Sabtu, 29 April 2023

TUHAN YESUS TELADAN GEMBALA YANG BAIK -- Eksposisi (Yohanes 10 : 9 – 16)

 ■ TUHAN YESUS TELADAN GEMBALA YANG BAIK -- Eksposisi (Yohanes 10 : 9 – 16)


10:9 Akulah pintu ; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. 
10:10 Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. 
10:11 Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; 
10:12 sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari,  sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. 
10:13 Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu. 
10:14 Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku 
10:15 sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. 
10:16 Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala. 

PENDAHULUAN
Topik “Gembala Yang Baik“ dalam Injil Yohanes 10:1-18, mengilustrasikan keadaan orang-orang beriman sama dengan keadaan domba, ia tidak mempunyai kekuatan dan kemampuan membela diri karena ia menjadi mangsa yang mudah didapat dan disukai.
Itulah sebabnya kelangsungan hidupnya penuh kepada seorang gembala.
Gembala jemaat sebagai rekan kerja Allah dalam menggembalakan kawanan domba Allah, dan menjadi tokoh penting dalam kehidupan warga jemaat melaksanakan visi dan misi Allah.
Seorang gembala yang baik ia akan berusaha dalam memimpin, mengarahkan, memperhatikan dan menolong jemaat untuk bertumbuh dalam kedewasaan rohani dan menjadi umat kerajaan Allah.
Sebab itu menjadi seorang gembala yang baik, melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan meneladani karakter Yesus yang rela berkorban bagi kawanan domba-domba-Nya.

PEMBAHASAN
● Yohanes 10 : 9
Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.

Ada beberapa bagian dari ayat di atas yang perlu kita perhatikan dengan seksama, yaitu:

1] Kata “Akulah”
📚 Kata Akulah (yun) εγω ειμι – EGÔ EIMI dalam pandangan orang Yahudi adalah kata yang hanya pantas diucapkan oleh Allah saja.
📚 “Akulah” (Ibr) i אֲנִי־הוּא – ANI HU, senantiasa diucapkan oleh Allah ‘ELOHIM saja dan dikaitkan erat dengan ungkapan lain yang dipakai Allah untuk menyatakan diri-Nya.
Namun cara Tuhan Yesus memakai ungkapan itu begitu erat menyamakan diri-Nya dengan karya penyelamatan Allah, sebab yang diucapkan Tuhan Yesus itu adalah “ANI HU” dalam bahasa Ibraninya.
istilah Yunani di naskah PB: “EGÔ EIMI” itu searti dengan ucapan “Aku dan Bapa adalah satu” (Yohanes 10:30).
Tuhan Yesus mengatakan hal tsb di atas dihadapan orang-orang Israel, Ia menyamakan diri-Nya dengan Allah sendiri, Sehingga membuat orang byk tsbà hendak melempari Dia dengan batu

“Frase ‘ANI HU’ dalam Deutero-Yesaya senantiasa diucapkan oleh Allah.
Pernyataan ini hanya dapat diucapkan oleh Allah sendiri, sama seperti yang tertulis di dalam Yesaya 41 : 4
LAI TB, Siapakah yang melakukan dan mengerjakan semuanya itu? Dia yang dari dahulu memanggil bangkit keturunan-keturunan, Aku, TUHAN, yang terdahulu, dan bagi mereka yang terkemudian Aku tetap Dia juga.”
Jadi kata “ Akulah” pada ayat ini secara tidak langsung telah menyatakan ke Ilahian Yesus.

2] Kata “pintu”.
Yang dilakukan para gembala Israel terhadap domba-domba yang mereka gembalakan menjelang malam, ialah menggiring domba ke sebuah gua kecil.
Karena tdk ada pintunya, maka gembala tsb menjadi pintunya.
Dalam budaya di Timur Tengah, gembala akan berbaring di depan lubang gua sehingga tidak ada serigala atau binatang buas yang dapat masuk tanpa melalui tubuhnya.

📚 Kata “pintu” (yun) “hê thura”.
Kata sandang singular η – hê, bermakna hanya ada satu pintu, atau dengan kata lain, melalui ayat ini Dia berkata dengan tegas dan lugas, “Akulah pintu itu.” ; satu-satunya pintu keselamatan itu.

Jadi kata “pintu” yang ada di ayat ini menggambarkan bahwa Yesus adalah satu-satu nya pintu atau jalan masuk menuju kepada keselamatan.

3] Kata “masuk dan keluar dan menemukan padang rumput ”.
Bagian ini menggambarkan tentang penyertaan dan pemeliharaan Tuhan terhadap orang – orang yang telah percaya kepada-Nya sebagai satu – satu nya "pintu" atau “jalan” menuju kepada keselamatan.
Jadi Yohanes 10 : 9 mengatakan bahwa Yesus adalah Tuhan yang menjelma dan menyatakan Diri Nya dalam rupa seorang manusia, dengan tujuan untuk menyelamatkan manusia yang percaya kepada Dia sebagai satu – satu nya Juruselamat atau pintu keselamatan.

● Yohanes 10 : 10
LAI TB, Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.

Ada beberapa hal yang perlu kita cermati di dalam ayat ini, di antara nya:

1] Kata “pencuri”
Jika kita melihat bagian utuh perikop ini, kita akan mengetahui bahwa kata “pencuri” di ayat ini berbicara mengenai pengajar – pengajar yang tidak berasal dari Dia, yaitu orang – orang farisi, ahli – ahli taurat, dsb.
Selain itu, kata “pencuri” di ayat ini juga mencerminkan maksud dari pada si jahat ( iblis ).
Jadi dengan kata lain iblis memakai pengajar – pengajar palsu untuk melakukan tugas nya, yaitu mencuri dan membunuh dan membinasakan.

📚 Kata “dan” (yun) “kai” yang juga memiliki arti “lalu”, jadi dengan demikian tujuan Iblis menggunakan gembala – gembala palsu itu adalah untuk: mencuri, lalu membunuh, dan kemudian membinasakan.

Ada tiga tahapan yang Iblis lakukan melalui gembala – gembala palsu tersebut, yaitu:
a). Mencuri.
Kerap kali para pengajar – pengajar palsu “mencomot” beberapa nats alkitab demi kepentingan mereka sendiri, bahkan iblis juga melakukan hal tersebut ketika ia mencobai Yesus di padang gurun.
Iblis dan para pengajar – pengajar palsu adalah oknum – oknum yang kerap memanipulasi kebenaran Firman Tuhan untuk membenarkan pemahaman mereka yang jauh dari pada Kebenaran itu sendiri (eisegesis)

Tujuan iblis dan para pengajar – pengajar palsu itu adalah untuk memperdaya orang – orang dengan ajaran – ajaran mereka, agar orang – orang tersebut “terkurung” di dalam kesesatan mereka, dan dengan demikian orang – orang yang sudah berhasil di kuasai oleh iblis dan para pengajar – pengajar palsu tersebut, sudah pasti tidak akan memiliki damai sejahtera dan juga hubungan yang intim dengan Tuhan.
Damai sejahtera dan hubungan intim dengan Tuhan inilah yang mereka curi dari manusia.

b). Membunuh
Setelah mereka berhasil mencuri damai sejahtera dan hubungan intim dengan Tuhan, mereka akan membunuh kerohanian orang – orang tersebut.
Sebab pada dasar nya jika seseorang telah berada di dalam kegelapan, maka orang tersebut tidak lagi mempercayai Kebenaran-Nya, dan orang – orang yang demikian adalah orang – orang yang telah mati rohani, atau yang kehidupan kerohaniannya telah berhasil di bunuh oleh pengajaran – pengajaran sesat yang diajarkan oleh iblis melalui pengajar – pengajar sesat.

c). Membinasakan.
Setelah iblis dan para pengajar – pengajar sesat berhasil melakukan ke dua hal di atas, maka pada akhirnya orang – orang tsb akan dibawa ke dalam kebinasaan ( hukuman kekal ).

2]. Kata “hidup”

📚 Ada dua kata dalam bahasa yunani yang jika terjemahkan dalam bahasa indonesia memiliki arti “hidup”, yaitu: bios dan zoe.
a). Bios

Kata “bios” adalah hidup yang dimiliki oleh semua mahluk hidup, baik manusia, binatang, dan tumbuhan.
Dari kata ini kita mengenal istilah “biologi”.

Dengan kata lain bios adalah hidup yang selalu berhubungan dengan hal-hal fisik.
Jika dalam konteks hidup manusia, paling tidak kehidupan bios bisa digambarkan bagaimana manusia bekerja mencari uang untuk melangsungkan kehidupan yang layak, menikah, memiliki keturunan, begitu sepanjang hidupnya sampai akhirnya mati.

b). Zoe
Kata “zoe” sama sekali tidak berhubungan dengan hal – hal yang bersifat fisik, tetapi bersifat rohani, dan kata “zoe” juga di pakai di dalam Yohanes 3 : 16, dimana ayat tersebut berbicara tentang keselamatan yang bersifat rohani.
Pada ayat ini kata hidup disitu menggunakan kata zoe yaitu kehidupan Yesus sendiri.

3]. Kata “berkelimpahan”

📚 Kata kelimpahan dalam ayat ini menggunahan kata “Perissos” yang berarti berkelimpahan, sampai meluber, bisa dikatakan tidak terukur.

Akar kata perissos digambarkan seperti domba yang dibawa ke padang rumput yang hijau dan sangat lebat, karena itu Yesus dalam perikop ini menggunakan perumpamaan bahwa kita adalah domba-domba-Nya Tuhan.

Kita menjadi berkelimpahan karena Tuhan dan Firman-Nya membentuk karakter, membentuk keinginan dan kehendak kita. Sehingga dalam setiap aspek hidup kita yaitu pekerjaan, pelayanan, keluarga, masyarakat, kita memberikan yg terbaik.
Kita menjadi manusia yang unggul dan berkualitas separti Kristus, artinya kehidupan Kristus melimpah dalam hidup kita.

Jadi sudah jelas bahwa Tuhan dan Firman-Nya adalah harta yang sesungguhnya, lebih berharga dari emas perak.
Firman Tuhan adalah harta yang Tuhan karuniakan yang tidak dapat diukur oleh timbangan apapun, oleh teori metodologi penelitian manapun.
Dengan demikian dapat kita pahami arti dari hidup berkelimpahan di ayat ini, yaitu kelimpahan yang bersifat rohaniah yaitu kehidupan Kristus.

● Yohanes 10 : 11
LAI TB, Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya

Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan di ayat ini, yaitu:

1]. Kata “Aku”
Kata εγω ειμι – EGÔ EIMI dalam pandangan orang Yahudi adalah kata yang hanya pantas diucapkan oleh Allah saja (sudah dipaparkan di dalam ayat 9 di atas)

2]. Kata “gembala yang baik memberikan nyawanya”
Menurut kamus besar bahasa indonesia, gembala adalah penjaga atau pemiara binatang (ternak).
Dalam adat istiadat orang Yahudi, gembala merupakan suatu pekerjaan yang amat mulia, berat dan berbahaya.
Tugas gembala adalah membawa kawanan domba ke padang rumput dipagi hari, dan menjaga kawanan tersebut di kandangnya pada malam hari.
Seorang gembala bertanggung jawab atas domba-dombanya, sering menghitungnya, melindungi kawanan domba gembalaannya terhadap cuaca buruk, harus mencari dan membawa kembali setiap domba yg sesat (Yeh 34:8; Mat 18:12 dst), dan juga melindunginya terhadap bahaya dari luar.
Di Israel Tuhan Allah diakui sebagai Gembala umat-Nya (Mazm 23:1-6; Yes 40:11; Yeh 34:1-31).

Catatan : Kata “baik”
Ada dua istilah Yunani yang dapat diterjemahkan sebagai “baik”, yaitu: “agathos” , yang biasanya digunakan Yohanes untuk barang-barang, dan “kalos” , yang digunakan dalam Septuaginta untuk menunjuk pada baik sebagai lawan dari jahat.
Mengenai kata “memberikan nyawanya”.

Gembala yang setia seringkali harus membela kawanan dombanya mati-matian sampai dirinya sendiri terbunuh oleh kawanan perampok.
Atau gembala akan berjuang mati-matian melindungi domba-dombanya dari serigala, bahkan sampai mempertaruhkan nyawanya.

Dalam alkitab tercatat bhw seorang gembala yang mencintai dombanya, rela berkorban untuk dombanya (bdk. 1Sam 17:34-36 Yes 31:4), dan seorang gembala yang baik adalah seorang gembala yang siap untuk menantang bahaya dan mempertaruhkan nyawanya demi kawanan dombanya.
Yakub juga begitu, saat ia harus kelelahan menjaga mereka (Kej. 31:40).
Begitu pula Daud, saat ia harus membunuh singa dan beruang.

3]. Mengenai kata “domba”.
Kelangsungan hidup domba sangat tergantung pada manusia, dikarenakan mereka adalah hewan ternak.

Beberapa karakteristik domba:
*1. Domba memiliki ketergantungan yang sangat besar kepada gembala karena ketidakmampuannya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri – perlindungan, makanan, minuman, kandang dan pengobatan.

*2. Domba sangat lemah.
Domba tidak memiliki senjata seperti bunglon yang bisa berubah warna untuk melindungi dirinya, domba tidak bisa lari cepat ketika ada musuh, dan domba juga tidak memiliki senjata untuk menyerang musuh.
Domba sama sekali tidak dapat mempertahankan dirinya, dan benar-benar bergantung kepada gembalanya.

*3. Domba mudah tersesat.
Domba mudah tersesat karena binatang ini hanya mampu melihat dengan jelas objek-objek yang berjarak kurang dari 3 m, lebih jauh dari itu ia tidak dapat melihat apa-apa.
Oleh karena itu, supaya ia tidak tersesat, ia harus berjalan beriringan dengan domba-domba lainnya dengan seorang gembala memimpin di depan.
Namun demikian, selalu saja ada domba yang membelokkan diri dan mencoba untuk cari jalan yang lain dan pada akhirnya menjadi tersesat.

