Kamis, 30 Mei 2024

RAHASIA KEKUATAN PAULUS MENJALANI HIDUP DAN PELAYANANNYA -- FILIPI 4:10-20 (eksposisi)

 

RAHASIA KEKUATAN PAULUS MENJALANI HIDUP DAN PELAYANANNYA -- FILIPI 4:10-20 (eksposisi)


Filipi 4:10-20 (TB)
10. Aku sangat bersukacita dalam Tuhan, bahwa akhirnya pikiranmu dan perasaanmu bertumbuh kembali untuk aku. Memang selalu ada perhatianmu, tetapi tidak ada kesempatan bagimu.
11. Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.
12. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.
13. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.
14. Namun baik juga perbuatanmu, bahwa kamu telah mengambil bagian dalam kesusahanku.
15. Kamu sendiri tahu juga, hai orang-orang Filipi; pada waktu aku baru mulai mengabarkan Injil, ketika aku berangkat dari Makedonia, tidak ada satu jemaat pun yang mengadakan perhitungan hutang dan piutang dengan aku selain dari pada kamu.
16. Karena di Tesalonika pun kamu telah satu dua kali mengirimkan bantuan kepadaku.
17. Tetapi yang kuutamakan bukanlah pemberian itu, melainkan buahnya, yang makin memperbesar keuntunganmu.
18. Kini aku telah menerima semua yang perlu dari padamu, malahan lebih dari pada itu. Aku berkelimpahan, karena aku telah menerima kirimanmu dari Epafroditus, suatu persembahan yang harum, suatu korban yang disukai dan yang berkenan kepada Allah.
19. Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.
20. Dimuliakanlah Allah dan Bapa kita selama-lamanya! Amin.

PENDAHULUAN

Surat Filipi, Efesus, Kolose dan surat Filemon dikenal sebagai surat penjara, karena ditulis saat Paulus dipenjara di Roma pada tahun 60 an M.
Dari sini kita dapat simpulkan bahwa justru di tengah penderitaan karena pemenjaraan, Paulus tetap menulis surat dengan maksud mendorong orang percaya agar tetap bersukacita dalam segala hal dan supaya menyadari bahwa Allah adalah sumber kekuatan di tengah hidup yang semakin sangat sulit.

Paulus dan Silas juga sempat dipenjara di Filipi karena Injil (Kis 16).
Mereka dipenjara dengan tangan dan kaki yang terbelenggu, namun sekalipun demikian dengan mulutnya yang tak terbelenggu itu, mereka tetap memuji Allah. Sehingga kemudian terjadilah gempa bumi yang menyebabkan belenggu mereka terlepas dan pintu penjara terbuka.
Sekalipun demikian, Paulus dan Silas tetap tinggal dalam penjara dan tidak melarikan diri.
Mereka justru menjadi berkat dan menyelamatkan kepala penjara yang ketakutan dan hendak bunuh diri, karena berpikir bahwa tahanannya yaiu Paulus dan Silas telah melarikan diri.

Paulus kemudian mengajak kepala penjara untuk percaya dengan pernyataan yang terkenal :
"Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu" (Kis 16:31)

Jadi Paulus bukan hanya mengajar, tetapi ia juga mempraktekkan apa yang ia ajarkan dan bahkan menjadi teladan bagi setiap orang percaya dalam menghadapi hidup yang penuh dengan tantangan.

ISI TEKS

Surat Filipi ditulis oleh Paulus dan yang menjadi salah satu tujuannya adalah karena ia hendak berterimakasih atas perhatian dan dukungan jemaat Filipi saat ia dipenjarakan di Roma.
Jemaat Filipi mengutus Epafroditus untuk melayani Paulus di penjara dan juga mengirimkan bantuan dana bagi Paulus.
Ucapan trima kasih tersebut dijelaskan oleh Paulus dalam Fil 4:10-20, dan Paulus bahkan merasa perlu untuk melakukan dua hal yaitu "ia perlu berterimakasih atas pemberian dari jemaat Filipi dan ia juga merasa perlu untuk menekankan prinsip-prinsip rohani untuk menghadapi tantangan hidup dengan penekanan agar orang percaya bersandar penuh kepada Tuhan lebih dari pada pertolongan manusia."

Kita akan membahas beberapa pokok pengajaran yang kita bagi menjadi 3 bagian dari perikop ini, dan kita dapat melihat pengajaran tersebut sebagai "Rahasia Kekuatan Paulus dalam menjalani hidup dan pelayanannya."

3 Bagian tersebut adalah sbb :
I. Kemampuan untuk mencukupkan diri (Fil 4:10-12)
Il. Sumber kekuatan dalam menghadapi kesulitan (Fil 4:13-18)
Ill. Allah yang memelihara kita (Fil 4:19-20)


I. Kemampuan untuk mencukupkan diri (Fil 4:10-12)

Paulus mengawali bagian ini dengan bersukacita atas pemberian jemaat Filipi dan ia memakai kata dalam kata yunani yang secara literal bermakna "engkau terus memperhatikan aku" (you have concerned of me).

Jemaat Filipi begitu memperhatikan Paulus, sehingga Paulus merasa perlu berterimakasih atas perhatian melalui pemberian mereka yang adalah merupakan buah dari pelayanan Paulus.
Sekalipun pemberian mereka adalah sukacita dan penghiburan bagi Paulus, tetapi ia tidak menyandarkan diri pada hal itu, demikian juga dengan menuliskan hal ini bukan berarti ia mengharapkan bantuan lagi.
Justru yang diucapkan Paulus adalah “aku sangat bersukacita di dalam Tuhan” (echarēn en kyriō megalōs).

Paulus sangat menyadari bahwa ada intervensi tangan Allah di balik kemauan dan kemampuan jemaat Filipi dalam mendukung tugas pelayanannya dalam pekerjaan Injil.

Kata “sangat” (megalōs) disini menyiratkan bahwa setiap pemberian adalah hal yang istimewa.

Ayat 10 mengajar kepada kita bahwa kebaikan sekecil apapun yang dilakukan orang terhadap kita, merupakan sebuah hal yang istimewa dari Tuhan, sehingga membuat kita harus memandang kebaikan seseorang bukan sebagai sesuatu yang biasa.

Secara jujur ia berkata bahwa ia telah belajar rahasia untuk mencukupkan diri dalam menghadapi berbagai keadaan, baik itu kekurangan maupun kelimpahan (ayat 12)
Ia tahu bahwa Tuhan tidak pernah gagal dalam menyediakan apa yang dia butuhkan dan bahkan Tuhanlah yang menguatkan dia dalam menghadapi setiap situasi dan keadaan.

Dalam menjelaskan hal ini, Paulus menggunakan tiga kata yang mempunyai arti penting secara religius dan filsafat pada masa itu.

1). Kata "aku telah belajar" (yun) menggunakan kata kerja ἔμαθον ; ematon (ay 11) yang secara literal berarti belajar atau menemukan sesuatu baik dari proses pendidikan, melalui pengalaman hidup dan dari praktek.

Dalam Yoh 7:15, kita menemukan kata "mempunyai pengetahuan tanpa belajar" (yun) εμαθηκώς ; memathēkōs dari kata μανθάνω ; manthanó ; belajar, memahami (dengan cara apa pun) yang dapat juga diartikan belajar melalui pendidikan formal di sekolah Rabbi-rabbi.

Dengan demikian Paulus hendak menegaskan bahwa ia telah belajar, baik dari orang-orang yang telah memberikan pendidikan kepadanya dan dari pengalaman serta praktek dalam kehidupannya.
Hal ini menunjukkan bahwa Paulus bukan sekedar menerima segala keadaan apa adanya, tetapi ia juga belajar dan berjuang untuk dapat menyesuaikan diri sehingga akhirnya dia dapat mengatakan bahwa "Saya telah belajar."

2). Pada ayat 11, (LAI) Kata "mencukupkan diri" (yun) αὐτάρκης ; autarkēs ; secara literal berarti "mencukupkan diri atau merasa puas."
Dari kata benda "autarkeia," biasa dipakai untuk menjelaskan orang yang melalui proses pendisiplinan mampu bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai kondisi atau tekanan dari luar dan yang pada akhirnya menemukan kekuatan dalam dirinya sendiri untuk menghadapi situasi sulit.

Kata ini banyak dipakai dalam Filsafat Stoa yang pada dasarnya menekankan bahwa manusia harus puas dan mampu mencukupkan diri dalam segala keadaan dan dengan kekuatan serta kehendak mereka sendiri mampu bertahan dalam menghadapi segala keadaan yang menekannya.

Keterangan :
Pemahaman Stoa, berakar kepada Socrates (seorang filsup) yang pernah bertanya "Siapakah orang kaya itu?"
Ia adalah orang yang dapat merasa puas atau mencukupkan diri dengan apa yang minimal, karena merasa cukup adalah natur dari kekayaan.

Hanya saja ada perbedaan penting antara "merasa puas" yang Paulus sebutkan disini berbeda dengan "merasa puas" dari filsafat Stoa, dimana Paulus mampu merasa puas dalam menghadapi segala keadaan karena kebersandarannya kepada Allah.

3) Ayat 12, kata "tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku" Paulus memakai kata (yun)
μεμύημαι ; memuēmai

Kata "memuēmai" yang dalam PB hanya di temukan dalam ayat ini, secara literal berarti "telah dimasukkan atau disahkan" (have been initiated).
Kata "memuēmai" berasal dari agama misteri pada saat itu untuk suatu upacara yang diadakan saat seseorang disumpah ketika masuk ke dalam agama tersebut, agar mereka dapat lebih memahami rahasia dan keistimewaan dalam agama tersebut.

Kata ini dipakai oleh Paulus untuk menunjukkan komitmen dan kesiapannya, yang sangat mendalam dalam menghadapi segala situasi baik itu kekurangan atau kelimpahan.

Disini Paulus juga hendak mengatakan bahwa dia telah masuk kedalam semua misteri kehidupan dan ia telah menemukan rahasia tentang realitas kehidupan.
Tuhan telah banyak mengajar ia melalui keadaan yang baik dan buruk, serta bagaimana dia dapat menyesuaikan diri dengan kelaparan dan kekurangan dan juga dengan banyak makanan maupun kelimpahan.

Jadi pada ayat 12, kita dapat melihat penggunaan tiga kata kerja yaitu kata kerja οιδα ; oida, οιδα ; oida dan μεμύημαι ; memuēmai
― oida ... oida ... memuēmai (saya tahu bagaimana … tahu caranya … saya telah mempelajari rahasianya), yang bisa dikatakan paralel dan merupakan juga penjelasan lebih lanjut bagi kata "aku sudah belajar" (―I have learned - 11), dan kata "aku mampu/bisa" (I am able - ay 13).
Secara literal, kata oida berarti "aku tahu bagaimana" (I know how) dan kata ini dipakai untuk menunjukkan bagaiman ia telah belajar, sehingga dapat diterjemahkan "Aku tahu bagaimana menghadapi" (I know how to cope).

Kembali pada ayat 11, pemakaian kata αὐτάρκης (autarkēs) yang secara literal berarti "menurunkan atau merendahkan" (to lower) yg merupakan penjelasan pertama hal "mencukupkan diri".

Artinya ia tahu bagaimana harus hidup dalam tingkatan yang rendah dikarenakan keterbatasan atau bahkan kemiskinan.
Dalam situasi seperti itu, ia telah belajar untuk menyesuaikan diri.

Menjelaskan kata oida kedua, Paulus memakai kata περισσεύειν ; perisseuein, yang secara literal berarti kelimpahan (ayat 12)
Melalui kata kedua ini, Paulus hendak mengatakan bahwa dia juga telah belajar bagaimana menyesuaikan dirinya dengan kelimpahan.
Dari sini, Paulus hendak menjelaskan bahwa hidupnya bukan hanya diwarnai dengan kekurangan saja, tetapi juga ada saatnya dimana ia mengalami kelimpahan.

Paulus kemudian melengkapi penjelasannya dengan memakai kata "memuēmai" yang secara literal berarti "saya telah belajar rahasia" (I have learned the secret).
Sebagaimana telah dijelaskan diatas, Paulus belajar dari pendidikan yang ia pernah terima, dari pengalaman dan praktek dan semuanya itu memampukan dia untuk menghadapi segala situasi yang sulit sekalipun.
Rahasia kehidupan Paulus tersebut adalah rahasia yang terbuka untuk semua orang yang mau belajar untuk menjalani kehidupan bersama Kristus.
Sebagai orang percaya, kita tentunya juga perlu belajar untuk menemukan rahasia dan kekuatan dalam mencukupkan diri tersebut yang kita yakini semuanya itu bersumber pada Allah.

Dari sini dapat kita simpulkan bahwa Paulus sendiri menyadari fakta bahwasanya kita memerlukan hikmat dari Allah, agar kita dapat menghadapi kehidupan kita baik itu dalam hal kekurangan ataupun kelimpahan.

Seperti yang disebutkan dalam Amsal "Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan.
Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan.
Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku (Amsal 30:8-9).


Il. Sumber kekuatan dalam menghadapi kesulitan (Fil 4:13-18)

Paulus kemudian menegaskan rahasia kemampuannya dalam mencukupkan diri dalam teks yunani yang secara literal diterjemahkan "Aku mampu melakukan segala sesuatu didalam Dia yang menguatkan aku" (I can do all things in Him who give me stragth).

Pada ayat 13, Kata "dapat kutanggung" paulus menggunakan kata yunani ἰσχύω ; ischuo ; yang artinya "aku dapat atau mampu melakukan" dalam pengertian bahwa ia mampu menghadapi atau mengatasi segala keadaan.

Kata ἰσχύω ; ischuo ; secara literal berarti memiliki kuasa atau kekuatan (to have power) dan dengan memakai kata ini Paulus hendak mengatakan bahwa aku memiliki kuasa atau kemampuan untuk menghadapi semua kondisi kehidupan.

