MDK (Materi Dasar Kekristenan) 2
BAB 2 : DOKTRIN TRITUNGGAL (TRINITAS) DAN IMPLIKASINYA BAGI IMAN KRISTEN
Istilah "Allah Tritunggal (Trinitas)" ini sering dipermasalahkan dan sering dipahami secara salah oleh orang di luar Kristen, dalam upaya mereka menuduh bahwa orang Kristen menyembah Allah yang bersifat politeisme.
Kata "Tritunggal/Trinitas" ini memang tidak terdapat dalam Alkitab.
Rumusan Trinitas dicetuskan oleh Quintus Septimius Florens Tertullianus, atau Tertulianus , (155–230) salah seorang bapa gereja Gereja dan penghasil banyak tulisan selama masa awal Kekristenan.
Ia lahir, hidup, dan meninggal di Kartago, yang sekarang Tunisia.
Ia berasal dari keluarga Romawi dan ayahnya seorang perwira tentara Romawi.
Ia mendapatkan pendidikan ilmu retorika dan hukum.
Tertulianus sempat menjadi ahli hukum selama beberapa tahun di kota Roma.
Pada tahun 197, ia berubah menjadi Kristen dan menjadi seorang Apologet.
Sepanjang hidupnya, ia banyak manghasilkan karya-karya yang bernuansa apologetik melawan kaum kafir dan Yahudi.
Pada akhir abad ke-2 dan awal abad ke-3 ia merintis sastra Kristiani dalam Bahasa Latin.
Ia seorang yang sangat pandai, dengan gagasan-gagasannya yang orisinil dan segar.
Ia adalah teolog, pujangga Gereja, ahli pidato dan ahli hukum (sipil).
Tertulianus dikenal sebagai seorang jenius, pujangga Gereja terbesar di Barat sebelum Agustinus. Ketika orang-orang Kristen dengan latar belakang Yunani masih berdebat tentang keilahian Kristus serta hubungan-Nya dengan Allah Bapa, Tertulianus telah berupaya menyatukan kepercayaan itu dan menjelaskan posisi ortodoks.
Maka, ia pun merintis rumusan yang sampai hari ini masih kita pegang yakni "Doktrin Trinitas."
Rumusan Trinitas pertama (asli) yang dikemukakan oleh Tertullianus yaitu:
"Tres personae, una substantia - tiga pribadi satu substansi/hakekat"; "Discreti non separati - berbeda tak terpisah".
Doktrin ini diciptakan dalam usaha untuk menjelaskan tentang fakta-fakta yang terkandung dalam Alkitab mengenai Allah yang Esa yang disebut Bapa, yang memiliki Firman yang disebut Anak dan Roh yang disebut Roh Kudus yang bersifat kekal.
Dan juga untuk menjelaskan hubungan Firman Allah dan Roh Allah itu dengan Allah Yang Esa itu sendiri.
Istilah "Trinitas" tidak dikenal dalam Alkitab, baik itu Alkitab Perjanjian Lama (PL), maupun Perjanjian Baru (PB).
Sebab Doktrin Trinitas baru diciptakan pasca era para Rasul-rasul Kristus.
Doktrin Trinitas merupakan suatu "sistemisasi" penjabaran tentang hakekat Allah.
■ PENDAHULUAN
Doktrin Tritunggal atau Trinitas merupakan salah satu ajaran yang sangat penting dan fundamental dalam iman Kristen.
Jatuh bangunnya iman seseorang dipengaruhi kemampuan dalam memahami doktrin ini.
Doktrin Trinitas bagi orang Kristen seringkali dianggap sebagai sebuah topik yang sangat filosofis dan abstrak.
Tidaklah heran, sebagian orang Kristen hanya dapat menegaskan formulasi dari doktrin ini, namun tanpa pemahaman maupun manfaat praktisnya.
Dapat dikatakan bahwa doktrin Trinitas bukanlah konsep yang abstrak namun doktrin yang dapat menyentuh kehidupan orang percaya.
Jawaban paling sederhana dan mendasar mengapa orang Kristen harus mempelajari doktrin Trinitas adalah karena doktrin ini diajarkan dalam Alkitab.
Kita meyakini bahwa segala sesuatu yang telah diilhamkan Allah pasti bermanfaat bagi pertumbuhan iman (2Tim 3:16).