*4. Domba sangat mudah mengikuti contoh yang diberikan kepadanya.
Misalnya, ada seorang gembala ingin memindahkan kawanan domba dari satu padang rumput ke padang rumput lainnya.
Namun ditengah perjalanan ada rintangan dan tidak bisa mengambil jalan memutar karena ada jurang.
Cara melewati rintangan itu, domba hrs melompat.
Namun masalahnya adalah domba-domba itu tidak tahu bagaimana cara melompati rintangan itu. mereka harus diberikan terlebih dahulu contohnya.
Jadi gembala memakai kambing untuk memberi contoh melompat tsb.
Setelah kambing melompati rintagan itu, maka domba-domba dibelakangnya akan menyusul juga melompati rintangan sesuai dengan contoh yang diberikan.
Dan menariknya adalah, ketika kemudian sang gembala mampu menyingkirkan rintangan itu, ternyata domba-dombanya masih terus saja lompat ketika melewati bekas rintangan tadi.
Mereka terus lompat melalui jalan itu padahal sudah tiak ada rintangannya lagi.

*5. Domba adalah Hewan presocial, hewan yang suka berteman.
Presocial berarti bahwa mereka memiliki kebebasan yang luar biasa sejak mereka lahir. Domba hewan yang Suka berteman, mereka suka berada di dalam kawanan secara bersama-sama atau suka dengan kelompok.
Domba adalah hewan sosial, tetapi alasan yang paling penting mereka ingin kawanan bersama adalah untuk perlindungan.

*6. Domba adalah hewan pemalu, hewan gugup dan memiliki ketakutan yang besar untuk melawan predator seperti anjing hutan dan anjing liar.

*7. Domba melihat dalam warna.
Domba rata-rata memiliki bidang visi dari 270 derajat.
Bidang visual dapat dipengaruhi wol di wajahnya.
Mereka memiliki persepsi yang kurang baik, untuk alasan ini, domba akan menghindari bayangan atau kontras keras antara terang dan gelap.
Mereka akan bergerak menuju cahaya.

*8. Domba memiliki rasa yang sangat baik dalam hal mendengarkan.
Mereka lebih sensitif terhadap suara frekuensi tinggi dari orang dan merasa takut dengan suara keras.

*9. Ketika domba terguling, mereka akan perlu dibantu, karena mereka tidak bisa bangun dari posisi tsb.
Jadi Yohanes 10 : 11, Yesus berkata bahwa Diri-Nya adalah seorang gembala yang baik, dan gembala yang baik adalah gembala yang setia memelihara dan memperhatikan domba – domba Nya, serta rela mempertaruhkan nyawa bagi domba – domba Nya.

● Yohanes 10 : 12
LAI TB, sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu.

Ayat ini merupakan kontras dari ayat yang sebelum nya.
Dalam ayat sebelum nya di gambarkan mengenai gembala yang baik, dan di ayat ini di gambarkan gembala yang jahat, atau gembala upahan.
Gembala upahan adalah gambaran dari pengajar – pengajar yang memberikan pengajaran – pengajaran dengan motivasi mencari keuntungan yang bersifat materi, dan bila mana ada sesuatu yang terjadi terhadap orang yang mereka ajar, maka mereka dengan mudah nya lepas tangan, “cuci tangan”, pura – pura tidak tahu, dan tidak memperdulikan hal tersebut, sebab bagi mereka yang terpenting adalah hal – hal yang bersifat material.

● Yohanes 10 : 13
LAI TB, Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu.

Ayat ini menegaskan tentang karakter gembala upahan, atau pengajar – pengajar yang dl dlm penggembalaannya bermotivasikan materi dan merasa tdk punya tanggung jawabnya thd domba-dombanya.

● Yohanes 10 : 14
LAI TB, Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku

Di ayat ini sekali lagi Yesus mengatakan bahwa Dia adalah gembala yang baik, sama seperti yang Dia katakan di dalam ayat 11, tetapi kali ini Dia tidak hanya mengatakan bahwa Dia adalah seorang gembala yang baik saja, tetapi Dia juga mengatakan bahwa “ Dia mengenal domba – domba Nya, dan juga domba – domba Nya mengenal Dia “.
Dia dapat membedakan dengan jeli mana yang termasuk domba-domba-Nya dan mana yang bukan.
Dia mampu mengenali domba-domba meskipun keadaan mereka begitu sulit, dan mampu membedakan mereka dari kambing-kambing yang menyamar dengan cermatnya.
Dia tahu keadaan mereka, sungguh peduli dengan mereka, memperhatikan mereka dengan kasih dan kelemahlembutan.

Kata Dia mengenal mereka, artinya, Dia mengakui dan menerima mereka (Mzm. 1:6; 37:18; Kel. 33:17).
Domba-domba pun mengenal-Nya.
Ia mengamati mereka dengan mata yang penuh anugerah, dan mereka pun melihat Dia dengan mata iman.
Kristus mengenal domba-domba-Nya bahkan sebelum mereka mengenal Dia, sebab Dia terlebih dahulu mengenal dan mengasihi kita (1Yoh. 4:19).
Ciri domba-domba milik Kristus itu adalah bahwa mereka mengenal Dia.
Mereka dapat membedakan-Nya dari para pembohong dan penyusup.
Mereka mengenal jalan pikiran-Nya, mengenal suara-Nya, mengenal kuasa kematian-Nya melalui pengalaman pribadi.

Jadi ayat ini mengatakan bahwa sebagai Gembala yang baik, Yesus juga mengenal domba – domba Nya, dan bukan hanya itu saja, tetapi di dalam pengenalan tersebut terdapat suatu persekutuan dan hubungan yang intim pribadi, antara domba – domba tersebut dengan Yesus.

● Yohanes 10 : 15
LAI TB, sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.

Ada dua bagian yang perlu kita amati di ayat ini, yaitu:
*1. Bagian ayat yang mengatakan “sama seperti Bapa mengenal Aku”
Bagian ayat ini adalah lanjutan dari pernyataan Yesus tentang pengenalan Dia akan domba – domba-Nya, dan pengenalan domba – domba-Nya akan Dia.
Bagian ini juga mengisyaratkan bahwa hubungan Kristus dengan domba – domba-Nya sama seperti hubungan Bapa dengan Anak.
Bapa mengenal Anak, mengasihi-Nya dan mengakui-Nya dalam segala penderitaan-Nya saat Ia dibawa ke pembantaian seperti seekor domba, begitu pula Kristus mengenal domba-domba-Nya dan selalu memperhatikan mereka dengan saksama, menyertai mereka waktu mereka ditinggalkan sendirian, sebagaimana Bapa-Nya selalu menyertai Dia.

Sebagaimana Anak mengenal Bapa, mengasihi dan menaati-Nya, serta melakukan segala hal yang menyenangkan hati-Nya, tetap menaruh kepercayaan kepada-Nya sebagai Allah-Nya bahkan saat Ia sepertinya telah meninggalkan Dia, begitu pula orang-orang percaya yang mengenal Kristus tetap memandang Dia dalam iman dan ketaatan.

*2. Bagian ayat yang mengatakan “Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.”
Dengan menyerahkan diri-Nya sebagai korban persembahan, Kristus memberi bukti lain lagi bahwa Dia adalah gembala yang baik, dan melalui hal ini Ia menunjukkan kasih-Nya lebih dalam lagi.
Di dalam pemberian nyawa-Nya bagi domba – domba-Nya, terdapat kerelaan-Nya untuk menderita dan mati bagi kawanan yang digembalakan-Nya, sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengambil nyawa-Nya ( Yohanes 10 : 18 ), dan inilah tujuan Yesus datang ke dunia ini, yakni untuk memberikan nyawa-Nya untuk menjadi tebusan bagi banyak orang ( Matius 20 : 28 ; Markus 10 : 45 ).
Seorang gembala yang baik mempertaruhkan nyawanya bagi domba – dombanya, dan bila mana gembala tersebut mati karena membela domba – dombanya dari hewan – hewan buas, atau dari perampok – perampok, maka hal tersebut terjadi karena situasi yang tidak terduga dan tidak direncanakan secara sengaja, tetapi Yesus lebih dari pada itu, sebab Dia dengan sukarela dan dengan sengaja memberikan nyawa-Nya bagi domba – domba-Nya, agar domba – domba-Nya dapat memperoleh keselamatan.

Jadi garis besar ayat ini mengatakan bahwa Yesus adalah gembala, pemimpin, dan pemelihara jiwa kita, dan Dia rela menderita dan memberikan nyawa-Nya untuk keselamatan kita, dan dengan keselamatan tersebut kita dapat bersekutu dengan intim dengan Dia.
Melalui persekutuan yang intim tersebut kita dapat memperoleh pengenalan yang benar akan Dia, dan sebagai tanda bahwa kita hidup dalam persekutuan yang intim dengan dia adalah gaya hidup kita yang berada di dalam dan sesuai dengan kebenaran Firman-Nya, sebab jika kita hidup di dalam Dia, maka kita akan melakukan segala perintah – perintah-Nya.

● Yohanes 10 : 16
LAI TB, Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.

Ada beberapa bagian dari ayat ini yang harus kita perhatikan, yaitu:
*1. Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini
Jika kita mengamati bagian kalimat “yang bukan dari kandang ini” dari penggalan ayat di atas, bahwa saat itu Yesus sedang berbicara tentang orang – orang non Yahudi yang percaya kepada Nya, seperti wanita samaria dan penduduk kota Sikhar yang percaya kepada-Nya, sekalipun penduduk kota tersebut bukanlah orang – orang Yahudi, tetapi orang – orang samaria ( Yohanes 4 : 1 – 42 ).

*2. Domba-domba itu harus Kutuntun juga
Dalam bagian ini kita melihat adanya “ rasa tanggung jawab” dan empati Yesus kepada orang – orang yang percaya kepada-Nya, sekalipun orang – orang tersebut bukan orang – orang Yahudi, dan bagian ini juga menunjukan kasih karunia-Nya yang tidak terbatas, dan membawa mrk ke dlm pengenalan yg benar akan Dia.

*3. Dan mereka akan mendengarkan suara-Ku
Setelah Dia membawa orang – orang tersebut ke dalam pengenalan yang benar akan Dia dan juga ke dalam persekutuan yang intim dengan Dia, maka orang – orang tersebut akan mendengar segala perkataan-₩ya dan hidup di dalam kebenaran Firman-Nya.

*4. Dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.
Dia juga menjadikan orang – orang non Yahudi tersebut menjadi satu kawanan dengan orang – orang Yahudi, sehingga tidak ada lagi perbedaan status antara orang – orang Yahudi dan orang – orang non Yahudi.

Jadi ayat ini mengatakan bahwa ada orang – orang non Yahudi yang percaya kepada-Nya, dan dengan kepercayaan mereka tersebut telah membawa mereka ke dalam pengenalan yang benar akan Dia dan juga ke dalam persekutuan yang intim dengan Dia, dan kepercayaan mereka tersebut telah membuat Dia berkenan atas mereka, dan mengangkat mereka menjadi satu kawanan dengan orang – orang Yahudi, sehingga tidak ada lagi perbedaan antara orang – orang Yahudi dan non Yahudi.

KESIMPULAN
Jadi Yohanes 10 : 9 – 16 pada dasarnya berbicara mengenai kasih karunia Tuhan terhadap umat manusia, dan oleh karena Kasih-Nya tersebut Dia telah merelakan Diri-Nya untuk menderita dan mati bagi keselamatan kita.
Melalui penderitaan dan kematian-Nya, kita yang percaya:
1. Menerima keselamatan.
2. Menerima hidup yang berkelimpahan secara rohani
3. Mendapatkan pemeliharaan dan tuntunan-Nya
4. Pengenalan yang benar akan Kristus.

Minggu, 23 April 2023

Makna Ibr. 12:1-2

 Makna Ibr. 12:1-2

Ay.1 Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.
Ay. 2  Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.

* Kata beban (yun) ogkos : rintangan, halangan
* Kata dosa (yun) hamartia : meleset dari sasaran/yg dikehendaki Tuhan

Jadi “Melepaskan beban dan dosa” artinya melepaskan semua keterikatan dengan kesenangan dunia, dan keinginan yang bertentangan dengan kesucian Allah.
Kata “memandang Yesus” artinya meneladani hidup-Nya.
Orang yang bersedia tidak memiliki dirinya sendiri berarti ia hanya memiliki kehidupan Yesus yang diperagakan di dalam seluruh hidupnya. 
Selama orang masih hidup dengan segala kesenangan dan keinginannya sendiri, ia tidak akan dapat memperagakan kehidupan Yesus di dalam hidupnya. 
Itu berarti ia menolak menjadi anak tebusan.
Itu berarti pula ia menolak untuk diselamatkan, artinya dikembalikan ke rancangan semula-Nya.

Filipi 2:12c
... Kerjakan keselamatan dengan takut dan gentar.

Senin, 17 April 2023

Pelayan yang Mengobarkan Karunia ( 2 Tim 1: 6 ; Matius 25:14-30)

 


Pelayan yang Mengobarkan Karunia ( 2 Tim 1: 6 ; Matius 25:14-30)

Di susun : Pdt. Erwan

Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu. (2 Tim 1:6 ITB)

📚 Kata mengobarkan dipakai dalam bahasa Yunani adalah ἀναζωπυρέω anazōpureō  memiliki arti tore-enkindle atau untuk menghidupkan kembali sesuatu yang Tuhan sudah beri bagi para pelayan Tuhan yaitu charisma yang memiliki arti secara khusus anugerah(spiritual), yaitu, (secara subyektif) kualifikasi keagamaan, atau (secara obyektif) kemampuan ajaib.

