, apalagi lari. Sebagai contoh, jemaat di Filipi didorong untuk tidak gentar terhadap musuh, sebaliknya berdiri teguh dalam satu roh untuk memperjuangkan Injil (Flp. 1:27-28).

Apa artinya “dalam iman” (en tΔ“ pistei) di sini? Walaupun secara tata bahasa frasa ini dapat diterjemahkan “dalam iman kalian”, tetapi terjemahan yang lebih baik adalah “dalam iman itu”. Maksudnya, iman di sini bukan merujuk pada perasaan yakin dalam diri jemaat, melainkan pada isi iman. Dengan kata lain, iman di sini identik dengan ajaran Kristiani atau Injil. 2 Korintus 1:24 berbunyi: “Bukan karena kami mau memerintahkan apa yang harus kamu percayai, karena kamu berdiri teguh dalam imanmu”. Di tempat lain dia berkata: “Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis” (2Tes. 2:15). Dalam konteks 1 Korintus, ajaran dan tradisi tersebut terutama merujuk pada Injil Yesus Kristus: kematian dan kebangkitan-Nya (15:3-4).

Jadi, melalui nasihat di ayat 13b ini Paulus ingin mendorong jemaat Korintus untuk berdiri teguh pada kebenaran, terutama Injil Kristus. Beragam ajaran sesat dan pandangan duniawi akan terus datang menyerang, tetapi mereka harus kokoh di dalam iman yang benar. Itu adalah pondasinya. Dengan demikian, memiliki iman yang benar adalah lebih penting daripada memiliki iman yang besar. 

● πŸ“– Berani dan kuat (ayat 13c-d)

Terjemahan LAI:TB “bersikap seperti laki-laki” (andrizomai) tidak terlalu jelas. Apa artinya “bersikap seperti laki-laki”? Aspek maskulin apa yang disiratkan di kata ini?

Di samping itu, arti andrizomai seperti tadi juga bisa menimbulkan kesan yang keliru. “Bersikap seperti laki-laki” belum tentu harus dikontraskan dengan “bersikap seperti perempuan”. Penggunaan andrizomai di Alkitab tidak dikontraskan dengan perempuan. Yang dimaksud bisa jadi bukan “laki-laki versus perempuan”, melainkan “laki-laki dewasa versus anak kecil”.

Kunci untuk memahami persoalan ini adalah memperlakukan “bersikap seperti laki-laki” dan “tetap kuat” sebagai satu kesatuan. Kata kerja andrizomai (LAI:TB “bersikap seperti laki-laki”) dan krataioō (LAI:TB “tetap kuat”) beberapa kali muncul secara bersamaan (2Sam. 10:12; Mzm. 26:14; 31:25). Di tempat-tempat lain, kata andrizomai sering disandingkan dengan kata ischyō (“kuat”) yang merupakan sinonim dari krataioō (Ul. 31:6-7, 23; Yos. 1:6-7, 9, 18; Yos. 10:25; 1Taw. 19:13; 22:13, dsb).

Semua penggunaan ini menunjukkan bahwa keduanya tidak boleh dipisahkan. Keduanya sudah menjadi semacam ungkapan populer. Poin ini sekaligus berguna untuk menerjemahkan andrizomai secara lebih tepat. Berdasarkan pemunculan andrizomai dengan krataioō/ischyō, kita sebaiknya menerjemahkan ayat 13c-d dengan “berani dan kuat”. Ada unsur keberanian untuk menghadapi tantangan besar yang ada di depan.

Bagi jemaat Korintus, nasihat untuk menjadi berani dan kuat sangat relevan. Mereka kurang berani melawan pandangan duniawi yang mulai merembesi komunitas mereka (3:1-3; 5:1-13). Ironisnya, mereka justru berani melawan sesama orang percaya. Mereka berselisih satu dengan yang lain (1:10-13). Beberapa bahkan menyeret orang lain dalam ranah legal (6:1-11). Dengan kata lain, mereka telah menggunakan keberanian mereka secara keliru. Tatkala harus berani melawan (konsep duniawi) mereka tidak berani dan terlihat lemah. Mereka hanyalah jago kandang yang suka bertengkar.

● πŸ“– Mengasihi (ayat 14)

Penekanan dalam nasihat ini bukan terletak pada melakukan segala pekerjaan. Titik berat diletakkan pada “dalam kasih”. Sama seperti mereka harus berdiri teguh di dalam iman, mereka juga harus melakukan semuanya dalam kasih.

Jemaat Korintus bukan tipikal jemaat yang pasif. Mereka sangat bergairah. Hanya saja, antusiasme mereka tidak dibarengi dengan kasih. Sebagai contoh, mereka sangat mengejar karunia roh. Namun, yang digandrungi adalah karunia bahasa roh yang hanya membangun diri sendiri (jika tidak ada penerjemahnya).

Kasih merupakan elemen penting dalam kehidupan komunal. Sayangnya, jemaat Korintus justru kekurangan hal itu. Dengan kasih, mereka pasti mampu menyikapi perbedaan pendapat dengan baik, sehingga tidak menjadi pertikaian. Dengan kasih, mereka akan mendahulukan kepentingan orang lain. Dengan kasih, mereka akan mengupayakan hal-hal yang dapat membangun orang lain.

Yang paling penting, di tengah hebatnya tantangan dan serangan dari dunia, seluruh jemaat akan dikuatkan apabila mereka memiliki kasih yang besar. Allah sudah mengatur bahwa pertumbuhan rohani seseorang merupakan hasil proyek bersama. Tidak ada superhero dalam kekristenan. Setiap orang membutuhkan yang lain.

Apakah Anda sedang menghadapi tantangan dan halangan? Apakah Anda sudah mengetahui kunci untuk mengalahkan semuanya itu?




MAKNA UNGKAPAN MENUMPUKKAN BARA API

 



MAKNA UNGKAPAN MENUMPUKKAN BARA API
Pdt. Erwan

πŸ“– Roma 12:20 :
Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum!
Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya.

▪ Konteks ayat ini adalah melakukan perbuatan yang baik kepada sesama atau secara khusus kepada musuh.
▪ Artinya, jika seseorang berbuat baik kepada musuhnya, yaitu memberi makan kepada yang lapar dan memberi air kepada yang haus, tindakan tersebut dikategorikan "menimbun bara api di atas kepala seseorang."

▪ Bagi kalangan orang yahudi frasa "menimbun bara api di atas kepala seseorang" merupakan ungkapan yang sangat umum dikenal mereka, sebab tidak mungkin Paulus mengutip frasa tersebut jika pendengarnya tidak memahami frasa tersebut, berbeda dengan pemahaman kita yg hidup di Indonesia.

▪ Latar belakang atau asal usul frasa ini berasal dari kebiasaan orang Mesir yang dikenal dengan "ritual pertobatan".

▪ Dikisahkan tentang seseorang yang mencuri buku berharga dari sebuah kuburan.
▪ Pencuri ini akhirnya menyadari kesalahannya dan hendak mengembalikan barang curiannya.
▪ Maka dia meletakkan sebuah panci yang berisi bara api yang panas di atas kepalanya untuk menunjukkan kesadaran dan sikapnya yang memalukan, sekaligus bertobat dan akhirnya mau memperbaiki diri.
▪ Dengan bara api di atas kepalanya, orang tersebut datang, entah kepada pribadi atau kelompok masyakarat yang dia rugikan, untuk menunjukkan ketulusan dari pertobatannya.

πŸ“– Perlu dicatat bahwa bukan bara api yang diletakkan di atas kepala seseorang itulah yang membawa pertobatan, namun hal itu merupakan bukti yang dilihat dari luar bahwa sebuah pertobatan telah terjadi.

▪ Walaupun Alkitab tidak pernah mencatat adanya kebiasaan tersebut, hal itu tidak berarti kalau ritual tersebut memang tidak pernah ada.

