Jumat, 01 November 2019

HIDUP BAGI KRISTUS


HIDUP BAGI KRISTUS

Pdt. Erwan Musa


"Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu". 1 Korintus 6:20


Latar Belakang
▪Surat 1 Korintus di tulis oleh Paulus selama 3 tahun di Efesus (Kis.20:31), dan ditujukan kepada
jemaat Korintus yang didirikan oleh Paulus selama 18 bulan
▪Jemaat di Korintus terdiri dari beberapa orang Yahudi, tetapi kebanyakan adalah orang
bukan Yahudi yang dahulu menyembah berhala
▪Kota Korintus pada jaman Paulus merupakan kota metropolitan, kota yang sangat maju
peradabannya, makmur/kaya secara materi namun bejat secara moral
(Segala macam dosa merajalela dengan perbuatan cabul dan hawa nafsu)
▪Tujuan surat ini di tulis untuk menasehati jemaat Korintus agar tidak hidup secara "duniawi"
(1 Korintus 3:1-3), tegas memisahkan diri dari penyembahan berhala, dan tidak toleransi
terhadap perzinahan


●> Munculnya ayat 1 korintus 6:20, karena dilatar belakangi oleh orang-orang percaya di Korintus menyimpang dari kehidupan yang benar (ajaran Tuhan = kehidupan yang normal/sesuai kebenaran).

* Untuk dapat memahami ayat ini dengan baik, maka sebelumnya kita harus membaca 1 perikop atau 1 pasal bahkan 1 kitab korintus secara utuh.

* Ayat tersebut mengingatkan kita bahwa kita telah DIBELI dg harga yg mahal dan TELAH lunas
dibayar ....
~ Paulus menggunakan istilah di beli diatas mengacu pada tradisi penebusan atau pembelian seorang hamba atau budak (doulos)
~ Perlu kita ketahui bahwa pada zaman itu seorang budak atau hamba tidak memiliki hak sama sekali
~ Jadi selama hidupnya ia harus melakukan kehendak atau perintah hanya untuk dan kepada tuannya atau pemiliknya dan wajib menerima perlakuan tuannya dalam hal apa saja.

Kata "dibeli" (yun) agorazo: Merupakan istilah atau gambaran seorang budak yang dibeli di pasar
budak (hal ini berbicara kepemilikan)

~ Maknanya bagi kita adalah, jika Tuhan Yesus telah membeli atau menebus hidup kita dari budak dosa dan menjadi milik Kristus, maka sesungguhnya kehidupan yang kita jalani sekarang adalah kita wajib hidup hanya bagi Dia (sang pemilik hidup kita)
ex: analogi tuan dan hamba tebusan

Jadi penebusan Kristus telah membebaskan kita dari belenggu dosa :
“dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus” (Roma 3:23, 24).

Dan manfaat penebusan meliputi hidup kekal (Wahyu 5:9-10), pengampunan dosa (Efesus 1:7), pembenaran (Roma 5:17), lepas dari kutukan Taurat (Galatia 3:13), diangkat menjadi anggota keluarga Allah (Galatia 4:5), bebas dari belenggu dosa (Titus 2:14; 1 Petrus 1:14-18), didamaikan dengan Allah (Kolose 1:18-20), dan berdiamnya Roh Kudus di dalam diri kita (1 Korintus 6:19-20).

Ditebus berarti diampuni, dikuduskan, dibenarkan, diberkati, bebas, diangkat anak, dan didamaikan. Lihat pula Mazmur 130:7-8, Lukas 2:38; dan Kisah Rasul 20:28.

Kata tebus berarti “dibeli.”
Istilah ini khususnya digunakan dalam konteks ketika seseorang membebaskan budak (seperti penjabaran diatas).
Pemakaian istilah ini pada kematian Kristus di atas salib menggambarkan hal ini dengan amat jelas.
Jika kita “ditebus,” maka situasi dan kondisi kita sebelumnya adalah dalam perbudakan.

Allah telah membeli kebebasan kita, dan kita tidak lagi berada di bawah penawanan dosa atau hukum Perjanjian Lama.
Penggunaan penebusan secara metafora ini bisa ditemukan di Galatia 3:13 dan 4:5.

Berhubungan dengan konsep mengenai penebusan ini, muncul istilah harga tebusan.
Yesus membayar harga pembebasan kita dari dosa (Matius 20:28; 1 Timotius 2:6). KematianNya itu untuk menggantikan hidup kita.
Kitab Suci sangat jelas menyatakan penebusan hanya mungkin terjadi “melalui darahNya,” yaitu melalui kematianNya (Kolose 1:14).

Kita dulunya adalah hamba dosa, dihukum untuk terpisah selama-lamanya dari Allah.
Yesus membayar harga untuk menebus kita, menghasilkan kebebasan kita dari perbudakan dosa, dan menyelamatkan kita dari konsekuensi kekal dosa itu.

▪Roma 14:8
Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan.
Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.

▪Filipi 1:21
Karena bagiku hidup adalah Kristus  dan mati adalah keuntungan
Jabarkan....!!


●> Prinsip mengabdi dengan baik dan benar :
▪Galatia 5:24
Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya

▪Filipi 2:5
Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus
~ Selama Yesus hidup di bumi, Ia hanya melakukan kehendak BapaNya :
Yoh.4:34 MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku

Kamis, 31 Oktober 2019

SIKAP HIDUP ORANG YANG BERORIENTASI PADA KERAJAAN SORGA

SIKAP HIDUP ORANG YANG BERORIENTASI PADA KERAJAAN SORGA 

Oleh : Pdt. Erwan Musa


Matius 13:44-46 :
13:44  "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu.
13:45 Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah.
13:46  Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."


▪ Pada ayat-ayat tersebut Tuhan Yesus menggunakan 2 perumpamaan untuk menggambarkan hal Kerajaan sorga, yaitu pada ayat 44: di katakan bahwa hal kerajaan sorga ibarat "harta yang terpendam di ladang" dan yang kedua pada ayat 45: di katakan bahwa hal kerajaan sorga di ibaratkan juga "Seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah dan yang sangat berharga".

▪ Tuhan Yesus sering menggunakan perumpamaan dalam mengajar, karana dalam Yudaisme, menggunakan perumpamaan merupakan bentuk umum untuk mengajar.

▪ Nah, sekarang hal yang penting kita ketahui terlebih dahulu adalah bahwa pada zaman Tuhan Yesus, hal Kerajaan Sorga sangatlah diharapkan oleh bangsa Yahudi, karena pada saat itu bangsa Yahudi sedang dalam penjajahan bangsa Romawi, dan hal Kerajaan Sorga juga merupakan inti dari pengajaran Tuhan Yesus selama Ia berada di dunia pada saat itu.

▪ Alkitab juga mencatat bahwa selama Ia hidup di dunia ini, Tuhan Yesus berulang-ulang mengajarkan hal Kerajaan Sorga kepada murid-muridNya dan tidak berhenti sampai disana, alkitab juga berkata bahwa selama 40 hari setelah Ia bangkit dari kematianNya atau sebelum Ia naik ke sorga Ia juga berulang-ulang mengajar tentang Kerajaan Sorga kepada murid-muridNya.
▪ Kis.1:3b .... Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah (LAI).
▪ Terj. (BIS) : Ia berbicara dengan mereka mengenai bagaimana Tuhan memerintah sebagai Raja.