Seperti halnya dalam pengajaran Yesus dalam Matius 25:14-31 dijelaskan bahwa setiap orang memiliki talenta yang berbeda-beda.
Ada yang memiliki lima talenta, ada yang dua talenta dan adayang satu talenta.
Yang terpenting adalah bukan persoalan banyaknnya talenta, tetapi persolannya adalah tentang kepercayaan yang dikerjakan dan mempertanggungjawabkan kepercayaan itu.
sebabKarunia tersebut berfungsi untuk memberdayakan atau memberikan kemampuan kepada gereja untuk melayani Tuhan.

Seorang pelayan Tuhan harus berupaya mengembangkan karunia dan potensi yang Allah percayakan.

▪ Baca : Perumpamaan tentang Talenta - Matius 25:14-30

▪ Pada waktu itu talenta merupakan nilai perhitungan moneter Yunani dengan nilai yang paling besar, karena 1 talenta setara dengan 75 pon dan juga setara dengan 34 kg emas, juga sama dengan 6000 drachma, drachma digunakan sebagai upah harian seorang buruh setiap harinya.
Jadi 6000 drachma berarti merupakan upah seorang pekerja harian selama 6000 hari.
▪ Dengan demikian, talenta berbicara mengenai modal yang Tuhan berikan untuk dipergunakan bagi kemuliaaNya.

▪ Hamba yang menerima lima talenta itu pergi dengan segera dan menjalankan modalnya dengan aktif hingga ia memperoleh keuntungan lima talenta. Sama halnya dengan budak yang menerima dua talenta, ia juga berbuat demikian yaitu segera pergi dan kemudian menerima keuntungan dua talenta dari hasil kerja kerasnya untuk mengerjakan talentanya.
▪ Hamba pertama dan kedua bertindak dengan tekun dan usaha yang sama, sekalipun memiliki hasil akhir yang berbeda kemudian mendapatkan keuntungan dari jumlah yang dipercayakan. (Matius 25:18).
▪ Kedua hamba ini menjadi hamba yang berguna atas modal yang dipercayakan kepada mereka.

▪ Hamba yang ketiga pergi juga kemudian menggali lobang di dalam tanah.
▪ Karena memang pada saat itu, tempat penyimpanan harta yang aman ialah di dalam tanah (Mat. 13:44), oleh sebab itu hamba yang menerima satu talenta hanya menyimpannya di dalam tanah, karena mengganggap itu berharga dan pada akhirnya tidak menghasilkan apa-apa.
▪ Dari perbuatan hamba ketiga ini, ia bukannya tidak melakukan apa-apa.
▪ Hamba ketiga ini melakukan sesuatu, yaitu menggali untuk menyimpan talenta itu.
▪ Hamba ketiga ini juga melakukan sesuatu namun untuk dirinya sendiri.
▪ Hamba ketiga ini memiliki modal, namun ia hanya menyembunyikan modal itu, sehingga ia tidak bisa menghasilkan apa-apa.
▪ Tuan itu memberikan waktu kepada hambanya untuk mengerjakan modal itu hingga ia datang dan mengadakan perhitungan (Mat 25:1)

▪ Kpd hamba yg menerima 5 dan 2 talenta, Tuan dari hamba tsb memuji dan berkata hambaku yang baik dan setia (Matius 25:21, 23).
📚 Tuan itu memuji hamba itu dengan sebutan πιστέ (piste) dari kata dasar πιστός (pistos), yang memiliki arti setia, dapat dipercaya dan tulus.
▪ Pujian tuan itu bukan successful tetapi faithfull.
▪ Tuan itu tidak hanya peduli dengan hasil (dilakukan dengan baik), tetapi juga metode (baik), dan motivasi (dapat dipercaya).

📚 Hamba yang ketiga ini mengatakan sesuatu mengenai tuannya dan ia juga tetap memanggil tuannya dengan sebutan kurios atau Tuhan, ia tahu, ἔγνων (egnon) dari kata dasar γινώσκω (ginosko) --> mengenal
▪ Kata ini memiliki pengertian pengetahuan rahasia.
▪ Hamba yang ketiga ini memiliki pengenalan mengenai tuannya dengan memahami melalui pengetahuannya yang belum tentu benar dengan menyebut tuannya kejam.
▪ Pengetahuan hamba ketiga ini lebih kepada alasan mengapa hamba itu menyembunyikan talenta dan tidak menghasilkan apapun bagi tuannya.
▪ Hal ini sebatas hanya pengetahuan hamba ketiga dan akhirnya dipertegas oleh tuannya dalam ayat 26.
▪ Dan mengenai pernyataan bahwa tuan itu kejam, belum tentu benar, karena pernyataan itu hanya simpulan hamba ketiga mengenai tuannya.
▪ Tindakan hamba ketiga ini dihasilkan dari kesalahan persepsi mengenai tuannya, ia takut dan kemudian memanifestasikan dirinya dalam kemalasan dan pelayanan yang buruk.

📚 Kata takut berasal dari kata φοβηθεὶς (phobetheis) verb participle aorist passive nominative masculine singular dari kata dasar φοβέω (phobeo).
▪ Sejarah dari kata ini dengan kata kerja utama phebomai yang berarti kabur.
▪ Saat emosi berkembang dari tindakan tersebut, maka akan terkejut dan melarikan diri karena menunjukkan ketakutan.
▪ Dan kemudian phobos merupakan "ketakutan" atau "panik".
▪ Dalam penggunaan biasa, kata ini memiliki nuansa "lari", "ketakutan", "kecemasan".
▪ Karena tuannya menuai dimana tidak menabur dan memungut dimana tidak menanam.

📚 Matius 25:24 ..... Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam.
▪ Ucapan hamba ini kpd tuannya ia katakan tuannya adalah "manusia yang kejam, Keras, dan tidak berperikemanusiaan. 
▪ Kata "Menuai di tempat di mana tuan tidak menabur, maksudnya: mengambil keuntungan dari hasil jerih payah orang lain" --> Memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. 
▪ Hamba ini buta terhadap kenyataan bahwa tuannya merupakan tuan yang murah hati dan mengasihi, yang ingin ia ikut menikmati kebahagiaan juga dg memberi modal menurut kemampuannya.

▪ Hamba ini ketakutan dan melakukan tindakan yang buruk dan tidak mempertanggung-jawabkan talenta yang ada padanya (Mat 25:24-25).
▪Tuan ini pun memberi tuduhan bahwa hamba ketiga ini jahat dan malas.
📚 Menjawab dalam bahasa aslinya ialah ἀποκριθεὶς (apokritheis) dari kata dasar ἀποκρίνομαι (apokrinomai).
▪ Yang memiliki pengertian "memisahkan diri", "membela diri", dan "menjawab".

▪ Kemudian tuan itu memberikan pernyataan kepada hambanya bahwa seharusnya uang itu disetorkan kepada orang yang menjalankan uang secara umum.
▪ Supaya uang itu kembali beserta dengan bunganya.
📚 Orang yang menjalankan uang menggunakan kata τραπεζίτες (trapezites) yang berarti money changer, banker yaitu penukar uang atau bankir. Bankir merupakan orang yang mengelola keuangan dari pemilik dengan meminjamkan kepada orang lain untuk dijalankan.

▪Pada masa itu banyak orang kaya yang tidak mengerjakan uangnya dan lebih suka mengubur atau menyembunyikan uangnya sehingga tidak memperoleh keuntungan (Mat. 13:44).
▪ Faktanya sampai sekarang terkadang para pekerja bangunan menemukan harta ketika mereka menggali tanah-tanah di israel.

KESIMPULAN
▪Talenta merupakan sesuatu yang diberikan oleh Allah kepada para hamba- Nya untuk memuliakan namaNya menurut kepercayaan dari Allah.
▪ Dalam konteks talenta dlm Matius 25:14-30, dapat berbicara mengenai kebenaran, mengobarkn karunia, dan pekerjaan misi yg merupakan sebuah keharusan bagi semua orang yang telah mengenal Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, sehingga nama Kristus dimuliakan.



Minggu, 16 April 2023

KARAKTERISTIK SEORANG GEMBALA DALAM PERSPEKTIF 1 PETRUS 5:1-4

KARAKTERISTIK SEORANG GEMBALA DALAM PERSPEKTIF 1 PETRUS 5:1-4


Yesus memberikan teladan bagaimana menjadi seorang gembala yang baik dimana gembala yang baik adalah gembala yang merawat atau memelihara kawanan domba dengan sepenuh hati bahkan rela mengorbankan nyawanya demi domba-dombanya (Yohanes 10:11).
Tugas penggembalaan adalah tugas yang dipercayakan oleh Allah untuk dilaksanakan sesuai dengan petunjuk dan ketetapan dari Allah sendiri.
Dalam 1 Petrus 5:1-4, dijelaskan tentang ciri khas dari gembala sidang yang membedakannya dengan pemimpin pada umumnya.
Ciri khas tersebut harus menjiwai pelayanan seorang gembala sidang dalam melaksanakan tugas penggembalaan.
Seorang gembala sidang harus melayani dengan sukarela, pengabdian diri, rendah hati dan mampu menjadi teladan yang baik.


Pendahuluan

Dalam Injil Yohanes 21:15-17, Yesus mengulang sampai tiga kali perkataan, “Gembalakanlah domba-domba-Ku.”
Penyataan tersebut ditujukan langsung kepada Petrus yang menurut pengakuannya bahwa ia mencintai Yesus lebih dari semuanya yang ada pada saat itu.
Kisah tersebut menunjukkan bahwa tugas gembala hanya bisa dilaksanakan oleh orang-orang yang betul-betul mengasihi Yesus.
Penggembalaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tugas-tugas dan pelayanan gereja. Penggembalaan memiliki kaitan atau hubungan untuk saling melengkapi dalam usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan gereja, sehingga dengan demikian gereja bisa mandiri dan menjadi gereja misioner.
Penggembalaan adalah suatu jawaban terhadap kebutuhan setiap orang akan kehangatan, perhatian penuh, dan dukungan.
Yesus memberikan teladan bagaimana menjadi seorang gembala yang baik di mana gembala yang baik adalah gembala yang merawat atau memelihara kawanan domba dengan sepenuh hati bahkan rela mengorbankan nyawanya demi domba-dombanya (Yohanes 10:11).

Tugas penggembalaan adalah tugas yang berat jika dilihat dari sisi kemanusiaan karena membutuhkan banyak pengorbanan dari gembala itu sendiri yaitu pengorbanan waktu, materi, pemikiran, dan perasaan.
Dengan keadaan seperti ini, maka dituntut keteguhan hatidan komitmen untuk menggembalakan jemaat seperti yang terdapat dalam 1 Petrus 5:2-3.
Surat Satu Petrus ditujukan kepada orang-orang yang mengalami penderitaan karena penganiayaan, tetapi justru mereka diminta untuk melayani dalam bentuk menggembalakan jemaat Allah.

Di sinilah integritas seorang gembala dinampakkan dalam hal kemampuannya untuk memperlihatkan karakteristik seperti yang dituliskan dalam 1Petrus 5:2-3 yang berbunyi, Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.
Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu maumemerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.”

Ayat ini menjelaskan bahwa seorang pelayan atau gembala dalam jemaat harus melayani dengan ciri khas tersendiri yang membedakannya dengan pemimpin yang dikenal saat itu, di mana pemimpin pada saat itu memimpin dengan keangkuhan, penindasan, memerintah dan hal-hal lain yang bertentangan dengan kepemimpinan dalam jemaat atau kepemimpinan gembala sidang. Karakteristik atau ciri khas ini harus dimiliki oleh gembala sidang yang menunjukkan bahwa gembala tersebut memiliki integritas dalam kehidupan dan pelayanannya.

Dalam tulisan 1 Petrus 5:1-4 Petrus menyebut dirinya sebagai penatua dan gembala jemaat dan faktanya bahwa Yesus Kristus adalah Kepala Gembala.
Bila Yesus adalah Kepala Gembala maka mereka adalah gembala-gembala.
Oleh karena itu, Yesus mengatakan kepada Petrus “Gembalakanlah domba-domba-Ku.”
Domba-domba adalah milik Yesus yang harus digembalakan oleh gembala-gembala. 

Jemaat pada masa Perjanjian Baru dipimpin oleh Penatua dan Penilik Jemaat (1 Timotius 3:1-7).
Kata “Penatua” dan “Penilik” adalah jabatan yang sama (Kisah Para Rasul 20:17, 28).
Kata “Penilik Jemaat”sering diartikan sebagai “Pengawas”

“Penatua Jemaat” menunjuk kepada kematangan pejabat itu, sedangkan “Penilik Jemaat” menunjuk kepada tanggung jawab jabatan.
Kata “gembala” adalah nama lain untuk jabatan yang sama (Efesus 4:11).
Para penatua ditetapkan bagi jemaat (Kisah Para Rasul 14:23).

Petrus menyadari bahwa kepemimpinan di dalam jemaat-jemaat setempat harus sebaik mungkin. Apabila api siksaan itu datang, orang-orang percaya dalam perkumpulan jemaat itu akan melihat kepada para penatua untuk memperoleh dorongan dan pengarahan.
Tugas penatua tidaklah sama dengan kepemimpinan sekuler yang menawarkan kepemimpinan yang sangat mudah dilakukan sementara Petrus mengeaskan kembali perbedaan kepemimpinan Yesus dengan kepemimpinan sekuler.
Justru Petrus menunjukkan bahwa menjadi gembala tidak sama dengan pemimpin sekuler yang bertentangan dengan maksud Allah.
Pemimpin gereja adalah hamba, bukan bos, pelayan dan tidak eksklusif.