Lalu Paulus menambahkan dengan pernyataan yang sangat penting yaitu "DI DALAM DIA YANG MENGUATKANKU"

Sekalipun Paulus sangat menekankan prinsip-prinsip dasar dalam bersandar kepada Tuhan, Paulus juga ingin menegaskan bahwa dia menghargai kebaikan jemaat Filipi yang telah mendukung dia ditengah kesulitan yang dia hadapi.
Paulus kemudian mengatakan bahwa pada saat pertama kali Paulus memberitakan Injil kepada jemaat Filipi dan kemudian Paulus melanjutkan perjalanannya dari Makedonia ke Tesalonika, jemaat Filipi adalah satu-satunya jemaat yang terus memberikan dukungan bagi pelayanan Paulus. Paulus melihat dukungan tersebut sebagai sebuah kerjasama (partnership) dimana Paulus memberitakan Injil bagi jemaat Filipi dan kini ia menerima dukungan finansial dari mereka.


Ill. Allah yang memelihara kita (Fil 4:19-20)

Jemaat Filipi, dalam keterbatasannya telah berbagi dengan Paulus dan sebagai gantinya, Paulus memberikan janji dan jaminan bahwa Allah yang akan menyediakan apa yang menjadi kebutuhan mereka (ay 19).


Pada ayat 19 ini, Paulus memulai dengan kata "ALLAHKU," yang merupakan kesaksian hidup pribadi dan pengalaman iman Paulus, dimana ia mengalami bagaimana kuasa Allah telah memenuhi kebutuhan pribadi dia melalui Yesus Kristus.

Secara literal, dapat dipahami bahwa "Allah yang telah memakai jemaat Filipi sebagai instrument dalam memenuhi kebutuhan Paulus, akan memenuhi semua kebutuhan jemaat Filipi.

Dengan demikian Paulus hendak menegaskan bahwa bukan dia yang akan membalas kebaikan orang Filipi, tetapi Allah yang menjadi sumber kekuatan Paulus dalam menghadapi segala situasi tersebut yang akan memenuhi keperluan mereka.
Paulus memberikan jaminan bahwa Allah yang menjadi sumber kekuatannya dalam menghadapi segala situasi dan Allah yang selama ini menyediakan kebutuhannya yang juga akan memperhatikan dan menyediakan apa yang menjadi kebutuhan mereka.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila seseorang mau berbagi dengan orang lain karena kasih Allah dan khususnya dalam mengembangkan pekerjaan Allah, maka Allah akan memenuhi kekurangan mereka karena kemurahan hati mereka (Prov 11:25; 19:17; Matt 5:7).

Penyediaan Allah dijelaskan lebih lanjut dengan preposisi (kata yg menerangkan kata-kata atau bagian kalimat yaitu kalimat "menurut atau sesuai dengan" (according to).

Kata ini disatu sisi memiliki arti bahwa penyediaan Allah atas kebutuhan jemaat Filipi bukan semata-mata berdasarkan kekayaan Allah, tetapi sesuai atau mencukupi apa yang menjadi kebutuhan mereka.
Disisi lain, preposisi kata ini yang secara literal artinya berdasarkan kemuliaan kekayaan Kristus.
Hal ini berarti bahwa berkat Allah diberikan kepada kita bukan hanya berdasarkan apa yang kita butuhkan dan inginkan, tetapi berdasarkan kekayaan dan kemuliaan Kristus.
Allah tahu apa yang terbaik buat kita dan Ia akan berikan yang terbaik bagi kita.
Dan dibagian akhir suratnya paulus menutup dengan kalimat yg memuliakan Allah.

Filipi 4:20 : Dimuliakanlah Allah dan Bapa kita selama-lamanya! Amin.


KESIMPULAN

Di tengah situasi yang semakin sulit ini, mari kita belajar seperti Paulus yang melihat kehidupan ini sebagai kesempatan untuk belajar menyesuaikan diri dengan segala situasi baik itu kekurangan atau kelimpahan, kenyang atau lapar dan mudah atau sukar.
Kalau kita bersedia belajar menghadapi hidup ini apa adanya, maka kita akan mampu menghadapi segala situasi tersebut.
Bukan karena kita hebat atau mampu secara manusia, tetapi karena Allah yang menguatkan dan memampukan kita.

Jika kita mau belajar menghadapi segala situasi tersebut, bahkan mau berbagi dengan saudara-saudara seiman dan bahkan sesama kita, Allah memberikan janji dan jaminan-Nya bahwa Ia akan memenuhi keperluan kita sesuai dengan kekayaan dan kemuliaan-Nya.


ErwanMusa  ☎️ 082157116469

Sabtu, 18 Mei 2024

PENTAKOSTA DAN MAKNA KEPENUHAN ROH KUDUS -- KISAH PARA RASUL 2:1-13 (Eksposisi)

PENTAKOSTA DAN MAKNA KEPENUHAN ROH KUDUS -- KISAH PARA RASUL 2:1-13 (Eksposisi)


📚 Kisah Para Rasul 2:1 (TB)
Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat.

"Pentakosta" (yun) πεντηκοστης - pentêkostê, bentuk feminin dari πεντηκοντα - pentêkonta (Markus 6:40 ; Lukas 7:41, 9:14, 16:6, Yohanes 8:57, 21:11; Kisah Para Rasul 13:20), secara harfiah berarti lima puluh.

Pentakosta Perjanjian Lama (PL) dirayakan pada setiap hari kelima puluh (50) sesudah Hari Raya Paskah - פֶּסַח ; PESAKH.
Karena 50 hari = 7 minggu, hari itu juga disebut "khag syavu'ot" / Hari Raya Tujuh Minggu (Keluaran 34:22, Ulangan 16:9). Hari Pentakosta tersebut menandakan selesainya menuai jelai yang dihitung mulai dari sejak pertama kalinya menyabit gandum (Ulangan 16:9), dan waktu imam mengunjukkan berkas tuaian itu "pada hari sesudah Sabat itu" (Imamat 23:11). Hari Pentakosta tidak hanya dirayakan pada zaman Pentateukh, bahkan hingga zaman Salomo pun Hari Pentakosta masih dirayakan (2 Tawarikh 8:13) sebagai hari raya kedua dari ketiga pesta tahunan (bandingkan Ulangan 16:16). Tiga hari raya besar yang diperingati bangsa Israel adalah: Hari Raya Roti Tidak Beragi (Paskah), Hari Raya Tujuh Minggu (Pentakosta), dan Hari Raya Pondok Daun

Beberapa hal yang perlu diketahui tentang Pentakosta Perjanjian Lama adalah :
▪ 1) Hari ke 50 setelah Paskah (Paskah Perjanjian Lama) yaitu hari bebasnya bangsa Israel dari Mesir (bdk. dengan Ul 16:1 tentang Paskah Perjanjian Lama).
▪ 2) Hari unt memperingati 2 hal, yaitu : 
a) Peringatan hari dimana Allah memberikan 10 HukumTaurat kepada seluruh bangsa Israel yang berkumpul di Gunung Sinai,
Sesudah masa pembuangan (th. 538 sM) bahkan dalam abad II sM barulah perayaan itu "dihistorisasikan", artinya dihubungkan dengan peristiwa penting dalam sejarah penyelamatan Israil. "Jadi Pentakosta atau "perayaan tujuh minggu" menjadi peringatan akan kejadian itu.
Menurut Keluaran 19:1 maka Israil tiba digunung Sinai dalam bulan ketiga setelah bulan pertama berangkat dari Mesir. Bulan ketiga itu ialah kurang lebih 50 hari.

b) Perayaan syukur karena panen gandum/hari raya bungaran "khag haqqatsir" / Hari Raya Menuai dan "yon habbikkurim" (Ul 16:10, 15; Kel 23:16 ; 34:22) dan menyatakan rasa takut dan hormat kepada Tuhan ( Yer 5:24)
▪ 3) Pada hari itu orang Israel tidak boleh melakukan pekerjaan berat (Im 23:21 ; Bil 28:26).

"Pentakosta" dalam Perjanjian Baru (PB) adalah hari turunnya Roh Kudus yang terjadi pada hari ke 50 setelah Paskah atau hari kebangkitan Yesus.
Tetapi "Pentakosta" pada Kis 2:1 ini adalah peringatan hari Pentakosta Perjanjian Lama.

📚 Kisah Para Rasul 2:2-4a
2:2  Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk;
2:3 dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.
2:4 LAI TB, Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa (GLÔSSAIS) lain (HETERAIS), seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya

Yunani :  kai {lalu} eplêsthêsan {mereka dipenuhi} apantes {semua} pneumatos {(oleh) Roh} hagiou {kudus} kai {dan} êrxanto {mulai} lalein {berkata-kata} heterais {lain/ asing, plural} glôssais {dalam bahasa-bahasa (lidah-lidah), plural} kathôs {menurut} to {(itu)} pneuma {Roh} edidou {memberikan} autois {kepada mereka} apophtheggesthai {untuk mengatakan}

Pada Pentakosta Perjanjian Baru (PB) terdapat pula mujizat yaitu karunia lidah (karunia bahasa).

Ketika murid-murid yang telah berkumpul dipenuhi dengan Roh Kudus, mulailah mereka "berkata kedalam bahasa-bahasa (glôssai) lain" seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk dikatakannya (Kisah 2:4-11).
Sehingga banyak orang Yahudi dari luar Yerusalem tercengang mendengar puji-pujian bagi Allah yang dalam bahasa (glôssais, Kisah 2:11) dan dialek-dialek (dialektos, Kisah 2: 6-8) yang dipakai di negeri mereka sendiri.
Yang dimaksud dengan bahasa lain (ay.4) disini adalah bahasa lidah atau bahasa yg di mengerti yang "benar-benar" merupakan karunia Roh Kudus, bukan bahasa lidah yang dipelajari, atau ditiru dan ditampilkan pada ibadah dalam pujian dan penyembahan dalam gereja masa kini.

Jadi, Pentakosta Perjanjian Lama (PL) menjadi Pentakosta Perjanjian Baru (PB), karena ada hal yang luar biasa terjadi dalam Kis 2:1-13, dan hal yang luar biasa tsb adalah sbb :

▪1) Turun dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras (ay 2).
Alkitab sering menggambarkan Roh Kudus sebagai angin (Yoh 3:8 ; Yeh 37:9,10,14 ; Yoh 20:22).
Kata "angin" (yun) PNEUMA memang bisa diartikan sebagai ‘roh’, ‘angin’ atau ‘nafas’ (sama seperti hal nya dalam kata Ibrani RUACH).
Jadi, sebelum Roh Kudus turun Ia didahului oleh suatu bunyi "seperti" tiupan angin keras.

▪2) Tampaklah lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing (ay 3).
Roh Kudus juga sering digambarkan sebagai api karena Ia berfungsi untuk menyucikan atau menguduskan.
Karena itu, tanda dari orang yang mempunyai Roh Kudus atau dipenuhi Roh Kudus adalah adanya perubahan hidup ke arah yang positif, baik dan benar seturut kebenaran (bukan kemampuan untuk berbahasa Roh).

"Api" disini melambangkan penyucian dan pemisahan orang-orang percaya kepada Allah bagi pekerjaan untuk memuliakan Kristus (Yoh 16:13-14). PL (
Api dlm PL dab PB (Kel,3:2 ; 13:21-32 ; Ibrani 12:29) sering dikaitkan dg kehadiran Allah
Penyataan ini mendahului baptisan dalam Roh dan tidak pernah diulang lagi di Kisah Para Rasul.

▪3) Roh Kudus turun dan memenuhi mereka (ay 4a).
Ay 4a, terjemahan Indonesia kurang lengkap terjemahannya, seharusnya ada kata ‘semua’.
NIV: ‘All of them were filled with the Holy Spirit’ (= Mereka semua dipenuhi dengan Roh Kudus).

Jadi, bukan hanya rasul-rasul saja yang menerima atau dipenuhi dengan Roh Kudus, tetapi semua orang percaya pada saat itu.
Roh Kudus diberikan bukan hanya kepada orang percaya tertentu saja, tetapi kepada semua orang yang percaya kepada Kristus.

=> Makna dari kepenuhan Roh Kudus pada hari Pentakosta adalah :

1). Penggenapan janji Allah atau nubuat dalam kitab Yoel 2:28-29 bahwa Roh Kudus di curahkan atas semua manusia pada hari-hari terakhir (bd. Kis 1:4-5; Mat 3:11; Luk 24:49; Yoh 1:33)

Yoel 2:28-29 (TB) -- Nubuat
"Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan.
Juga ke atas hamba-hambamu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu.

Kis 2:17-18 -- Penggenapan
Kisah Para Rasul 2:17-18 (TB)
Akan terjadi pada hari-hari terakhir — demikianlah firman Allah — bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi.
Juga ke atas hamba-hamba-Ku laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu dan mereka akan bernubuat.

Jadi Nubuat Nabi Yoel setelah kembali dari pembuangan di babel, sudah di genapi dalam Kis.2:17-18 dalam kurun waktu kl. 700 th, sehingga sekarang kapan saja orang percaya bisa di penuhi Roh Kudus karena Ia sudah datang ke dalam dunia sampai kedatangan Tuhan Yesus kedua kali.

2). Para murid "diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi" (Luk 24:49; bd. Kis 1:8), yang memampukan mereka bersaksi untuk Kristus, menginsafkan orang akan dosa, kebenaran dan penghakiman Allah sehingga mereka berbalik dari dosa kepada keselamataan dalam Kristus (bd. Kis 4:13,33; 6:8; Rom 15:19)
Jadi, hari Pentakosta (PB) merupakan awal dari penginjilan dunia (ayat Kis 2:6-11,39; Kis 1:8).

~> Kisah Para Rasul 1:8 (TB)
Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."

~> Yohanes 16:8 (TB)
Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; ...

3). Para pengikut Kristus menjadi orang-orang yang melanjutkan karya Kristus dalam dunia ini. Dalam kuasa Roh Kudus, mereka terus melakukan dan mengajarkan hal-hal yang sama "yang dikerjakan dan diajarkan Yesus".