▪ Jadi ketika seseorang "memberi makan dan memberi minum musuhnya," maka tindakan tersebut dikatakan bahwa orang tersebut sedang menekankan usaha untuk memperlakukan musuh dengan keramahan dan kebaikan.
▪ Dengan kebaikan yang ditunjukkan, maka ada kemungkinan musuh justru bertobat dari tindakannya yang memusuhi.
▪ Jadi tidak perlu membalas perbuatan jahat musuh dengan perbuatan jahat atau yang lebih jahat lainnya supaya musuh tersebut sadar.
▪ Justru dengan membalas melalui perbuatan baik, hal itu memungkinkan musuh menyadari kesalahannya. 

πŸ“– Ayat Surat Roma 12:20 ini, dikutip oleh Paulus dari Kitab Amsal (Amsal 25:21-22).
25:21 Jikalau seterumu lapar, berilah dia makan roti, dan jikalau ia dahaga, berilah dia minum air. 
25:22  Karena engkau akan menimbun bara api di atas kepalanya, dan TUHAN akan membalas itu kepadamu. 

▪ Jadi makna "menumpukkan bara api" adalah : Dengan membalas kejahatan dengan kebaikan, pelaku kejahatan itu mungkin akan menyesal.
▪ Bahwa dengan berbuat baik kepada musuh-musuh, kita dapat membuat mereka merasa malu dan akhirnya membawa mereka kepada Allah dan keselamatan ( Roma 12:20-21).
▪ Hasil inilah yang diharapkan.
▪ Jika seorang musuh diperlakukan dengan baik, jika kejahatan dibalas dengan kebaikan, maka kejahatan itu mungkin akan dikalahkan; lawan mungkin akan mengalami pembaruan pikiran, perubahan orientasi dari gelap kepada terang.

CARA HIDUP JEMAAT - Kisah Para Rasul 4:32-37 (eksposisi) GAYA HIDUP WARGA KERAJAAN SORGA

 



CARA HIDUP JEMAAT - Kisah Para Rasul 4:32-37 (eksposisi)
GAYA HIDUP WARGA KERAJAAN SORGA

Disusun oleh : Pdt. Erwan

πŸ“– Kisah Para Rasul 4:32-37
4:32 Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama.
4:33 Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah.
4:34 Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa
4:35 dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya.
4:36 Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus.
4:37 Ia menjual ladang miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.

● LATAR BELAKANG
▪ Kisah Para Rasul adalah Kitab Sejarah yang memuat kisah pelayanan Tuhan Yesus melalui hidup para murid-Nya
▪ Kitab ini ditulis oleh Lukas, kitab ini lebih merupakan lanjutan atau lampiran dari Injil Lukas daripada suatu kitab yang berdiri sendiri.

▪ Perikop Kis.4:32-37 sebenarnya bersambung ke Kis.5:1-11 yg merupakan satu kesatuan kisah yang memperlihatkan:
1. Cara hidup jemaat (Kis.4:32-35) - Pola kehidupan yang mencerminkan kesatuan, saling berbagi dan saling menolong.
2. Sikap Barnabas (Kis.4:36-37) - cara hidup yang positif
3. Sikap Ananias dan Safira (Kis.5:1-11) - cara hidup yang negatif

--> Jadi ada ajaran tentang pola/cara hidup jemaat yang diikuti dari contoh sikap positif dan negatif.

● URAIAN
Perikop ini di bagi menjadi 2 Topik atau bagian

πŸ‘‰ Bag.1. Kesatuan Jemaat - Kis.4:32-35
πŸ“Œ πŸ“– Kis.4:32 -- Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama.

▪ Ajaran Tuhan Yesus tentang mengasihi Allah dan sesama manusia di Mat.22:37-39 adalah dasar utama cara pikir dan pandang orang-orang percaya.
▪ Mengasihi bukan saja secara spiritual, tetapi berbuah dalam tindakan yang mengasihi sesama secara fisik.
▪ Hal ini ditunjukkan di ayat ini, bahwa harta milik mereka tidak mereka anggap sebagai milik pribadi.
▪ Kepemilikan harta bagi mereka lebih merupakan berkat yang harus dibagi kepada sesama yang membutuhkan.

πŸ“š Ayat ini merupakan penegasan Lukas pada kitab ini, akan apa yang ia paparkan sebelumnya mengenai ketulusan hati dan kesatuan jemaat di Kis.2:44-46
▪ 2:44 -- Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama,
▪ 2:45 -- dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.
▪ 2:46 -- Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati. 
--> Catatan : perhatikan kata "bergilir" (pada ayat 46)

Bandingkan :

πŸ“š Ulangan 15:4, 7-8
▪ 15:4 -- Maka tidak akan ada orang miskin di antaramu, sebab sungguh Tuhan akan memberkati engkau di negeri yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu untuk menjadi milik pusaka, 
▪ 15:7 -- Jika sekiranya ada di antaramu seorang miskin, salah seorang saudaramu di dalam salah satu tempatmu, di negeri yang diberikan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu, maka janganlah engkau menegarkan hati ataupun menggenggam tangan terhadap saudaramu yang miskin itu,
▪ 15:8 -- tetapi engkau harus membuka tangan lebar-lebar baginya dan memberi pinjaman kepadanya dengan limpahnya, cukup untuk keperluannya, seberapa ia perlukan.

▪ Jadi tindakan Jemaat mula pada Kisah Para Rasul 4:32-37 bukan digerakkan oleh hukum atau aturan, tetapi digerakkan oleh Kasih yang merupakan ajaran Tuhan Yesus.
(Band. 1Yoh.3:17-18)
▪ 3:17 -- Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?
▪ 3:18 -- Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.

▪ Faktor keadaan ekonomi yang memburuk dengan adanya kesulitan pangan akibat panen gagal, kelaparan dan kerusuhan politik ditambah dengan tekanan orang-orang Yahudi yang bukan pengikut Yesus, justru menambah erat perasaan senasib dan membangun kesatuan jemaat lebih erat di Yerusalem pada masa itu.

▪Kemurah-hatian seperti ini berbeda dengan konsep sosialis komunis, karena tidak ada "kewajiban" untuk menyerahkan harta pribadi sebagai milik bersama, tetapi kepunyaan bersama hanya digerakkan oleh ketulusan hati yang penuh belas kasih dalam suatu kesatuan oleh karya Roh Kudus

πŸ“Œ πŸ“– Kis.4:33 -- Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah.

▪ "Kuasa yang besar" merupakan ciri khas dari khotbah dan kesaksian rasuli (bd. Kis 1:8) karena tiga alasan:
a) Kesaksian rasuli berlandaskan Firman Allah (ayat Kis 4:29) serta keyakinan bahwa Firman itu diberikan dengan pengilhaman Roh Kudus
b) Para rasul sadar bahwa mereka diutus dan ditugaskan oleh Yesus sendiri, yaitu Tuhan yang bangkit.
c) Roh Kudus, melalui para rasul (ayat Kis 4:31), menimbulkan keinsafan besar di kalangan mereka yang mendengarkan Injil tentang dosa pribadi, kebenaran Kristus, dan penghakiman Allah
--> ref. Yoh 16:8 : Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman

▪ Ayat 33 ini juga menjelaskan bahwa pusat dari kesaksian mereka terletak pada "Kebangkitan Tuhan Yesus".
πŸ“š Kekuatan kesaksian tersebut, bukan saja terletak pada kekuatan untuk mengadakan mujizat, tetapi lebih kepada "kasih karunia yang berlimpah-limpah
(bandingkan dengan ucapan Yesus di Yoh.13:34-35)
▪ 13:34 -- Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.
▪ 13:35 -- Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.

▪ Dengan demikian, kesaksian mereka memenuhi nubuatan bahwa Yesus adalah Mesias dan Juruselamat yang dinanti-nantikan selama ini (Bandingkan Kis.2:29-32).
▪ Sama seperti Kristus Yesus yang tumbuh dengan penuh hikmat, demikian juga dengan jemaat Kristus bertumbuh dengan kasih karunia Allah
πŸ“š Luk.2:40 Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya

πŸ“Œ πŸ“– Kis.4:34-35 -- Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa -- dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya.

πŸ“š Jika kita bandingkan ayat diatas dengan Kis.2:45 -- dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. 