Allah tidak pernah menyatakan sesuatu tanpa tujuan.
Yesus Kristus sendiri mengajarkan bahwa bagian yang terkecil sekalipun dalam firman Allah tidak boleh diabaikan (Mat 5:18-19).
Mengabaikan salah satu – meskipun yang terkecil – berarti bersalah terhadap seluruh firman Tuhan (bdk. Yak 2:10).
Paulus mengatakan bahwa dia tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah kepada jemaat di Efesus (Kis. 20:27).
Jika ajaran yang terkecil sekalipun tidak boleh diabaikan, apalagi ajaran tentang Trinitas yang sangat penting.
Doktrin ini adalah puncak dari semua wahyu Allah yang dinyatakan kepada manusia.
Bagaimanakah pengajaran tentang doktrin Trinitas?
Dan apa implikasi praktisnya bagi iman Kristen?
■ PEMBAHASAN
1. Rumusan Doktrin Trinitas
Istilah Trinitas tidak ada di dalam Alkitab.
Pemunculan pertama kali istilah ini harus ditelusuri sampai jaman Tertulianus (155-230 M).
Meskipun istilah Trinitas tidak terdapat dalam Alkitab namun bukan berarti pengajaran tentang doktrin Trinitas tidak diajarkan Alkitab.
Banyak istilah dalam teologi (iman) Kristen yang tidak ada di dalam Alkitab, misalnya ketidakbersalahan Alkitab (inerrancy). Lebih jelas ineransi Alkitab adalah keyakinan bahwa Alkitab secara keseluruhan yaitu PL dan PB adalah firman Allah yg tertulis tanpa salah pada naskah aslinya.
Kita perlu memahami bahwa istilah hanyalah cara untuk menjelaskan suatu ajaran secara ringkas.
Tidak sedikit orang sering mempersoalkan kata "Trinitas" tidak ada di Alkitab, demikian juga kata "Monoteisme" tidak ada di Alkitab. Namun demikian dasar pengajaran mengenai Monoteisme dan Trinitas ada di dalam Alkitab.
Dasar dari doktrin Trinitas, ada dalam sabda Tuhan Yesus:
Matius 28:19
LAI TB, Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
1 Yohanes 5:7 “Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu.”
Penjelasan dan formulasi yang baku tentang doktrin Trinitas dapat dilihat dalam rumusan Pengakuan Iman Konstantinopel.
Disana tertulis sebagai berikut : "Kami percaya bahwa ada satu hakikat (yun : ousia) dari Bapa dan Anak dan Roh Kudus dalam tiga kepribadian yang sempurna (hypostasis) atau tiga pribadi yang sempurna".
Penekanan pada rumusan ini lebih menekankan kesatuan dan kesamaan hakikat (yun : homoousios : doktrin Kristen yang menyatakan bahwa Kristus dan Allah Bapa mempunyai hakikat yang sama) yang dimiliki oleh ketiga pribadi dalam Trinitas.
▪> Doktrin Trinitas dapat disimpulkan sebagai berikut :
a). Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah setara dalam hakikat.
Di antara ketiganya, tidak ada yang hakikatnya lebih tinggi atau lebih rendah.
b). Ketiganya tidak hanya memiliki hakikat yang setara, tetapi juga hakikat yang satu.
Trinitas tidak mengajarkan adanya tiga atau banyak Allah yang bersatu (tritheisme/politheisme).
c). Ketiga Pribadi dalam Trinitas adalah satu Allah dan satu-satunya Allah yang benar.
Walaupun dalam dunia ini banyak yang disebut atau dianggap allah, tetapi bagi kita hanya ada satu Allah (Ul 6:4; Kel 20:3; 1Kor 8:5; Gal 4:8 ; kamu memperhambakan diri kepada allah-allah yang pada hakikatnya bukan allah).
2. Pribadi Bapa adalah Allah
Nama "Bapa" adalah deskripsi yang lebih dipilih untuk Pribadi pertama.
Bapa bukanlah metafora yang diambil dari bumi dan diatribusikan kepada Allah namun harus dipahami sebagai relasi internal trinitarian.