▪ Dalam Injil Lukas 4:43 menceritakan suatu kisah bahwa ketika Yesus akan meninggalkan Kapernaum dan hendak menuju ke Yudea, Ia ditahan oleh orang banyak yang mengikutiNya agar Ia tidak meninggalkan mereka, namun Yesus berkata kepada mereka : "Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus."
Jadi yang harus menjadi catatan penting bagi kita ialah bahwa Yesus di utus ke dunia untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah.

Nah mari kita belajar apa makna kata Kerajaan yang di maksud oleh Tuhan Yesus.
▪ Makna kata "Kerajaan" dalam teks lain berarti pemerintahan Allah atau kehendak Allah yang dapat juga kita pahami sebagai kebenaranNya.

▪ Dalam Alkitab Perjanjian Baru (PB), kata “KERAJAAN” (Yun) βασιλεια ; “Basileia” /: bas-il-i'-ah yang berarti : tingkatan, kekuasaan, kedaulatan yang dimiliki oleh seorang raja.
Maksudnya ialah kekuasaan yang dimiliki oleh seorang raja atas suatu wilayah.

▪ Jika alkitab menggunakan kata “KERAJAAN ALLAH", maka sesungguhnya itu berarti menunjuk kepada pemerintahan Tuhan, kekuasaan Tuhan atau kedaulatan Tuhan atas segala hal dan wilayah yang tak terbatas.
Jadi hidup dalam pemerintahan, kuasa, dan kedaulatan Tuhan sama halnya dengan melakukan kehendak atau kebenaranNya dengan pemahaman dan makna yang sebenarnya.

▪ Jadi, yang Tuhan Yesus ingin capai melalui ajaranNya di atas ialah supaya setiap orang percaya memiliki orientasi hidup yang benar atau sikap hati yang sungguh-sungguh merindukan kerajaan Allah atau pemerintahan Allah atau kebenaran Allah lebih dari segalanya, bahkan dalam implementasinya orang percaya tersebut berani menjual segala yang dimilikinya atau melepaskan segalanya demi hidup dalam kehendak atau kebenaranNya atsu hidup dalam pemerintahan Allah.

▪ Maksud dari kata melepaskan atau menjual segala yang di milikinya ialah kerelaan untuk melepas atau meninggalkan segala sesuatu yang menghalangi kita untuk dapat hidup seturut kehendak atau kebenaranNya yang sangat berharga dan bernilai kekal.
ex : ~ Paulus, ia berani dan rela melepaskan (asli : kehilangan) segalanya demi memperoleh Kristus dan kebenaranNya (Flp. 3:7-9)
▪ Kenapa demikian, karena Paulus sangat memahami bahwa pemerintahan Allah adalah hal yang sangat berharga dan bernilai kekal.

▪ Dan Tuhan Yesus berkata bahwa jika seseorang hidup dalam pemerintahan atau kehendak Tuhan, maka dengan pasti orang tersebut layak untuk masuk dan tinggal dalam KerajaanNya.

Matius 7:21 :
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga

MEMAHAMI MAKNA CIPTAAN BARU

MEMAHAMI MAKNA CIPTAAN BARU 

Oleh : Pdt. Erwan Musa



▪ 2 Kor. 5:17 : Jadi, siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang

▪ Untuk dapat memahami dengan benar makna dan proses hingga kita menjadi ciptaan baru, mari kita mempelajari beberapa kata penting yang terdapat pada surat 2 Kor. 5:17 ini.

*》 Kata “jadi” pada ayat 17 tersebut, sesungguhnya merujuk kepada ayat 14-16, dimana Paulus hendak menjelaskan bahwa semua orang percaya sesungguhnya telah mati bersama Kristus dan tidak lagi hidup untuk diri sendiri.
▪Artinya kehidupan kita sudah tidak lagi bersifat duniawi; hidup kita sekarang bersifat rohani. “Kematian” yang di maksud oleh paulus adalah kematian kodrat dosa kita yang telah disalib bersama Kristus. Sebagaimana kita telah dikuburkan dan di bangkitkan bersama Kristus, sehingga sekarang kita “hidup dalam hidup yang baru” (Roma 6:4).
▪Jadi yang sedang dibahas Paulus sesungguhnya pada surat 2 Korintus 5:17 ialah bahwa setelah kita percaya kepada Kristus, kita menjadi pribadi yang baru yang telah di bangkitkan, dan sekarang kita mengenakan hidup sebagai “ciptaan yg baru.”


*》 Kata "ciptaan baru" (Yun) καινὴ κτίσις ; kainē ktisis :/ kahee-ne ktis'-is : ciptaan, penciptaan baru
~ KJV : new creature, devinisinya menunjuk kepada sebuah proses utk menjadi "mahluk baru"

▪Kata “ciptaan baru” hanya muncul 2 kali dalam Alkitab, dan hanya ditemukan dalam tulisan Paulus yaitu pada :
~2 Korintus 5:17: “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”
~ Galatia 6: 15: “Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya.”

▪Istilah Ciptaan Baru, dalam bahasa (ibr) "beri’a khadasa", yang merupakan istilah yang lazim di gunakan oleh orang-orang Yahudi, dan istilah tradisi ini biasa digunakan oleh guru-guru Yahudi untuk menyebut orang-orang non Yahudi yang bertobat menjadi Yahudi (proselit), dengan konsekuensinya mereka harus melakukan seluruh tradisi atau budaya dan adat istiadat Yahudi, yang sama halnya dengan kita, maksudnya ialah setelah kita percaya kepada Kristus kita mengenakan manusia ciptaan baru yg terus di proses hingga serupa seperti Kristus yang merupakan konsekwensi hidup sebagai orang percaya.

▪Dan kata baru pada ayat tersebut di pakai kata "kainē" (kata sifat) yang berasal dari kata dasar "kainos" yang memiliki makna : "sesuatu yang sudah ada tetapi dijadikan baru."
▪Kata Kainos yang digunakan Paulus ini berbicara mengenai “baru berdasarkan kualitas” Artinya, perubahan atau pembaruan yang dibicarakan Paulus bukanlah dengan jalan mengganti total diri seseorang, melainkan lebih tepat diartikan proses membersihkan jiwa seseorang atau proses regenerasi hingga karakternya diubahkan menjadi karakter yang baru hingga serupa seperti Kristus.


*》 kemudian kata “yang lama sudah berlalu.”
▪Maksud kata tersebut merujuk kepada segala sesuatu di dalam sinfull nature atau kodrat lama kita, yaitu kesombongan, kesukaan berdosa, kebiasaan buruk, dan sgl hawa nafsu jahat, yang harus kita perjuangkan untuk kita tinggalkan dan mengarahkn diri pada Ciptaan yang baru yang hanya mengarahkan pandanagan kepada Kristus, bukan kepada diri kita sendiri.
▪Sehingga dengan berlalunya yang lama, “yang baru sudah datang!” Hal-hal yang usang dan mati seharusnya telah digantikan dengan hal-hal baru, yang penuh dengan kehidupan dan kemuliaan Allah. Dengan jiwa yang baru lahir ini pasti suka terhadap hal-hal yang ilahi dan membenci hal-hal duniawi, dan dosa yang dahulunya kita pertahankan sekarang ingin kita buang dan tinggalkan.
▪ Sesuai dengan Firman Tuhan yang berkata : Kita telah “menanggalkan manusia lama serta kelakuannya” (Kolose 3:9), dan telah mengenakan “manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya” (Efesus 4:24).