Dalam 1 Petrus 5:1, Petrus memperkenalkan dirinya bukan sebagai seorang rasul atau seorang pemimpin rohani yang terkemuka, melainkan ia hanyalah sebagai penatua jemaat.
Walaupun ia hanya sebagai penatua jemaat, tetapi ia menyebutkan bahwa telah menyaksikan penderitaan Kristus.
Kata Yunani yang diterjemahkan menjadi “saksi”, dalam bahasa Inggris melahirkan kata lain, yaitu martyr (syahid).
Pendapat umum bahwa seorang martir hanya berarti orang yang mengorbankan hidupnya kepada Yesus, dan Petrus melakukan hal itu, tetapi pada dasarnya seorang “martir” adalah seorang saksi yang mengatakan apa yang telah dilihatnya dan telah didengarnya.

Dalam 1 Petrus 5:1, juga berhubungan dengan pengalaman pribadi Petrus bersama dengan Tuhan Yesus.
“Kemuliaan yang akan dinyatakan kelak” memberikan petunjuk akan pengalaman Petrus dengan Yesus Kristus di atas gunung tempat Ia dipermuliakan (2 Petrus 1:15-18; Matius 17:1-5)

Dalam 1 Petrus 5:2-3, “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.
Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklahkamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.”

Gambaran mengenai kawanan domba sering dipakai di dalam Alkitab, dan ini mengandung pengajaran yang baik (1 Petrus 2:25).
Sebelum Yesus datang sebagai Juruselamat, umat manusia diumpamakan sebagai domba-domba yang tersesat, yang akan menuju kebinasaan, tetapi Gembala yang Baik yaitu Yesus Kristus telah menemukan domba yang tersesat itu dan membawanya kembali ke dalam kandang yaitu hidup yang kekal.

Kata “gembalakanlah” adalah perintah untuk melayani.
Petrus menulis surat ini kepada orang-orang Kristen yang sedang menderita/dianiaya, tetapi mereka diminta melayani.
Terjemahan dari English Revised Version (1885), lebih tepat, yaitu "peliharalah‟, karena kata kerjanya menunjuk pada semua yang tercakup dalam kewajiban dari seorang gembala-membimbing, menjaga, memasukkan kandang, dan juga memberi makan.

Tentang kalimat “memberi makan domba-Ku,” dalam Yohanes 21:15-17 kepada Petrus yang kemudian Petrus menegaskan kembali dalam suratnya yaitu:
Yesus pertama-tama mengatakan "memberi makan domba-domba-Nya‟.
Kepemimpinan dibebankan untuk memberi makan domba-domba.
Mereka membutuhkan susu.
Mereka membutuhkan dasar-dasar Injil dan dasar Alkitab sederhana untuk bertumbuh.
Pemimpin-Gembala yang kemudian untuk "mengurus domba-domba-Ku‟.
Kepemimpinan Gembala adalah pemimpin yang memberi pertumbuhan rohani kepada Sang Pemilik domba yaitu Kepala Gembala.
Ada beberapa hal yang harus dijauhi oleh seorang gembala yaitu: kemalasan.
“Jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela.”
Penggembalaan hendaknya dianggap sebagai suatu pekerjaan yang sudah semestinya dilakukan. Gembala hendaknya melakukan kehendak Allah dengan segenap hati.

 Gembala juga harus menjauhi ketamakan.
“Jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.”
Tujuan utama penggembalaan bukanlah untuk mencari keuntungan atau uang.
Paulus juga menekankan tentang hal ini dalam persyaratan bagi seorang penatua: “bukan hamba uang” (1 Timotius 3:3); “tidak serakah” (Titus1:7).

Ungkapan “pengabdian diri” dalam ayat 2 ini, berarti “ingin sekali.”
Kata yang sama dipakai oleh Paulus dalam Roma 1:15, “Aku ingin untuk memberitakan Injil.”
Ini berarti bersedia untuk melayani sebab adanya kesiapan dan keinginan di dalam hati.
Inilah yang membedakan antara gembala yang benar dengan gembala upahan.
Gembala upahan melaksanakan tugas penggembalaan karena ia digaji, tetapi gembala yang benar melaksanakan tugas penggembalaan karena ia mengasihi domba-domba dan karena ia mempunyai hati yang diabdikan sepenunhya kepada mereka.

Dalam 1 Petrus 5:3 “Hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.”
Ada perbedaan antara kediktatoran dan kepemimpinan.
Seorang gembala tidak dapat mengemudikan domba-domba, melainkan harus berjalan di depan mereka dan memimpin mereka.
Jemaat memerlukan pemimpin yang melayani dan para pelayan yang memimpin.

Ungkapan “mereka yang dipercayakan kepadamu” menunjukkan bahwa para gembala hanyalah alat di tangan Tuhan sehingga gembala sidang bukanlah pemilik jemaat yang ia gembalakan karena yang empunya jemaat itu adalah Sang Gembala Agung.
Umat Allah tentu adalah milik-Nya yang tak ternilai.
Setiap penatua jemaat mempunyai kawanan dombanya sendiri untuk digembalakan, tetapi semua domba itu termasuk dalam kawanan domba yang digembalakan oleh Yesus Kristus.
Tuhan menetapkan pekerja-pekerja-Nya di tempat-tempat yang dipilihnya dan tidak akan ada persaingan di dalam pekerjaan Allah jika dilaksanakan berdasarkan kehendak-Nya

Dalam 1 Petrus 5:4, “Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.”
Surat Petrus adalah surat pengharapan di mana dalam ayat 4 ini, Petrus mengemukakan janji mengenai kedatangan Tuhan yang kedua kali.
KedatanganNya merupakan pengharapan dalam penderitaan (1:7-8) dan suatu dorongan agar melayani dengan setia dan penuh tanggung jawab.
Yesus menyebut diri-Nya sebagai gembala yang baik di mana Ia rela mati bagi domba-domba-Nya, dan yang akan datang bagi domba-domba-Nya.
Sebagai gembala yang Agung, hanya Ia yang dapat menilai pelayanan seseorang dan memberikan pahala kepada setiap orang yang melaksanakan tugas pelayanan dengan baik.

Petrus menyebut “mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu” karena ia bandingkan dengan mahkota para atlit yang biasanya berupa karangan bunga atau daun-daunan yang cepat layu. Petrus memberikan sebuah dorongan dan sekaligus sebagai harapan bagi seorang gembala yang memenuhi persyaratan yang telah disebutkan sebelumnya.
Gembala yang benar akan mendapat mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.

Karakteristik Gembala Sidang Berdasarkan 1 Petrus 5:1-4

Sukarela

Dalam 1 Petrus 5:2 bagian awal kalimat menyatakan, “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah.”

Ayat ini menjelaskan bahwa gembala sidang harus melayani secara sukarela danbukan karena paksaan.Yesus melarang murid-Nya untuk melaksanakan tugas pelayanan seperti yang dilaksanakan oleh para pemimpin yang ada pada saat itu.
Yesus memberikan suatu perbandingan yang kontras kepada murid-murid-Nya untuk menolong mereka mengerti sikap yang tak boleh dan yang harus mereka miliki.
Dia mengatakan, “Pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dengan kekerasan mereka.
Tidaklah demikian di antara kamu.
Barangsiapa ingin menjadi yang terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti anak manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (1 Petrus 5:1-3).

Tugas penggembalaan adalah tugas yang berat jika tidak dilaksanakan secara sukarela sehingga jika seorang gembala melayani tidak dengan sukarela, maka mereka tidak akan bertahan menunaikan tugas yang berat itu.

“Sejak Kristus naik ke Surga, Kristus yang menjadi Kepala jemaat itu, memajukan pekerjaan-Nya di dunia ini melalui utusan yang telah dipilih-Nya, melalui merekainilah Ia berbicara kepada anak-anak manusia serta melayani keperluanmereka. Tanggung jawab orang yang dipanggil untuk melakukanpemberitaan dan pengajaran doktrin untuk memajukan jemaat-Nyamerupakan suatu tanggung jawab yang sangat berat.”

Beratnya pelayanan penggembalaan menjadi penyebab seseorang tidak ingin menjadi gembala jemaat sehingga hanya orang yang merasakan panggilanpelayanannya yang rela melakukan tugas yang berat tersebut.
Sukarela bukan karena keinginan sendiri tetapi harus didasarkan pada kehendak Allah.
Dalam ayat tersebut dituliskan, “... tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah.”

Seoranggembala mampu melaksanakan pelayanan secara sukarela karena ada kesadaran bahwa Allah yang empunya pelayanan itu akan memberikan kemampuan dalam setiap situasi dan kondisi yang diperhadapkan dalam pelayanan penggembalaannya.

Pengabdian Diri

Dalam 1 Petrus 5:2-3 dijelaskan bahwa salah satu ciri gembala yang baik adalah menggembalakan kawanan domba Allah atau jemaat bukankarena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Bekerjatanpa imbalan atau dengan kata lain bekerja karena pengabdian dirisepenuhnya adalah sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan, apalagidengan keadaan sekarang di mana setiap orang diperhadapkan denganbermacam-macam kebutuhan hidup tetapi Rasul Petrus menekankanagar tugas penggembalaan dilakukan bukan karena mau mencarikeuntungan, tetapi karena pengabdian diri.

Seorang gembala sidang tidak selalu nyaman dan menyenangkan dalam melaksanakan tugas pelayan.
Status sebagai seorang pelayan tidaklah menyenangkan karena senantiasa tertuju kepada kepentingan orang lain yang perlu dilayani, yaitu tuannya.
Manusia pada dasarnya menginginkan untuk dilayani dan bukan melayani.
Pelayanan seorang gembala sidang mengajak melakukan hal yang sebaliknya.
Belajar tertuju kepada kepentingan Tuhan dan juga orang lain, mencari dan melakukanhal-hal yang dianggap berfaedah bagi orang lain dan bukan semata bagidiri sendiri.
Gereja Kristen Perjanjian Baru lahir dari semangat dan filosofipengabdian ini.
Setiap anggota jemaat didorong untuk hidup melayanisesama, sebab diri sendiri ini sudah dimiliki oleh Allah dan dituntutuntuk mengabdi kepada Allah.
Filosofi pengabdian ini menuntut:Pertama, meyakini bahwa orang percaya adalah milik Allah melaluipenebusan.
Konsekuensinya dituntut melayani dan mengabdi kepadaAllah melalui hidupnya.
Dalam 1 Korintus 6:19-20 mengungkapkannya demikian, “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri.
Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”
Pengabdian identik dengan tanggung jawab dan kesetiaan.
Seorang gembala tidak boleh menggunakan jemaat atau oranglain untuk mendapatkan keuntungan, tetapi gembala harus melayani dengan membersihkan mereka melalui firman Allah dan Roh Allah agar mereka melakukan apa yang Dia kehendaki dan inilah yang dimaksud dengan kepemimpinan hamba.
Yesus mengatakan bahwa gembala yang baik memberikan nyawanya bagidomba-domba.
Tetapi gembala palsu menemukan cara-cara agar domba-domba itu memberikan semua miliknya kepada gembala.

Rendah Hati

Dalam surat 1 Petrus 5:3 mengatakan, “Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakankepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.”

Dalam bagian awal ayat tersebut terdapat perintah bagi seorang gembala untuk tidak memerintah jemaat yang digembalakan.
Memerintah di sini mengandung makna otoriter atau dengan kekerasan.
Hal tersebut hanya bisa dilakukan jika seorang gembala memiliki kerendahan hati.
Gembala seharusnya menunjukkan sikap lemah lembutdan kooperatif.
Walaupun kapasitas seorang gembala adalah sebagaipemimpin, tetapi gembala tidak boleh memimpin secara diktator.
Para gembala selain sebagai pemimpin, mereka juga adalah pelayan sehingga gembala adalah pemimpin yang melayani.

Berbeda dengan pemimpin dalam dunia sekuler yang pada umumnya adalah sebagai penguasa tunggal yang relatif tidak menunjukkan sifat kerendahan hati yang ditunjukkan dalam kehidupan yang mau melayani.
Orang-orang Farisi melaksanakan tugas pelayanan dengan cara memerintah, tetapi Yesus menghendaki agar para murid-Nya melakukan yang berbeda dari yang dilakukan oleh orang Farisi.
Mereka melakukan hal tersebut atas nama Kristus yang mengutus mereka.
Pelayan Allah yang sebenarnya memiliki ciri khas yaitu kerendahan hati karena mereka menyadari bahwa mereka melaksanakan tugas pekerjaan mulia tersebut bukan karena keinginan mereka sendiri, tetapi karena Allah sendiri yang telah memilih mereka.

Filipi 2:3 menjelaskan tentang kerendahan hati dengan cara mengkontraskannya dengan sikap orang yang tinggi hati, “Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia... menganggapyang lain lebih utama daripada dirinya sendiri.”

Gembala dalam suatu jemaat adalah pemimpin yang sekaligus sebagai hamba atau yang dikenal dengan kepemimpinan hamba.
Apabila orang mendengar kata kepemimpinan, pada umumnya mereka berpikir tentang hal-hal seperti kekuasaan, kedudukan, pengaruh, pendapat, dasar pemikiran, dan lain-lain yang semuanya ini sangat penting bagi seorang pemimpin agar bisa efektif dalam kepemimpinannya.
Namun, kepemimpinan sejati yaitu kepemimpinan hamba memiliki sisi lain seperti sisi relasional, akrab, kerendahan hati, dan lain-lain yang sering bertentangan dengan kepemimpinan yang dipahami secara umum.

Ungkapan, “Janganlah kamu seolah-olah mau memerintah atas mereka,” dalam 1 Petrus 5:3 bisa disejajarkan dengan pelajaran Yesus Kristus tentang siapa yang lebih besar, seperti juga pada saat-saat lain ketika ia mengajar para murid-Nya tentang kerendahan hati dan pelayanan.
Yesus memberikan penjelasan tentang gaya kepemimpinan pelayan yang berbeda dengan gaya kepemimpinan sekuler.
Dia berkata, “Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata,“ Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.
Tidaklah demikian di antara kamu.
Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu.”