~> Kisah Para Rasul 1:1 (TB) Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus.
 

📚 Kisah Para Rasul 2:4b-13
Tentang Bahasa Lain atau Lidah (ay 4b)
..., lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa (GLÔSSAIS) lain (HETERAIS), seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.

Bahasa Lain atau bahasa lidah pada ayat ini adalah suatu karunia Roh Kudus yang menyebabkan rasul-rasul bisa berbicara dalam bahasa-bahasa yang sebelumnya tidak mereka kenal atau tidak pernah mereka pelajari.

Ref :
Markus 16:17 - LAI TB
Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa (GLÔSSAIS - lidah-lidah) yang baru bagi mereka,

Tidak semua orang yang memiliki Roh Kudus/dipenuhi Roh Kudus harus berbahasa roh.
Karena Kis 2:4 adalah bagian Kitab Suci yang bersifat descriptive (menggambarkan apa yang terjadi pada saat itu).
Bagian seperti ini tidak bisa dijadikan rumus, metoda atau acuan.
 
=> Penekanan dari Pentakosta.

Banyak orang jika membahas Pentakosta selalu menekankan pada bahasa roh.
Padahal sebetulnya yang paling harus ditekankan dalam Pentakosta bukan bahasa roh tetapi Pekabaran Injil, hal ini dapat terlihat dari :

▪1) Roh Kudus diberikan utk memberitakan Injil.
Kisah Para Rasul 1:8 :
“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi”.

Bandingkan dengan Yoh 15:26 yang berbunyi :
“Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku”.

▪ 2) Semua ini terjadi di Yerusalem pada hari Pentakosta.
Mengapa Allah memilih kota Yerusalem dan memilih hari Pentakosta?
Karena pada hari Pentakosta kota Yerusalem penuh sesak, karena orang-orang Yahudi dari semua penjuru wajib datang ke Yerusalem.
Mereka semua kembali ke Yerusalem karena hal ini memang diperintahkan oleh Tuhan (Kel 23:14-17 ; Kel 34:22-23).

Ayat 5, mengatakan :
"Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit".
 
Kata "diam" tidak berarti bahwa mereka tinggal di sana, tetapi hanya berarti bahwa pada saat itu mereka berada di sana.

Kata "dari segala bangsa" artinya dari negara-negara lain.

Jadi ayat 5, menunjukkan bahwa pada saat itu Yerusalem dipenuhi oleh orang-orang Yahudi dari bangsa-bangsa lain.

Lalu ayat 6, mengatakan :
"Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak".

Kata "turun" pada ayat ini terjemahannya kurang tepat, seharusnya adalah "terjadi".
Bandingkan : terjemahan NASB : 
"And when this sound occurred"  (= Dan ketika bunyi itu terjadi).

Bunyi yang dimaksud pada ayat 6 adalah "bahasa roh dari rasul-rasul"

Jadi orang-orang Yahudi dari negara-negara lain, ikut berkerumun dan mendengar bahasa lidah tersebut.
Dan yang mereka dengar ucapan rasul-rasul itu adalah "perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah" (ay 11).
Ini jelas menunjuk pada Injil atau Gospel.

Allah memilih saat itu, supaya mereka semua bisa mendengar Injil (ay 11 - "perbuatan besar yang dilakukan Allah") dan supaya setelah mereka kembali ke negara asal mereka, mereka juga menyebarkan atau membertakan Injil.
Jadi semua ini jelas menunjukkan bahwa Pentakosta menekankan "Pekabaran Injil."

▪ 3) Pada saat itu terjadi bahasa Lain/Lidah

Saat itu harus terjadi bahasa lain/lidah karena orang-orang Yahudi dari negara-negara lain itu mempunyai bahasanya masing-masing.
Adanya banyak bahasa menghalangi Pekabaran Injil dan kalau Injil hanya diberitakan dalam 1 bahasa saja, maka orang akan beranggapan bahwa Injil itu memang ditujukan hanya untuk satu bangsa atau bahasa saja (Yahudi).
Allah tidak mau hal itu terjadi dan Ia lalu memberi bahasa Lidah.
Dengan cara ini maka :
a) Batasan bahasa dihancurkan dan Injil bisa tersebar.
b) Orang tahu bahwa Injil bukan hanya untuk satu bangsa/bahasa saja.

Semua hal-hal di atas ini jelas menunjukkan bahwa penekanan dari Pentakosta adalah Pekabaran Injil!
 
=> Hal-hal penting tentang Pemberitaan Injil.
Kisah Para Rasul 2:13 (TB)
Tetapi orang lain menyindir: "Mereka sedang mabuk oleh anggur manis."

1) Umumnya ketika dlm pemberitaan Injil selalu ada reaksi negatif (ayat 13).

Dikatakan pada ayat 13, bahwa ada sebagian orang yg bukan hanya sekedar menolak Injil tetapi bahkan mengejek orang yang memberitakan Injil (ayat 11)

2) Mujizat atau hal-hal yg supranatural tidak menjamin pertobatan.

Catatan pada ayat 13, sementara injil di beritakan dan mujizat terjadi, namun ada orang-orang tidak mau menerima pemberitaan tsb atau bertobat bahkan sebaliknya menentang.
Dalam Kis 2 ini, sekalipun ada banyak yang bertobat (itupun terjadi karena khotbah Petrus, bukan karena mujizat), tetapi ada banyak yang tidak bertobat sekalipun mereka melihat mujizat bahasa Lidah yang luar biasa (bdk. Luk 17:11-19  Mat 11:20-24  Luk 16:27-31).
 
Kata "anggur manis" (yun) gleukos ; pada umumnya yang dimaksudkan adalah sari buah anggur yang tidak difermentasi.
Dalam hal ini ejekan mereka diucapkan dengan nada sarkastik.
(Sarkastik merupakan kata sifat dari sarkasme, dan Sarkasme biasanya digunakan untuk menutupi kemarahan, rasa malu, canggung, iri hati)

PENUTUP/KESIMPULAN

Mari kita buktikan dengan rajin/tekun memberitakan Injil krn kita telah memiliki dan dipenuhi Roh Kudus.
Dan dalam memberitakan Injil, jangan takut pada reaksi negatif dan di tolak.
Teruslah memberitakan Injil krn itu tugas semua orang percaya.


 ErwanMusa : ☎️ 082157116469

Minggu, 12 Mei 2024

MDK (Materi Dasar Kekristenan) 2 -- BAB 5 : ROH KUDUS

MDK (Materi Dasar Kekristenan) 2


BAB 5 : ROH KUDUS



PENDAHULUAN

Alkitab mengajarkan bahwa untuk menyembah Allah harus dalam roh dan kebenaran, karena Dia adalah Roh (Yoh.4:24)
• Yohanes 4:24 (TB) Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."

Di sisi lain, Alkitab berkata juga bahwa manusia biasa tidak dapat menerima apa yang berasal dari Roh Allah (1 Kor.2:14)
• 1 Korintus 2:14 (TB) Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani.

Tetapi Tuhan telah memberikan pengertian kepada orang-orang yang mengasihi Dia, dan yang telah menerima Roh Kudus (Rm. 8:5; 1Kor. 2:12).
• Roma 8:5 (TB) Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.
• 1 Korintus 2:12 (TB) Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita.

Dan kita dapat merasa yakin karena mengetahui bahwa pada suatu hari, kita akan melihat gambaran yang lengkap dan sempurna ketika kita bertemu dengan Allah sendiri (1Kor. 13:12).
• 1 Korintus 13:12 (TB) Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.

KEPRIBADIAN ROH KUDUS

Dalam terjemahan Yunani, kata “Roh” itu pneuma, mempunyai arti yang sama dengan “nafas” atau “angin”.
Jadi, secara hurufiah kita dapat menerjemahkan “Roh Kudus” sebagai “Nafas Kudus” atau “Angin Kudus”, tetapi itu tidak akan sesuai dengan seluruh kepribadian Roh Kudus.
Tuhan Yesus pernah berkata bahwa menghujat Roh Kudus adalah dosa yang jauh lebih serius daripada menghujat Anak Allah (Mat. 12:31-32).
Kerasnya peringatan ini membuat kita sulit menerima bahwa Roh Kudus hanya sekadar kekuatan dari luar diri manusia yang dikendalikan Allah sebagai alat ilahi.
Mengenai hal ini, dalam kitab Yohanes 4:24 Yesus menyamakan Allah dengan Roh, dan karena itu Roh Kudus pastilah merupakan pribadi yang sama dengan Allah sendiri.

Dalam Yohanes 14-16, Yesus menggunakan kata ganti orang “Dia”, sebanyak lima kali untuk menyebutkan Roh Kudus (Yoh. 14:26; 15:26; 16:8; 13,14).
Dengan demikian Yesus menjelaskan kepribadian Roh Kudus.
Paulus juga menjelaskan kepribadian Roh Kudus dengan berkata, “Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, sama seperti yang dikehendaki-Nya” (1Kor. 12:11).

Dari Alkitab, kita dapat melihat bahwa Roh Kudus secara pribadi mewujudkan diri-Nya sendiri melalui tiga hal: hikmat, perasaan dan kehendak.
• Melalui hikmat-Nya, Roh Kudus membedakan yang baik dan jahat (Ef. 4:30); memberi kesaksian tentang kebenaran dan Yesus Kristus (Yoh. 14:6; 15:26); menyelidiki hal-hal terdalam dari Allah (1Kor. 2:10); mengajar dan melatih umat Allah (Neh. 9:20; Yoh. 14:26); memimpin orang percaya kepada seluruh kebenaran (Yoh. 16:13); dan menyatakan rahasia-rahasia Kristus (Ef. 3:5).
• Dalam hal perasaan, Roh Kudus mengasihi (Rm. 15:30), memberikan anugerah (Ibr. 10:29), berduka (Yes. 63:10; Ef. 4:30), menghibur (Kis. 9:31) dan menjadi perantara bagi orang-orang percaya (Rm. 8:27).
• Dalam hal kehendak-Nya, Roh Kudus mempunyai “maksud” (Rm. 8:27), membuat keputusan (Kis. 15:28), memberi perintah (Kis. 8:29), menugaskan pekerja kudus (Kis. 13:1-4), mengarahkan pekerjaan gereja (Kis. 16:6), mengurapi pekerja kudus (Kis. 20:28), membagi-bagikan karunia kepada jemaat (1Kor. 12:11), menginjil dan mengembalakan (Why. 2:7; 11, 17, 29; 3:6, 13, 22; 22:17).

SIAPA ROH KUDUS

Alkitab seringkali memakai istilah “Roh Kudus” dan “Roh Allah” secara bergantian, untuk menjelaskan bahwa Roh Kudus adalah Roh Allah.
Dari petunjuk ini, kita mengetahui bahwa Roh Kudus tidak terpisahkan dari Allah, karena Roh Kudus adalah Allah sendiri.

Mengenai upaya memahami perkara-perkara rohani, Rasul Paulus berkata, “Siapa gerangan di antara manusia yang tahu apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia?
Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah” (1Kor. 2:11).
Jadi, untuk memahami sifat ke-Allah-an membutuhkan hikmat dan wahyu rohani melalui Roh Kudus Allah.
Karena itu, kita harus bersandar pada Roh Kudus, dan bukan pada hikmat duniawi, untuk mendapatkan pengetahuan yang benar tentang Dia (Yoh. 14:26; 16:13; Ef. 1:17).

Dalam Kejadian 1:1 tertulis bahwa “Allah menciptakan langit dan bumi”, sementara pada Kejadian 1:2 tertulis, “Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air” sebelum segala sesuatu diciptakan.

Pada Perjanjian Lama, Allah berjanji untuk mencurahkan Roh Kudus kepada umat-Nya.
Dengan demikian Allah menyatakan lagi bahwa Roh Kudus adalah Roh-Nya (Yeh. 36:27; 37:14; Yoel 2:28-29).
Ketika kita merenungkan pesan-pesan dalam nubuat Perjanjian Lama, kita hanya dapat merasa takjub karena Allah sampai berpikir untuk tinggal di dalam diri manusia.
Alkitab mencatat, Roh Kudus turun pada hari Pentakosta, yang menyebabkan Rasul Petrus menyatakan bahwa nubuatan dalam kitab Yoel Allah telah digenapi (Kis. 2:16-18).
1 Yohanes 3:24, "Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita”.
1 Yohanes 4:13 juga tertulis, “demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya.”

Tulisan-tulisan Rasul Paulus menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah Roh Allah.

a) “Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang” (1Kor. 12:6);
b) “Karena Allah-lah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya” (Flp. 2:13);
c) “Satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang…dan di dalam semua” (Ef. 4:6);
d) “Tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu” (1Kor. 6:19).

Paulus juga berbicara tentang karunia-karunia rohani dari Roh Kudus :
“Tetapi semua ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya” (1Kor. 12:11).

Yakobus menambahkan, “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang” (Yak. 1:17).

Seluruh ayat Alkitab di atas menunjukkan satu hal mendasar : Roh Kudus adalah Roh Bapa Surgawi sendiri.

ROH KUDUS TIDAK DIBATASI RUANG DAN WAKTU

Hal penting yang perlu dimengerti tentang ke-Allahan adalah bahwa Roh Kudus tidak terbatas oleh ruang dan waktu.
Sebagai manusia, kita tahu bahwa benda-benda materi dibatasi oleh kedua hal ini.
Contohnya, suatu benda tidak dapat berada di dua tempat pada saat yang sama.
Sebaliknya, Roh Kudus dapat melampaui rintangan fisik seperti ini, karena Dia memenuhi seluruh alam semesta (Mzm. 139:7-10; Yer. 23:23-24).