*》 Lalu kata yang terakhir yg kita akan bahas ialah kata "di dalam Kristus"
▪Hal ini merupakan syarat untuk menjadi ciptaan baru, jadi orang "Harus ada didalam Kristus” (en Kristus).
▪Untuk memahami hal ini, maka istilah “Kristen” harus terlebih dahulu kita pahami. Seorang “Kristen” bukanlah seorang yang hanya sekedar aktif ke gereja dan aktif mengambil bagian dalam melayani, atau dibesarkan dalam keluarga Kristen, walaupun setiap hal ini dapat menjadi bagian dari pengalaman dan perjalanan kekristenannya. Karena seorang Kristen adalah seorang yang dengan iman, telah menerima dan percaya pada Yesus Kristus sebagai satu-satunya Juruselamat dan terus mengerjakan keselamatannya hingga mengalami keserupaan dengan Kristus (Yohanes 3:16; Kisah 16:31; Efesus 2:8-9).

▪Mari kita perhatikan kata “didalam” pada ayat ini.
~ Untuk seseorang bisa berada didalam, maka orang tersebut harus aktif untuk bertindak agar dapat masuk kedalam. Bila ia menolak maka ia akan selalu berada diluar.
~ Wahyu 3:20, “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.”

~ Kata "di muka pintu" (Yun) thura :/thoo'-rah = di muka pintu, di ambang pintu, kesempatan
▪Artinya : kita tidak boleh membuang kesempatan yang Tuhan masih berikan, dan kesempatan hidup hingga saat ini merupakan kesempatan yang sangat berharga untuk kita gunakan sebaik-baiknya, untuk menggenapi, menanggapi dan meresponi kehendak Tuhan yang harus kita lakukan

~ Kata "Aku akan masuk" (Yun) eiserchomai :/ice-er'-khom-ahee = hidup di antara, berkumpul dengan ...
▪Maksudnya ialah, kalau kita mau meresponi kesempatan yang Tuhan berikan tersebut, maka kita akan mengalami persekutuan yang intim dengan Dia, sehingga semakin hari kita akan mengalami proses perubahan melalui penggarapan yang Ia lakukan untuk memproses dan membentuk kita ke arah yang semakin baik dan berkenan kepadaNya

▪ Roma 8:28-29 :
8:28  Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
8:29  Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.
Tuhan Memberkati

ALLAH TURUT BEKERJA DALAM SEGALA HAL HINGGA KITA MENCAPAI KESERUPAAN KRISTUS ROMA 8:28-29


ALLAH TURUT BEKERJA DALAM SEGALA HAL HINGGA KITA MENCAPAI KESERUPAAN KRISTUS (eksposisi)
ROMA 8:28-29

Oleh : Pdt. Erwan Musa


8:28 : Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
8:29 : Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.

▪ Dalam surat Roma 8:28-29 terdapat penjelasan penting untuk membuktikan dan menunjukkan, bahwa Allah tidak secara sepihak memilih dan menentukan orang-orang tertentu masuk Surga dan yang lain masuk Neraka.
▪ Kesalahan memahami ayat ini bisa membangun teologi yang menyimpang dari kebenaran.


■ Mari dengan teliti kita memperhatikan Roma 8:28 :
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah."

▪ Ayat ini memberi makna bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita, peristiwa yang besar atau yang kecil, yang menyenangkan atau yang menyusahkan, pengalaman yang pahit atau manis, yang mematikan atau menghidupkan, yang menguntungkan atau merugikan, menegaskan bahwa Allah turut bekerja di dalam semuanya itu, atau Allah bekerja di dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihiNya.

● Ayat ini dimulai dengan kalimat : kita tahu sekarang.
▪ Kalimat ini penyambung kalimat atau ayat-ayat sebelumnya.
▪ Kalimat sebelumnya berbicara mengenai Roh yang memimpin nurani atau cara berpikir kita agar sesuai dengan kehendak Allah (ayat 26-27) => perikop mulai ayat 1 : Hidup oleh Roh
▪ Pada saat Paulus mengatakan kalimat "kita tahu sekarang," sesungguhnya ia sedang menunjukan sebuah perbedaan pemahaman oleh karena pengalaman perjalanan rohani antara orang Kristen dan orang yang bukan Kristen.
(Kristen = Pengikut Kristus Sejati)

● Kalimat “Allah turut bekerja” dalam teks aslinya adalah sunergei (συνεργεῖ), dari akar kata sunergeo (συνεργέω).
▪ Kata sunergeo merupakan gabungan dari dua kata, yaitu : sun dan ergon.
▪ Sun artinya bersama-sama, sedangkan ergon artinya bekerja atau melakukan sesuatu berkesinambungan atau terus menerus
▪ Jadi kata sunergei  berarti  'he works together'  (= ia bekerja bersama-sama).
~ bisa juga berarti : menolong
▪ Dan kata sunergei menunjuk kepada kegiatan yang berlangsung terus menerus.

▪ Selain dalam Roma 8:28, kata menolong ini juga dipakai sebanyak 4 kali di dalam Perjanjian Baru, yaitu : Markus 16:20 ; 1 Korintus 16:16 ; 2 Korintus 6:1 ; Yakobus 2:22

▪ Dari tulisan Paulus ini kita dapat peroleh pelajaran rohani bahwa melalui setiap peristiwa atau segala kejadian, Allah bekerja menggunakan semua hal untuk mendatangkan kebaikan bagi orang-orang yang mengasihi Dia.
▪ Dalam hal ini, tidak dapat dibantah bahwa Allah membutuhkan sarana untuk mendewasakan orang percaya atau untuk mencapai keserupaan dengan Kristus.
▪ Hal ini secara tidak langsung mengisyaratkan bahwa perubahan hidup orang percaya menuju kedewasaan tidak dapat berlangsung dengan mudah atau secara otomatis (harus melalui proses hidup)
▪ Jadi ada perjuangan, baik dari pihak Allah melalui Roh Kudus dan orang percaya yang menerima penggarapan untuk mencapai keserupaan dengan Kristus tersebut.

● Kemudian kalimat : Dalam segala sesuatu :
▪ Makna kalimat ini adalah bahwa Allah akan mendatangkan kebaikan dari semua kesesakan, pencobaan, penganiayaan, masalah dan penderitaan yang dialami oleh semua orang percaya, yang mengasihi Dia
▪ Jadi Allah tutut bekerja mendatangkan kebaikan melalui keterlibatanNya dengan cara menggunakan sarana segala hal, sehingga menghasilkan yang baik untuk orang-orang yang mengasihi Dia

▪ Jadi melalui segala hal yang kita alami, Tuhan akan turut bekerja di dalamnya untuk menghasilkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Allah.

▪ Dalam kata: “segala sesuatu", itu bukan termasuk dosa atau kelalaian kita yang dengan sadar karena disengaja (ayat Rom 8:6,8; 6:23; Gal 6:8); karena tidak seorang pun yang dapat membenarkan dosa dengan mengatakan bahwa Allah akan mendatangkan kebaikan melalui dosa tersebut.

● Konteks sebenarnya dari surat Roma 8:28-29 adalah usaha atau sebuah proses dimana Allah memberi “kebaikan” kepada orang-orang percaya yang menjadi umat pilihan yang ada di dalam rencanaNya.
▪ Kata “kebaikan” dalam teks aslinya adalah agathos (ἀγαθός), yang dapat berarti of good constitution or nature (baik dalam arti secara natur atau konstitusi atau secara unsur).
▪ Jadi kata “kebaikan” yang dimaksud dalam ayat ini adalah “menjadi serupa dengan Yesus.”
▪ Inilah sesungguhnya inti keselamatan, dimana manusia mengalami pembaharuan hidup sampai pada tingkat mengalami perubahan kodrat, dari kodrat dosa beralih kepada Kodrat Ilahi
▪ Hal ini lebih dari sekadar perubahan secara moral umum.
▪ Tentu saja perubahan ini merupakan sebuah proses perjalanan hidup
▪ Setelah kita memahami maksud Allah tersebut, maka seharusnya segenap potensi dan waktu yang dimiliki oleh setiap orang percaya selama hidup dimuka bumi ini, seharusnya hanya diarahkan untuk mencapai hal tersebut sepenuhnya.