Petrus mengambil salah satu kata-kata yang tidak mengenakkan iniuntuk menggambarkan kepemimpinan non-Yahudi, mengingatkan kata-kata Tuhan Yesus, ketika dia menulis kepada para penatua: “Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu” (1 Petrus 5:3).

Para gembala akan melaksanakan tugas pelayanan tidak secara otoriter jika mereka membuka diri untuk dipimpin oleh Roh Kudus dan hidup sesuai dengan firman Tuhan.

Yesus yang adalah Allah tetapi relamengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba. Paulus menggunakan teladan Yesus untuk menggambarkan pengajarannya bahwa “Hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri” (Filipi 2:3).

Memberikan Teladan yang Baik

Kalimat terakhir dalam 1 Petrus 5:3 mengatakan, “Tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.”

Ungkapan ini ditujukan kepada orang-orang yang akan menggembalakan jemaat agar mereka menjadi teladan yang baik bagi kawanan domba yang dipercayakan kepada mereka.
Tuhan Yesus mengajarkan kepada orang percaya, betapa pentingnya menjadi teladan itu.

Ketika Tuhan Yesus mencuci kaki murid-murid-Nya, Ia berkata, “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu;sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (Yohanes 13:14-15).

Tuhan Yesus menjadi teladan dalam seluruh kehidupan-Nya, bukan sebagian, sebab seluruh hidup-Nya tidak bercela.
Menjadi kemutlakan bagi seorang gembala sidang atau pelayan jemaat untuk menjadi teladan. Gereja harus membuktikan hasil pelayanannya secara konkret.
Gereja adalah tempat bagi jemaat untuk digembalakan menjadi manusia Allah yang layak masuk Kerajaan Surga sebagai anggota keluarga Allah.
Allah menghendaki agar pendeta dan anggota keluarganya memberikan keteladanan yang baik sehingga jemaat bisa mengikuti keteladanan tersebut (Titus 2:7).
Salah satu hal yang membuat para gembala gagal dalam melaksanakan tugasnya adalah karena mereka sendiri belum memiliki kehidupan yang sepadan dengan Injil, sehingga ditolak oleh anggota jemaat karena tidak mampu memberikan teladan yang baik.
Ia sendiri yang melanggar ketetapan-ketetapan Tuhan sehingga mustahil bagi mereka untuk menyampaikan kabar baik atau Injil itu.
Banyak orang yang menganggap dirinya sebagai pengikut Kristus, tetapi sebenarnya kehidupannya sangat bertentangan dengan teladan yang telah diberikan oleh Yesus.
Dalam pelayanan-Nya di muka bumi, Yesus banyak kali bertemu dengan orang-orang yang munafik seperti ini.
Mereka kelihatan rohani, tetapi sebenarnya mereka adalah musuh Allah karena kejahatan-kejahatan yang mereka lakukan.
Mereka melakukan kebaikan oleh karena ada maksud yang hendak mereka capai, misalnya hanya untuk mencari popularitas, mereka ingin dipuji, dihormati, disegani.

Yesus berkata kepada orang-orang Farisi: “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Tauratdan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan berbagai jenis kotoran.

Demikianlah juga kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan” (Matius 23:27-28).

1 Petrus1:14-15 mengatakan, “Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan janganturuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu.
Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu.”

Menuruti hawa nafsu dan hidup dalam kekudusan adalah dua hal yang saling bertolakbelakang. Jika seseorang selalu dikuasai oleh hawa nafsunya, maka ia tidak layak memberitakan Injil yang adalah bagian dari tugas penggembalaan.
Pemimpin dalam jemaat yang dikenal dengan istilah gembala sidang harus menjadi teladan atau contoh yang baik.

Jikaseorang gembala melanggar ketetapan Tuhan atau apa yang diajarkan oleh Alkitab yang ia sendiri khotbahkan atau ajarkan, maka ia tergolong gembala yang tidak mampu menjadi teladan yang baik.
Gembala jemaat melaksanakan tugasnya sebagai motivator atau mengarahkan dari belakang, tetapi juga berada di depan sebagai panutan atau teladan bagi jemaat yang ia gembalakan.
Jika gembala menuntun dengan baik ke arah yang baik, maka domba-domba yang dalam hal ini adalah jemaat akan mengikuti gembala yang baik itu.
Para gembala harus menjadi teladan dalam segala aspek kehidupannya bahkan dalam rumahtanggapun, mereka menjadi sorotan para anggota jemaat.
Seorang gembala ialah pengatur (proistemi), yang berarti berdiri di hadapan memimpin, mengatur, mengarahkan dengan praktik.

Gembala harus bisa memberikan contoh yang positif bagi keluarganya dan kondisi ini akan mempengaruhi jiwa jemaatnya. 
Artinya, keteladanan ini akan menjadi sarana pendidikan yang efektif bagi kehidupan kerohanian jemaat.
Selain itu, keteladanan akan membentuk citra gereja yang positif di mata masyarakat (1Korintus 4:6; Filipi 3:17; 2 Tesalonika 3:7, 9; 1 Timotius 4:12)
Sebelum membangun kerohanian jemaat agar menjadi dewasa, seorang gembala harus mampu membangun dirinya sendiri terlebih dahulu.
Jika hal ini dilakukannya, maka ia akan bisa membangun hubungan yang erat dengan para jemaatnya.
Bahkan, ia juga bisa mendorong jemaat untuk belajar kebenaran firman Tuhan, mengenal kebenaran dan melakukannya dengan baik.
Dorongan dan pendampingan gembala untuk jemaatnya harus dilakukan dalam kondisi konsistensi yang kuat dan berkelanjutan.

Yesus sebagai Gembala Agung menunjukkan dan mengajarkan keteladanan bagi para gembala yang akan melanjutkan tugas pelayanan di dunia ini.
Sejak kelahiran-Nya di dunia, Tuhan Yesus sudah memberiteladan kepada umat-Nya dalam kesederhanaan hidup.

Kesimpulan

Tugas penggembalaan adalah tugas yang dipercayakan oleh Allah untuk dilaksanakan sesuai dengan petunjuk dan ketetapan dari Allah sendiri.
Dalam 1 Petrus 5:1-4, dijelaskan tentang ciri khas dari gembala sidang yang membedakannya dengan pemimpin pada umumnya.
Karakteristik atau ciri khas tersebut harus menjiwai pelayanan seorang gembala sidang dalam melaksanakan tugas penggembalaan.
Seorang gembala sidang harus melayani dengan sukarela, pengabdian diri, rendah hati dan mampu menjadi teladan yang baik


   

KEBANGKITAN YESUS - 1 Korintus 15:17-18

 



KEBANGKITAN YESUS - 1 Korintus 15:17-18

Disusun : Pdt. Erwan


📚 1 Korintus 15:17-18
15:17 Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu.
15:18 Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus.

PEMAHAMAN
▪ Yang hendak dicapai oleh Tuhan Yesus dalam seluruh pengorbanan-Nya adalah Ia dibangkitkan dari antara orang mati.
▪ Kebangkitan-Nya membuktikan bahwa Ia taat kepada Bapa sampai mati (Flp. 2:8).
📚 TB: Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati,  bahkan sampai mati di kayu salib. 

▪ Kalau Ia tidak taat, maka Ia tidak akan dibangkitkan (Ibr. 5:7). 
📚 TB: Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan (asli) di kabulkan

📚 FAYH: Tetapi pada waktu Kristus berada di dunia ini, Ia berdoa dengan air mata dan kesedihan jiwa-Nya, menyampaikan permohonan kepada Allah, yang dapat meluputkan Dia dari kematian. Allah mendengar doa-doa-Nya, sebab keinginan-Nya yang kuat untuk menaati Allah setiap saat

● Kalau Tuhan Yesus tidak bangkit berarti tidak akan ada kebangkitan orang mati.
▪ Dengan demikian sia-sia kita memercayai Tuhan Yesus (1Kor. 15:16-17).
▪ Itu juga berarti Tuhan Yesus gagal menjadi Juruselamat.
▪ Jika tidak ada kebangkitan berarti tidak ada manusia yang  hidup.
▪ Tuhan Yesus dengan tubuh kebangkitan yang diperagakan berkata: “Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku” (Luk. 24:39).
📚 Kata hantu dalam teks aslinya terjemahan dari kata  pneuma (πνεῦμα).
▪ Kata ini selain diterjemahkan hantu juga berarti roh.
▪ Tubuh kebangkitan diperagakan oleh Tuhan Yesus sebagai tubuh fisik atau daging yang dapat disentuh dan bisa berinteraksi dengan alam fisik dunia materi.
▪ Ia juga makan dan minum setelah kebangkitan-Nya.
▪ Ia tidak berubah jadi hantu atau roh.
▪ Dalam hal ini kita memperoleh kesimpulan  betapa berharganya sebenarnya alam materi ini, sebab semua diciptakan sungguh amat baik untuk dinikmati oleh daging atau tubuh fisik kita (Kej. 1:31).
▪ Jadi, keliru sekali kalau orang memandang alam materi itu jahat.
▪ Alam materi diciptakan Tuhan  untuk dinikmati.
▪ Kita tidak menjadikan materi di bumi ini menjadi tujuan.
▪ Tujuan hidup kita adalah di langit baru dan bumi yang baru.

● Jika Tuhan Yesus tidak dibangkitkan, maka tujuan Allah menciptakan manusia gagal, yaitu menjadi segambar dan serupa dg Allah.
▪ Inilah yang diusahakan oleh Iblis yang jatuh, merusak tatanan dan rencana Allah.
▪ Ia tidak bisa menjadi Allah orang hidup, sebab tidak ada manusia yang hidup.
▪ Padahal Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup (Mat. 22:32; Mrk. 12:27; Luk. 20:38).
▪ Dengan kebangkitan Tuhan Yesus, manusia memiliki pengharapan kebangkitan dari antara orang mati.
▪ Inilah yang seharusnya membahagiakan hati kita yang oleh karenanya kebangkitan Tuhan Yesus dirayakan, sebab kita diingatkan bahwa kita memiliki hidup yang penuh pengharapan.

● Seperti halnya Tuhan Yesus berjuang untuk memperoleh kebangkitan, demikian pula orang percaya harus berjuang untuk memperoleh kebangkitan.
▪ Berkenaan dengan hal ini Paulus memberi kesaksian dalam suratnya: “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati” (Flp. 3:10-11).
▪ Dalam pernyataan ini Paulus menunjukkan bahwa gol yang ia tuju adalah bagaimana memiliki kebangkitan dari antara orang mati.
▪ Kesaksian ini juga dikatakan dalam berbagai kesempatan (Kis. 24:15, 21 dan lain sebagainya). 

▪ Dalam hal ini kita temukan betapa kuatnya pengharapan Paulus mengenai kebangkitan dan hidupnya benar-benar difokuskan kepada realitas kebangkitan tersebut.
▪ Fokusnya membuat ia tidak terjerat oleh filosofi dunia yang tidak berakal sehat.
▪ Pertimbangan-pertimbangan Paulus adalah pertimbangan-pertimbangan man of God (manusia Allah) yang telah memindahkan hatinya ke dalam Kerajaan Surga.
▪ Pertimbangannya akan menghasilkan buah tindakan dan pelayanan yang harum di hadapan Tuhan.
▪ Ia pantas disebut sebagai manusia rohani.
▪ Orang seperti ini tidak bisa dijegal oleh iblis dan tidak pernah akan terseret ke dalamn kerajaan kegelapannya.
▪ Sayang sekali banyak orang Kristen yang tidak memperdulikan hal kebangkitan ini.
▪ Mereka mempersoalkan hal kebangkitan hanya pada waktu hari Paskah saja.
▪ Setelah itu mereka tidak pernah memikirkannya sama sekali.
▪ Itulah sebabnya mengapa tidak banyak orang Kristen yang sungguh-sungguh berusaha mengenal Tuhan dan kuasa kebangkitan-Nya, persekutuan dalam penderitaan-Nya dan menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya.
▪ Ini adalah langkah-langkah untuk mengerti kebenaran sehingga mencerdaskan pikiran.
▪ Kemudian rela menderita bersama-sama dengan Tuhan Yesus guna memenuhi rencana Allah Bapa.
▪ Sehingga sepenuhnya hidup untuk kepentingan Allah Bapa. 

▪ Berkenaan dengan hal tersebut Paulus berkata: “Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku ...
▪ Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati (1Kor. 15:32).
▪ Itulah sebabnya dalam kesaksiannya Paulus memberi contoh, bahwa ia bisa mengabaikan kesempatan menjadi orang kaya atau orang terhormat demi kebangkitan.
▪ Binatang di Efesus bisa menunjuk binatang dalam arti harafiah, untuk itu ia menjadi gladiator.
▪ Binatang buas juga bisa menunjuk orang-orang serakah yang tidak puas dengan kekayaan yang telah mereka miliki dan Paulus memilih tidak ikut berkompetisi mengumpulkan harta.

KESIMPULAN
▪ Ketika kita mengenal dia dan menjadi satu dalam kematian dan kebangkitanNya, maka kita pun juga akan memperoleh kebangkitan dari antara orang mati (Flp 3:10-11).
▪ Oleh karena itu, dalam kehidupan kita, kita tidak boleh hanya memikirkan perkara-perkara duniawi saja.
▪ Iman dan pengharapan kita kepada Kristus tidak boleh hanya terbatas pada berkat-berkat duniawi, harta benda dan rejeki di dunia ini saja.
▪ Karena Yesus adalah Tuhan yang berkuasa di bumi dan di surga (Mat 28:18), dan karena kita hidup tidak hanya untuk di bumi saja, tetapi juga kehidupan kekal setelah kita nanti mati, maka kita pun harus mempersiapkan diri kita untuk perkara-perkara surgawi.
▪ Kita harus menaruh iman dan pengharapan kita kepada Kristus untuk hidup di dunia ini dan hidup di surga nanti.
▪ Karena kebangkitan Kristus telah membuat kita juga memiliki kebangkitan dan kehidupan kekal di surga kelak, maka sudah seharusnya kita menyenangkan hati Tuhan dan mengumpulkan harta di surga (Mat 6:20), dengan cara hidup dalam ketaatan kepada seluruh kehendakNya.