Ketika Yesus datang ke dunia dalam rupa manusia, Ia dibatasi oleh ruang dan waktu sebagai akibat dari kemanusiaannya.
Oleh karena dalam injil kita melihat bahwa Yesus tidak pernah muncul di dua tempat secara bersamaan, tetapi setelah Yesus bangkit, Ia mengenakan tubuh rohani.
Karena itu Yesus dapat menampakkan diri dan hilang dari hadapan murid-murid-Nya (Luk. 24:36, 31) dan tiba-tiba dapat masuk ke dalam rumah tempat mereka berkumpul (Yoh. 20:19-26).
Catatan dalam Alkitab ini menunjukkan perbedaan antara keberadaan-Nya dalam rupa manusia dan keberadaan-Nya dalam tubuh rohani.

Dari Alkitab, kita melihat bukti lebih lanjut bahwa Allah adalah Roh yang melampaui ruang dan waktu:

• Roh Kudus turun kepada Maria sehingga ia mengandung, memungkinkan perwujudan Allah dalam rupa manusia (Mat. 1:18; Luk. 1:35; Yoh. 1:14; 1Tim. 3:16).
• Ketika Yesus dibaptis, Roh Kudus turun dalam rupa burung merpati, dan Bapa berbicara dari surga (Mat. 3:16-17).
Contoh praktis dari pengalaman kita untuk menunjukkan bagaimana Roh melampaui ruang dan waktu, jika 100 orang percaya berdoa pada saat yang sama dari tempat yang berbeda, mereka semua dapat menerima dan dipenuhi Roh Kudus karena Ia tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.

Alkitab memberitahukan kita bahwa oleh “satu Roh”, kita semua dibaptis ke dalam satu tubuh dan minum dari “satu Roh” (1Kor. 12:13).
Allah mengaruniakan Roh tanpa batas (Yoh. 3:34), karena Dia tidak terbatas.

KESIMPULAN

Sebagai manusia yang terbatas, kita tidak mempunyai kemampuan yang cukup untuk sepenuhnya mengerti dan menjelaskan tentang Allah yang tidak terbatas.
Tetapi dengan petunjuk Roh Kudus, setidaknya kita dapat memperoleh pengertian tentang sifat ke-Allah-an.
Hal penting yang muncul dari Alkitab adalah, Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus untuk menggenapi rencana keselamatan-Nya.


ErwanMusa ☎️ : 082157116469

MDK (Materi Dasar Kekristenan) 2 -- BAB 4 : KRISTOLOGI

MDK (Materi Dasar Kekristenan) 2


BAB 4 : KRISTOLOGI


Kristologi berasal dari dua kata, yaitu Khristós yang artinya Kristus dan logia yang artinya ilmu atau pengetahuan.
Maka Kristologi berarti ilmu pengetahuan tentang Kristus.
Dengan kata lain kristologi adalah bidang studi dalam teologi Kristen yang terutama berkaitan
dengan kehidupan Yesus (apa yang Ia lakukan), sifat dan pribadi Yesus Kristus dan ajaran-ajaran-Nya serta bgm peran yang dilaksanakan-Nya dalam rencana Allah bagi umat manusia seperti yang tercatat dalam Injil dan surat-surat dalam Perjanjian Baru.
Akan tetapi sebagai ilmu pengetahuan, Kristologi tidak berdiri sendiri tetapi merupakan bagian dari sebuah ilmu pengetahuan yang lebih luas, yakni teologi.

KE-TUHANAN YESUS

Untuk dapat menemukan Kristologi yang lengkap, mengenai ke-Tuhanan Yesus dalam kehidupan-Nya sebagai manusia, maka harus kembali kepada Alkitab.
Inti dari iman Kristen adl didasarkan pada kenyataan bahwa Yesus benar-benar Allah yang menjelma menjadi manusia.
Beberapa hal pokok yg akan kita pelajari berkenaan dg ke-Tuhanan Yesus antara lain : inkarnasi Kristus, gelar ke-Tuhanan Yesus, istilah Tuhan, bukti kebangkitan-Nya, dan serta implikasi dari ke-Tuhan Yesus.

INKARNASI YESUS

Ajaran tentang inkarnasi pada dasarnya ingin menunjukkan bahwa Yesus dari Nazaret adalah Allah yang berinkarnasi menjadi manusia.
Manusia dapat mengenal Allah jika Allah mewujudkan diri-Nya dalam suatu bentuk yang dapat dipahami oleh manusia yaitu dengan menjadikan diri-Nya seorang manusia.
Rasul Paulus berkata bahwa di dalam Kristus berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allah-an.
Kristus menjadi manusia supaya manusia dalam batas-batas tertentu dapat memperoleh pengertian tentang Allah yang tidak terbatas.
Allah mau menjadi manusia untuk menjembatani jurang pemisah antara Allah dan manusia.
Seandainya Yesus Kristus "hanyalah" seorang manusia atau makhluk ciptaan, maka jurang pemisah antara Allah dan manusia - antara yang tidak terbatas dan yang terbatas, antara Pencipta dan yang diciptakan, antara Yang Kudus dan yang tidak kudus akan tetap ada.
Supaya manusia dapat mengenal Allah dan rencana besar Allah bagi manusia maka Allah harus turun kepada manusia dalam diri Yesus yang dikenal sebagai inkarnasi.
Jadi Inkarnasi Yesus menunjukkan bahwa Ia adalah Allah sepenuhnya dan juga manusia sepenuhnya.

Istilah ”inkarnasi" berasal dari kata latin incarnatio (in: masuk ke dalam; dan carnis: daging) artinya ”masuknya Kristus ke dalam daging manusia”.

Yesus Kristus adalah firman Allah, yang dari luar, dari atas, masuk ke dalam dunia manusia.
Baik kata benda "inkarnasi" maupun kata sifatnya tidak terdapat dalam Alkitab.
Akan tetapi, padanan kata Yunani untuk bahasa Latin incarne, (Yunani, εν σαπκι - en sarki : dalam daging) terdapat pada beberapa pernyataan penting dalam PB tentang pribadi dan karya Yesus Kristus.

1 Timotius 3:16 ”...Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia (inkarnasi), …”. Kristus membuat karunia perdamaian-Nya "di dalam tubuh jasmani-Nya‟ (Kol. 1:22, bdk dengan Ef. 2:15), dan bahwa dengan mengutus anak-Nya "dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa‟.

Petrus berkata tentang Kristus yang mati untuk kita "dalam keadaan-Nya sebagai manusia‟ (σαπκι - sarki ; σαπξ - sarx : daging) 1 Petrus 3:18.

Ayat-ayat di atas tersebut dapat disimpulkan, bahwa ”inkarnasi” berarti ”di dalam daging” dan menunjuk pada tindakan dimana pribadi kedua dari Allah yang kekal mengambil bagi diri-Nya natur manusia, melalui kelahiran dari seorang anak dara.
Meskipun demikian, kemanusiaan-Nya adalah tanpa dosa.

Dia datang dalam nama Bapa-Nya, artinya Ia mewakili Bapa-Nya (Yohanes 5:43), dan karenanya semua yang diucapkan-Nya dan diperbuat-Nya adalah sesuai dengan perintah Bapa (Yoh. 7:16 dst. bnd 12:49 bnd; 14:10), maka hidup-Nya di dunia adalah menyatakan Bapa-Nya dengan sempurna (Yoh. 14:7).

▪ Tujuan Yesus berinkarnasi :

a). Untuk menyingkapkan Allah kepada manusia.
Jalan agar manusia dapat melihat Bapa ialah dengan mengenal Putra-Nya, dan cara kita dapat melakukannya sekarang ialah dengan mempelajari catatan tentang kehidupan-Nya dalam Alkitab.
b). Untuk memberikan suatu teladan bagi kehidupan kita.
Kehidupan Tuhan Yesus di dunia bagi kita sebagai suatu pola ( role model) untuk kehidupan kita sekarang (1 Pet.2:21; 1Yoh. 2:26).
Tanpa Inkarnasi maka manusia tidak akan memiliki contoh tersebut.
Sebagai manusia Ia mengalami perubahan kehidupan yang memberikan suatu contoh pengalaman bagi kita.
c). Mengorbankan diri-Nya bagi dosa.
Tanpa Inkarnasi tersebut, kita tidak akan memiliki seorang Juru Selamat.
Allah tidak dapat mati.
Jadi Juru Selamat itu harus manusia agar dapat mati untuk menebus dosa manusia.
d). Menjadi seorang Imam Besar yang penuh rasa simpati (Ibr. 4:14-16).
Imam Besar kita mampu merasakan kelemahan kita.
e). Menjadi seorang hakim yang memenuhi syarat.
Semua penghakiman akan dilakukan oleh Tuhan Yesus.

GELAR KE-TUHANAN YESUS

Gelar adalah sebutan yang menerangkan atau merujuk ke suatu tugas atau kedudukan khusus seseorang.
Jadi gelar bisa mengacu kepada kehormatan yang harus diberikan kepada seseorang tersebut. Seperti, Yohanes digelari "pembabtis‟ karena istilah ini khas mencirikan tugasnya.
Hal ini pun ada kaitannya dengan gelar-gelar yang diberikan kepada Yesus dalam Perjanjian Baru.

a). Anak Allah
Gelar "Anak Allah" ini disebutkan sampai dua kali kepada Maria.
Maksudnya sangat jelas, yaitu untuk meluruskan pengertian Maria yang tadinya masih berpandangan tentang anak sebagai pembuahan biologis.

”jawab Malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah”(Lukas 1:35).

Anak Allah yang dimaksud sama sekali bukan istilah insani, melainkan istilah rohaniah, yang artinya Yesus benar-benar Allah sejati.
Istilah ini tepat, karena memang terjadi suatu “kelahiran” (ke-anak-an), dimana Sang Firman telah ber-inkarnasi menjadi manusia dan diam di antara manusia (Yoh. 1:14).

Sebagai "Anak Allah", Ia berkarya untuk menyatakan diri Allah sedemikian lengkap dan
sempurnanya, sehingga Allah yang tadinya tidak dapat dipahami, menjadi dapat dipahami dan dapat diikuti keteladanan-Nya dan kedekatan-Nya.

Itulah sebabnya Yesus dapat berkata: “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yohanes 14:9).

Catatan :
Nama "Yesus" berasal dari nama Latin Iesus, transliterasi dari nama Yunani  Ἰησοῦς ( Iesous ). 
Bentuk Yunani tersebut merupakan terjemahan dari nama Ibrani ישוע ( Yeshua ; "Yesua" dalam bahasa Indonesia), suatu varian dari יהושע ( Yehoshua ; "Yosua" dalam bahasa Indonesia) yang adalah nama sebelumnya. 
Nama Yesua telah digunakan di Yudea pada waktu kelahiran Yesus. 

Matius 1:21@ (TB) Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, ...

Sejak awal Kekristenan, umat Kristen lazim menyebut Yesus sebagai "Yesus Kristus". 
Kata Kristus (Christ dalam bahasa Inggris) berasal dari kata Yunani Χριστός (Christos), yang adalah terjemahan dari kata Ibrani מָשִׁיחַ ( Meshiakh ), artinya yang "diurapi" dan biasanya ditransliterasi ke dalam bahasa Inggris sebagai "Mesias" ("Mesias" dalam bahasa Indonesia). 
Umat Kristen percaya bahwa Yesus Kristus adalah Mesias yang dinantikan, yg dinubuatkan dalam Alkitab Perjanjian Lama ( Yohanes 4:25–26 ).

b). Raja dan Mesias
Pengharapan Yahudi berpusat akan didirikannya pemerintahan atau Kerajaan Allah, dan pengharapan ini sering dihubungkan dengan datangnya seorang tokoh yang mewakili Allah untuk menjalankan pemerintahan-Nya.
Tokoh seperti itu tentulah seorang "Raja‟, yang diurapi oleh Allah dan dari suku Daud.
Istilah "yang Diurapi" biasanya ditetapkan untuk raja, imam, atau nabi.
Gelar Mesias dipakai sebagai gelar resmi dari tokoh utama yang dinanti-nantikan oleh orang Yahudi, yang merupakan Juruselamat yang mereka tunggu.

Dalam Lukas 7:22, Yesus juga dengan secara tidak langsung menunjuk diri-Nya adalah Mesias. Namun Yesus mengajar murid-murid-Nya untuk mempercayai bahwa Dia-lah Mesias atau Kristus (artinya : Raja yang diurapi) yang datang dari Allah, tetapi bukan Mesias duniawi seperti yang diharapkan orang Yahudi (Yohanes 18:26).

ISTILAH TUHAN

Para penulis kitab dalam Perjanjian Baru menghubungkan istilah κύριος (Tuhan) dengan Yesus, khususnya setelah Ia bangkit dan naik ke surga.
Istilah ini menandakan ke-Allahan apabila di terapkan pada Yesus.
Dalam Septuaginta κύριος biasanya adalah terjemahan dari nama JHWH atau Yehovah.
Dalam Perjanjian Lama, Tuhan menyatakan nama-Nya sebagai YHWH atau Jehovah.
Dalam bahasa Indonesia ditulis sebagai TUHAN (dengan huruf besar semua).

Keluaran 6: 2-3, Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: Akulah TUHAN. Aku telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak dan Yakub sebagai Allah Yang Mahakuasa, tetapi dengan nama-Ku TUHAN Aku belum menyatakan diri.

Selain daripada itu nama TUHAN (Kurios) juga berarti, bahwa Ia memiliki "kekuasaan raja‟, sebagaimana kaisar Roma juga memiliki kuasa raja.
Tuhan Yesus adalah Raja di atas segala raja dan Tuhan di atas segala Tuan (1 Tim. 6:15).
Sebutan ini di berikan kepada Yesus sebagai Juru Selamat setelah Ia menyelesaikan karya penyelamatan-Nya, dengan bangkit dari antara orang mati.

Maka di Fil. 2:11 disebutkan, bahwa Allah telah meninggikan Dia, supaya segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan”, bagi kemuliaan Allah Bapa.