● Selanjutnya kalimat "Bagi Mereka yang Mengasihi Allah" :
▪ Suatu kenyataan yg jarang bahkan tdk pernah di sampaikkan dan di tekankan bahwa janji Allah yang luar biasa ini hanya dikhususkan bagi orang-orang yang mengasihi Allah saja.
▪ Karena ini bukan sebuah janji yang bersifat umum, yang berlaku untuk semua orang kristen pada umumnya.
▪ Janji ini berlaku hanya untuk orang percaya yang mengasihi Allah.
▪ Hal ini di dukung dg surat Paulus di ayat (17) Paulus menguraikan keadaan rohani orang percaya yang benar-benar sebagai anak" Allah dan yang mau "menderita dengan Kristus".

▪ Dalam konteks pada ayat ini, janji ini terbatas bagi mereka yang mengasihi Allah saja dan yang telah menyerahkan diri kepada Allah melalui iman kepada Tuhan Yesus (bd. Kel 20:6; 1Kor 2:9).
▪ Jadi iman kepercayaan orang Kristen tidak boleh hanya dibangun diatas kebahagiaan dan keuntungan dan kesenangan semata mata yang Tuhan berikan, tetapi juga penderitaan bersama Kristus.

=> Supaya segala hal dan segala peristiwa yang terjadi yang kita alami dapat memberi manfaat untuk mendatangkan kebaikan bagi kita,
▪ Apa yang harus kita lakukan menurut kebenaran diatas ..... ?
~ Kita harus mengasihi Allah.

▪ Bagaimana cara sederhana untuk kita mengasihi Allah....?
~ Taat secara terus menerus melakukan perintah-perintahNya (Yoh. 14:15)
" Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku."
▪ Kata "mengasihi" (yun) agapao : mengasihi/mencintai, menyukai, merindukan
▪ Kata "menuruti" (yun) tereo : menuruti, menjaga, memelihara, menaati, melakukan,
menyimpan
~ Yoh.14:21 :
Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku.
Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi
dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.

● Pada kalimat “yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” bukan berarti mereka ditentukan untuk pasti selamat masuk surga, tetapi menunjuk kepada sekelompok manusia yang diberi kesempatan memahami dan mengikuti rencana Allah
▪ Adapun apakah seseorang digarap oleh Allah untuk mengalami perubahan kodrat atau dikembalikan ke rancangan Allah semula tergantung bagaimana respon masing-masing individu.
▪ Respon tersebut ditunjukkan dengan “mengasihi Allah.”, berbicara mengenai “mengasihi” menunjuk pada sikap hati seseorang.
▪ Dan sikap hati merupakan bagian terdalam dalam diri manusia yang ada di wilayah kedaulatan manusia itu sendiri.
▪ Orang yang tidak mengasihi Allah tidak akan mungkin digarap oleh Allah untuk menerima kebaikan, yaitu untuk menjadi serupa dengan Yesus.

▪ Jadi hal “mengasihi Allah” merupakan suatu hal yang bersifat pribadi.
▪ Tuhan tidak akan berintervensi di dalam hati manusia sampai manusia kehilangan kebebasannya.
▪ Berbicara mengenai hati yang mengasihi, hal ini menunjuk kepada kebebasan setiap individu di dalam menentukan nasib dan keadaannya.
▪ Dengan demikian sangatlah jelas bahwa keselamatan masing-masing individu juga diperankan oleh kehendak bebas masing-masing individu tersebut dalam meresponi anugerahNya.
▪ Karena jika setiap hati manusia menjadi wilayah yang diintervensi oleh Allah, maka manusia menjadi boneka semata-mata, sehingga manusia tidak perlu bertanggungjawab kepada siapapun.
▪ Jadi tidak mungkin Allah menggerakkan hati manusia mengasihi Dia, sebab jika demikian maka kasihnya dipaksakan, tidak natural dan tidak murni.
▪ Penjelasan ini menegaskan bahwa Allah tidak memilih dan menentukan secara sepihak orang-orang yang pasti selamat masuk surga.


■ Roma 8:29 menuliskan :
“Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.

● ”Kalimat “orang yang dipilih-Nya dari semula” => untuk serupa dengan gambaran anakNya
▪ menunjuk kepada orang yang hidup di zaman Perjanjian Baru, yang mendengar Injil dengan benar, dan memiliki potensi jasmani dan rohani untuk bisa meresponi Injil dengan benar.
▪ Orang-orang yang memiliki kesempatan untuk mendengar Injil yang benar, diharapkan merespon dengan benar sehingga benar-benar terpilih atau mengalami dan memiliki keselamatan, atau dikembalikan ke rancangan Allah semula yang berkeadaan sebagai anak-anak Allah, seperti Tuhan Yesus.

● Kata “dipilih” dalam teks aslinya dipakai kata (yun) proegnon (προέγνω) dari akar kata proginosko (προγινώσκω).
▪ Kata proegnon menunjuk suatu tindakan, kejadian atau peristiwa yang sudah terjadi atau sudah berlangsung.
▪ Kata ini berarti know something beforehand orin advance, know someone previously (diketahui sebelumnya, mengenal seseorang sebelumnya atau pada waktu sebelumnya).
▪ Ini berarti kalimat “orang yang dipilih-Nya” sebenarnya menunjuk kepada orang-orang yang sudah dikenali sebelumnya oleh Tuhan untuk mendapat kesempatan mendengar Injil.
▪ Tidaklah salah kalau diterjemahkan “dipilih.”

● Selanjutnya kalimat “ditentukan-Nya dari semula” dalam teks aslinya di pakai kata proorisen (προώρισεν) dari akar kata proorizo (προορίζω).
▪ Kata proorizen menunjuk kepada suatu tindakan, kejadian atau peristiwa yang sudah terjadi atau sudah berlangsung.
▪ Adapun kata “proorizo” dalam teks aslinya adalah decide on beforehand, determine in advance (ditentukan sebelumnya, mengenal seseorang sebelumnya atau pada waktu sebelumnya).
▪ Kata proorizo atau “ditentukan” menunjuk kepada standar yang harus dicapai oleh orang-orang yang dipilih untuk menerima keselamatan yaitu “serupa dengan gambaran AnakNya".

● ” Kalimat “serupa dengan gambaran Anak-Nya” dalam teks aslinya di pakai kata summorphous tes eikonos tou huiou autou (συμμόρφους τῆς εἰκόνος τοῦ υἱοῦ αὐτοῦ).
▪ Kata “serupa” dalam teks aslinya adalah summorphous (συμμόρφους) berarti similarity of form or nature having the same form as, conformed to, similar in form or nature (memiliki kesamaan dalam natur atau kodrat, bukan sekadar mirip).


KESIMPULAN :
Kehendak Tuhan dalam kehidupan semua orang percaya adalah mencapai keserupaan dengan gambaran AnakNya atau serupa seperti Kristus, oleh karena itu dalam segala keadaan yang kita hadapi atau alami, kita harus tetap memfokuskan orientasi hidup kita dan bertindak sesuai kebenaranNya agar kita mencapai keserupaan dengan Kristus.