πŸ“š Sehingga selanjutnya yg telah menjadi kebiasaan bersama, mereka saling berbagi dengan sukarela -- Kis.4:32 ; 34

▪ Kelanjutan dari hasil penjualan di Kis.4:35 memperlihatkan kepercayaan penuh jemaat kepada rasul-rasul sebagai pihak yang dapat dipercaya penuh untuk menggunakan hasil penjualan harta mereka tersebut.
▪ Kemudian selanjutnya dalam perkembangannya pembagian tersebut diceritakan di Kis.6:1-4.
▪ Ini jelas memperlihatkan bahwa kekristenan adalah tindakan dan bukan hanya kata-kata belaka. 
--> Jadi, Kesaksian di Kis.4:33 dilanjutkan dengan tindakan di Kis.4:34-35.

πŸ‘‰ Bag. 2. Barnabas yang Murah Hati - Kis.4:36-37
πŸ“– Kis.4:36-37 -- Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. -- Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.

▪ Yusuf yg disebut juga Barnabas, menjual seluruh hartanya dan memberikan seluruh uangnya kepada para rasul untuk menolong orang miskin (Kis.4:37)
▪ Pada ayat 36, tertulis disana bhw Barnabas adalah orang Lewi.
▪ Biasanya orang Lewi tidak memiliki tanah apapun (Band. Bil.18:24).
▪ Barnabas bukan hidup di Israel, melainkan di Siprus.
▪ Menurut beberapa teolog, biasanya aturan kepemilikan tanah bagi suku Lewi ini tidak berlaku ketika mereka hidup diluar tanah Israel.

▪ Ia disebut sebagai "orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman."
▪ Melalui pelayanannya, "sejumlah orang dibawa kepada Tuhan" (Kisah 11:24).
▪ Paulus menggunakan Barnabas sebagai teladan sudut pandang yang benar tentang harta benda dan uang.
▪ Ketika ia menjual ladangnya, ia membawa hasilnya dan meletakkannya di kaki para rasul (Kisah 4:36-37).
▪ Barnabas mewakili sifat dan cara hidup yang positif dari jemaat yang memberi dengan ketulusan hati yg penuh dan tanpa mengharapkan imbalan apapun juga, kecuali karena mempraktekkan ajaran kasih Kristus Yesus.

▪ Dari pemaparan tentang riwayat hidup Barnabas di atas, kita dapat melihat betapa besar peran Barnabas dalam penginjilan, dalam mensukseskan pekerjaan rasul Paulus, dalam membantu dan membentuk Yohanes Markus (penulis Injil Markus) dan bagi perkembangan jemaat Tuhan.
▪ Selanjutnya Lukas menulis kelanjutan kisah ini di Kis.5:1-11 tentang pribadi Ananias dan Safira, yang menganut cara hidup yang negatif atau salah.

● APLIKASI dan KESIMPULAN
▪ Banyak gereja saat ini tidak lagi berfokus pada tujuan awalnya, sehingga fokus pelayanannya berpindah ke visi duniawi.
▪ Sbg bahan evaluasi, seringkali kita menghabiskan energi dan daya untuk menekuni hanya kegiatan-kegiatan seremonial saja, yang menghabiskan byk waktu, tenaga dan dana, sementara pelayanan kasih menjadi pelengkap, kegiatan pembinaan/pembelajaran Firman Tuhan dan pelayanan kasih mendapat perhatian yang kurang penting.

▪ Olehnya kita harus mengembalikan fokus gereja sebagai tempat kesaksian bahwa Kristus Yesus benar-benar telah bangkit, bahwa Roh Kudus yang Ia janjikan telah turun, dan Yesus Kristus akan datang kembali - dengan menerapkan ajaran KasihNya, dan bukan hanya jadi slogan.
Catatan : Mengasihi bukan anjuran, tetapi merupakan perintah Tuhan Yesus (Yoh.13:34).

▪ Dan Perikop ini mengajar kita melalui gaya hidup Barnabas, ia adalah orang yang fokus dalam kesaksiannya sebagai orang percaya dan melaksanakan ajaran Kristus secara total.
▪ Motivasinya dalam memberi hartanya adalah tulus dan murni oleh karena Kasih, bukan untuk memperoleh nama, pujian dan status.
▪ Untuk itu mari kita mengikuti teladan yg baik dari gaya bidup Barnabas




 

MAKNA DOA YESUS (Yohanes 17:1-26) - Eksposisi

 


MAKNA DOA YESUS (Yohanes 17:1-26) - Eksposisi
Dirangkum dan disusun oleh : Pdt. Erwan

● Pendahuluan
▪ Yohanes 17 adalah perikop tentang Doa Yesus.
▪ Menceritakan bahwa yesus sebagai Imam Agung yang tertinggi (the Priestly Prayer of Jesus).
▪ Disebut demikian, karena di perikop ini dijabarkan pembicaraan antara Kristus dengan Allah Bapa, di mana Yesus sebagai Imam Agung mempersembahkan korban sengsara dan wafat-Nya kepada Allah Bapa.
▪ Melalui penjabaran ini kita mengetahui hal misi penebusan Kristus dan contoh bagaimana seharusnya kita berdoa.
▪ Injil Yohanes mengajarkan kita bahwa Tuhan Yesus yang adalah Putera Allah yang sehakekat dengan Allah Bapa, sesungguhnya dapat saja berdoa dalam hening (dalam hati) jika perlu, tetapi Ia ingin menunjukkan Diri-Nya di hadapan Bapa dengan sikap permohonan, sebab Ia adalah Guru kita.
▪ Oleh karena itu, doa untuk para murid-Nya ini berguna bukan saja kepada mereka yang mendengarnya, tetapi juga kepada semua yang kemudian membacanya

● Pokok bahasan perikop Doa Yesus ini terbagi menjadi tiga bagian :
▪ 1) Ay. 1-5: Yesus memohon agar kodrat manusia-Nya yang kudus dipermuliakan, dan korban salib-Nya diterima oleh Allah Bapa
▪ 2) Ay. 6-19, Yesus berdoa bagi para murid-Nya yang akan diutusnya ke dunia untuk mengabarkan penebusan yang sebentar lagi akan diselelesaikanNya
▪ 3) Ay. 20-26, Yesus berdoa untuk kesatuan di antara semua yang akan percaya kepada-Nya sepanjang abad, sampai mereka mencapai persatuan yg sempurna dengan-Nya di Surga.

πŸ“– Bag.1. Ay. 1-5
▪ Sebelum berpisah dengan murid-murid-Nya, Yesus terlebih dahulu berdoa bagi mereka.
▪ Tema utama doa Yesus pada perikop ini adalah kerinduan-Nya akan kemuliaan Bapa dan damai sejahtera di antara murid-murid-Nya.

▪ Yesus meminta agar Bapa mempermuliakan Dia sama seperti Dia mempermuliakan Bapa, yang telah memberikan kuasa kepada-Nya; mempermuliakan Dia, karena Ia menyelesaikan pekerjaan yang Bapa tetapkan; mempermuliakan Dia dengan kemuliaan yang Bapa miliki.

▪ Tiga kali Ia berseru '"permuliakanlah Anak-Mu".
▪ Kalimat Ini mengandung penekanan bahwa tugas-Nya mempermuliakan Bapa telah selesai.
--> Setiap orang percaya juga mempunyai tugas yang Allah ingin mereka lakukan.
πŸ“š Ef 2:10 : “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya”.

--> Kita harus meneladani Kristus dengan memuliakan Allah melalui penyelesaian tugas yg Ia percayakan kpd kita.
▪ Yoh. 4:34 :TB : Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
▪ TL : Maka kata Yesus kepada mereka itu, "Adapun rezeki-Ku, yaitu melakukan kehendak Dia, yang menyuruhkan Aku, dan menyempurnakan pekerjaan-Nya.