Beberapa perkataan Yesus yang menarik dipelajari: Yesus mengatakan, "Akulah gembala yang baik" (Yohanes 10:11), sedangkan Perjanjian Lama mengatakan, 'TUHAN adalah gembalaku' (Mazmur 23:1).

Yesus menyatakan Dia adalah hakim atas segala bangsa (Yoh. 5:27; Mat. 25:31), Perjanjian Lama mengatakan TUHAN adalah hakim segala bangsa (Yoel 3:12).

Yesus mengatakan, "Akulah terang dunia" (Yoh. 8:12), Perjanjian Lama mengatakan ''TUHAN akan menjadi penerang abadi bagimu" (Yesaya 60:19).

Yesus berdoa kepada Bapa untuk kemuliaan kekal-Nya, "Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada" (Yohanes 17:5)
Yesus mengatakan Dia adalah yang pertama dan yang akhir (Wahyu 1:17), sama seperti Yehovah dalam Perjanjian Lama (Yesaya 44:6).
Rujukan-rujukan ini menjelaskan bahwa para rasul bermaksud memberikan kepada Yesus gelar Tuhan dalam pengertian yang setinggi-tingginya.
Bagi orang Yahudi khususnya, istilah κύριος (Kurios) ini senantiasa menempatkan Kristus setara dengan Bapa.

BUKTI KEBANGKITAN YESUS

Bukti menetapkan ke-Allahan Yesus bertumpu pada kebangkitan Yesus dari kematian.
Sebab dalam kebangkitan itu dinyatakan benar-benar, siapa Yesus Kristus, yakni bahwa Ia adalah Anak Allah (Rm. 1:4).
Dalam Kebangkitan Yesus, sesungguhnya berarti bahwa Allah pada hakikatnya telah menyatakan diri di dalam Yesus.

Khotbah Petrus pada hari Pentakosta sepenuhnya dan seutuhnya dibangun atas dasar kebangkitan.
Kepercayaan teguh para rasul kepada Yesus berakar pada keyakinan bahwa Dia tidak tinggal dalam maut, tetapi telah dibangkitkan oleh Allah.
Bahwa Yesus sudah bangkit, adalah sama pastinya dengan kematian-Nya. Mereka adl saksi-saksi berdasarkan apa yang mereka alami bersama-Nya, tentu saja setelah mereka melihat-Nya sendiri, , dan menjadi unsur utama dari khotbah mereka tentang Dia.
Kebangkitan Kristus sejak dulu telah dianggap sebagai doktrin utama dari gereja.

Paulus menyerukan, ”Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu” (1Kor. 15:17).

Yesus menegaskan bahwa kebangkitan-Nya dari antara orang mati akan menjadi ”tanda” untuk membenarkan pangakuan-Nya sebagai Mesias (Mat. 12; Yoh.2).
Kubur yang kosong adalah saksi dari kebangkitan Kristus yang tidak akan pernah terbantahkan.

IMPLIKASI DARI KE-TUHANAN YESUS


Terdapat beberapa implikasi penting yang berhubungan dengan doktrin mengenai ke-Tuhanan Kristus:
1). Manusia dapat memiliki pengenalan yang benar tentang Allah.
Yesus berkata, ”Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh. 14:9).
Apabila manusia ingin mengetahui bagaimana kasih Allah, kekudusan-Nya, maka kita hanya perlu melihat ajaran dan keteladanan Kristus hingga mati di kayu salib.
2). Penebusan tersedia bagi manusia.
Kematian Kristus memadai bagi semua orang berdosa yang pernah hidup, karena yang mati bukanlah manusia yang fana, melainkan Allah yang tak terbatas.
Dia, sumber hidup, yang memberi dan menopang kehidupan, yang sebenarnya tidak harus mati, telah mati karena kita.
3). Allah dan manusia telah bersekutu kembali.
Yang datang bukanlah malaikat atau manusia yang diutus oleh Allah kepada manusia, melainkan Allah sendiri yang telah melintasi jurang akibat dosa.
4). Menyembah Kristus merupakan hal yang layak.
Kristus bukanlah sekedar yang tertinggi dari semua makhluk ciptaan, tetapi Dialah Allah sendiri yang setara dengan Bapa.
Ia pantas menerima pujian, penyembahan dan ketaatan kita.

KESIMPULAN

Kristologi adalah bidang studi dalam teologi Kristen yang terutama berkaitan dengan sifat dan pribadi Yesus Kristus seperti yang tercatat dalam Injil dan surat-surat dalam Perjanjian Baru.
Kristologi sebagai ilmu pengetahuan merupakan bagian dari sebuah ilmu pengetahuan yang lebih luas, yakni teologi.
Kita tidak akan pernah menemukan sosok lain manapun, termasuk malaikat yang berani mengklaim diri-Nya menyatu dengan Allah Bapa.
Oleh karena itu, pemahaman bahwa Kristus adalah Allah dan juga manusia tidak bisa diragukan. Kristus merupakan Pribadi kedua dari Trinitas yang tidak pernah diciptakan, dan Ia sehakekat dengan Allah.


ErwanMusa ☎️ : 082157116469

MDK (Materi Dasar Kekristenan) 2 -- BAB 3 : DOKTRIN ALLAH

 

MDK (Materi Dasar Kekristenan) 2

BAB 3 : DOKTRIN ALLAH



PENGERTIAN DOKTRIN ALLAH

Doktrin ini mempelajari tentang pokok-pokok penting yaitu tentang eksistensi dan pengenalan pribadi Allah dan sekaligus supaya kita memiliki relasi dan hidup dalam keintiman dengan Allah.
Doktrin Allah disebut juga Theology Proper (studi tentang Allah dan sifat-sifat-Nya/Teologi yg berfokus pada Allah Bapa), yaitu untuk membedakan dengan teologi yang diartikan sebagai Ilmu tentang Allah secara umum dan luas, karena mencakup seluruh aspek kepercayaan Kristen.
Oleh karena itu, ketika kita mempelajari Pribadi Allah secara khusus, kita memakai istilah Teologi Proper.
Doktrin Allah dipahami sebagai usaha untuk mempelajari tentang Allah, yang mencakup keberadaan Allah, pengenalan akan Allah, kepribadian Allah, sifat-sifat Allah, nama-nama Allah, ketetapan Allah, dan karya-Nya dalam kehidupan manusia.
Usaha-usaha ini tidak boleh dilihat dari sudut pandang atau pengertian manusia, karena pada dasarnya manusia bukanlah sumber yang tepat untuk mengetahui segala sesuatu.

Pengkhotbah 8:17 (TB)
maka nyatalah kepadaku, bahwa manusia tidak dapat menyelami segala pekerjaan Allah, yang dilakukan-Nya di bawah matahari. Bagaimanapun juga manusia berlelah-lelah mencarinya, ia tidak akan menyelaminya. Walaupun orang yang berhikmat mengatakan, bahwa ia mengetahuinya, namun ia tidak dapat menyelaminya.

Sumber utama yang tepat untuk kita mempelajari tentang Allah adalah Alkitab.
Alkitab adalah Firman Allah yang diinspirasikan oleh Allah Roh Kudus kepada para penulis Alkitab (2 Tim. 3:16).
Jadi, kita harus mempelajari Pribadi Allah dari apa yang Allah nyatakan kepada kita melalui Alkitab, yaitu firman-Nya.

Hubungan Doktrin Allah dengan Doktrin-Doktrin Lainnya

Tanpa pengenalan yang benar tentang siapakah Allah, kita tidak dapat melihat ajaran-ajaran Kristen lainnya secara tepat (Kristologi, Roh Kudus, Manusia, Dosa, Soteriologi, dll).

Misalnya, tentang Allah Tritunggal yang dipelajari sebagai salah satu natur Allah.
Jika kita tidak bisa menerima ajaran Allah Tritunggal, hubungan dari semua doktrin lainnya tidak akan memiliki kekuatan untuk bertahan sebagai satu sistem kepercayaan yang masuk akal.
Ajaran Allah Tritunggal tidak mungkin bisa dipisahkan dari doktrin Soteriologi (Keselamatan), doktrin Kristus, dan lain-lain.
Karena itu, doktrin Allah dapat dilihat menjadi pusat untuk memahami doktrin-doktrin lainnya secara komprehensif.

Pentingnya Mempelajari Doktrin Allah

Jika orang Kristen ditanya, "Apakah kamu percaya kepada Allah?", sebagian besar pasti akan menjawab, "Ya, saya percaya."
Akan tetapi, jika pertanyaan dilanjutkan dengan, "Jelaskan dengan kata-katamu sendiri, siapakah Allah?
Sifat-sifat apa yang Allah miliki dan apakah kamu dapat membuktikan sifat-sifat Allah itu?"
Banyak orang Kristen akan memiliki kesulitan untuk menjawab secara pasti, bahkan menjadi bingung.
Oleh karena itu, kita harus melihat dengan serius apa pentingnya bagi kita untuk mempelajari doktrin Allah.

SUMBER MEMPELAJARI DOKTRIN ALLAH

Mempelajari doktrin Allah bisa dilakukan dengan berbagai cara, karena ada banyak sumber yang tersedia.
Allah sendirilah yang telah menyediakan sarana-sarana tersebut.
Allah secara aktif bekerja hingga saat ini untuk menunjukkan kepada kita bagaimana kita bisa mengenal Dia dan mempelajari tentang Dia.

Alkitab

Allah secara aktif telah menyatakan Diri-Nya dengan memilih, memanggil, dan memimpin para nabi dan para rasul (para penulis Alkitab) untuk menuliskan firman-Nya agar dapat dibaca dan dimengerti manusia dari zaman ke zaman.

Lukas 16:29, "Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu.

Segala sesuatu yang Allah ingin manusia tahu tentang Allah telah disampaikan-Nya kepada mereka dan dituliskan dalam Alkitab seperti yang telah kita terima saat ini.
Karena itu, Alkitab adalah sumber utama untuk manusia mempelajari dan mengenal Pribadi Allah serta hubungan-Nya dengan manusia serta semua ciptaan Allah lainnya.

Yohanes 1:1 (TB)
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

Hamba-Hamba Tuhan yang Takut akan Tuhan

Alkitab diitulis oleh 40 penulis yang hidup pada tempat, waktu, dan latar belakang yang berbeda.
Melalui iluminasi Roh Kudus (Yoh. 14:26), Allah memakai para hamba-Nya, dari zaman ke zaman, untuk menjelaskan dan menafsirkan ajaran-ajaran penting tentang Pribadi Allah yang dituliskan dalam Alkitab.
Para ahli teologi juga mengumpulkan tema atau topik utama tentang Allah dalam seluruh Alkitab.
Lalu, mereka menyusunnya menjadi buku-buku pengajaran (doktrin) untuk menjadi salah satu sumber bagi orang Kristen belajar tentang Allah.
Namun buku-buku doktrin ini tidak memiliki otoritas seperti Alkitab (yang tidak ada salahnya).
Oleh karena itu, setiap doktrin harus diuji dan dipelajari dalam terang Firman Tuhan (Alkitab).

GARIS BESAR DOKTRIN ALLAH

Seiring dengan perkembangan sejarah ajaran iman Kristen dalam gereja, dan juga dengan banyaknya aliran teologia yang ada hingga saat ini, gereja harus mengajarkan pokok-pokok doktrin Allah secara benar menurut makna dan maksud Alkitab dengan sebenarnya.

Inti garis besar Doktrin Allah dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Keberadaan Allah
- Pengenalan akan Allah
- Nama-Nama Allah dan Atribut-Atribut Allah (Karakter Allah)

Mempelajari doktrin Allah seharusnya menjadi bagian utama dalam kehidupan Kristen karena Allahlah yang memulai "segala sesuatu" (Kol. 1:16).
"Segala sesuatu" dimengerti benar-benar dalam arti yang sesungguhnya.
Tanpa Allah, manusia dan alam semesta tidak mungkin ada.
Dan tanpa Allah tidak ada sesuatu pun yang bisa kita ketahui dan pahami, karena Dialah sumber dari segala sesuatu yang dapat kita pikirkan.
Oleh karena itu, mempelajari doktrin Allah akan menjadi pijakan utama (fondasi yang kuat) untuk kita bisa melihat pertumbuhan iman Kristen dalam perspektif yang benar, yaitu melihat segala sesuatu dengan Allah sebagai pusatnya (1Kor. 2:14; Yoh. 16:13; 2Ptr. 1:20-21).

KEBERADAAN ALLAH

Alkitab menegaskan dalam Ibrani 11:6, "Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.

▪ Fakta-Fakta Alkitab tentang Keberadaan Allah

Penerimaan terhadap Doktrin Inspirasi Alkitab adalah dasar dari iman Kristen.
Melalui firman-Nya, kita percaya bahwa Allah telah memberitahukan kepada kita tentang keberadaan Allah.

Kej. 1:1 berkata, "Pada mulanya, Allah menciptakan langit dan bumi."
Hal ini menunjukkan bahwa penulis kitab Kejadian tidak meragukan tentang keberadaan Allah. Demikian juga penulis-penulis kitab lain yang menerima fakta keberadaan Allah secara alamiah.

Alkitab mengatakan bahwa hanya orang bodoh yang mengatakan bahwa Allah tidak ada (Mzm. 14:1).
Alkitab memberi tahu kita bahwa ada orang-orang yang secara aktif menyangkali campur tangan Allah dalam kehidupan manusia (Ayb. 22:12-14).

Alkitab juga memberitahukan bahwa, Roh Allahlah yang mengangkat kita menjadi anak-anak Allah, sehingga kita dapat memanggil-Nya "... Abba, Bapa!" (Rm. 8:15).