Senin, 14 Oktober 2019

MENGUTAMAKAN ORANG LAIN

MENGUTAMAKAN ORANG LAIN


Oleh : Pdt. Erwan Musa


■ Filipi 2:1-11 :

2:1 Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan,
2:2 karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,
2:3 dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;
2:4 dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
2:9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,
2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
2:11 dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!


● Hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. (ayat 3-4)

▪ Contoh sederhana dan sangat klasik dari sekian banyak contoh lainnya di mana kita menemukan banyak orang yang hidupnya tidak mengutamakan sesamanya terlebih dahulu :
Ketika naik atau mau turun dari bus, duduk di angkot, dipesawat, lift dll

●  Rasul Paulus mengingatkan kita untuk belajar mengutamakan orang lain sama seperti Yesus yang tidak mengutamakan diri-Nya sendiri (ayat 3-8).

▪ Coba kita bayangkan, apabila Yesus sewaktu berada di dunia tidak mau mengutamakan  umatNya, tentu kita tidak bisa menerima keselamatan yang Ia berikan kepada semua orang percaya.

▪ Yesus sendiri telah memberikan teladan hidup kepada kita bagaimana Dia hidup selalu mengutamakan kepentingan umat manusia, maka sudah sepatutnya kita juga harus mau belajar hidup mengutamakan orang lain di atas kepentingan kita.

▪ Sebenarnya dengan mengutamakan orang lain akan membuat hidup kita menjadi lebih berarti. ▪ Tentu saja pada akhirnya nama Tuhanlah yang akan dimuliakan dari semua hal yang kita lakukan untuk orang lain.
▪ Untuk itu, jika saat ini kita masih sering tidak peduli pada kepentingan orang lain, masih mengabaikan perasaan orang lain, tidak suka menolong orang lain maka kita harus belajar mengutamakan orang lain dari hal-hal sederhana, karena terkadang kemuliaan Tuhan yang besar dapat muncul dari sikap kecil kita yang mengutamakan orang lain.
~ Contoh : Mengutamakan dalam hal mendoakan pergumulan orang lain, sekalipun kita sedang
bergumul untuk hal yang sama mungkin atau hal-hal lainnya

▪ Wiliam Ward, penulis berbagai artikel dan puisi, pernah berkata, “Ada tiga kunci menuju kehidupan yang lebih berlimpah :
~ memperhatikan orang lain,
~ memberi dorongan kepada orang lain,
~ dan berbagi dengan orang lain.

” Jika kita perhatikan ketiga hal tersebut diatas semuanya melibatkan orang lain.
Apa yang dikatakan Ward adalah gaya hidup yang seharusnya dimiliki oleh orang Kristen, yaitu : mengutamakan orang lain dan membuat mereka memiliki keadaan yang lebih baik setelah bertemu dengan kita.

● 1 Korintus 10:24 :
Jangan seorang pun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain.

● Sikap yang sejati dalam mendahulukan orang lain yang Tuhan Yesus lakukan (2 Korintus 8:9), Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.

● Alkitab berkata bahwa orang yang mementingkan dirinya sendiri akan kehilangan apa yang dipertahankan :
Matius 16: 25 : Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.

● "Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat."  Yakobus 3:16

▪ Salah satu faktor penyebab terjadinya perpecahan dalam kehidupan keluarga, jemaat, persekutuan, pelayanan dan bermasyarakat adalah sikap mementingkan diri sendiri. 
▪ Mementingkan diri sendiri disebut pula selfish atau juga egois, yang dalam kamus  'Webster'  didefinisikan:  memerhatikan diri sendiri secara tidak pantas atau secara berlebih-lebihan, mendahulukan kenyamanan dan keuntungan diri sendiri tanpa memperhatikan, atau dengan mengorbankan kenyamanan dan keuntungan orang lain.

▪ Ketika seseorang mementingkan diri sendiri ia akan menjadikan dirinya sebagai pusat dan tidak lagi mempedulikan kepentingan dan perasaan orang lain. 
▪ Inilah yang menjadi sumber dari banyak kekacauan dan kejahatan  (ayat nas). 
▪ Mengapa? 
Karena orang yang mementingkan diri sendiri pasti sulit menjalin kerjasama dengan orang lain sebagai anggota tim di dalam menyelesaikan sebuah tugas; 
▪ Orang yang mementingkan diri sendiri juga cenderung mudah marah, tersinggung serta tidak bisa menguasai diri.
▪ Sebagai orang percaya kita harus membuang jauh sifat mementingkan diri sendiri agar kita tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain.


▪ Seorang percaya atau pelayan Tuhan sudah pasti dan seharusnya mengutamakan orang lain.
▪ Yesus Kristus dalam hidup-Nya memiliki filosofi: “sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Mat. 20:28).
▪ Seorang pemimpin yang melakukan apa yang Yesus lakukan, tidak akan berpikir mengenai kebutuhan diri sendiri; mereka hanya berpikir bahwa diri mereka senantiasa kurang bagi sesamanya.
▪ Memimpin seperti Yesus menuntut sikap rendah hati untuk menerima siapapun yang dibebankan kepada-Nya (Mat. 11:28).
▪ Kristus telah memberikan contoh kerendahan hati yang paling sempurna ketika Ia disalibkan.
▪ Kerendahan hati (humility) seperti yang ditampilkan Yesus ini merupakan kerendahan hati yang paling ekstrem yang telah dibuat Yesus semasa hidup-Nya.
▪ Semua itu dilakukan demi untuk kepentingan orang lain.
▪ Hal inilah yang benar-benar dikatakan dalam naskah Yunani, yaitu mengesampingkan kemuliaan, artinya bahwa Ia memiliki kemuliaan tetapi menanggalkannya (Yoh. 17:4), yaitu: kedudukan sebagai Anak Allah (Yoh. 5:30; Ibr. 5:8), kekayaan yang tak terbatas (2Kor. 8:9), segala hak surgawi sebagai Yang Mahatinggi (Luk. 22:27; Mat. 20:28), dan penggunaan sifat-sifat Ilahi-Nya (Yoh. 5:19; 8:28; Yoh. 14:10).

▪ “Pengosongan diri-Nya” ini tidak sekadar berarti secara sukarela menahan diri untuk menggunakan kemampuan dan hak istimewa Ilahi-Nya, tetapi juga dengan sangat rela menerima penderitaan, kesalahpahaman, perlakuan buruk, kebencian, dan kematian keji yang dianggap kutuk di kayu salib.
▪ Pemahaman tentang kenyataan sikap rendah hati yang ditampilkan Yesus, secara esensial dapat terus ditelaah melalui penggalian secara mendalam teks Filipi pasal 2 ini.
▪ Seorang yang mengutamakan orang lain, pasti akan terus berusaha bagaimana hidupnya menjadi berkat bagi sesama.
▪ Ia tidak mempersoalkan apakah perbuatannya tersebut dilihat orang atau tidak.
▪ Baginya, kedudukan bukanlah sesuatu yang penting, sebab baginya yang penting adalah kehadirannya berarti bagi semua orang.
▪ Pelayan Tuhan seperti ini, melibatkan orang lain dalam pekerjaan Tuhan dan rela mengalah demi kepentingan pekerjaan Tuhan.
▪ Ia juga tidak akan bersikap diskriminatif dan nepotisme dalam pelayanan.
▪ Jabatan pelayan Tuhan tidak akan dipertahankan hanya karena ambisi untuk menyerahkan kekuasaan gerejani kepada keluarga sendiri.