πŸ“š Kata "kemuliaan" (Ibr) Χ›ָּΧ‘Χ•ֹΧ“ - KAVOD ; (yun) Ξ΄ΟŒΞΎΞ± - DOXA, feminine noun, harfiah: "pendapat; reputasi" yang kemudian dalam pemakaiannya di Alkitab Perjanjian Baru digunakan dalam makna "kemuliaan/ glory".

--> Kata “Kemuliaan” di sini mengacu kepada kemegahan, kuasa dan hormat yang menjadi milik Tuhan.
▪ Allah Putera setara dengan Allah Bapa, dan sejak penjelmaan-Nya, yaitu kelahiran dan terutama melalui wafat dan kebangkitan-Nya, ke-Allahan-Nya telah dinyatakan.
“…kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” (Yoh 1:14)

πŸ“š Pemuliaan Yesus mempunyai tiga dimensi:
1) Pemuliaan Yesus mendukung kemuliaan Allah Bapa, sebab Kristus dalam ketaatan-Nya kepada kehendak Allah Bapa (Flp 2:6), memperkenalkan Allah Bapa dan menyelesaikan karya penyelamatan Allah.
2) Kristus dimuliakan karena ke-Tuhanan-Nya, yang dengan kerelaan hati-Nya telah disamakan, akan pada akhirnya dinyatakan melalui kodrat kemanusiaan-Nya, yang akan dapat dilihat setelah kebangkitan-Nya atas kuasa Allah.
3) Kristus, melalui pemuliaan-Nya, memberikan kesempatan kepada manusia untuk mencapai kehidupan kekal.
Ini pada akhirnya mengacu kepada pemuliaan Allah Bapa dan Kristus Allah Putera, dengan melibatkan juga partisipasi manusia dalam kemuliaan ilahi.

πŸ“– Bag. 2. Ay.6-19, kita bagi menjadi 2 sub/bagian :
--> A. Ay.6-10
▪ Setelah berdoa bagi Diri-Nya, Yesus melanjutkan dengan berdoa bagi para murid-Nya dalam persekutuan para rasul, yang akan melanjutkan karya penebusan-Nya di dunia, dan kepada semua orang yang percaya kepada-Nya.
▪ Mereka yang percaya mengetahui bahwa Kristus datang dari Allah Bapa.
▪ Dan iman yg demikian menjadikan orang-orang yang percaya sebagai milik Allah Bapa dan milik Kristus.

--> B. Ay.11-19
▪ Yesus meminta kepada Bapa untuk memberikan kepada para murid-Nya empat hal : kesatuan, ketekunan, suka cita dan kekudusan.
▪ Dan Yesus juga berdoa agar Bapa menjaga mereka dalam nama-Nya

πŸ“– Ay.11 : Agar mereka tetap bersatu.
“Supaya mereka menjadi satu seperti Kita”
Kesatuan yang dimohonkan oleh Yesus ini adalah cerminan dari kesatuan antara ketiga Pribadi dalam Trinitas.
▪ Kesatuan org-org percaya merupakan kerinduan dan doa Tuhan Yesus, olehnya orang percaya harus mendoakan dan mengusahakannya juga.
▪ Kesatuan disini bukan kesatuan dlm organisasi, ttp kesatuan pikiran dan hati dalam Kristus.

πŸ“š Filipi 2:2 TB
karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan

> Terj. Shellabear :
Sempurnakanlah kebahagiaanku dengan hidup sehati sepikir, menaruh kasih yang sama, menjadi satu dalam jiwa dan tujuan.
> TSI (2014) :
Saya mendorong kalian untuk membuat saya semakin bersukacita waktu saya mendengar bahwa kalian hidup seia sekata, dan terus memiliki kasih yang sama antara yang satu dengan yang lain, dan bekerjasama dengan sehati sepikiran.

πŸ“– Ay. 12 :
Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.

πŸ“š Terj. Shellabear 2011 :
Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka di dalam nama-Mu yang telah Engkau serahkan kepada-Ku. Aku pun sudah menjaga mereka. Tak seorang pun dari antara mereka binasa kecuali si anak kebinasaan itu, supaya genaplah apa yang telah tertulis dalam Kitab Suci.

--> Maksud kata "anak kebinasaan" disini di tujukan kpd Yudas Iskariot yg memilih jalannya sendiri krn punya agenda pribadi dlm mengikut Yesus.
▪ Ctt : dlm mengikut Yesus kita tdk boleh memiliki agenda pribadi/terselubung spt Yudas Iskariot

πŸ“š Kata " yang telah ditentukan untuk binasa " (yun) apoleia, bermakna " kecuali anak kebinasaan "

Catatan : sesungguhnya ayat ini pada teks aslinya, tidak terdapat kata "di tentukan/di kodratkan"

▪ Ayat 12 ini merupakan doktrin yg menyatakan bhw org-org yg betul-betul "percaya" tdk mungkin kehilangan keselamatan
--> Kata "percaya" disana memiliki makna "seseorg menyerahkn hidupnya kpd pribadi yg di percayanya (yaitu Kristus) dan mengikuti sgl perintahNya.

Flp. 2:12 :
Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir,

πŸ“š TSI3 (2014) :
Karena itu Saudara-saudari yang saya kasihi, sebagaimana kalian selalu taat kepada saya, sekarang saya mendorong kalian untuk berusaha hidup dengan cara yang pantas bagi orang yang sudah diselamatkan oleh Allah, dengan takut dan hormat kepada-Nya. Jangan lakukan itu hanya ketika saya ada bersama kalian, tetapi lebih baik lagi kalau kalian melakukannya pada waktu saya tidak ada.

--> Makna hidup dg cara yg pantas/sewajarnya bg org yg sudah di selamatkan adalah hidup sesuai dengan kebenaran yaitu Firman Allah, yg sama maknanya dg mengerjakn keselamatan hingga mengalami keserupaan spt Kristus.

▪ Sebagai hasil dari persatuan dengan Tuhan dan dari ketekunan, mereka akan mengambil bagian dalam suka cita Kristus (ay.13).
▪ Artinya spy dalam kehidupan ini semakin kita mengenal Allah dan semakin kita dekat dengan-Nya, dan kita semakin bersukacita di dlm Dia.
▪ Dalam kehidupan kekal, suka cita tsb akan menjadi penuh, sebab pengenalan kita akan Tuhan dan kasih kita kepada-Nya akan mencapai puncaknya.

▪ Akhirnya Yesus berdoa untuk mereka yang meskipun hidup di dunia tidak menjadi bagian dari dunia, agar mereka menjadi sungguh kudus dan melaksanakan misi yang dipercayakan kepada mereka, seperti Ia melaksanakan tugas yang dipercayakan Bapa kepada-Nya.

▪ Kemudian kata “Dikuduskan dalam kebenaran” maksudnya adalah dikuduskan dalam Kristus yang adalah Sang Kebenaran yang telah mengorbankan Diri-Nya di kayu salib.
▪ Itu jugalah sebabnya Yesus telah menderita di luar pintu gerbang untuk menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri (Ibr 13:12).
▪ Oleh karena itu, setelah kematian Kristus, umat manusia dapat diangkat menjadi anak- anak Allah dan mengambil bagian dalam kehidupan Allah sendiri melalui Baptisan yang memampukan mereka untuk mencapai kekudusan yang kepadanya mereka dipanggil

▪ Jadi Doa Yesus ini membukakan suatu rahasia besar kepada para murid tentang status mereka di mata Allah.
▪ Mereka menjadi murid bukan semata-mata karena keinginan mereka.
▪ Menjadi murid Yesus berarti menjadi milik Allah.
▪ Milik Allah akan mengenal siapa Allah dan Yesus melalui firman yang dikatakan.
▪ Ini merupakan suatu sukacita sekaligus tantangan besar bagi para murid, karena sedikit yang
terpilih dari sekian banyak ciptaan Allah lainnya.
▪ Menjadi milik Allah berarti memahami tugas untuk menjadi utusan Yesus.
▪ Menjadi milik Allah berarti harus hidup kudus sesuai panggilanNya.
▪ Menjadi milik Allah juga berarti menikmati kebahagiaan yang paling
istimewa yaitu mengalami pemeliharaan Allah.
▪ Oleh karena itu, para murid tidak perlu merasa takut meski dunia membenci mereka, termasuk kita yg percaya kpd Nya yg juga adalah murid Kristus.