Dalam pengertian yang paling umum, nama ini merujuk kepada Allah sebagai Pencipta semua pekerjaan/karya-Nya, khususnya manusia (Bil.16:22; Mat. 7:11, Yoh. 4:21; Ef. 3:15; Ibr. 12:9).
Bahkan Alkitab menunjukkan bahwa nama Bapa pertama-tama bukan diterapkan pada hubungan Allah dengan Israel, namun dalam pengertian yang sesungguhnya nama ini diterapkan kepada relasi Bapa dengan Anak (Yoh. 14:6-13; 17:25-26).
Dalam pengertian yang sebenarnya, Allah adalah Bapa dari Anak; Ia mengasihi Anak (Yoh. 5:19; 10:17; 17: 24, 26), dan melalui Anak kasih ini diberikan kepada yang lain (Yoh. 16:27; 17:26).
Pribadi Bapa merupakan Allah yang menciptakan alam semesta dan yang merancang keselamatan bagi manusia berdosa bersama Pribadi Anak dan Pribadi Roh Kudus.
3. Pribadi Yesus Kristus adalah Allah.
Artinya, Yesus Kristus sepenuhnya Ilahi.
Merupakan Pribadi kedua dari Allah Trinitas yang berinkarnasi menjadi menusia.
Ada banyak bukti yang menunjukkan keilahian Yesus Kristus.
a). Klaim dari Yesus Kristus sendiri diantaranya Ia menegaskan identitas-Nya dalam menghadapi perlawanan dari pemimpin Yahudi (Yohanes 5:16-47).
b). Kesaksian penulis Injil Yohanes tentang keilahian Yesus Kristus.
Dalam Yohanes 1:1-2; 14 dikatakan bahwa, Firman yang menjadi manusia sejak dalam kekekalan bersama-sama dengan Bapa dan Firman itu adalah Allah sendiri.
Yohanes ingin menunjuk kepada kesatuan, kesetaraan dan "distingsi/perbedaan" Firman (Putera) dan Allah (theos).
c). Tulisan-tulisan rasul Paulus.
Dalam suratnya di Filipi 2:5-11.
Dalam perikop ini Paulus menunjuk kepada pra-inkarnasi Yesus Kristus, mengatakan bahwa Ia tidak menganggap status-Nya yang ada, "dalam rupa Allah" sebagai sesuatu yang boleh dieksploitasi untuk kepentingan-nya sendiri, tetapi sebaliknya "mengosongkan Diri-Nya".
Namun hal ini sering tidak dipahami bahwa pada saat inkarnasi keilahian-Nya seolah-olah "menjadi berkurang" tetapi harus dimengerti sebagai penambahan natur manusia-Nya jadi bukan membuang keilahian-Nya.
Dapat dikatakan bahwa Yesus Kristus bukanlah ciptaan, melainkan Allah di atas segalanya baik dahulu, sekarang dan nanti akan tetap demikian adanya selama-lamanya (Yoh.1:1; 20:28; Rm. 9:5; Ibr.1:8-9; 1Yoh. 5:20; Why. 1:8, 17-18).
4. Pribadi Roh Kudus adalah Allah
Beberapa pengajaran tentang keilahian Roh Kudus.
a). Ajaran Yesus di Yohanes pasal 14 -16, mengenai kedatangan Roh Kudus pada hari Pentakosta, dimana Ia menghubungkan Roh secara langsung dengan Bapa dan Anak, yang menghasilkan identitas dari status dan identitas dari keberadaan.
b). Ajaran rasul Paulus.
Ia juga merujuk kepada Roh Kudus dengan cara yang sama seperti Bapa dan Anak, sehingga Roh adalah Allah.
Dalam menuliskan tentang karunia-karunia Roh, ia menunjuk kepada "satu Roh, satu Tuhan, dan Allah adalah satu" (1Kor. 12:4-6).
Di sini jelas terlihat Roh Kudus setara dengan Allah (Bapa) maupun dengan Allah (Anak).
c). Ciri-ciri pribadi yang diperhitungkan kepada Roh Kudus diseluruh Perjanjian Baru.