● Dalam Filipi 2:7 tertulis: melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
▪ Kata penting dalam teks ini untuk menunjukkan esensi pelayanan Yesus Kristus adalah etapeinosen (εταπεινωσεν).
▪ Kata etapeinosen adalah kata kerja yang memiliki beberapa pengertian, antara lain to depress, to humiliate (in condition or heart), abase, to bring low, humble (self).
▪ Kata tapeino (ταπεινω) dalam Filipi 2:7 hendak menunjukkan kesediaan-Nya merendahkan diri dengan kerelaan.
▪ Hal ini ditegaskan dengan kata heauton (εαυτον), yang juga ada dalam ayat itu yang diterjemahkan “himself”.
▪ Perendahan diri yang dilakukan Tuhan Yesus adalah perendahan diri yang dilakukan dengan sengaja, sadar dan penuh kerelaan.
▪ Hal ini memberi indikasi yang jelas bahwa kesediaan-Nya merendahkan diri bukanlah sekadar kewajiban, tetapi kebutuhan.
▪ Dan semua ini terjadi karena kasih-Nya yang besar kepada manusia.
▪ Dari tindakan pengosongan diri ini, ditunjukkan bahwa semua orang berharga di mata-Nya.
▪ Perendahan diri Yesus merupakan pintu terbuka, bahwa Ia menyambut setiap orang yang datang kepada-Nya.
▪ Hal ini berarti bahwa Yesus menghargai setiap individu dan tidak meremehkan orang lain.
▪ Dengan demikian kerendahan hati berarti menyadari dan menekankan pentingnya orang lain.
▪ Hal ini bukan berarti merendahkan diri sendiri. Kerendahan hati juga mengangkat orang lain menjadi lebih penting dari diri sendiri.
▪ Harus diakui bahwa setiap orang memiliki kelebihan.
▪ Hal ini terbukti dalam prestasi pelayanan (jumlah jemaat, asset gereja, karunia yang menyertai dan lain-lain) dan menghargai orang lain yang tidak lebih unggul dari diri-Nya.
▪ Seorang pelayan Tuhan harus memiliki kerendahan hati seperti Tuhan Yesus.


● Jadi hanya dengan cara membangun hidup yang sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus dan belajar membangun hubungan yang dekat, mendalam, dan terus-menerus dengan Tuhan, maka kita pasti akan memiliki sikap dan gaya hidup mengutama atau mementingkan orang lain.

Sabtu, 12 Oktober 2019

KRISTUS MENGGENAPI HUKUM TAURAT


KRISTUS MENGGENAPI HUKUM TAURAT

Oleh : Pdt. Erwan Musa


■ Matius 5:17-18 :
“Janganlah kamu menyangka, bahwa aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi”

● Dalam Alkitab TL (Terjemahan Lama, LAI) Kata "MENIADAKAN" dipakai kata "MEROMBAK" (ayat 17).
Terjemahan KJV menggunakan kata "DESTROY".
Dalam teks Yunani memakai kata: καταλύω ; kataluo

Dalam artian leksikalnya antara lain :
- Menghancurkan
- Membubarkan
- Menceraiberaikan
- Menumbangkan
- Membuang
- Menghapuskan

● Lalu kata "MENGGENAPI", versi KJV menggunakan "FULFIL".
Yunani gunakan kata πληρόω <plēroō> yang bila diartikan secara leksikal/makna yang sesuai dengan kamus adalah sbb :
- Membuatnya lengkap.
- Menjadikan sempurna.
- Menyelesaikan.

● Kata "satu iota" maknanya : perwakilan tanda terkecil dari aksara Ibrani
ιωτα - iôta adalah huruf Ibrani "YOD" artinya "titik/ garis kecil" atau "QOTS", artinya "duri" atau "garis kecil."

● Pada ayat 18, kata "DITIADAKAN" dlm versi KJV : "PASS" (ASV : 'pass away').
Yunani memakai kata "παρέρχομαι" <parerchomai>, yang bila diterjemahkan :
- Berlalu/Lewat.
- Menjauh.
- Lenyap/menghilangkan

● Kemudian Kata "sebelum semuanya terjadi” => hampir semua versi Inggris dengan tepat memilih
terjemahan “sebelum segala sesuatu diselesaikan atau dicapai” (accomplished).
▪ Mengacu kepada pengorbanan atau penyaliban Kristus (tetelestai).

● Jadi dari pengertian etimologisnya dapatlah ditarik pemahaman logis Alkitabiah :
Bahwa Yesus Kristus datang (pada kali pertama) bukanlah untuk "membuang atau menghapuskan" PENERAPAN Taurat dari tengah-tengah bangsa Israel tetapi membuat Taurat itu menjadi LENGKAP atau SEMPURNA dalam pengajaran-Nya.
Dan Yesus MENYELESAIKAN pemahaman tentang Taurat dalam doktrin KASIH.



■ Beberapa bukti PENGAJARAN Yesus yang MENGGENAPI (MENYEMPURNAKAN) Hukum Taurat

= Taurat berkata :
5:21 Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum.

=> Yesus memberikan pemahaman yang sempurna dari hukum tsb :
5:22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.


= Taurat berkata :
5:27 Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah.

Yesus memberi pengertian yang lebih LENGKAP untuk hal tersebut :
5:28 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.


= Taurat berkata :
5:33 Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.

Yesus MEMBATALKAN hukum sumpah dengan mengatakan :
5:34 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah,
5:35 maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar;
5:36 janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun.
5:37 Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.


= Taurat mencatat :
5:38 Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.

Yesus MEMBATALKAN hukum balas-dendam tersebut dengan mengajarkan :
5:39 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.


= Taurat memerintahkan :
5:43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.

Yesus MELENGKAPI dan menjadikan SEMPURNA dalam pengajaran KASIH :
5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
5:45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.


● Jadi Semua bentuk PENGAJARAN Yesus yang MELENGKAPI & MENYEMPURNAKAN tersebut, TIDAK DIBUAT untuk DITERAPKAN pada Taurat Bangsa Israel (menambahkannya pada Hukum Taurat) tetapi menjadi suatu produk HUKUM BARU yang harus diterapkan dalam gereja TUHAN saat ini yaitu HUKUM KRISTUS.



■ Roma 10:4 :
Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya.

▪ Kalimat ini adalah kunci penting bagi kehidupan iman orang percaya.
▪ Karena jika Yesus tidak “meniadakan” hukum Taurat, maka hukum Taurat masih dan tetap mengikat sampai saat ini (Rom 10:4 ; Gal 3:23-25 ; Ef 2:15).
▪ Dengan demikian, perintah seperti hari Sabat harus masih berlaku, bersama dengan banyak dasar lainnya dari Hukum Musa.
▪ Yesus justru berkata dengan sederhana menjelaskan tidak ada satu “iota atau titik” pun (perwakilan tanda terkecil dari aksara Ibrani) yang akan dihilangkan sampai semuanya digenapi.
▪ Oleh karena itu, tidak ada bagian dari hukum Taurat yang ditiadakan sampai seluruhnya benar-benar digenapi tujuannya.
▪ Jadi Yesus telah menggenapi seluruh hukum Taurat.



■ Kalimat “Kristus adalah kegenapan hukum Taurat” bisa memiliki dua makna:
● Pertama, Tuhan Yesus datang mengajarkan kebenaran, yaitu hukum Taurat yang disempurnakan.