πŸ“– Bag. 3. Ayat 20-26, kita juga akan kita bagi menjadi 3 sub/bagian

--> A. Ay. 20-23
▪ Kristus berdoa bagi GerejaNya shg suatu saat pasti akan lahir atau akan ada satu Gereja Kristus yang sejati.
▪ Hal kesatuan pasti menjadi hal yang utama.
▪ Dengan berdoa kepada Bapa, “supaya mereka menjadi satu seperti Kita …” (Yoh 17:20-21), disini Yesus menyatakan adanya hubungan paralel antara kesatuan di dalam diri pribadi Allah dengan kesatuan anak- anak Allah di dalam kasih dan kebenaran.
▪ Kesatuan Gereja yg sejati pasti berlandaskan atas kesatuan umat yg beriman kpd Kristus dan melalui Dia dengan Allah Bapa (ay.23).

▪ Buah dari kesatuan Gereja adalah dunia percaya akan Kristus dan atas misi ilahi-Nya (ay. 21-23)
▪ Dan kasih sejati merupakan cerminan kesatuan kasih di dalam Allah Tritunggal.

πŸ“– Ay. 20
▪ Kristus berdoa bagi Gereja-Nya, yaitu untuk mereka yang di sepanjang sejarah manusia akan percaya kepada-Nya melalui pemberitaan para rasul.
▪Misi/amanat ilahi ini yang telah dipercayakan Kristus kepada para rasul ditentukan untuk tetap ada sampai akhir jaman (Mat 28:19-20), sebab Injil yang dipercayakan kepada mereka adalah bagi Gereja yg merupakan pegangan atau prinsip yang berlaku di sepanjang masa.
▪ Untuk alasan inilah para rasul sangat berhati-hati menunjuk para penerusnya.

▪ Jalur apostolik dan dasar dari Gereja adalah sebagai “apostolisitas”
▪ Apostolisitas adalah semua org percaya yang menjadi penerus para rasul, yang memegang kuasa Apostolik dan memberitakan pengajaran yang sama seperti yang diajarkan oleh mereka.

πŸ“– Ay. 21
▪ Kesatuan Anak dan Bapa digambarkan berulang kali dalam Yoh.5:19-26, suatu kesatuan fungsional yang olehnya Anak mengerjakan apa yang dikerjakan Bapa, bahkan menunaikan apa yang ditugaskan Bapa kepadaNya.
▪ Dalam doa syafaatnya, Yesus sang Anak meminta agar kesatuan antara Bapa dan Anak kiranya juga menginspirasi kesatuan umat percaya, sehingga sama seperti Bapa di dalam Anak dan Anak di dalam Bapa, demikian juga kiranya umat-Nya memiliki kesatuan yg intim di antara umat itu sendiri dan dengan sendirinya mereka pun dapat menikmati kesatuan yang intim dengan Bapa dan Anak

▪ Kesatuan org percaya dengan Kristus menghasilkan kesatuan di antara mereka sendiri.
▪ Kesatuan Gereja pada akhirnya menyumbangkan kebaikan kepada umat manusia, sebab dengan kesatuannya, Gereja tampil sebagai "tanda" yang muncul di antara bangsa-bangsa yang mengundang semua orang untuk percaya kepada Kristus yang diutus oleh Allah untuk menyelamatkan semua manusia.
▪ Gereja mengemban misi penyelamatan ini melalui kesatuannya dengan Kristus, memanggil semua umat manusia untuk bergabung dengan Gereja dan dengan demikian mengambil bagian dalam kesatuan antara Kristus dengan Allah.

▪ Setiap orang percaya harus mengusahakan kesatuan seperti yang dinyatakan oleh Yesus dalam doa kepada Allah.
▪ Oleh karena itu, hendaknya kitapun harus berdoa demi kesatuan umat percaya.
πŸ“š Yesus meninggalkan wasiat terakhirnya dengan mendoakan kesatuan Gereja, “…. supaya mereka menjadi satu, sama seperti Engkau di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” (Yoh 17:21)

πŸ“– Ay. 22-23
▪ Yesus memiliki kemuliaan yaitu pernyataan akan keilahian-Nya, sebab Ia adalah Tuhan yang setara dengan Bapa (Yoh 1:1-5).
▪ Ketika Ia mengatakan akan memberikan kemuliaan-Nya kepada para murid-Nya, Ia meyatakan bahwa melalui rahmat Allah, Ia membuat kita sebagai pengambil bagian dalam hidup Ilahi (2 Pet 1:4).
πŸ“š Kemuliaan dan pembenaran oleh rahmat Tuhan sangatlah erat bersatu, “Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya.
Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya” (Rom 8:30).
πŸ“š Rahmat inilah yang bekerja dalam umat percaya untuk menjadikan mereka semakin serupa dengan Kristus yang serupa dengan Allah Bapa (2 Kor 4:4; Ibr 1:2-3).

--> B. Ay. 24
▪ Yesus menutup doa-Nya dengan memohon agar semua umat percaya mencapai Kerajaan Surga, Ia berkata : Ya Bapa, “Aku mau supaya….”
▪ Dikatakan bukan sekedar bahwa Ia berdoa "supaya," tetapi "mau supaya"
▪ Kata ini menunjuk kpd kehendak Yesus yang kuat untuk menghantar semua yang percaya kepada-Nya dapat mengambil bagian dalam kemuliaan-Nya.
▪ Di dunia kita mengambil bagian dalam kehidupan Ilahi melalui iman dan kasih, namun di Surga kita akan mencapai kepenuhan hidup ilahi, di mana kita memandang Tuhan sebagaimana Dia adanya (1 Yoh 3:2) berhadapan muka dengan muka (1 Kor 13:9-12).
▪ Dengan demikian Gereja memunyai pandangan tertuju hanya kepada kehidupan yg kekal.

--> C. Ay. 25-26
▪ Pewahyuan Allah tentang Diri-Nya melalui Kristus menyebabkan kita mulai mengambil bagian dalam kehidupan Ilahi yang mencapai puncaknya di Surga.
▪ Kristus telah menyatakan kepada kita semua yang perlu kita ketahui agar kita dapat mengambil bagian dalam kasih yang timbal balik di dalam Allah tri tunggal, terutama misteri tentang siapa diri-Nya dan misi-Nya.
πŸ“š Yesus berkata, “….tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya” (Mat 11:27).
πŸ“š Kristus terus menyatakan kasih Allah Bapa, melalui Gereja-Nya, yang di dalamnya Ia selalu hadir, dan berjanji “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat 28:20)

Sumber : Dari Banyak Sumber

BERANI KARENA PERCAYA KRISTUS (Konteks Paulus dan Barnabas di Ikonium -- Kisah Para Rasul 14:1-7)

 



 BERANI KARENA PERCAYA KRISTUS
(Konteks Paulus dan Barnabas di Ikonium -- Kisah Para Rasul 14:1-7)

Oleh : Pdt. Erwan

πŸ“š Kisah Para Rasul 14:1-7
14:1 Di Ikoniumpun kedua rasul itu masuk ke rumah ibadat orang Yahudi, lalu mengajar sedemikian rupa, sehingga sejumlah besar orang Yahudi dan orang Yunani menjadi percaya.
14:2 Tetapi orang-orang Yahudi, yang menolak pemberitaan mereka, memanaskan hati orang-orang yang tidak mengenal Allah dan membuat mereka gusar terhadap saudara-saudara itu.
14:3 Paulus dan Barnabas tinggal beberapa waktu lamanya di situ. Mereka mengajar dengan berani, karena mereka percaya kepada Tuhan. Dan Tuhan menguatkan berita tentang kasih karunia-Nya dengan mengaruniakan kepada mereka kuasa untuk mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat.
14:4 Tetapi orang banyak di kota itu terbelah menjadi dua: ada yang memihak kepada orang Yahudi, ada pula yang memihak kepada kedua rasul itu.
14:5 Maka mulailah orang-orang yang tidak mengenal Allah dan orang-orang Yahudi bersama-sama dengan pemimpin-pemimpin mereka menimbulkan suatu gerakan untuk menyiksa dan melempari kedua rasul itu dengan batu.
14:6 Setelah rasul-rasul itu mengetahuinya, menyingkirlah mereka ke kota-kota di Likaonia, yaitu Listra dan Derbe dan daerah sekitarnya.
14:7 Di situ mereka memberitakan Injil.