Melihat fakta-fakta di atas, sebagai orang Kristen kita harus menyadari dan memiliki kepastian bahwa Allah ada.
Allah terus bekerja hingga waktu yang ditentukan, menopang alam semesta dan aktif terlibat dalam kehidupan manusia.
Sementara itu, Alkitab juga menegaskan bahwa Roh Kudus terus menuntun orang yang belum percaya untuk mengenal Allah dengan memberikan kelahiran kembali saat mereka mendengar pemberitaan Injil (Rm. 1:16).
Hanya dengan demikian, orang berdosa dapat memperoleh pengetahuan yang sesungguhnya tentang Allah dan mengenal Dia secara pribadi.

PENGENALAN AKAN ALLAH

Pada umumnya seluruh gereja mengakui bahwa Allah adalah Pribadi yang dekat dan dapat dikenal oleh manusia.
Seperti yang tertulis pada Hos. 6:3, ".... 'Marilah kita mengenal, marilah kita mengejar untuk mengenal TUHAN.

Kemunculan-Nya seperti terbitnya fajar, dan Dia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi.'"
Dan juga kita mengakui bahwa Allah adalah Allah yang tidak terbatas, sedangkan manusia sebagai ciptaan adalah terbatas

Jadi, bagaimana seharusnya kita mengenal Allah yang kita sembah ?

▪ Mengenal Allah dengan Benar

Allah ingin dikenal oleh ciptaan-Nya, Ia memberikan perasaan batin dalam diri manusia untuk memiliki kerinduan mengenal Dia.
Allah memberikan kemampuan kepada manusia untuk dapat mengenal Dia.

a). Pengenalan akan Allah Menurut Alkitab

Allah adalah sumber pengetahuan untuk kita dapat mengenal Dia.
Melalui Alkitab, Allah telah menyatakan Diri-Nya dengan jelas melalui para nabi dan rasul.
Berikut beberapa pernyataan Alkitab yang menolong kita mengerti bagaimana mengenal Allah yang benar.
- Hikmat Dunia Tidak Mengenal Allah
Kita tidak dapat mengenal Allah melalui hikmat dunia (1Kor. 1:21).
- Allah Adalah Roh
Manusia tidak dapat melihat Allah karena Allah adalah Roh.
Akan tetapi, bukan berarti kita tidak dapat mengenal Allah.
Kita harus menjadi manusia rohani untuk mengenal Allah (Yoh. 4:24).
- Hanya Yesus Kristus yang Pernah Melihat Allah
Manusia rohani dapat melihat Allah melalui Yesus Kristus.
"Barang siapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami." (Yoh. 14:9b; 1Tim. 6:16)

b). Pengenalan akan Allah Hanya Melalui Yesus Kristus

"Segala sesuatu telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku. Dan, tidak seorang pun mengenal Anak, selain Bapa; tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Sang Anak
berkenan untuk mengungkapkan-Nya." (Mat. 11:27)
Alkitab mengatakan bahwa pengenalan akan Allah hanya bisa didapat melalui Anak-Nya, yaitu Yesus Kristus (1Yoh. 5:20).

Mengenal Allah dan Yesus Kristus Akan Mendapatkan Hidup Kekal
"Inilah hidup kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Kristus Yesus yang telah Engkau utus." (Yoh. 17:3)

Allah tidak terbatas dalam segala hal, sedangkan manusia memiliki banyak keterbatasan.
"Besar Tuhan kita dan berlimpah dalam kuasa, pengertian-Nya tidak terbilang." (Mzm. 147:5) Demikian juga Paulus mengatakan bahwa kebijaksanaan dan pengetahuan Allah sungguh tak terselidiki (Rm. 11:33).
Karenanya, tidak mungkin ada manusia yang dapat mengerti atau memahami Allah secara penuh (Ayb. 11:7; Yes. 40:18; Ul. 29:29).
Namun, bukan berarti Allah tidak dapat dikenali.

Paulus menjelaskan dalam 1Kor. 2:11-12, bahwa Allah telah menganugerahkan kepada kita orang percaya, roh dari Allah untuk kita mengenal pengetahuan tentang Allah walaupun dalam porsi yang tidak sepenuhnya. "... tidak ada seorang pun yang mengetahui hal-hal dari Allah selain Roh Allah.

Sekarang, kita telah menerima bukan roh dari dunia, melainkan roh yang dari Allah supaya kita dapat mengetahui hal-hal yang dianugerahkan Allah kepada kita."
Alkitab memberikan pengetahuan tentang Allah kepada manusia rohani agar kita semakin mengenal Allah.
Apa yang Alkitab ajarkan adalah benar sehingga kita bersyukur bahwa sekalipun manusia memiliki keterbatasan, manusia masih memiliki kemampuan untuk mengenal Allah dengan benar(1Yoh. 4:8).

c). Berusaha terus Bertumbuh dalam Pengenalan akan Allah

Melalui Alkitab kita bisa mengenal kasih-Nya, rencana-Nya dan segala sesuatu tentang Dia.
Semakin akrab atau intim kita bergaul dengan Allah, maka semakin besar pengetahuan kita akan Allah.
Itulah sebabnya Paulus mendorong kita untuk terus menerus bertumbuh dalam pengenalan akan Allah (Kol. 1:10).
Demikian juga, kita menjadi jelas bahwa tidak mungkin kita akan kehabisan pengetahuan tentang Allah karena Ia begitu dahsyat dan begitu tinggi (Mzm. 139:6).

▪ Penyataan Allah sebagai Syarat Mutlak untuk Pengenalan akan Allah

Berdasarkan sejarah, Allah memprakarsai untuk menyatakan Diri-Nya agar dikenali oleh manusia.

Kata 'Penyataan' berasal dari bahasa Yunani, "apokalupsi", yang berarti 'membuka selubung sehingga hal yang tersembunyi menjadi terbuka dan terlihat dengan jelas'.
Penyataan Allah adalah perbuatan Allah untuk menyatakan atau menunjukkan kebenaran-Nya kepada manusia.
Harus diakui bahwa sekian lama manusia telah dibutakan oleh dosa sehingga manusia tidak dapat lagi mengenal Allah yang sebenar-benarnya, bahkan terkadang menjadi salah.
Melalui Penyataan-Nya, Allah membuktikan bahwa Allah itu benar-benar ada dan manusia perlu untuk mengenal-Nya.
Apa yang Allah nyatakan tentang diri-Nya kepada manusia adalah benar dan cukup, bahkan berkelimpahan.

▪ Dampak Pengenalan akan Allah

Dampak Pengenalan Allah bagi kehidupan manusia adalah sbb :

a). Membuktikan Allahlah yang Memprakarsai segala sesuatu

Penyataan Allah menyadarkan kita bahwa tanpa Penyataan-Nya, manusia tidak mungkin dapat mengenal Allah dengan benar.
Pengenalan akan Allah bukanlah usaha manusia karena manusia pada dasarnya tidak mau mencari kebenaran.
Allahlah yang mencari manusia (Kej. 3:9) dan menyatakan Diri-Nya supaya manusia memperoleh pengenalan dan keselamatan yang datang dari Allah.

b). Allah Bertindak Sesuai dengan Rencana-Nya

Tindakan Allah untuk memperkenalkan Diri-Nya kepada manusia sesuai dengan rancanganNya.
Allah telah mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi atas manusia.
Karena itu, Allah telah menyediakan Diri-Nya dan membuat rencana untuk dikenal agar manusia kembali kepada Penciptanya dan hidup sesuai dengan rencana-Nya (Ef. 2:22).

c). Mengenal Kasih Allah yang Kekal

Setelah kejatuhan manusia dalam dosa, manusia seharusnya binasa, tetapi Allah berinisiatif untuk menyatakan Diri dan rencana-Nya kepada manusia melalui Penyataan Khusus, yaitu Alkitab. Seluruh isi Alkitab memiliki satu benang merah yaitu berita keselamatan dalam Yesus Kristus (Yoh. 3:16).
Allah melakukan hal tersebut karena kasih-Nya kepada manusia.

NAMA-NAMA ALLAH

Sering kali, nama dipakai untuk menunjukkan identitas seseorang.
Alkitab menyebutkan banyak sekali nama Allah.
Jika kita masukkan "nama Allah" dalam kotak pencarian Google, kita akan menemukan jumlah yang fantastis, yaitu antara sepuluh-an sampai seratus-an lebih.

▪ Nama Allah secara Umum

Ada beberapa prinsip yang perlu kita pelajari tentang nama-nama Allah.
Dalam Alkitab, nama-nama yang diberikan manusia kepada Allah, memiliki tujuan dan kepentingan tertentu.
Contohnya "Yehova Jireh", artinya "Allah Menyediakan" (Kej. 22:14).
Nama itu diberikan untuk menjelaskan apa yang telah Allah lakukan kepada Abraham ketika Allah menyediakan domba jantan untuk dikurbankan sebagai pengganti anaknya.
Nama-nama Allah juga diberikan oleh manusia, dalam hal ini umat Israel, untuk menggambarkan janji-janji Allah yang disebutkan dalam berbagai ayat dalam Alkitab.
Ada juga nama-nama yang diberikan sebagai tanda kuasa, kekuasaan, dan sifat-sifat Allah.
Jadi, pemberian nama memiliki kepentingan-kepentingan tertentu.
Nama juga menunjukkan identitas seseorang.
Oleh karena itu, jika kita menyebut nama Allah dengan sia-sia, itu berarti kita tidak menghormati Dia.
Para imam di Bait Allah menyelenggarakan upacara dalam nama Tuhan karena nama-Nya menjanjikan kelestarian bangsa Israel.
Nama-nama Allah tersebut merupakan suatu penyataan diri (latin : "nomen editum").
Dengan demikian, nama-nama Allah tersebut merupakan manifestasi dari Allah sendiri, baik itu sebagai penyataan akan sifat-sifat Allah atau hubungan-Nya dengan manusia.
Cara Allah memberikan nama atau sebutan kepada Diri-Nya sendiri adalah dengan merendahkan diri, menemui manusia, dan memakai bahasa manusia yang terbatas supaya manusia memahami dan mengerti.
Nama-nama Allah juga disampaikan dalam banyak kata atau ungkapan karena pribadi Allah tidak mungkin bisa diungkapkan hanya dengan satu nama atau ungkapan.

Nama-Nama Allah dalam Perjanjian Lama (PL)

Kita tidak bisa menyebutkan semua nama Allah pada pelajaran ini karena sangat banyak.
Karena itu, kita akan menyebutkan nama-nama Allah yang umum saja.

1. YHWH = Yahweh
"YHWH" atau "Yahweh" adalah nama pribadi Allah yang dikenal oleh bangsa Israel.
Ini adalah nama yang paling sering dipakai karena tercatat kira-kira 5.424 kali dalam PL.
Setelah masa pembuangan, nama ini mulai dipandang sakral sehingga tidak diucapkan lafalnya. Sebagai gantinya, dipakai kata "Adonai" saat mereka harus menyebutkan nama "Yahweh".
Pada abad ke-6 dan ke-7 sesudah Kristus, huruf hidup "Adonai" digabung dengan huruf mati "YHWH" (menjadi Yehovah) untuk mengingatkan pembaca di sinagoge akan rasa hormat ketika mengucapkan nama Allah yang agung dan sakral itu.
Musa adalah orang pertama yang dikaruniai hak istimewa untuk mengenal nama pribadi Allah ini. Sebelumnya, nama Allah dikenal sebagai "Allah Abraham, Ishak, Yakub".
Namun kepada Musa, Allah menyatakan diri sebagai "YaHWeH" = "Aku adalah Aku" (Kel. 3:15). Kata "Yahweh" dalam bahasa Ibrani adalah "Ehyeh Asher Ehyeh" = "Aku akan ada yang Aku ada" atau "Aku akan menjadi yang Aku akan menjadi".
Nama ini menjadi nama yang sakral atau agung sebagaimana tercakup dalam Im. 24:16.

Imamat 24:16 (TB) Siapa yang menghujat nama TUHAN, pastilah ia dihukum mati dan dilontari dengan batu oleh seluruh jemaah itu. Baik orang asing maupun orang Israel asli, bila ia menghujat nama TUHAN, haruslah dihukum mati.

Pelanggaran terhadap hukum ini akan berakibat fatal.
Karena itu, umat Israel sangat menghormati nama "Yahweh".

Nama-nama gabungan yang dipakai dalam bentuk majemuk :
YHWH -- Yireh : Tuhan menyediakan (Kej. 22:14).
YHWH -- Nissi : Tuhan adalah panji-panjiku (Kel. 17:15).
YHWH -- Shalom : Tuhan itu damai sejahtera (Hak. 6:24).
YHWH -- Sabbaoth : Tuhan semesta alam (1Sam. 1:3).
YHWH -- Makkaadeshkem : Tuhan yang menguduskan (Kel. 31:13).
YHWH -- Roi: Tuhan adalah gembalaku (Mzm. 23:1).
YHWH -- Tsidkenu : Tuhan adalah keadilan kita (Yer. 23:6).
YHWH -- Shammah : Tuhan hadir di situ. (Yeh. 48:35).
YHWH -- Elohim-Israel : Tuhan, Allah Israel (Hak. 5:3; Yes. 17:6).

Nama-nama gabungan ini bukan nama-nama tambahan bagi Allah, tetapi gelar-gelar yang sering muncul untuk memperingati suatu peristiwa.
Nama-nama ini sesungguhnya menyatakan karakter Allah dan hal-hal lain yang telah diperbuat Allah bagi umat-Nya.

2. Adonai
"Adonai" berarti "Tuan" dalam bentuk tunggal, seperti yang dipakai sebagai tuan yang berhak terhadap budak-budak zaman dahulu.
Dalam bentuk jamak, "Adonai" sama dengan "Elohim".
Kata ini menunjukkan suatu otoritas mutlak bahwa Allah adalah Pemilik Israel atau umat-Nya.
Yosua mengakui otoritas Allah sebagai Panglima bala tentara Tuhan (Yos. 5:14), demikian juga Yesaya yang menyerahkan diri di bawah otoritas Tuhan sebagai "Tuan"nya (Yes. 6:8-11).
Perjanjian Baru menggunakan kata yang seimbang artinya, "Kurios" yaitu 'Tuan'.