▪ Hukum Taurat Musa sebelum kedatangan Yesus bersifat lahiriah, yaitu dalam pelaksanaannya hukum tersebut terverifikasi secara lahiriah atau secara kelihatan seperti hukum-hukum dalam banyak agama.
▪Jadi, pelanggaran terhadap hukum, cukup dapat terverifikasi secara kelihatan atau secara lahiriah.
▪ Ini adalah hukum yang belum lengkap atau sempurna, sebab dosa hanya terverifikasi atau dalam pembuktiannya hanya cukup secara yang kelihatan atau secara lahiriah.
▪ Tetapi hukum Taurat yang disempurnakan bersifat batiniah yaitu dalam pelaksanaannya tidak bisa terverifikasi secara lahiriah atau kelihatan, sebab bersifat batiniah atau menekankan batiniah.

⊙ Sebagai perbandingan, antara hukum Taurat Musa dan hukum Taurat yang disempurnakan dapat dijelaskan sebagai berikut:
• Kalau dalam hukum Taurat Musa konsep atau pengertian membunuh adalah menghabisi nyawa seseorang; tetapi kalau zaman Perjanjian Baru, membenci sudah berkategori sebagai pembunuhan.
• Kalau dalam hukum Musa pengertian berzinah adalah melakukan hubungan badan secara lahiriah (terverifikasi secara lahiriah); tetapi dalam hukum Taurat yang disempurnakan memandang lawan jenis sampai pada ‘mengingini’ atau birahi, sudah terkategori sebagai perbuatan zinah.
• Dalam hukum Taurat Musa berlaku hukum mata ganti mata, gigi ganti gigi; tetapi hukum Taurat yang disempurnakan berlaku hukum harus mengasihi musuh dan berbuat baik bagi orang yang menganiaya.
Pada dasarnya hukum Taurat yang disempurnakan adalah cermin dari kesucian Allah sendiri.


● Kedua, pengertian “Kristus kegenapan hukum Taurat” adalah bahwa Yesus telah menjadi pelaku hukum Taurat secara sempurna atau tidak bercacat.
▪ Yesus bukan saja mampu melakukan hukum Taurat yang diberikan Musa, tetapi juga mampu melakukan dengan sempurna hukum Taurat yang telah disempurnakan.
▪ Hal ini tidak pernah bisa dilakukan oleh siapa pun di sepanjang sejarah kehidupan manusia sejak Adam.
▪ Semua manusia telah kehilangan kemuliaan Allah, artinya bahwa tidak ada orang yang mampu melakukan kehendak Allah.
▪ Yesus adalah manusia pertama yang menemukan kemuliaan Allah yang hilang, artinya mampu melakukan segala sesuatu selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah.



▪ Firman Tuhan ini mengatakan: Kristus menjadi kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya.

■ Apa maksud dari kalimat “sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang percaya”?
● Pertama, orang percaya menerima pembenaran oleh pengorbanan Yesus.
▪ Yesus yang tidak bersalah (dapat melakukan hukum Taurat dengan sempurna), tetapi harus memikul semua dosa akibat kesalahan manusia.
▪ Hanya “manusia yang tidak berdosa” yang dapat memikul dosa manusia lain.
▪ Dan ternyata hanya Yesus yang dapat mengambil tempat memikul hukuman dosa, dengan demikian manusia dapat dibebaskan dari segala hukuman sehingga orang percaya dapat dibenarkan.

● Kedua, di dalam anugerah Tuhan Yesus Kristus, orang percaya dapat memahami kebenaran yang lebih mendalam daripada pemahaman yang dimiliki orang-orang Yahudi pada zaman itu.
▪ Selain memahami kebenaran dari hukum Taurat yang disempurnakan yang adalah cermin kesucian Allah sendiri, kita juga dimampukan untuk melakukannya.
▪ Maknanya dalam hal ini manusia dimungkinkan untuk menemukan kemuliaan Allah.


■ KESIMPULAN :
▪ Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kehidupan orang percaya harus lebih berkualitas dibanding dengan orang-orang yang belum dan tidsk percaya pada Tuhan Yesus



Sabtu, 14 September 2019

YESUS MENYEMBUHKAN SEORANG YANG SAKIT KUSTA


YESUS MENYEMBUHKAN SEORANG YANG SAKIT KUSTA

( Mat. 8:1-4 ; Mark. 1:40-45 ; Luk. 5:12-16 )

Oleh : Pdt. Erwan Musa



Matius 8:1-4 :
8:1 Setelah Yesus turun dari bukit, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia.
8:2 Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku."
8:3 Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya.
8:4 Lalu Yesus berkata kepadanya: "Ingatlah, jangan engkau memberitahukan hal ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah persembahan yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka."

Markus 1:40-45 :
1:40 Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku."
1:41 Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir."
1:42 Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir.
1:43 Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras:
1:44 "Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka."
1:45 Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru

Lukas 5:12-16 :
5:12 Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ ada seorang yang penuh kusta.  Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia dan memohon: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku."
5:13 Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya.
5:14 Yesus melarang orang itu memberitahukannya kepada siapapun juga dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka."
5:15 Tetapi kabar tentang Yesus makin jauh tersiar dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka.
5:16 Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa

=> Dari pembacaan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa ada 3 peran tokoh yang dapat kita pelajari : Yesus, orang kusta dan banyak orang yg mengikuti Yesus (murid, farisi dll)
▪ Sebelum kita mempelajari 3 peran tokoh diatas, sebaiknya kita mempelajari terlebih dahulu keadaan/situasi, tradisi, budaya, tentang perlakuan dan penderita kusta pada waktu tsb.


● PENDAHULUAN :

▪ Agama Yahudi sangat menekankan kekudusan dan sangat mengagungkan aturan-aturan dan budaya atau tradisi yang berlaku, sehingga mereka sangat menjaga diri agar tetap kudus di hadapan Tuhan (konsep yg mereka miliki)
▪ Dan mereka sangat berusaha melakukan segala hukum-hukum yg berlaku tersebut tanpa syarat.
▪ Oleh karena itu mereka yang ‘kudus’ tidak boleh hidup bersama dengan orang yang ‘tidak kudus’. ▪ Siapa sajakah orang yang tidak kudus menurut mereka ... ? 
▪ Mereka adalah orang yang tidak mau menyembah Allah, mereka yang tidak mengenal Allah (kafir) dan mereka yang terkena hukuman atau kutukan Allah (najis).
▪ Dan salah satu yang mereka anggap najis adalah orang yang menderita penyakit kusta.
▪ karena penyakit kusta dipahami sebagai suatu hukuman atau kutukan Allah kepada orang-orang yang menentang Allah atau berdosa.

▪ Dalam PL Kusta dikisahkan sebagai gambaran hukuman Allah bagi dosa;
Miriam, Gehazi dan Uzia.
~ Miryam dihukum Tuhan dengan penyakit kusta karena mengata-ngatai dan iri hati terhadap Musa ~ Bil 12:1-2;9-10
~ Gehazi (bujang Elisa) dihukum dengan kusta karena meminta pemberian dari Naaman yang sebelumnya sudah ditolak Elisa ~ 2 Raj 5 :21-27
~ Raja Uzia dihukum dg kusta hingga mati karena berubah setia kepada Tuhan ~ 2 Taw 26:16-21

▪ Karena itulah maka orang Yahudi selalu beranggapan bahwa penyakit kusta adalah penyakit dari Tuhan bagi orang-orang berdosa.
▪ Para rabi Yahudi, berprinsip bahwa penyakit kusta adalah satu-satunya pe­nyakit yang tidak bisa disembuhkan dan hanya Tuhan yang bisa menyembuhkan



● KUSTA MENURUT ILMU KEDOKTERAN/MEDIS :