πŸ“‹ Kisah Para Rasul 14:1-7, menjelaskan kesukaran yang Paulus dan Barnabas alami pada saat mereka melanjutkan pemberitaan Injil di Kota Ikonium

● PENDAHULUAN/LATAR BELAKANG

▪ Pada surat Kis.13:51 tercatat disana bahwa di Antiokhia di Pisidia (Kis. 13:14) Paulus dan Barnabas mengebaskan debu dari kaki mereka dan pergi menuju Ikonium.
---> Catatan : Antiokhia yang dimaksud ini adalah Antiokhia di Pisidia, bukan Antiokhia di Siria.
▪ Paulus dan Barnabas mengebaskan debu kaki mereka, di latarbelakangi krn pada saat mereka membertakan injil ada orang-orang Yahudi yang menolak mereka, bahkan mereka menghasut perempuan-perempuan terkemuka dan pembesar-pembesar di kota tsb untuk menganiaya dan mengusir mereka.
▪ Dengan keadaan seperti itu, maka Paulus dan Barnabas segera meninggalkan Antiokhia di Pisidia dengan mengebaskan debu kaki mereka lalu pergi ke Ikonium.
---> Catatan : Paulus dan Barnabas tidak secara licik melarikan diri dari Antiokhia, tetapi mereka menyingkir dan melanjutkan perjalanan mereka dlm rangka pemberitaan injil.
▪ Jadi kota Ikoniumlah yang menjadi sasaran pemberitaan injil Paulus dan Barnabas selanjutnya.

πŸ“‹ Sekilas tentang Kota Ikonium
▪ Kota Ikonium sekarang adalah Kota Konya (Konia) di Turki.
▪ Pada abad pertama Masehi, Ikonium merupakan salah satu kota utama di Galatia, dibawah kekuasaan provinsi Romawi, dan terletak di jalur perdagangan utama dari Efesus ke Siria.
▪ Kota ini memiliki komunitas Yahudi yang sangat berpengaruh.
▪ Setelah terpaksa meninggalkan Antiokhia Pisidia, Paulus dan Barnabas mengabar injil di kota Ikonium dan sinagoganya, dan di sana mereka membuat banyak orang Yahudi dan Yunani menjadi percaya pada Kristus -- (Kis.14:1)
▪ Sbg dampak dari pertobatan mereka, maka terjadi perpecahan di dalam sinagoge orang-orang Yahudi, dan hal tsb menyebar sampai ke seluruh penjuru kota, bahkan juga keluarga terpecah menjadi dua golongan.
▪ Golongan yg pertama berpihak kepada orang-orang Yahudi dan kepentingan perdagangan mereka, dan juga harapan untuk menjaga ketenangan kota.
Mereka membenci doktrin yang baru, dan siap untuk mengusir Paulus, bersama dengan yang mereka anggap sebagai penghasut.
▪ Golongan kedua adalah mereka yg percaya, yg merasakan kuasa Kristus, karena perbuatan dan perkataan para rasul memancar bagaikan terang yang bersinar di tengah kegelapan.
-- Mereka berharap untuk menerima kemenangan-Nya, dan berdoa meminta kehadiran berkat Allah. -- Mereka ingin ada kebangunan dan pertumbuhan rohani di kota mereka.
▪ Akan tetapi, pengajaran yang baru dari Paulus dan Barnabas bertabrakan dengan tradisi yang lama.
-- Mereka yang kolot tidak tahu bagaimana mengatasi mereka yang memiliki keinginan agar kasih Allah dinyatakan.
▪ Ketika orang-orang Yahudi tidak bisa mengatasi Paulus dan Barnabas dalam hal rohani, mereka bersekongkol dengan para pemimpin dan orang-orang terhormat di kota itu untuk menganiaya kedua rasul itu dan hendak merajam mereka.
▪ Demi didengar Paulus dan Barnabas rcn persekongkolan mereka, akhirnya merekapun segera menyingkir dari Ikonium ke Listra, Derbe dan daerah sekitarnya -- (Kis.13:6)
▪ Disitupun mereka tetap memberitakan injil -- (Kis.13:50, 51; 14:1-7)

πŸ“‹ Jadi setelah tiba di Ikonium, mereka mengajarkan kabar baik Injil keselamatan, seperti yg mereka lakukan di Antiokhia Pisidia.
▪ Paulus dan Barnabas dengan berani mengajar di sinagoge/rumah-rumah ibadat orang Yahudi, sehingga banyak orang Yahudi dan orang Yunani menjadi percaya, dan Tuhan menguatkan apa yang mereka beritakan dan kepada mereka Tuhan juga mengaruniakan kuasa untuk mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat (berdasarkan Kis. 14:1-3)

πŸ“‹ Kisah 14:3, berkata :
Paulus dan Barnabas tinggal beberapa waktu lamanya di situ. Mereka mengajar dengan berani, karena mereka percaya kepada Tuhan. Dan Tuhan menguatkan berita tentang kasih karunia-Nya dengan mengaruniakan kepada mereka kuasa untuk mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat.

πŸ“š Kalimat "Mereka mengajar dengan berani, ..
▪ Pada ayat ini dipakai kata (yunani) parrhesiazomai, berasal dari kata "parrΓ©sia" ; yang berarti : (berani) jujur dlm ucapan, percaya diri dalam semangat dan sikap ; menjadi berani, berkhotbah/berbicara berani

πŸ“‹ Jadi frasa yang berkata "Mereka mengajar dengan berani, karena mereka percaya kepada Tuhan," tersebut mengandung pengertian bahwa mereka sangat memahami bahwa Tuhan jaminan hidup mereka, sehingga mereka tdk takut dan tdk meragukan Tuhan sedikitpun
--> Dengan kata lain, Tuhan menyempurnakan dan meneguhkan keberanian mereka, sehingga mereka memiliki kepercayaan penuh kepada Tuhan.

πŸ“š Kata "kepercayaan" dalam bahasa Yunani adalah : Ο€Ξ΅Ο€ΞΏΞΉΞΈΟŒΟ„Ξ±Ο‚ ; pepoithotas berasal dari kata : πΡίθω ; peithΓ³ (pi'-tho), yang berarti telah menjadi yakin, meyakinkan, menaati.
▪ Reff : Filipi 1:14 ... telah beroleh "kepercayaan" (Ο€Ξ΅Ο€ΞΏΞΉΞΈΟŒΟ„Ξ±Ο‚ ; pepoithotas) ...

πŸ“š Makna sederhana dari kata "percaya" disini adalah :
"Mereja menaruh kepercayaan mereka kepada Tuhan, karena itu mereka berani memberitakan Injil dengan tidak takut."
▪ Ref :
~ Daniel 3:1-30 : "Perapian yg menyala-nyala" ---> Sadrakh, Mesakh, Abednego
~ Daniel 6:1-28 : "Gua Singa" ---> Kisah Daniel
~ 1 Raj. 17 : "Kisah Elia"

---> Jadi kepercayaan yang penuh kepada Tuhan memberikan keberanian untuk menyampaikan kebenaran kabar baik, perintah atau pesan Tuhan (seperti tokoh-tokoh Alkitab di atas)

πŸ“‹ Ayat 3b ... Dan Tuhan "menguatkan" berita tentang kasih karunia-Nya dengan mengaruniakan kepada mereka kuasa untuk mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat (LAI)

πŸ“š BIS  : ... Maka Tuhan pun "membuktikan" bahwa berita mereka tentang kasih-Nya itu benar ; Ia memberikan kepada mereka kuasa untuk melakukan keajaiban-keajaiban dan hal-hal luar biasa.