Ia berduka atas dosa manusia (Ef. 4:30), mendorong dan menginsafkan (Yoh. 14-16), bersyafaat bagi kita dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan (Rm. 8:26-27), bersaksi (Yoh. 16: 12-15), berbicara (Mrk. 13:11), mencipta (Kej. 1:2; Luk. 1:35), menghakimi, memimpin Yesus Kristus di sepanjang hidup dan pelayanan-Nya (Luk.1:35-4:22).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Pribadi Roh Kudus adalah benar-benar Allah.
Ia setara dengan Bapa dan Anak karena sama-sama memiliki atribut keilahian.
Ia bersama-sama dengan Pribadi Bapa dan Pribadi Anak turut serta dalam penciptaan, dalam karya keselamatan, dan dalam memelihara umat-Nya.
5. Perbedaan di dalam pribadi Allah Trinitas
Distingsi (perbedaan) di dalam Pribadi-Pribadi Allah Trinitas tidak terletak pada hakikat atau esensinya.
"Distingsi" dari Pribadi-Pribadi Allah Trinitas terletak pada peran dari masing-masing Pribadi. misalnya dalam karya keselamatan, dalam pelaksanaannya ada peran yang berbeda yang dikerjakan oleh Bapa, Anak dan Roh Kudus.
Bapa memprakarsai penciptaan dan penebusan; Anak menebus ciptaan; dan Roh Kudus melahir-barukan dan menguduskan, dalam rangka mengaplikasikan penebusan kepada orang-orang percaya.
Boleh di katakan bahwa Bapalah yang menjadi pangkal penggerak segala kegiatan, sumber dan asal segala sesuatu; Anaklah yang dianggap mempunyai hikmat dan kebijaksanaan dan pengaturan segala sesuatu; dan Roh Kudus dipandang sebagai sebab yang membuat kegiatan itu ampuh dan berhasil.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa distingsi dalam Pribadi Bapa, Pribadi Anak, dan Pribadi Roh Kudus dilihat dari sisi relasional dan peran dari ketiga Pribadi.
▪> Implikasi doktrin Trinitas bagi iman orang percaya adalah sbb :
1. Dalam hal keselamatan, Alkitab telah memberi petunjuk yang jelas tentang hal ini.
Setidaknya ada dua alasan mengapa orang yang menolak ke-Allahan Yesus Kristus maupun Roh Kudus tidak akan diselamatkan.
a). Hanya Allah yang dapat menyelamatkan.
Jadi bila kita mengakui bahwa baik Yesus Kristus adalah Tuhan dan juruselamat (Luk 2:11; Yoh 4:42; Kis 5:31), maka kita pasti akan diselamatkan
b). Kualitas penebusan yang sempurna hanya dimungkinkan melalui juruselamat yang ilahi.
Jika Yesus hanyalah sebuah ciptaan, maka sulit dipahami mengapa dia layak menanggung murka Allah atas semua dosa manusia.
Jika Yesus bukan Allah, maka penderitaan-Nya dalam menanggung kutuk dosa selama beberapa tahun tidak mungkin cukup untuk mendamaikan Allah atas dosa-dosa dunia.
2. Dalam hal keseimbangan Ibadah
Umumnya fenomena dalam ibadah cenderung mementingkan Roh Kudus, tetapi dalam kenyataannya memisahkan-Nya dari Kristus.
Karya Roh Kudus hanya dibatasi pada pemberian karunia-karunia rohani dan berbagai mujizat.
Hal ini tentu saja merupakan suatu situasi yang sangat disayangkan.
Ketika kita sedang beribadah, sebenarnya sedang mengingat dan mensyukuri karya keselamatan yang besar yang telah dilakukan oleh Allah Trinitas.
Sebaliknya, ada di kalangan gereja yang lain, ibadah tampak sangat kaku.
Ibadah dipahami tidak lebih dari sekadar pergumulan teologis tentang doktrin-doktrin Kristen. Perjumpamaan secara pribadi dengan Allah melalui pekerjaan dan karya Roh Kudus kurang mendapat penekanan.
Melalui pemahaman tentang doktrin Trinitas yang benar, kita sekaligus diingatkan untuk memiliki ibadah yang komprehensif dan seimbang.
3. Dalam hal keunikan kekristenan
Semua agama atau kepercayaan di dunia ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: ateisme, politeisme dan monoteisme.
Hanya iman Kristen yang mengajarkan konsep kepercayaan monoteisme yang unik.