Harga kebangkitan Tuhan Yesus adalah ketaatan, Ia “membeli” kebangkitan dengan ketaatan yang sempurna kepada Bapa.

PENGORBANAN YESUS YG MENYELAMATKAN DAN MEMBERI HIDUP -- Matius 27:45-56

 


PENGORBANAN YESUS YG MENYELAMATKAN DAN MEMBERI HIDUP -- Matius 27:45-56
Disusun oleh : Pdt. Erwan

● PENDAHULUAN
▪ Berdasarkan kalender Masehi, setiap tahunnya perayaan Jumat Agung yg adl hari kematian Yesus Kristus, diperingati pada hari Jumat sebelum Minggu Paskah .
▪ Setelah mengalami berbagai penyiksaan dan penderitaan, akhirnya Yesus meninggal di Bukit Golgota di atas kayu salib.
▪ Kematian Yesus Kristus dipercayai umat Kristiani sebagai bentuk penebusan dosa umat manusia.
▪ Namun, peringatan Jumat Agung ini bukanlah momen untuk berduka cita, melainkan momen yang penuh dengan syukur dan sukacita
▪ Tercatat dalam Alkitab, setelah Yesus meninggal dan dikuburkan, pada hari ketiga Ia bangkit dari kematian.

● PEMAHAMAN
📚 Matius 27: 45-56

27:45 Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga.
27:46 Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? 
27:47 Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: "Ia memanggil Elia." 
27:48 Dan segeralah datang seorang dari mereka; ia mengambil bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum. 
27:49 Tetapi orang-orang lain berkata: "Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia." 
27:50 Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya. 
27:51 Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, 
27:52 dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit. 
27:53 Dan sesudah kebangkitan Yesus, merekapun keluar dari kubur, lalu masuk ke kota kudus dan menampakkan diri kepada banyak orang. 
27:54 Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata: "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah." 
27:55 Dan ada di situ banyak perempuan yang melihat dari jauh, yaitu perempuan-perempuan yang mengikuti Yesus dari Galilea untuk melayani Dia. 
27:56 Di antara mereka terdapat Maria Magdalena, dan Maria ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu anak-anak Zebedeus.

📚 Pada Matius 27: 46, teks yang menarasikan penderitaan Yesus yang sangat tragis di kayu salib. ▪ Yesus sampai menjerit dengan suara besar (Yunani: phone megale) karena merasa ditinggal oleh Bapa-Nya.
▪ Dia berkata: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”
▪ Selain itu, lewat teks ini kita juga dapat menyaksikan tindakan keji seseorang yang memberi Yesus minum bunga karang yang sudah dicelupkan ke dalam anggur asam, ditambah dengan olok-olok dengan bertanya apakah Elia akan datang untuk menurunkan-Nya dari salib.

📚 Pada ayat 48, dikatakan Yesus di berikan bunga karang yg dicelupkan ke dlm anggur asam.
▪ Bunga Karang adalah kerangka binatang-binatang air tertentu yang banyak terdapat di perairan laut timur tengah dan di tempat-tempat lain.
▪ Bunga-bunga karang diambil oleh para penyelam yang melepaskannya dengan tangan dari batu-batu karang di dalam air.
▪ Setelah binatangnya mati dan membusuk hingga tinggal kerangkanya, bunga karang itu dicuci bersih.
Karena dapat menyerap dan mengeluarkan cairan, bunga karang menjadi komoditas penting pada zaman dahulu.
▪ Bunga karang dipergunakan pada zaman dahulu untuk mencuci, membersihkan meja setelah makan dan juga dipergunakan oleh pelukis-pelukis zaman itu sbg bahan melukis, juga merupakan racun.
▪ Ketika Yesus Kristus berada di tiang siksaan, ia ditawari anggur asam dalam bunga karang yang ditaruh pada ujung sebatang buluh, tetapi Ia cuma mencicipi saja lalu berseru menyerahkan nyawaNya kpd Allah Bapa.

▪ Di samping penderitaan itu, dalam teks ini disebutkan juga ada beberapa peristiwa lain yang mengiringi kematian Yesus, yang menarik untuk kita perhatikan yg sangat menakjubkan dan menunjukkan Yesus adalah Tuhan shg iman kepadaNya semakin di kuatkan.

📖 Peristiwa-peristiwa itu adalah gempa bumi, bukit-bukit batu terbelah, kuburan-kuburan terbuka, banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit, mereka yang telah bangkit itu disebut masuk ke kota kudus yaitu Yerusalem, dan menampakkan diri kepada banyak orang dengan sedikit lebih variatif dibanding catatan injil Markus, terjadinya gempa bumi itulah yang menyebabkan kepala Pasukan dan prajurit-prajurit Romawi dalam rasa sangat takut mengatakan: “Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah.”
Dan yang tak kalah penting dicatat bahwa kejadian-kejadian itu disaksikan dari jauh oleh tiga perempuan murid Yesus yang setia mengikuti Yesus dari Galilea, yaitu: Maria Magdalena, Maria Ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu dari anak-anak Zebedeus. Artinya, kematian Yesus dan keenam peristiwa di atas adalah nyata, benar dan ada saksinya.

Pengorbanan Yesus bukan hanya mampu menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita, melainkan memiliki kuasa membangkitkan orang-orang yang telah terkubur sekali pun, orang-orang yang telah dikuduskan pada saat itu.
Dan Kuasa kematian Yesus kini juga bersama kita untuk kita menghadapi dan melewati masa sukar dalam hidup ini.
Satu hal yang pasti, Yesus ingin kita hidup dan Hidup dalam damai sejahtera.
Oleh sebab itu, kita harus menghargai kehidupan dg terus bangkit dan berjuang dlm segala keadaan yg kita alami.
Karena kita percaya bahwa Dia tidak pernah meninggalkan kita.

📚 Pada Yohanes 19:30 tertulis,
Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah Selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.

▪ Kata “Tetelestai” yang berarti “sudah selesai” atau “Dia sudah menyelesaikan” merupakan perkataan terakhir Yesus di kayu salib.
▪ Perkataan ini disampaikan oleh Yesus sebelum Ia akhirnya menyerahkan nyawaNya kepada Allah Bapa.
📚 Kata Yunani τετελεσται – tetelestai ini berasal dari kata kerja τελεω – teleô, artinya "sudah selesai, mencapai tujuan akhir, menyelesaikan, menjadi sempurna."
▪ Kata ini menyatakan keberhasilan akhir dari sebuah tindakan, seperti menyelesiakan tugas kerja, sekolah, hutang dsb dengan sempurna.

▪ Dari penemuan arkeologis, kata ini tertulis dalam dokumen bisnis atau nota yang menunjukkan utang yang telah dibayar.
▪ Orang Yunani menulis tetelestai di kuitansi pembayaran sama seperti tukang kredit zaman sekarang menulis lunas di surat hutang pelanggannya.

▪ Perkataan " τετελεσται; – tetelestai" (sudah selesai) yang menggunakan bentuk kata perfect tense Yunani yang berarti penebusan telah dilaksanakan, sekali untuk selamanya, efeknya terasa hingga kini.
▪ Lalu para penerjemah sepakat menerjemahkannya sebagai "It is finished". Orang Indonesia menerjemahkannya "sudah selesai".

📚 Kalau mau hanya sekedar berkata sudah selesai, Yesus akan menggunakan kata tenses lain, "eteluson" yang juga berarti sudah selesai.
▪ Selesai dalam arti benar-benar selesai hanya sampai disitu.
▪ kata "Tetelestai" ini lebih menekankan apa yang Yesus maksudkan.
▪ Ia tidak berteriak, "eteluson," yang juga berarti sudah selesai begitu saja atau sekedar selesai.
▪ Ia berteriak, "Tetelestai."
▪ Itu sebuah teriakan kemenangan !!! Sudah selesai di masa lalu, masa sekarang dan akan tetap selesai sampai masa yang akan datang"

▪"Tetelestai", Dia menyatakan bahwa hutang kita telah dibayarkan sejak saat itu
▪ Ketika kita menerima Yesus, tidak ada lagi penghukuman, karena semua hutang darah diselesaikan melalui Yesus ketika Dia mengorbankan diriNya untuk kita ( Roma 8: 1-2 ).

▪ Misi yang diemban oleh Yesus adalah Misi untuk menyatakan keselamatan dari Allah atas orang berdosa. 
▪ 4 hal yang seharusnya menjadi takdir dari manusia berdosa jikalau ia tidak ditebus oleh Tuhan
- Kematian sebagai hukuman/pelanggaran dosa. (We deserve to die as the penalty for sin.)
- Menanggung murka Allah atas dosa. (We deserve to bear God’s Wrath against sin.)
- Keterpisahan dari Allah karena keberdosaan manusia. (We are separated from God by our sins.)
- Keterikatan dengan dosa dan menjadi budak dari kerajaan iblis. (We are in Bondage to sin and to the kingdom of satan.)

▪ Namun kita patut bersyukur bhw semua hukuman itu diselesaikan oleh Yesus melalui empat cara juga. 
1) Yesus menjadi kurban penebusan (Sacrifice) dosa bagi umat manusia. 
2) Propisiasi (Propitiation) yaitu Yesus menggantikan manusia yang seharusnya menanggung murka Allah dengan cara “memurkai” diriNya sendiri. Ini adalah bukti dari sifat Allah yang kasih juga adil.
3) Rekonsiliasi (Reconciliation), yaitu Yesus menjadi perantara atau “jembatan” relasi agar manusia dapat kembali menyatu dengan Allah.
4) Penebusan (Redemption), yakni kematian Kristus sebagai tebusan bagi manusia yang menjadi budak dari keterikatannya terhadap dosa. Kematian menjadi cara Allah “membeli” manusia sebagai “budak dosa” menjadi “budak Kristus”.
▪ Itulah empat hal yang menjadi Misi Kristus dan kemenangan yang Ia peroleh ketika harus menempuh jalan salib.

"Jadi Kematian-Nya membawa kehidupan bagi mereka yang menerimaNya sbg juru selamat"









KETAATAN YESUS KEPADA BAPANYA MENJADI TELADAN BAGI ORANG PERCAYA

 


KETAATAN YESUS KEPADA BAPANYA MENJADI TELADAN BAGI ORANG PERCAYA

Disusun : Pdt. Erwan

📚 Filipi 2:5-7
▪ 2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
▪ 2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
▪ 2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

● PEMAHAMAN
▪ Ketaatan Tuhan Yesus kepada kehendak Allah Bapa, yaitu ketaatan sampai mati, merupakan sebuah teladan bagi kita.
▪ Seringkali berbagai pergumulan hidup di dunia membuat kita merasa terdesak dan sulit untuk taat kepada Allah.
▪ Kita diingatkan bahwa walaupun sulit dan menuntut pengorbanan, kita harus belajar taat kepada kehendak Allah.
▪ Sebenarnya satu-satunya takdir kita adalah binasa kekal.
▪ Arah dari segala perbuatan manusia adalah jahat di mata Allah, dan menuju kebinasaan kekal. ▪ Keadaan ini membuat Bapa pilu hatinya (Kej. 6:6).
▪ Kepiluan hati Bapa telah menjadi gairah atau “passion” Nya dan telah mendorong diri-Nya untuk meninggalkan segala kemuliaan yang Ia miliki.
▪ Kebinasaan manusia adalah kepiluan hati Allah Bapa.
▪ Allah Anak telah memilih mengosongkan diri-Nya demi kepuasan hati Bapa.

▪ Dalam menjalankan misi-Nya, Tuhan Yesus sangat berkemungkinan untuk gagal jika Ia tidak taat kepada BapaNya.
▪ Paling tidak ada dua kemungkinan akibat besar yang terjadi jika Tuhan Yesus gagal.
-- pertama, manusia akan meluncur bebas masuk dalam kebinasaan kekal tanpa halangan.
-- kedua, Tuhan Yesus tidak akan pernah mendapatkan kembali kemuliaan yang telah Ia tinggalkan.

▪ Tidak dapat terkatakan betapa hancurnya tatanan jagat raya ini jika Allah Anak tidak lagi memiliki kemuliaan.
▪ Tetapi terpujilah Tuhan kita Yesus Kristus yang telah menang atas semua ini.
▪ Bukankah manusia juga telah kehilangan kemuliaan Allah
▪ Jika Tuhan Yesus saja mempertaruhkan nyawa untuk kemuliaan-Nya, lalu siapakah kita ini sehingga berani berkata “aku anak Allah” sementara perilaku kita tidak seperti Kristus.

▪ Jika melihat perbuatan kita maka tidak pantaslah menyebut diri kita sebagai anak-anak Allah.
▪ Perbuatan kita mencerminkan penghargaan kita terhadap pengorbanan Tuhan Yesus Kristus.
▪ Maka dari itu kita tidak boleh salah mengajar umat dengan menggantikan kesulitan hidup sebagai pokok yg utama pergumulan umat.
▪ Kita harus ajarkan bagaimana Kristus berjuang dalam ketaatan-Nya, bahkan sampai pada kematian-Nya di kayu salib.
▪ Ketaatan bukan untuk meraih berkat materi, tetapi untuk kepuasan hati Bapa sehingga kita layak dimuliakan bersama dengan Kristus.