πŸ“š AVB : ... Tuhan pun "menunjukkan kebenaran kata-kata mereka" tentang kasih kurnia-Nya dengan memberi mereka kuasa melakukan pelbagai tanda dan mukjizat.

πŸ“š Makna yg tersirat dari ayat diatas ialah Tuhan meneguhkan/membuktikan/menunjukan dg memberikan kuasa/otoritas untuk mengadakan tanda-tanda dan mujizat atas pemberitaan Injil/kabar baik yang Paulus dan Barnabas ajarkan dengan berani, dan hasilnya ialah penuaian jiwa-jiwa.
▪ Ref :
Markus 16:17 ---> Tanda-tanda ini akan "menyertai" orang-orang yang percaya, ....dalam memberitakan kabar kebenaran atau injil keselamatan (Markus 16:15).

● KESIMPULAN
▪ Paulus dan Barnabas sangat menghargai kesempatan Tuhan memakai mereka dan bahkan hal tsb mereka jadikan kesukaan, sekalipun mereka harus mengalami banyak aniaya, penderitaan, kesusahan, bahkan kematian sekalipun.
▪ Dalam keadaan seperti itu mereka tetap setia mengerjakan pemberitaan injil keselamatan, karena mereka percaya kepada Tuhan yang menyertai, memampukan dan meneguhkan pelayanan mereka.

πŸ“‹ Seperti yang tertulis pada surat Filipi 4:13 “segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”





KEBERADAAN DAN AKTIVITAS YESUS SAAT BERUSIA 12–30 TAHUN (Periode 18 tahun yang tidak tercatat pada Alkitab)


KEBERADAAN DAN AKTIVITAS YESUS SAAT BERUSIA 12–30 TAHUN

(Periode 18 tahun yang tidak tercatat pada Alkitab)

Oleh : Pdt. Erwan

▪ Orang tua Yesus (Yusuf dan Maria) berasal dari keturunan Yahudi asli yg taat kepada hukum taurat Musa dan kuat memegang aturan serta adat istiadat bangsanya, dengan demikian maka dengan pasti Yesus dibesarkan dengan ketentuan hukum taurat dan adat istiadat Yahudi yg kuat.
▪ Eksistensi Yesus sebagai manusia pertama kali dicatat ketika malaikat Gabriel datang kepada Maria dan mengatakan bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus (Matius 1:18-20; Lukas 1:26-35).
▪ Sebelum berinkarnasi menjadi manusia, Ia adalah Firman Allah yang maha kuasa, Allah itu sendiri (Yohanes 1:1-14).

● Penampakan pertama atau kelahiran Yesus ke dalam dunia tercatat dengan jelas di Alkitab.
▪ Kitab Matius mencatat bahwa Ia dilahirkan di kota Betlehem yang berada di wilayah Yudea, suatu wilayah yang berada dibawah pemerintahan raja Herodes (Matius 2:1).
▪ Wilayah Yudea sebagai bagian dari tanah Palestina pada masa tersebut sedang berada dalam penjajahan kerajaan Romawi.

● Penampakan kedua dari Yesus, adalah saat ia berusia delapan hari dan dibawa oleh Yusuf dan Maria untuk disunat menurut hukum Taurat.
πŸ“š “Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya.” (Lukas 2:21).
πŸ“š Dasar dari pelaksanaan sunat berasal dari perintah Tuhan kepada Abraham, bahwa:
“Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-laki di antara kamu, turun-temurun: baik yang lahir di rumahmu, maupun yang dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetapi tidak termasuk keturunanmu.” (Kejadian 17:12).

πŸ“š Setelah genap waktu pentahiran, yaitu 40 hari setelah Maria melahirkan Yesus (Imamat 12:1-4) maka menurut hukum Taurat Musa, Yusuf dan Maria membawa Yesus ke Bait Allah di Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Allah, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan:
“Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah” dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati (Lukas 2:22-24).
▪ Penyerahan kepada Allah ini disaksikan oleh Simeon dan Hanna.
▪ Kemudian dalam tradisi Kristen, penyerahan seorang anak kepada Allah disebut sebagai “Penyerahan Anak”.

▪ Yesus berusia empat puluh hari saat “diserahkan” kepada Allah sesuai dengan hukum Taurat. πŸ“šπŸ“š Alkitab kemudian menulis, “Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea.
Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya”. (Lukas 2:39-40).

● Penampakan ketiga adalah ketika Yesus berusia 12 tahun. Injil Lukas 2:42 menulis, “Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu.” Dari uraian ayat-ayat di atas, kelihatan bahwa Yesus selama ini, yaitu sejak kelahirannya hingga berusia 12 tahun selalu berada bersama orang tuanya di kota Nazareth yang berada di wilayah Galilea.

● Penampakan keempat menurut catatan Injil Lukas adalah, ketika Yesus berusia 30 tahun (Lukas 3:23).
▪ Pada usia inilah ia dibaptis oleh Yohanes pembaptis di sungai Yordan dan memulai pelayanan-Nya yang penuh dengan kuasa dan mujizat.
▪ Ia melayani selama kira-kira tiga tahun dan kemudian disalibkan, mati dan bangkit serta naik ke Surga untuk menyediakan tempat bagi orang-orang yang mempercayai-Nya (Yoh 3:16; Yoh 14:1-3).


■ Berdasarkan fakta Alkitab dapat dilihat bahwa ada rentang waktu yang cukup panjang yaitu antara usia 12 – 30 tahun, dimana tidak ada penampakan atau aktivitas Yesus yang tercatat.

▪ Rentang waktu inilah yang kemudian dijadikan bahan “kontroversi” oleh sejumlah penulis.
▪ Akan tetapi apabila seseorang memahami dengan baik mengenai budaya Yahudi, yaitu budaya dimana Yesus lahir dan dibesarkan, maka rentang waktu tersebut bukanlah sesuatu yang aneh dan kontroversi.

▪ Menurut tradisi Yahudi, seseorang dianggap dewasa, matang, cukup umur untuk mengajar adalah saat berusia 30 tahun.
▪ Inilah usia dimana seseorang mulai “diakui” sebagai guru (rabbi) oleh lingkungan masyarakat Yahudi.
▪ Yesus yang lahir dan besar dalam budaya tersebut mengetahui hal itu dengan pasti.
▪ Itulah mengapa, ia mulai muncul dan mengajar ketika berusia 30 tahun.

▪ Kitab-kitab Injil yang ditulis dalam budaya Yahudi juga merefleksikan hal yang sama.
▪ Para penulisnya tidak mengganggap perlu untuk menulis kisah hidup Yesus sebelum usia 30 tahun maupun keseluruhan aktivitasnya selama tiga tahun mengajar dan melakukan mujizat karena: “Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu”. (Yohanes 21:25).

▪ Jadi para penulis Injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) hanya memilih untuk menulis kisah, ajaran maupun segala sesuatu yang berhubungan dengan tujuan utama kedatangan Yesus ke dalam dunia, yaitu untuk menjadi Juru Selamat yang menebus dosa manusia.
Bahwa Yesus Kristus adalah Mesias yang dijanjikan Allah, Anak Allah, Raja yang Kekal, Penasehat Ajaib dan hanya dalam nama-Nya saja ada keselamatan atas semua manusia (Kis. 4:12).

■ TRADISI/BUDAYA PENDIDIKAN ANAK YAHUDI

πŸ“‹ Tahapan usia seorang anak menurut Hukum Tradisi Yahudi digolongkan dalam 8 tahapan :
▪ Tahap pertama adalah Yeled (usia bayi)
▪ Kedua Yonek (usia menyusu)
▪ Ketiga Olel (lebih tua lagi dari menyusu)
▪ Keempat Gemul (usia disapih)
▪ Kelima Taph (usia mulai berjalan)
▪ Keenam Ulem (anak-anak)
▪ Ketujuh Na’ar (mulai tumbuh remaja)
▪ Kedelapan Bahar (usia remaja)

πŸ“‹ Dari catatan tentang kehidupan Yesus dalam Injil, kita hanya membaca 4 klasifikasi usia saja yang ditulis, yaitu bayi (yeled) pada saat lahir di Betlehem, usia menyusu (yonek) saat berumur 8 hari, disapih (gemul) ketika diserahkan/dikuduskan di bait suci, dan remaja (bahar) saat berusia 12 tahun ketika diajak Yusuf dan Maria ke Yerusalem.