3. El, Elohim, dan Elyon


Nama "El" atau 'Il, ditulis aleph-lamed (Ibrani: אל, ) adalah istilah dalam bahasa Semit barat laut yang berarti "ilah" atau "dewa", atau merujuk kepada (sebagai nama diri) siapa saja dewa tertinggi atau dewa utama di Timur Tengah kuno.
Sebutan yang lebih langka, "ila", merupakan bentuk predikat dalam bahasa Akadia dan bahasa Amorit.
Kata ini berasal dari Bahasa Protosemitik biliteral kuno, yang berarti "tuhan".
Nama "El" merupakan sebutan paling sederhana untuk Allah dalam PL, yang berarti menjadi pertama, menjadi tuan, dan bisa berarti kuat dan berkuasa.

Sedangkan "Elohim" adalah nama jenis dan berarti Allah (Ul. 6:4).
"YHWH adalah Elohim, YHWH itu Esa".
Kata “Elohim” (אֱלֹהִים) dalam bahasa Ibrani adalah kombinasi dari kata benda tunggal “Eloah” (אֱלוֹהַּ), yang ditambah dengan akhiran jamak “im”.
Jika diterjemahkan kata demi kata, “Elohim” berarti “Tuhan-Tuhan,” yang merupakan sebutan untuk Tuhan yang paling umum digunakan dalam Kitab Perjanjian Lama bahasa Ibrani.
Alkitab selalu menggunakan kata “Elohim (Tuhan-Tuhan)” saat menunjuk kepada Tuhan yang menciptakan segala sesuatunya, Tuhan yang membawa bangsa Israel keluar dari Mesir dan menyatakan Kesepuluh Perintah, dan Tuhan yang dikenal oleh semua orang yang berada di dalam perjanjian baru, dari yang terkecil hingga yang terbesar (Kej 1:1-31; Kel 20:1; Yer 31:33).
Alkitab Ibrani menyebut Tuhan sebagai “Elohim”, menggunakan kata ganti jamak “Kita”

Baiklah “Kita” menjadikan manusia menurut gambar dan rupa “Kita” ... (Kej.1:26)

Elyon (Alkitab Ibrani עליון ) secara tradisional disebut di Samaria sebagai illiyyon, adalah julukan yang merujuk kepada Tuhan bangsa Israel.
Dalam Alkitab Ibrani. ʾĒl ʿElyōn biasanya diterjemahkan sebagai "Tuhan yang Maha Tinggi", atau tertulis dalam Septuagint sebagai "Ο ΘΕΟΣ Ο ΥΨΙΣΤΟΣ" ("Tuhan yang Maha Tinggi" ; Kej. 14:19-20; Bil. 24:16; Yes. 14:14).

4. Shaddai dan El-Shaddai

"Shaddai" adalah nama Allah yang diturunkan dari nama "shadad" yang memiliki arti penuh kuasa, yang merujuk kepada Allah yang berkuasa atas surga dan bumi.
Nama "Shaddai" berbeda dengan Elohim.
Kita mengenal bahwa "Elohim" menunjuk kepada Allah dari ciptaan dan alam semesta, sedangkan "Shaddai" menunjuk kepada Allah sebagai subjek dari semua kekuatan di alam dan memakai segala sesuatu yang ada di alam sebagai alat atau sarana bagi karya anugerah ilahi.
Meskipun nama ini menekankan kebesaran yang dimiliki oleh Allah, nama ini membawa kita kepada suatu pengertian bahwa Dia adalah sebagai sumber berkat dan kedamaian.
Dengan nama inilah, Allah datang kepada Abraham, bapa segala orang beriman.

Nama-nama gabungan :

a. El-Shadai.
Arti : Allah Yang Mahakuasa yang sedang berdiri seperti gunung, kuat, teguh, tidak goyah (Kej. 17:1; 28:3; 35:11; Kel. 6:3; Mzm.91:1-2).
b. El-Elyon.
Arti : Allah Yang Mahatinggi; kedaulatan Allah (Kej. 14:19).
c. El-Olam.
Arti : Allah yang kekal -- tidak berubah (Kej. 21:33; Maz. 100:5; 103:17).
d. El-Roi.
Arti : Allah yang melihat (Kej. 16:13).

▪ Nama-Nama Allah dalam Perjanjian Baru (PB)

Penyataan Allah melalui nama-nama Allah dalam PL terus berkembang sampai pada zaman PB. Beberapa nama Allah dalam PB.

1. Theos

"Theos" merupakan nama Allah dalam PB (Yunani) yang mempunyai bentuk setara dengan nama Allah dalam PL, "El", "Elohim", dan "Elyon" (Ibrani).
Sebutan "Theos" paling sering digunakan untuk merujuk kata "Allah" dalam PB dan terjemahan yang paling umum dalam Septuaginta untuk kata "Elohim".
"Elyon" sering disejajarkan dengan "Hupistos Theos" (Allah Maha Tinggi ; Mar. 5:7; Luk. 1:32, 35, 75; Kis. 7:48; 16:17; Ibr. 7:1).
Dalam hal ini, Yesus Kristus sebagai 'Theos', sang Pemilik umat-Nya.

2. Kurios/Kyrios (Yunani)

Dari 717 sebutan "Kurios" dalam PB, yang terbanyak terdapat dalam tulisan Lukas (210) dan Paulus (275) karena mereka menulis kepada orang-orang yang berkebudayaan dan bahasa Yunani.
Nama eksplisit (jelas/gamblang) Allah, seperti "YHWH" dalam PL, artinya : "Alfa dan Omega ; Yang dahulu ada, Yang sekarang ada, dan Yang akan tetap ada ; Yang awal dan Yang akhir (Why. 1:4, 8, 17; 2:8; 21:6; 22:13).
Arti kata ini menekankan supremasi (otoritas) Allah sebagai Tuan, Bapak, Pemilik, Penguasa, dan juga Suami (1Ptr. 3:6).
Kristus disebut sebagai "Kurios" = Tuhan, juga "Rabbi" atau "Tuan" (Mat. 8:6).
Pernyataan Tomas, "Tuhan dan Allahku" (Yoh. 20:28), Yesus disebut secara setara dengan Allah oleh orang Kristen mula-mula.

3. Bapa/Pater (Latin)

Kata "Bapa" yang menunjuk kepada Allah dipakai sebanyak 15 kali dalam PL dan 245 kali dalam PB.
Allah juga disebut dengan nama "Bapa" dalam PB, untuk menunjuk KeilahianNya.
Dalam PL, kata ini dihubungkan dengan sifat hubungan antara Allah dan bangsa Israel (Ul. 32:6; Mzm. 103:13; Yes. 63:16; 64:48; Yer. 3:4,19; Mal. 1:6; 2:10), Israel disebut sebagai anak Allah (Kel. 4:22; Ul. 14:1; 32:19; Yes. 1:2; Yer. 31:20; Hos. 1:10; 11:1). 

ErwanMusa ☎️ : 082157116469

MDK (Materi Dasar Kekristenan) 2 -- BAB 2 : DOKTRIN TRITUNGGAL (TRINITAS) DAN IMPLIKASINYA BAGI IMAN KRISTEN

 MDK (Materi Dasar Kekristenan) 2


BAB 2 : DOKTRIN TRITUNGGAL (TRINITAS) DAN IMPLIKASINYA BAGI IMAN KRISTEN



Istilah "Allah Tritunggal (Trinitas)" ini sering dipermasalahkan dan sering dipahami secara salah oleh orang di luar Kristen, dalam upaya mereka menuduh bahwa orang Kristen menyembah Allah yang bersifat politeisme.
Kata "Tritunggal/Trinitas" ini memang tidak terdapat dalam Alkitab.
Rumusan Trinitas dicetuskan oleh Quintus Septimius Florens Tertullianus, atau Tertulianus , (155–230) salah seorang bapa gereja Gereja dan penghasil banyak tulisan selama masa awal Kekristenan.
Ia lahir, hidup, dan meninggal di Kartago, yang sekarang Tunisia.
Ia berasal dari keluarga Romawi dan ayahnya seorang perwira tentara Romawi.
Ia mendapatkan pendidikan ilmu retorika dan hukum.
Tertulianus sempat menjadi ahli hukum selama beberapa tahun di kota Roma.
Pada tahun 197, ia berubah menjadi Kristen dan menjadi seorang Apologet.
Sepanjang hidupnya, ia banyak manghasilkan karya-karya yang bernuansa apologetik melawan kaum kafir dan Yahudi.
Pada akhir abad ke-2 dan awal abad ke-3 ia merintis sastra Kristiani dalam Bahasa Latin.
Ia seorang yang sangat pandai, dengan gagasan-gagasannya yang orisinil dan segar.
Ia adalah teolog, pujangga Gereja, ahli pidato dan ahli hukum (sipil).
Tertulianus dikenal sebagai seorang jenius, pujangga Gereja terbesar di Barat sebelum Agustinus. Ketika orang-orang Kristen dengan latar belakang Yunani masih berdebat tentang keilahian Kristus serta hubungan-Nya dengan Allah Bapa, Tertulianus telah berupaya menyatukan kepercayaan itu dan menjelaskan posisi ortodoks.
Maka, ia pun merintis rumusan yang sampai hari ini masih kita pegang yakni "Doktrin Trinitas."

Rumusan Trinitas pertama (asli) yang dikemukakan oleh Tertullianus yaitu:

"Tres personae, una substantia - tiga pribadi satu substansi/hakekat"; "Discreti non separati - berbeda tak terpisah".
Doktrin ini diciptakan dalam usaha untuk menjelaskan tentang fakta-fakta yang terkandung dalam Alkitab mengenai Allah yang Esa yang disebut Bapa, yang memiliki Firman yang disebut Anak dan Roh yang disebut Roh Kudus yang bersifat kekal.
Dan juga untuk menjelaskan hubungan Firman Allah dan Roh Allah itu dengan Allah Yang Esa itu sendiri.
Istilah "Trinitas" tidak dikenal dalam Alkitab, baik itu Alkitab Perjanjian Lama (PL), maupun Perjanjian Baru (PB).
Sebab Doktrin Trinitas baru diciptakan pasca era para Rasul-rasul Kristus.
Doktrin Trinitas merupakan suatu "sistemisasi" penjabaran tentang hakekat Allah.


PENDAHULUAN

Doktrin Tritunggal atau Trinitas merupakan salah satu ajaran yang sangat penting dan fundamental dalam iman Kristen.
Jatuh bangunnya iman seseorang dipengaruhi kemampuan dalam memahami doktrin ini.

Doktrin Trinitas bagi orang Kristen seringkali dianggap sebagai sebuah topik yang sangat filosofis dan abstrak.
Tidaklah heran, sebagian orang Kristen hanya dapat menegaskan formulasi dari doktrin ini, namun tanpa pemahaman maupun manfaat praktisnya.

Dapat dikatakan bahwa doktrin Trinitas bukanlah konsep yang abstrak namun doktrin yang dapat menyentuh kehidupan orang percaya.
Jawaban paling sederhana dan mendasar mengapa orang Kristen harus mempelajari doktrin Trinitas adalah karena doktrin ini diajarkan dalam Alkitab.
Kita meyakini bahwa segala sesuatu yang telah diilhamkan Allah pasti bermanfaat bagi pertumbuhan iman (2Tim 3:16).
Allah tidak pernah menyatakan sesuatu tanpa tujuan.
Yesus Kristus sendiri mengajarkan bahwa bagian yang terkecil sekalipun dalam firman Allah tidak boleh diabaikan (Mat 5:18-19).
Mengabaikan salah satu – meskipun yang terkecil – berarti bersalah terhadap seluruh firman Tuhan (bdk. Yak 2:10).
Paulus mengatakan bahwa dia tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah kepada jemaat di Efesus (Kis. 20:27).
Jika ajaran yang terkecil sekalipun tidak boleh diabaikan, apalagi ajaran tentang Trinitas yang sangat penting.

Doktrin ini adalah puncak dari semua wahyu Allah yang dinyatakan kepada manusia.
Bagaimanakah pengajaran tentang doktrin Trinitas?
Dan apa implikasi praktisnya bagi iman Kristen?


PEMBAHASAN

1. Rumusan Doktrin Trinitas
Istilah Trinitas tidak ada di dalam Alkitab.
Pemunculan pertama kali istilah ini harus ditelusuri sampai jaman Tertulianus (155-230 M).

Meskipun istilah Trinitas tidak terdapat dalam Alkitab namun bukan berarti pengajaran tentang doktrin Trinitas tidak diajarkan Alkitab.
Banyak istilah dalam teologi (iman) Kristen yang tidak ada di dalam Alkitab, misalnya ketidakbersalahan Alkitab (inerrancy). Lebih jelas ineransi Alkitab adalah keyakinan bahwa Alkitab secara keseluruhan yaitu PL dan PB adalah firman Allah yg tertulis tanpa salah pada naskah aslinya.
Kita perlu memahami bahwa istilah hanyalah cara untuk menjelaskan suatu ajaran secara ringkas.

Tidak sedikit orang sering mempersoalkan kata "Trinitas" tidak ada di Alkitab, demikian juga kata "Monoteisme" tidak ada di Alkitab. Namun demikian dasar pengajaran mengenai Monoteisme dan Trinitas ada di dalam Alkitab.

Dasar dari doktrin Trinitas, ada dalam sabda Tuhan Yesus:
Matius 28:19
LAI TB, Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,

1 Yohanes 5:7  “Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu.”  

Penjelasan dan formulasi yang baku tentang doktrin Trinitas dapat dilihat dalam rumusan Pengakuan Iman Konstantinopel.
Disana tertulis sebagai berikut : "Kami percaya bahwa ada satu hakikat (yun : ousia) dari Bapa dan Anak dan Roh Kudus dalam tiga kepribadian yang sempurna (hypostasis) atau tiga pribadi yang sempurna".