● KESIMPULAN
▪ “Ketaatan kita mencerminkan penghargaan kita terhadap pengorbanan Tuhan Yesus Kristus, sehingga kita menjadi suratan terbuka yang dapat dibaca, dilihat dan ditiru bagi kemuliaanNya”


DASAR-DASAR PELAYANAN PENGGEMBALAAN -- Yoh.10:11

 


DASAR-DASAR PELAYANAN PENGGEMBALAAN -- Yoh.10:11


📚 Yohanes 10 : 11
LAI TB, Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya
KJV, I am the good shepherd: the good shepherd giveth his life for the sheep.

⊙ Mari kita belajar kata-kata yang penting dari ayat diatas.

📚 ..... Gembala yang baik memberikan nyawanya ....

Menurut KBBI, gembala adalah penjaga atau pemiara binatang (ternak).

▪Dalam adat istiadat orang Yahudi, gembala merupakan suatu pekerjaan yang amat mulia, dan pekerjaan gembala adalah pekerjaan yang paling berat dan berbahaya.
▪Tugas gembala adalah membawa kawanan domba kepadang rumput dipagi hari, dan menjaga kawanan tersebut dikandangnya pada malam hari.
▪ Seorang gembala bertanggung jawab atas domba-dombanya, sering menghitungnya, melindungi kawanan domba gembalaannya terhadap cuaca buruk, harus mencari dan membawa kembali setiap domba yg sesat (Yeh 34:8; Mat 18:12 dst), dan juga melindungi.

📚 Kata “baik”

▪ Ada dua istilah Yunani yang dapat diterjemahkan sebagai “baik”, yaitu: “agathos” , yang biasanya digunakan Yohanes untuk barang-barang, dan “kalos” , yang digunakan dalam Septuaginta untuk menunjuk pada baik sebagai lawan dari jahat.
Mengenai kata “memberikan nyawanya”.

▪ Gembala yang setia seringkali harus membela kawanan dombanya mati-matian sampai dirinya sendiri terbunuh oleh kawanan perampok.
▪ Atau gembala akan berjuang mati-matian melindungi domba-dombanya dari serigala, bahkan sampai mempertaruhkan nyawanya.

▪ Dalam alkitab tercatat, seorang gembala yang memang mencintai dombanya, rela berkorban untuk dombanya (bdk. 1Sam 17:34-36 Yes 31:4), dan seorang gembala yang baik adalah seorang gembala yang siap untuk menantang bahaya dan mempertaruhkan nyawanya demi kawanan dombanya.
Ex: Daud saat ia harus membunuh singa dan beruang.

📚 Kata “domba”.

Beberapa karakteristik domba:
▪1. Domba memiliki ketergantungan yang sangat besar kepada gembala karena ketidakmampuannya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri – perlindungan, makanan, minuman, kandang dan pengobatan.
▪2. Domba itu sangat lemah.
Domba tidak memiliki senjata seperti bunglon yang bisa berubah warna untuk melindungi dirinya, domba tidak bisa lari cepat ketika ada musuh, dan domba juga tidak memiliki senjata untuk menyerang musuh.
Domba sama sekali tidak dapat mempertahankan dirinya, dan benar-benar bergantung kepada gembalanya.
▪3. Domba mudah tersesat.
Domba mudah tersesat karena binatang ini hanya mampu melihat dengan jelas objek-objek yang berjarak kurang dari 3 m, lebih jauh dari itu ia tidak dapat melihat apa-apa.
Oleh karena itu, supaya ia tidak tersesat, ia harus berjalan beriringan dengan domba-domba lainnya dengan seorang gembala memimpin di depan.
Namun demikian, selalu saja ada domba yang membelokkan diri dan mencoba untuk cari jalan yang lain.
Dan pada akhirnya menjadi tersesat.
▪4. Domba sangat mudah mengikuti contoh yang diberikan kepadanya.
Misalnya, ada seorang seorang gembala ingin memindahkan kawanan domba dari satu padang rumput ke padang rumput lainnya.
Namun ditengah perjalanan ada rintangan dan tidak bisa mengambil jalan memutar karena ada jurang. Bagaimanakan caranya melewati rintangan itu... pasti harus dilompati.
Namun masalahnya adalah domba-domba itu tidak tahu bagaimana cara melompati rintangan itu. mereka harus diberikan terlebih dahulu contohnya.
Kalau gembala yang memberi contoh lompat, tidaklah terlalu pas.
Jadi gembala memakai kambing untuk memberi contoh lompat indah itu.
Setelah kambing melompati rintagan itu, maka domba-domba dibelakangnya akan menyusul juga melompati rintangan sesuai dengan contoh yang didiberikan.
Dan menariknya adalah, ketika kemudian sang gembala mampu menyingkirkan rintangan itu, ternyata domba-dombanya masih terus saja lompat ketika melewati bekas rintangan tadi.
▪5. Domba adalah Hewan precocial, hewan yang suka berteman.
Precocial berarti bahwa mereka memiliki kebebasan yang luar biasa sejak mereka lahir. Domba hewan yang Suka berteman berarti bahwa mereka suka berada di dalam kawanan secara bersama-sama atau suka dengan kelompok.
Domba adalah hewan sosial, tetapi alasan yang paling penting mereka ingin bersama kawanan adalah untuk perlindungan.
▪6. Domba adalah hewan pemalu, hewan gugup dan memiliki ketakutan yang besar untuk melawan predator seperti anjing hutan dan anjing liar.
▪7. Domba melihat dalam warna.
Domba rata-rata memiliki bidang visi dari 270 derajat.
Bidang visual dapat dipengaruhi wol di wajahnya .
Mereka memiliki persepsi yang kurang baik, untuk alasan ini, domba akan menghindari bayangan atau kontras keras antara terang dan gelap.
Mereka akan bergerak menuju cahaya.
▪8. Domba memiliki rasa yang sangat baik dalam hal mendengarkan.
Mereka lebih sensitif terhadap suara frekuensi tinggi dari orang dan merasa takut dengan suara keras.
▪9. Ketika domba terguling, mereka akan perlu dibantu, karena mereka tidak bisa bangun dari posisi itu.
--> Jadi Yohanes 10 : 11 memberi informasi kita bahwa Yesus mengatakan bahwa Diri Nya adalah seorang gembala yang baik, dan gembala yang baik adalah gembala yang setia memelihara dan memperhatikan domba – domba Nya, serta rela mempertaruhkan nyawa nya bagi domba – domba nya.


B ● Efesus 4:12
... makna kalimat : untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, ....

Rasul Paulus yang kala itu sedang dipenjarakan karena Kristus mengingatkan kepada orang-orang percaya di Efesus tentang bagaimana kehadiran para pelayan Tuhan seperti rasul, nabi, pemberita Injil, gembala dan pengajar di dalam umat Tuhan.

Dalam bagian ini, Paulus tidak hanya menyatakan bagaimana mereka hadir di dalam umat Tuhan. Ia juga menjelaskan mengapa Tuhan memberikan mereka kepada umatNya. Untuk apa mereka diberikan. Apa tugas dan fungsi mereka. Apa yang dikatakan oleh Paulus dalam bagian ini, adalah bahwa tujuan Allah memberikan rasul, nabi, pemberita Injil, gembala dan pengajar kepada umatNya supaya mereka memperlengkapi orang-orang kudus.

📚 Kata "Memperlengkapi" (yun. Katartismon) berarti mempersiapkan, memperbaiki atau memulihkan orang-orang kepada fungsi mereka yg sebenarnya.

Tugas dan tanggung jawab para rasul, nabi, pemberita Injil, gembala dan pengajar adalah bagaimana mereka memperlengkapi umat Tuhan dengan suatu pengajaran yang benar. Pengajaran yang bersumber dari Tuhan, dimana mereka harus meneruskan apa yang Tuhan telah percayakan kepada mereka.

Melalui bagian ini, Paulus juga menjelaskan apa yang diharapkan dari orang-orang kudus yang telah diperlengkapi oleh pelayanan para rasul, nabi, pemberita Injil, gembala dan pengajar.
Orang-orang kudus yang telah diperlengkapi akan mengalami beberapa hal:

▪ Pertama, mereka akan siap untuk mengerjakan pelayanan.
Pekerjaan pelayanan akan terus berjalan. Itu yang diharapkan oleh Paulus kepada jemaat-jemaat yang dia telah layani. Paulus terus mengingatkan mereka yang telah diperlengkapinya agar tidak terus menerus bergantung dengan kehadirannya di tengah-tengah mereka.

Dia tidak hanya dipenjara, dia bahkan akan meninggal atau mati dengan demikian dia terbatas untuk hadir ditengah-tengah mereka. Tetapi pekerjaan pelayanan harus tetap berjalan walau tanpa dia. Pekerjaan pelayanan tidak boleh terhenti hanya oleh karena jabatan rasul, nabi, pemberita Injil, gembala dan pengajar tidak ada, karena pekerjaan pelayanan bukan milik mereka melainkan milik Allah.

Hal ini adalah sebuah bentuk pemuridan seperti yang dilakukan oleh Yesus dan diperintahkanNya agar murid-muridNya juga terus memuridkan lagi. Hal ini sesuai dalam amanat agung Tuhan Yesus (Mat. 28:19).

▪ Kedua, tubuh Kristus akan terbangun.
Orang-orang percaya yang adalah tubuh Kristus yang telah diperlengkapi akan bertumbuh dalam kualitas. Mereka dibangun dengan suatu ajaran yang benar.
Ketika pengajaran ke dalam hidup orang percaya telah berkualitas maka mereka akan menjadi pribadi yang dewasa, yang kuat dalam iman dan memiliki pengetahuan yang benar tentang kebenaran yg benar, sehingga jika tubuh Kristus yaitu orang percaya telah menjadi dewasa, kuat dalam iman dan teguh dalam ajaran tentang Anak Allah maka mereka akan menjadi tubuh Kristus yang siap menghadapi berbagai ajaran yang sesat. Mereka tidak mudah diombang-ambingkan oleh rupa-rupa pengajaran dunia yang menyesatkan.

Istilah tidak mudah diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran mengandung makna bahwa orang percaya sebagai tubuh Kristus berpegang pada kebenaran Allah, memelihara kebenaran, hidup dalam kebenaran dan menjadi pelaku kebenaran.

▪ Ketiga, Tumbuh ke arah Kristus dalam segala aspek kehidupan.
Kristus yang adalah Kepala dan tiap-tiap orang percaya adalah tubuhNya, maka pertumbuhan hidup orang percaya adalah mengikuti arah Kristus. Dalam seluruh sisi kehidupan hidup orang percaya harus memuliakan Kristus. Kehadiran mereka di berbagai aspek hidup dan pekerjaan harus merepresentasikan kehadiran Kristus.

Ctt : Pemahaman diatas sbg gambaran penggembalaan Kristus dan menjadi dasar implementasi utk para Gembala.

Pemimpin Yang Menjadi Teladan 1 Timotius 4:12-16

 


Pemimpin Yang Menjadi Teladan 1 Timotius 4:12-16

Disusun : Pdt. Erwan

1 Timotius 4:12-16 (TB) :

4:12 Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.
4:13 Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar.
4:14 Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua.
4:15 Perhatikanlah semuanya itu, hiduplah di dalamnya supaya kemajuanmu nyata kepada semua orang.
4:16 Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.


■ PENDAHULUAN
▪ Timotius adalah anak rohani dari Rasul Paulus, Timotius dikenal sebagai seorang yang sangat baik dan setia kepada Paulus.
▪ Surat 1 dan 2 Timotius adalah “Surat-surat Penggembalaan”, dari Paulus (1 Tim 1:1;2 Tim 1:1) kepada Timotius (di Efesus) mengenai pelayanan pastoral.
▪ Sekitar tahun 64-65 M, Paulus menugaskan Timotius sbg Gembala di Efesus.
▪ Ayah Timotius adalah seorang Yunani, tetapi ibunya seorang Yahudi.
▪ Ia bertobat pada usia kurang lebih 15 th, ketika Rasul Paulus mengunjungi kota asalnya di Listra (Kis 16:1-3; 1Tim 1:2).
▪ Tujuh tahun kemudian ia ikut dalam pelayanan penginjilan Paulus dan terjalinlah hubungan persahabatan yang sangat erat antara Paulus yang saat itu sudah berumur kira-kira 70 tahun.
▪ Ketika ditinggal sendirian Timotius mendapatkan ujian yang sangat berat, karena sebelumnya ia sangat bergantung kepada nasihat Paulus. 
▪ Sifat Timotius agak pemalu dan peka.
▪ Paulus menulis surat kepadanya dari Korintus untuk mendorong dia dan memberikan beberapa nasihat.
▪ Paulus sangat ingin melihat anak rohaninya memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin Kristen.
▪ Ia berkeinginan supaya dalam segala hal Timotius dapat memberi teladan kepada jemaat yang mengharapkan kepemimpinannya (1Tim 4:12).

■ LATAR BELAKANG
▪ Surat Rasul Paulus kepada Timotius berisi tentang ajaran-ajaran sesat dan guru-guru palsu, dan Surat 1 Timotius 4:1-16 menekankan untuk Timotius mampu melawan ajaran-ajaran sesat dan untuk membangun Iman jemaat di kota Efesus.
▪ Nasehat Paulus kepada Timotius dalam perikop ini di bagi menjadi dua bagian penting.
--> a) Ayat 1-3, merangkum gambaran tentang konteks pergumulan yang akan dihadapi orang percaya, khususnya bagi jemaat Efesus.
--> b) Bagian yang kedua terdiri dari ayat 4-16 yang memuat sejumlah nasihat yang Paulus berikan kepada Timotius, tentang bagaimana selayaknya seorang muda yang percaya kepada Kristus harus bertindak menghadapi pergumulan tersebut.