Allah memang esa dalam hakikat, tetapi tiga dalam pribadi.
Konsep ini bukan politeisme maupun monoteisme dalam arti yang kaku.
Iman Kristen mengajarkan bahwa Allah memperkenalkan diri-Nya melalui cara-cara yang supranatural dan nyata.
Dia hadir di dalam sejarah.
Puncak kehadiran-Nya dinyatakan ketika Anak-Nya menjadi manusia (Yoh 1:14).
Allah juga terus hadir sampai sekarang melalui pekerjaan Roh Kudus.
Apabila Roh Kudus bukanlah Allah, maka kasih dan komunikasi antara Allah dengan jiwa manusia bukanlah sebuah realita atau hanya sekedar halusinasi.
4. Dalam teladan hidup orang percaya
Hal praktis lainnya dari mempelajari doktrin Trinitas adalah bagaimana cara kita bersosialisasi atau berelasi dengan orang lain.
Sebagai gambar dan rupa Allah, manusia dalam taraf tertentu merefleksikan Allah.
Dalam Kejadian 1:26-27 kita mendapati bentuk jamak "Baiklah Kita..." dan "menurut gambar dan rupa Kita," maupun bentuk tunggal ―..menjadikan dan ―gambar-Nya.
Begitu pula manusia digambarkan dalam kejamakan (―laki-laki dan perempuan dan ―mereka) maupun ketunggalan (―manusia itu dan ―diciptakan-Nya dia).
Ketika Allah melihat bahwa Adam sendirian dan dianggap sebagai hal yang tidak baik (Kej 2:18), maka Allah memberikan penolong bagi dia tetapi bukan supaya mereka menjadi dua, melainkan satu daging (Kej 2:24).
Jika ke-Tritunggalan Allah tercermin dalam cara Allah menciptakan manusia pertama, maka seharusnya keintiman dalam relasi antar Pribadi Trinitas tersebut juga harus tercermin dalam kehidupan praktis orang-orang percaya.
Terkait dengan hal ini, kita dipanggil untuk menyembah Tritunggal yang kudus, untuk hidup dalam kesatuan dan persekutuan yang penuh kasih dan sukacita dengan Tritunggal yang kudus dan alasan ini pula untuk kita hidup dalam persekutuan yang penuh kasih dengan sesama manusia. Dapat dikatakan bahwa orang Kristen harus memiliki relasi dan persekutuan yang intim dengan Allah maupun dengan saudara seiman bahkan juga harus memiliki relasi yang baik dengan sesamanya.
■ KESIMPULAN
Melalui pembelajaran Firman Allah dengan teliti, gereja harus bisa menjelaskan semua yang diajarkan Alkitab bahwa Allah berada sebagai Tritunggal yang kekal.
Doktrin Trinitas bukan sekedar pengetahuan teologi yang abstrak dan hanya menjadi konsumsi di kalangan intelektual saja namun lebih dari itu, doktrin ini sangatlah dekat dengan kehidupan iman Kristen.
Dengan kata lain pertumbuhan iman kita bergantung pada pengenalan kita kepada Allah Trinitas.
Jadi yang disebut Tritunggal adalah suatu istilah dan penjelasan teologis mengenai keberadaan yang ada di dalam diri Allah yang Esa itu.
Haruslah ditegaskan bahwa iman Kristen adalah suatu iman yang menegaskan keesaan Allah sebagaimana yang nyata dalam ayat-ayat berikut ini :
Ulangan 6:4
LAI-TB, Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!
Yesaya 44:6
LAI-TB, Beginilah firman TUHAN, Raja dan Penebus Israel, TUHAN semesta alam: "Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku."
Yesaya 45:6
LAI-TB, supaya orang tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak ada yang lain di luar Aku. Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain,
Markus 12:29
LAI TB, Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.
Yohanes 17:3
LAI-TB, Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.
1 Korintus 8:6
LAI-TB, namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.
Mazmur 33:6
LAI-TB, Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya.
Ayub 33:4
LAI-TB, Roh Allah telah menjadikan aku, dan nafas Yang Mahakuasa membuat aku hidup.
Yohanes 1:1-2
1:1 LAI TB, Pada mulanya adalah Firman ; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
ErwanMusa : ☎️ 082157116469
Tidak ada komentar:
Posting Komentar