Penekanan pada rumusan ini lebih menekankan kesatuan dan kesamaan hakikat (yun : homoousios : doktrin Kristen yang menyatakan bahwa Kristus dan Allah Bapa mempunyai hakikat yang sama) yang dimiliki oleh ketiga pribadi dalam Trinitas.

▪> Doktrin Trinitas dapat disimpulkan sebagai berikut :

a). Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah setara dalam hakikat.
Di antara ketiganya, tidak ada yang hakikatnya lebih tinggi atau lebih rendah.
b). Ketiganya tidak hanya memiliki hakikat yang setara, tetapi juga hakikat yang satu.
Trinitas tidak mengajarkan adanya tiga atau banyak Allah yang bersatu (tritheisme/politheisme).
c). Ketiga Pribadi dalam Trinitas adalah satu Allah dan satu-satunya Allah yang benar.

Walaupun dalam dunia ini banyak yang disebut atau dianggap allah, tetapi bagi kita hanya ada satu Allah (Ul 6:4; Kel 20:3; 1Kor 8:5; Gal 4:8 ; kamu memperhambakan diri kepada allah-allah yang pada hakikatnya bukan allah).

2. Pribadi Bapa adalah Allah
Nama "Bapa" adalah deskripsi yang lebih dipilih untuk Pribadi pertama.
Bapa bukanlah metafora yang diambil dari bumi dan diatribusikan kepada Allah namun harus dipahami sebagai relasi internal trinitarian.

Dalam pengertian yang paling umum, nama ini merujuk kepada Allah sebagai Pencipta semua pekerjaan/karya-Nya, khususnya manusia (Bil.16:22; Mat. 7:11, Yoh. 4:21; Ef. 3:15; Ibr. 12:9).

Bahkan Alkitab menunjukkan bahwa nama Bapa pertama-tama bukan diterapkan pada hubungan Allah dengan Israel, namun dalam pengertian yang sesungguhnya nama ini diterapkan kepada relasi Bapa dengan Anak (Yoh. 14:6-13; 17:25-26).
Dalam pengertian yang sebenarnya, Allah adalah Bapa dari Anak; Ia mengasihi Anak (Yoh. 5:19; 10:17; 17: 24, 26), dan melalui Anak kasih ini diberikan kepada yang lain (Yoh. 16:27; 17:26).

Pribadi Bapa merupakan Allah yang menciptakan alam semesta dan yang merancang keselamatan bagi manusia berdosa bersama Pribadi Anak dan Pribadi Roh Kudus.

3. Pribadi Yesus Kristus adalah Allah.
Artinya, Yesus Kristus sepenuhnya Ilahi.
Merupakan Pribadi kedua dari Allah Trinitas yang berinkarnasi menjadi menusia.
Ada banyak bukti yang menunjukkan keilahian Yesus Kristus.

a). Klaim dari Yesus Kristus sendiri diantaranya Ia menegaskan identitas-Nya dalam menghadapi perlawanan dari pemimpin Yahudi (Yohanes 5:16-47).
b). Kesaksian penulis Injil Yohanes tentang keilahian Yesus Kristus.
Dalam Yohanes 1:1-2; 14 dikatakan bahwa, Firman yang menjadi manusia sejak dalam kekekalan bersama-sama dengan Bapa dan Firman itu adalah Allah sendiri.
Yohanes ingin menunjuk kepada kesatuan, kesetaraan dan "distingsi/perbedaan" Firman (Putera) dan Allah (theos).
c). Tulisan-tulisan rasul Paulus.
Dalam suratnya di Filipi 2:5-11.
Dalam perikop ini Paulus menunjuk kepada pra-inkarnasi Yesus Kristus, mengatakan bahwa Ia tidak menganggap status-Nya yang ada, "dalam rupa Allah" sebagai sesuatu yang boleh dieksploitasi untuk kepentingan-nya sendiri, tetapi sebaliknya "mengosongkan Diri-Nya".

Namun hal ini sering tidak dipahami bahwa pada saat inkarnasi keilahian-Nya seolah-olah "menjadi berkurang" tetapi harus dimengerti sebagai penambahan natur manusia-Nya jadi bukan membuang keilahian-Nya.

Dapat dikatakan bahwa Yesus Kristus bukanlah ciptaan, melainkan Allah di atas segalanya baik dahulu, sekarang dan nanti akan tetap demikian adanya selama-lamanya (Yoh.1:1; 20:28; Rm. 9:5; Ibr.1:8-9; 1Yoh. 5:20; Why. 1:8, 17-18).

4. Pribadi Roh Kudus adalah Allah
Beberapa pengajaran tentang keilahian Roh Kudus.
a). Ajaran Yesus di Yohanes pasal 14 -16, mengenai kedatangan Roh Kudus pada hari Pentakosta, dimana Ia menghubungkan Roh secara langsung dengan Bapa dan Anak, yang menghasilkan identitas dari status dan identitas dari keberadaan.
b). Ajaran rasul Paulus.
Ia juga merujuk kepada Roh Kudus dengan cara yang sama seperti Bapa dan Anak, sehingga Roh adalah Allah.
Dalam menuliskan tentang karunia-karunia Roh, ia menunjuk kepada "satu Roh, satu Tuhan, dan Allah adalah satu" (1Kor. 12:4-6).
Di sini jelas terlihat Roh Kudus setara dengan Allah (Bapa) maupun dengan Allah (Anak).
c). Ciri-ciri pribadi yang diperhitungkan kepada Roh Kudus diseluruh Perjanjian Baru.
Ia berduka atas dosa manusia (Ef. 4:30), mendorong dan menginsafkan (Yoh. 14-16), bersyafaat bagi kita dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan (Rm. 8:26-27), bersaksi (Yoh. 16: 12-15), berbicara (Mrk. 13:11), mencipta (Kej. 1:2; Luk. 1:35), menghakimi, memimpin Yesus Kristus di sepanjang hidup dan pelayanan-Nya (Luk.1:35-4:22).

Jadi dapat disimpulkan bahwa Pribadi Roh Kudus adalah benar-benar Allah.
Ia setara dengan Bapa dan Anak karena sama-sama memiliki atribut keilahian.
Ia bersama-sama dengan Pribadi Bapa dan Pribadi Anak turut serta dalam penciptaan, dalam karya keselamatan, dan dalam memelihara umat-Nya.

5. Perbedaan di dalam pribadi Allah Trinitas
Distingsi (perbedaan) di dalam Pribadi-Pribadi Allah Trinitas tidak terletak pada hakikat atau esensinya.

"Distingsi" dari Pribadi-Pribadi Allah Trinitas terletak pada peran dari masing-masing Pribadi. misalnya dalam karya keselamatan, dalam pelaksanaannya ada peran yang berbeda yang dikerjakan oleh Bapa, Anak dan Roh Kudus.

Bapa memprakarsai penciptaan dan penebusan; Anak menebus ciptaan; dan Roh Kudus melahir-barukan dan menguduskan, dalam rangka mengaplikasikan penebusan kepada orang-orang percaya.

Boleh di katakan bahwa Bapalah yang menjadi pangkal penggerak segala kegiatan, sumber dan asal segala sesuatu; Anaklah yang dianggap mempunyai hikmat dan kebijaksanaan dan pengaturan segala sesuatu; dan Roh Kudus dipandang sebagai sebab yang membuat kegiatan itu ampuh dan berhasil.

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa distingsi dalam Pribadi Bapa, Pribadi Anak, dan Pribadi Roh Kudus dilihat dari sisi relasional dan peran dari ketiga Pribadi.


▪> Implikasi doktrin Trinitas bagi iman orang percaya adalah sbb :

1. Dalam hal keselamatan, Alkitab telah memberi petunjuk yang jelas tentang hal ini.
Setidaknya ada dua alasan mengapa orang yang menolak ke-Allahan Yesus Kristus maupun Roh Kudus tidak akan diselamatkan.

a). Hanya Allah yang dapat menyelamatkan.
Jadi bila kita mengakui bahwa baik Yesus Kristus adalah Tuhan dan juruselamat (Luk 2:11; Yoh 4:42; Kis 5:31), maka kita pasti akan diselamatkan
b). Kualitas penebusan yang sempurna hanya dimungkinkan melalui juruselamat yang ilahi.
Jika Yesus hanyalah sebuah ciptaan, maka sulit dipahami mengapa dia layak menanggung murka Allah atas semua dosa manusia.
Jika Yesus bukan Allah, maka penderitaan-Nya dalam menanggung kutuk dosa selama beberapa tahun tidak mungkin cukup untuk mendamaikan Allah atas dosa-dosa dunia.

2. Dalam hal keseimbangan Ibadah
Umumnya fenomena dalam ibadah cenderung mementingkan Roh Kudus, tetapi dalam kenyataannya memisahkan-Nya dari Kristus.
Karya Roh Kudus hanya dibatasi pada pemberian karunia-karunia rohani dan berbagai mujizat.
Hal ini tentu saja merupakan suatu situasi yang sangat disayangkan.
Ketika kita sedang beribadah, sebenarnya sedang mengingat dan mensyukuri karya keselamatan yang besar yang telah dilakukan oleh Allah Trinitas.

Sebaliknya, ada di kalangan gereja yang lain, ibadah tampak sangat kaku.
Ibadah dipahami tidak lebih dari sekadar pergumulan teologis tentang doktrin-doktrin Kristen. Perjumpamaan secara pribadi dengan Allah melalui pekerjaan dan karya Roh Kudus kurang mendapat penekanan.
Melalui pemahaman tentang doktrin Trinitas yang benar, kita sekaligus diingatkan untuk memiliki ibadah yang komprehensif dan seimbang.

3. Dalam hal keunikan kekristenan
Semua agama atau kepercayaan di dunia ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: ateisme, politeisme dan monoteisme.
Hanya iman Kristen yang mengajarkan konsep kepercayaan monoteisme yang unik.

Allah memang esa dalam hakikat, tetapi tiga dalam pribadi.
Konsep ini bukan politeisme maupun monoteisme dalam arti yang kaku.

Iman Kristen mengajarkan bahwa Allah memperkenalkan diri-Nya melalui cara-cara yang supranatural dan nyata.
Dia hadir di dalam sejarah.
Puncak kehadiran-Nya dinyatakan ketika Anak-Nya menjadi manusia (Yoh 1:14).
Allah juga terus hadir sampai sekarang melalui pekerjaan Roh Kudus.
Apabila Roh Kudus bukanlah Allah, maka kasih dan komunikasi antara Allah dengan jiwa manusia bukanlah sebuah realita atau hanya sekedar halusinasi.

4. Dalam teladan hidup orang percaya
Hal praktis lainnya dari mempelajari doktrin Trinitas adalah bagaimana cara kita bersosialisasi atau berelasi dengan orang lain.
Sebagai gambar dan rupa Allah, manusia dalam taraf tertentu merefleksikan Allah.
Dalam Kejadian 1:26-27 kita mendapati bentuk jamak "Baiklah Kita..." dan "menurut gambar dan rupa Kita," maupun bentuk tunggal ―..menjadikan dan ―gambar-Nya.
Begitu pula manusia digambarkan dalam kejamakan (―laki-laki dan perempuan dan ―mereka) maupun ketunggalan (―manusia itu dan ―diciptakan-Nya dia).
Ketika Allah melihat bahwa Adam sendirian dan dianggap sebagai hal yang tidak baik (Kej 2:18), maka Allah memberikan penolong bagi dia tetapi bukan supaya mereka menjadi dua, melainkan satu daging (Kej 2:24).

Jika ke-Tritunggalan Allah tercermin dalam cara Allah menciptakan manusia pertama, maka seharusnya keintiman dalam relasi antar Pribadi Trinitas tersebut juga harus tercermin dalam kehidupan praktis orang-orang percaya.
Terkait dengan hal ini, kita dipanggil untuk menyembah Tritunggal yang kudus, untuk hidup dalam kesatuan dan persekutuan yang penuh kasih dan sukacita dengan Tritunggal yang kudus dan alasan ini pula untuk kita hidup dalam persekutuan yang penuh kasih dengan sesama manusia. Dapat dikatakan bahwa orang Kristen harus memiliki relasi dan persekutuan yang intim dengan Allah maupun dengan saudara seiman bahkan juga harus memiliki relasi yang baik dengan sesamanya.


KESIMPULAN

Melalui pembelajaran Firman Allah dengan teliti, gereja harus bisa menjelaskan semua yang diajarkan Alkitab bahwa Allah berada sebagai Tritunggal yang kekal.
Doktrin Trinitas bukan sekedar pengetahuan teologi yang abstrak dan hanya menjadi konsumsi di kalangan intelektual saja namun lebih dari itu, doktrin ini sangatlah dekat dengan kehidupan iman Kristen.
Dengan kata lain pertumbuhan iman kita bergantung pada pengenalan kita kepada Allah Trinitas.

Jadi yang disebut Tritunggal adalah suatu istilah dan penjelasan teologis mengenai keberadaan yang ada di dalam diri Allah yang Esa itu.
Haruslah ditegaskan bahwa iman Kristen adalah suatu iman yang menegaskan keesaan Allah sebagaimana yang nyata dalam ayat-ayat berikut ini :

Ulangan 6:4
LAI-TB, Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!

Yesaya 44:6
LAI-TB, Beginilah firman TUHAN, Raja dan Penebus Israel, TUHAN semesta alam: "Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku."

Yesaya 45:6
LAI-TB, supaya orang tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak ada yang lain di luar Aku. Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain,

Markus 12:29
LAI TB, Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.

Yohanes 17:3
LAI-TB, Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.

1 Korintus 8:6
LAI-TB, namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.

Mazmur 33:6
LAI-TB, Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya.

Ayub 33:4
LAI-TB, Roh Allah telah menjadikan aku, dan nafas Yang Mahakuasa membuat aku hidup.

Yohanes 1:1-2
1:1 LAI TB, Pada mulanya adalah Firman ; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.


ErwanMusa : ☎️ 082157116469