πŸ“‹ Yesus diceritakan kehadiran-Nya di Bait Allah di Yerusalem pada saat Ia berusia 12 tahun.
Usia dua belas tahun bagi tradisi Yahudi zaman pada Yesus sangat penting.
Menurut legenda Yahudi, pada usia 12 tahun :
~ Nabi Musa meninggalkan rumah putri Firaun
~ Samuel menerima suara yang berisi visi Tuhan
~ Salomo mulai menerima Hikmat Allah
~ Raja Yosia menerima visi reformasi agung di Yerusalem

Pada usia 12 tahun, seorang anak laki-laki Yahudi harus melakukan upacara yang disebut :
Bar Mitzvah (Ibrani: Χ‘ַּΧ¨ מִΧ¦ְΧ•ָΧ” , harfiah: Putera/Anak Hukum) dan Bat Mitzvah (Ibrani: Χ‘ַּΧͺ מִΧ¦ְΧ•ָΧ” - harfiah: putri/ anak Hukum)
Upacara ini merupakan ritual Yahudi yang ditujukan kepada anak-anak yang menginjak usia remaja yg harus mulai bertanggung jawab secara penuh atas segala perbuatannya di hadapan Tuhan.

Dalam rangkaian ritual Yahudi itu, Yesus harus melakukan ‘Aaliyah (naik) dan Bemah (menghadap mimbar untuk menerima kuk hukum Taurat), dalam pengertian memulai Masa belajar Agama di Bait Allah atau Baitullah
Upacara ini dilakukan pada hari Sabat, karena itu disebut juga thepilin Shabat.
Disinilah tahapan yg disebut Aaliyah di mulai, dimana Yesus Akan berada di rumah ibadah (selaras dg Lukas 2:49 bahwa Dia harus berada di rumah Bapa Nya) untuk belajar lebih intens.

Sejak abad Pertengahan, usia Bar Mitzvah dilakukan pada usia 13 tahun.
Menurut literatur Yahudi abad pertengahan, Sepher Gilgulim, semua anak Yahudi sejak usia 12 tahun, mulai menerima ruach (roh hikmat) dan pada usia 20 tahun ditambahkan baginya nishama (reasonable soul, “jiwa akali”)
Mulai usia 20 tahun seseorang harus memasuki sekolah khusus Yahudi (Beyt Midrash)

πŸ“‹ Tahapan pendidikan menurut tradisi Yahudi - Χ—ִΧ ּΧ•ּךְ - KHINUKH adalah sebagai berikut:
▪ Miq'ra = membaca taurat tertulis/10 hukum, dimulai usia 5 tahun.
▪ Mish'na = membaca catatan tulisan dari Hukum Lisan Taurat dari orang-orang Yahudi dari generasi ke generasi, mulai umur 10 tahun
▪ Talmud = mempelajari hukum Yahudi, etika, filsafat, kebudayan, dan sejarah, hal ini dimulai pada usia 13 tahun (zaman Yesus 12 tahun) berlangsung sampai berusia 19 tahun.
(di Indonesia jenjang SMP--SMA)
▪ Midrash = mempelajari ilmu tafsir kitab suci dan cara mengajar, pada usia 20 tahun selama 10 tahun (Selevel Sekolah Tinggi Teologia S1. S2. S3) dg kata lain Sekolah khusus
▪ Kemudian di usia 25 tahun, melakukan apprentice atau magang di rumah ibadah sebagai guru Taurat
▪ Di usia 30 tahun baru boleh memulai pelayanan yaitu mengajar didepan umum, di Sinagoge, khususnya di bait suci dan layak dipanggil guru/rabbi sesuai gelar dan jabatannya.

▪ Reff :
πŸ“š Likas 4:17-21 : Pelayanan keagamaan Yesus dimulai pada usia 30 tahun
πŸ“š Lukas 3:23 : Yesus memulai pekerjaanNya ketika Ia berumur 30 tahun
πŸ“š Sebagai anak org Yahudi, yang berada dibawah tuntutan hukum Taurat (Galatia4:4), Ia harus menuruti segala tuntutan hukum Taurat tersebut.
πŸ“š Menurut Bilangan 4:3,35,39,43,47 bahwa yang boleh melayani dalam Kemah Pertemuan menurut hukum Taurat Musa harus yang berumur 30 s/d 50 tahun

▪Catatan :
Jenjang pendidikan Imam Yahudi (midrash) adalah 10 tahun dari usia 20 - 30 tahun.
Hal tsb saat ini telah menjadi model yg digunakan oleh byk organisasi gereja/Sinode.
Misal :
~ Dari pelayan umum (Diaken) ke Pdp (pendeta pembantu) ----> 2 tahun
~ Dari Pdp ke Pdm (pendeta muda) ----> 4 tahun
~ Dari Pdm ke Pdt (pendeta penuh/otonom) ----> 4 tahun
Total waktu yg di tempuh 10 tahun.

πŸ“‹ Jadi Sebagai seorang anak yahudi, Yesus menempuh semua proses pendidikan Yahudi tersebut.
▪ Ia menempuh pendidikan seperti halnya anak-anak Yahudi lainnya.
▪ Diluar waktu sekolah, ia membantu orang tuanya untuk membuat perkakas dari kayu.

πŸ“š Alkitab mencatat: “Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka, maka takjublah mereka dan berkata: “Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas?” (Matius 13:54-55).

Apalagi Alkitab juga mengisahkan bahwa tampaknya Yusuf meninggal lebih dahulu daripada Maria. Maka sesuai dengan tradisi Yahudi, sebagai anak sulung, secara sosial ekonomi Yesus harus menjadi tulang punggung kehidupan keluarga untuk membantu Maria ibu-Nya.
Jadi hari-hari kehidupan Yesus, diisi dengan studi dan membantu ekonomi keluarga-Nya.

 ■ KESIMPULAN

▪ Dari tahapan-tahapan pendidikan Yahudi pada zaman Yesus, latar belakang agama, budaya dan sosial ekonomi tersebut, dapat memberi pemahaman tentang keberadaan dan aktivitas Yesus selama 18 tahun atau sejak Ia berusia 12--30 tahun kehidupan-Nya yang tidak tercatat pada Alkitab.
▪ Berdasarkan analisa yang sudah dipaparkan, bahwa selama 18 tahun tersebut, atau saat berusia antara 12 -- 30 tahun, Yesus tinggal bersama keluarganya di Nazareth.
▪ Ia menempuh pendidikan seperti layaknya anak-anak Yahudi dan juga membantu orang tuanya sebagai tukang kayu (carpenter).
▪ Kisah kehidupan Yesus baru dicatat secara detail setelah usia 30 tahun, karena dalam tradisi Israel (Yahudi), pada usia inilah seseorang “dianggap” matang untuk mengajar dan berkotbah.

▪ Demikianlah penjelasan keberadaan dan aktivitas Yesus pada usia 12 sd 30 Tahun

πŸ“‹ Sumber/referensi :
~ Alkitab
~ Elizabeth Clare Prophet, Tahun-Tahun Yesus Yang Hilang, Bina Communio, 2003
~ Swami Abhedananda, Swami Abhedananda’s Journey into Kashmir and Tibet. Trans. Ansupati Dasgupta and Kunja Bihari Kundu. Calcutta: Ramakrishna Vedanta Math, 1987.
~ Sarapa Pagi Biblika
~ David H. Stern, Jewish New Testament Commentary (Maryland, USA: Jewish New Testament Publications, Inc. 1995)
~ Hayyim Halevy Donin, To Be A Jew. A Guide to Jewish Observance in Contemporary Life (Tel Aviv: Basic Book, 1991).