▪ 1 Timotius 3:14 memberikan penggambaran kepada para pembaca bahwa ada suatu keinginan yang sangat besar dari rasul Paulus untuk mengunjungi Timotius di Efesus, tetapi hal tersebut tidak dapat dilakukan.
▪ Walaupun dalam keadaan demikian, rasul Paulus menulis surat kepada Timotius untuk mengarahkannya dalam melakukan tugasnya.
▪ Selain itu, melalui tulisannya yang pertama rasul Paulus juga mengarahkan Timotius berkenaan dengan hal-hal yang terjadi dalam jemaat di Efesus.
▪ Bagian awal dari surat Paulus kepada Timotius memberikan penjelasan yang cukup berkenaan dengan tugas yang harus dilakukan karena masalah-masalah yang terjadi dalam jemaat Efesus.
▪ Hal yang mendorong rasul Paulus untuk menulis yaitu adanya orang-orang yang mengajarkan pengajaran palsu.
▪ Tujuan dari orang-orang tersebut mengajarkan pengajaran yang salah adalah untuk mendapatkan jabatan dan keuntungan bagi diri mereka sendiri, disamping itu jemaat mulai terpengaruh dengan ajaran-ajaran sesat yang mulai masuk sehingga hal itu telah menggoncangkan iman mereka kepada Yesus Kristus. 
▪ Sehingga mereka menghadapi pembelokan, ketika banyak petobat yang pernah begitu bersemangat kini menyangkali iman Kristen mereka (2 Tim.1:15). 
▪ Mereka menghadapi ancaman kesalahan doktrin pada tingkat yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

▪ Selain memberikan nasihat kepada Timotius berkenaan dengan adanya pengajar-pengajar palsu, dalam surat 1 Timotius rasul Paulus memberikan banyak arahan berkenaan dengan tugasnya dalam memimpin jemaat Efesus.
▪ Paulus melalui suratnya mengarahkan Timotius dalam memilih pelayan-pelayan dalam jemaat haruslah memenuhi kualifikasi yang diberikan oleh rasul Paulus.

▪ Rasul Paulus menulis surat kepada Timotius (1Timotius 1:2) untuk meneguhkan dan menguatkan dia, akan tetapi Rasul Paulus juga bermaksud supaya surat yang dikirimnya juga dibaca oleh jemaat-jemaat Efesus.
▪ Surat 1 Timotius ini juga ditujukan untuk suatu persekutuan Kristen campuran yang terdiri dari orang-orang Kristen bukan Yahudi dan orang-orang Kristen Yahudi.
▪ Sebab di dalamnya ditemukan bentuk bentuk liturgis Kekristenan Yahudi Hellenistis (1 Tim 1:17; 6:15-16). Guru-guru palsu yang disebut dalam 2 Timotius 3:8 menunjukan bahwa surat-surat ini adalah suatu bentuk Gnostikisme, dalam 1 Timotius 1:4 Gnostik tentang mahkluk surgawi dan petunjuk hukum taurat, dan dalam 1 Timotius 1:8-9 mengindikasikan unsur-unsur Yahudi.


■ PENJELASAN/PEMAHAMAN
A. Ayat 1-3
▪ Konteks pergumulan yang Paulus gambarkan pada ayat 1-3 adalah bahwa ada pengajar-pengajar sesat, ajaran-ajaran setan dan tipu daya pendusta-pendusta yang dapat mengacaukan kehidupan beriman orang percaya.
▪ Menurut 1 Timotius 1:3, Timotius ditinggalkan di Efesus, sementara Paulus melanjutkan perjalanan ke Makedonia.
▪ Paulus meninggalkan Timotius di Efesus bertujuan untuk melanjutkan pembinaan-pembinaan
kepada jemaat Efesus, khususnya untuk menanggulangi ajaran-ajaran sesat.
▪ Akan tetapi sebelum menulis surat ini kepada Timotius, Paulus sudah terlebih dahulu tahu mengenai kondisi dan situasi Jemaat Efesus ketika dia mengajar secara langsung (Kis 20:29-30), itulah sebabnya mengapa ia meninggalkan Timotius di Efesus, supaya Timotius melawan ajaran-ajaran sesat dan guru-guru palsu yang sedang merajalela di tempat tersebut.
▪ Paulus menulis surat ini untuk memberikan petunjuk-petunjuk kepada Timotius bagaimana cara menata jemaat dan melawan ajaran-ajaran sesat dan supaya ia kuat untuk melawan ajaran-ajaran sesat tersebut.
▪ Salah satu hal utama yang disampaikan Paulus kepada Timotius supaya tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang sejati dan membuktikan kesalahan ajaran palsu yang melemahkan kuasa Injil yang menyelamatkan (1 Tim 1:3-7; 1 Tim 4:1-8).
▪ Paulus juga menginstruksikan Timotius mengenai syarat-syarat kerohanian dan sifat bagi para pemimpin gereja dan memberikan gambaran tersusun dari macam orang yang diizinkan menjadi pemimpin rohani dalam jemaat. (1Tim 2:1-4:5).

B. Ayat 12-16
▪ Kepemimpinan Timotius di dalam 1 Timotius 4:12-16 mengalami kontroversi dan juga gugatan dari pada jemaat di Efesus karena jemaat menganggap, bahwasannya Timotius ini adalah seorang yang belum mempunyai pengalaman untuk memimpin sebuah jemaat khususnya jemaat Efesus, karena jemaat di efesus yang akan dipimpinnya, juga sudah melampaui umur yang dimilikinya sekarang. 
▪ Maka dari pada itu para jemaat di Efesus beranggapan bahwa Timotius bukanlah orang yang tepat untuk menggantikan Paulus dalam memimpin Efesus terlebih masalah yang dihadapi sangat berat yakni Nabi palsu dan ajaran palsu.
▪ Maka dari itu akan banyak pertentangan pertentangan yang akan dialami Timotius, mulai dari Kepemimpinan, cara hidup dan tingkah lakunya.
▪ Pasti orang-orang menganggap bahwasannya Timotius tidak akan bisa memimpin jemaat Efesus, Timotius tidak akan bisa menjadi contoh oleh jemaat Efesus dan Timotius pasti akan gagal dalam memimpin jemaat Efesus untuk melawan ajaran-ajaran palsu yang ada saat itu.
▪ Ajaran sesat itu seolah-olah tidak akan hilang dari sekitar mereka, oleh karena itu Paulus memberi nasihat kepada Timotius sebagai pemimpin yang mengutamakan teladan hidup untuk mengajarkan ajaran yang benar atau ajaran yang sehat, supaya jemat di Efesus mengikuti jalan hidup yang benar dan kembali kepada Allah.

▪ Dalam surat 1 Timotius 4:12-16 ini, Paulus memilih Timotius yang usianya masih sangat muda dan memberikan tugas dan tanggung jawab yang sangat berat yaitu sebagai pemimpin jemaat di Efesus untuk melawan pengajar-pengajar sesat.
▪ Dari penjelasan Latarblakang di atas, kita dapat rumuskan beberapa rumusan masalah yang menjadi acuan pembahasan.
1.Bagaimana Timotius menghadapi ajaran sesat dalam 1 Tim 4:12-16
2.Bagaimana membangun hidup yang berintegritas
3.Bagaimana syarat-syarat menjadi pemimpin yang teladan

▪ Pada ayat 12-16, Paulus menekankan supaya Timotius menjalankan kehidupan yang kudus (1 Tim 4:12), mengerjakan ajaran yang benar (1 Tim 4:13), tetap peka terhadap pekerjaan dan karunia Roh Kudus(1 Tim 4:14), dan memperhatikan kehidupan rohani pribadi (1 Tim 4:16) adalah lebih dari sekedar tanggung jawab pelayanan bagi Timotius.
▪ Semuanya ini penting bagi keselamatannya sendiri.

▪ Kebudayaan Romawi dan Yunani mengkategorikan usia muda adalah seseorang sampai pada usia empat puluh tahun.
▪ Karena usia Timotius yang masih muda menyebabkan para guru-guru palsu menyerang ajaran yang diberikan olehnya.
▪ Menurut kebudayaan Yunani dan Romawi seorang yang masih berusia muda tidaklah pantas memberikan pengajaran kepada orang-orang yang dalam kategori umur menurut kebudayaan Yunani Romawi adalah orang-orang yang sudah tua.
▪ Agar tidak terjadi anggapan yang merendahkan Timotius karena usianya yang masih muda dan orang tetap memberikan penghormatan kepadanya, maka Paulus memberikan jalan keluar bagiTimotius.
▪ Jalan keluar yang diberikan oleh Rasul Paulus yaitu, Timotius harus menjadi teladan dalam perkataan, teladan dalam tingkah laku, teladan dalam kasih, teladan dalam iman dan teladan dalam kemurnian.
▪ Kelima hal tersebut merupakan unsur yang saling berkaitan. 
▪ Selain itu kelima hal yang disebutkan oleh Rasul Paulus haruslah merupakan gaya hidup yang harus Timotius tunjukkan kepada guru-guru palsu.
▪ Sikap hidup Timotius sebagai seorang gembala jemaat haruslah sempurna dibandingkan dengan sikap hidup dari para guru-guru palsu yaitu orang-orang yang sudah mengikuti akan pengajaran Gnostik.

▪ Dari penjelasan di atas dapat diartikan kata τύπος adalah contoh, teladan atau panutan.
▪ Agar Timotius tidak dipandang sebelah mata oleh orang-orang yang lebih tua dari dirinya maka jalan keluar yang diberikan oleh rasul Paulus kepada dirinya yaitu“menjadi teladan atau menjadi contoh.

▪Ayat 13  Ἕως ἔρχομαι, πρόσεχε τῇ ἀναγνώσει, τῇ παρακλήσει, τῇ διδασκαλία (Sampai aku datang pusatkanlah perhatianmu kepada pembacaan (di depan jemaat), pemberian nasihat, pengajaran.
▪ Rasul Paulus menginginkan agar dalam rentang waktu sebelum kedatangannya, Timotius harus memiliki keseimbangan dalam pelayanannya dengan memusatkan perhatiannya pada tiga hal.
▪ Keseimbangan pelayanan yang dimaksud adalah dalam pelayanannya harus nyata dan beberapa hal yang dibuat yaitu bertekun dalam pembacaan Firman Tuhan, bertekun dalam memberikan nasehat kepada jemaat dan ketekunan dalam memberikan pengajaran Firman Tuhan.
▪ Ketiga hal yang harus menjadi perhatian dari Timotius adalah merupakan hal mendasar yang biasa dilakukan pada gerejamula-mula (Kis. 13:15; 15:21).

▪ Kata Yunani yang digunakan untuk mengartikan istilah bertekun yaitu πρόσεχε (proseche).
▪ Kata proseche adalah kerja dengan modus imperatif dan bersifat aktif.
▪Setelah penguraian yang berkenaan dengan teladan yang harus terlihat dalam diri Timotius,
selanjutnya Rasul Paulus memberikan perintah kepada Timotius untuk terus menerus membaca Firman Tuhan.

▪ Pembacaan Firman Tuhan yang dimaksud adalah kegiatan membaca yang dilakukan di hadapan jemaat yang merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan seorang guru yang membacakan Firman Tuhan dihadapan jemaat.

1 Timotius 4:14: 
“Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua”.

📚 Kata Jangan (yun) me, bermakna jangan (apapun itu....)
📚 Kata lalai (yun) amelei dari kata ameleo artinya "jangan berikan pemikiran pada hal-hal yg tdk berguna artinya Timotius harus memberikan perhatianya dengan teliti pada instruksi-instruksi/ajaran-ajaran yg Paulus telah berikan untuk di lakukan sesuai dengan karunia yg telah diterima"

▪ Jadi amalei memiliki pengertian seseorang yang menunjukkan sikap mengabaikan atau melakukan dengan tidak sungguh-sungguh suatu tugas yang diberikankepadanya.
▪ Dalam konteks ayat ini, rasul Paulus menginginkan agar Timotius tidak boleh mengabaikan atau menyia-nyiakan karunia yang telah diberikan kepadanya.

▪ Ayat 15-16, Kata perhatikanlah/lakukanlah dalam bahasa Yunani maksudnya adalah semua perintah yang telah dituliskan oleh Paulus, harus diperhatikan dg sungguh-sungguh yaitu dengan cara menempatkan di dalam pikirannya. 
▪ Perintah agar Timotius menjadi teladan di antara jemaat agar tidak diremehkan atau tidak dihormati karena usia yang masih muda, harus dtempatkan didalam pikirannya Timotius.
▪ Semua hal tersebut harus terpusat dalam pikiran Timotius.
▪ Dengan kata lain semua yang sudah dijelaskan oleh Paulus dalam ayat-ayat sebelumnya harus menjadi pola hidup bagi Timotius.

▪ Hal selanjutnya yang harus dilakukan oleh Timotius yaitu mengawasi diri sendiri dan pengajarannya serta bertekun didalamnya.
▪ Artinya Timotius harus mempunyai suatu keinginan yang kuat dalam dirinya untuk terus-menerus mengawasi dirinya dan memperhatikan setiap isi pengajarannya sehingga tidak ada satu halpun yg membuat orang lain menjatuhkannya.
▪Ketika Timotius melakukan semua hal yang sudah dituliskan oleh Rasul Paulus maka, ia menyelamatkan dirinya sendiri dan setiap jemaat yang dipimpinnya.

■ KESIMPULAN
▪ Filipi 2:12 demikian”... kamu senantiasa taat; karena itu kerjakanlah keselamatanmu dengan dengan takut dan gentar.
▪ Jadi seorang hamba Tuhan harus selalu memperhatikan pelayanan dan juga dirinya sendiri. Karena bukti seseorang yang telah menerima keselamatan yaitu mengerjakan keselamatan yaitu dengan cara memperhatikan pelayanan dan diri sendiri.