▪ Menurut ilmu kedokteran, Ada 3 macam penyakit kusta :
~ Pertama adalah jenis kusta yang disebut nodular atau tubercular.
Jenis ini mulai dengan rasa letih sekali dan sakit di tulang-tulang sendi, lalu timbullah bintik-bintik di tulang punggung, dan kemudian muncullah benjolan-benjolan pada bintik-bintik tersebut yang berwarna merah muda, lama kelamaan berubah menjadi coklat.
Setelah bejolan-benjolan tersebut menjalar, maka wajah bisa berubah bagaikan wajah singa.
Dari benjolan-benjolan tersebut keluar nanah yang berbau busuk.
Rata-rata orang yang menderita penyakit ini bertahan selama sembilan (9) tahun lalu meninggal. Penderita menjadi menjijikkan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.
~ Kedua adalah jenis kusta anestesis,
Gejala-gejala awalnya hampir sama dengan jenis yang pertama, namun pada jenis ini saraf juga ikut diserang, dan setiap saraf yang diserang akan mati rasa.
Saat penyakit ini berkembang, luka-luka di saraf akan melepuh.
Otot-otot melemah, urat-urat mengerut sehingga lengan menjadi seperti cakar dan secara bertahap jari kaki dan tangan menghilang.
Ini bisa berlangsung selama 2- hingga 30 tahun, yang mengakibatkan tubuh mati secara bertahap dan mengerikan.
~ Ketiga adalah gabungan antara nodular dan anestesis.
Ini adalah jenis kusta yang paling umum di Palestina pada waktu itu.
Sehingga cepat atau lambat, penderita kusta biasanya akan berakhir pada kematian yang tragis.


▪ Penyakit kusta atau lepra (leprosy) atau disebut juga Morbus Hansen, adalah sebuah penyakit infeksi menular kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae.
▪ Nama lain penyakit Kusta adalah “lepra” atau “hansen” sesuai dengan nama penemu virusnya sekaligus obatnya yakni seorang ilmuwan Norwegia bernama Gerhard Henrik Armauer Hansen pada tahun 1837.
▪ Sejak 1995, Badan Kesehatan Dunia WHO memberikan paket obat terapi kusta secara gratis pada negara endemik, melalui Kementrian Kesehatan.
▪ Strategi ini akan berjalan hingga akhir 2010. Pengobatan multi obat masih efektif dan pasien tidak lagi terinfeksi kusta pada pemakaian bulan pertama.
▪ Tetapi hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta, menandakan bahwa penyakit ini tdk bisa dicegah sebagaimana vaksinasi polio, campak dan sejenisnya.
▪ Perhatikan di sini, bahwa walaupun kusta sudah dapat diobati, tetapi penyembuhan total baik bakteri kusta maupun bekasnya belum, bahkan tidak dapat dilakukan.


● PERLAKUAN BAGI SEORANG PENDERITA KUSTA PADA ZAMAN PL :

▪ Perlakuan orang Yahudi terhadap orang-orang yang menderita penyakit kusta amat sangat kejam.
▪Mereka mengucilkan orang-orang seperti itu, dengan segala upaya mereka akan menyingkirkan mereka jauh-jauh.
▪ Karena mereka takut akan menjadi tidak kudus.
▪ Makanya penderita kusta selalu mereka kucilkan tempat tinggalnya jauh dari kota, mereka dilarang masuk ke kota apalagi rumah ibadat.
▪ Jika ada orang di sekitar mereka, mereka juga wajib berteriak-teriak “Najis… najis… najis…”
▪ Agar orang banyak tidak mendekati mereka, karena mereka bukan takut ketularan penyakit itu saja, tapi yang paling utama mereka takut menjadi tidak kudus di hadapan Allah.

▪ Ironisnya tindakan mereka untuk menjaga kekudusan itu justru menjadikan orang-orang penderita kusta tsb menjadi tidak manusiawi.
▪ Oleh karena itu tindakan Tuhan Yesus pada saat menyembuhkan orang yang menderita penyakit kusta adalah memanusiakan mereka yang tidak dianggap lagi di tengah-tengah pergaulan hidup sehari-hari.

▪ Dari semua penderitaan fisik yang diderita oleh orang kusta, penderitaan terberat dialami dalam bentuk pengucilan (psikis), karena mereka dianggap najis (tidak tahir), karena penyakit tsb, dan dalam lingkingan masyarakat dianggap sbg kutukkan dari Tuhan krn perbuatan dosa.

▪ Dalam Talmud yahudi, seseorang dilarang berdekatan dengan seorang kusta dalam jarak 3 meter dalam ruangan dan 45 meter di luar ruangan pada angin yang bertiup.
Contoh : Luk 17:12-13 – (12) Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh (13) dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!"

▪ Kusta mengakibatkan terputusnya hubungan manusia penderita dengan manusia lain, bahkan Tuhannya, karena kenajisannya melarang mereka beribadah dan mendekati kekudusan Tuhan.
~ Imamat 13:44-46 :
13:44 Maka orang itu sakit kusta, dan ia najis, dan imam harus menyatakan dia najis, karena penyakit yang di kepalanya itu.
13:45 Orang yang sakit kusta harus berpakaian yang cabik-cabik, rambutnya terurai dan lagi ia harus menutupi mukanya sambil berseru-seru: Najis! Najis!
13:46 Selama ia kena penyakit itu, ia tetap najis; memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar perkemahan itulah tempat kediamannya.


▪ Jadi penderita penyakit kusta pada masa itu adalah penyakit yang sangat mengerikan dan membuat pengidapnya sangat menderita.

▪ Pada zaman Yesus, di Palestina ada cukup banyak orang yang terkena sakit kusta.
▪ Dan boleh dikatakan bahwa penyakit kusta pada masa itu tidak dilihat sebagai sebuah persoalan medis melainkan sebuah persoalan teologis di mana kusta dianggap sebagai sebuah penyakit kutukan atau tanda bahwa seseorang tidak berkenan / dihukum di hadapan Allah.
▪ Mengapa sampai ada anggapan demikian?
▪ Karena dalam Perjanjian Lama dalam beberapa kasus, kusta terjadi sebagai akibat langsung dari hukuman Tuhan kepada orang-orang tertentu.


Bagaimana sesungguhnya penderitaan orang yang sakit kusta?

Penderitaan fisik.

Penyakit kusta ini disebabkan oleh satu virus yang namanya“mycobacterium leprae”. Penyakit kusta ini dimulai dengan munculnya bintil-bintil kecil pada bagian-bagian tubuh tertentu. Bintil-bintil kecil ini makin lama makin banyak dan besar dan berisi nanah. Lalu bintil-bintil yang berisi nanah ini pecah sehingga area yang kulit yang diserang semakin membesar. Lama kelamaan seluruh tubuh penderita kusta akan dipenuhi dengan bintil-bintil semacam ini dan nanah yang sukar mengering. Bahkan ada kalanya bintil-bintil dengan nanah yang memenuhi seluruh tubuh penderita itu menjadi pecah sehingga nampak sangat mengerikan dan menakutkan. Di bagian tangan dan kaki, kusta ini bisa menyerang dengan hebat sampai membuat luka-luka yang menganga dan dalam. Bagian wajah pun tidak ketinggalan. Penyakit ini sampai merontokkan seluruh alis mata dan bulu mata korban di samping luka-luka yang memenuhi wajah penderita. Sampai taraf tertentu dia menyerang bola mata sehingga mata bisa membelalak bahkan bisa sampai tertutup seluruhnya. Dalam keadaan wajah yang mengerikan semacam ini seringkali penderita kusta sangat menakutkan sehingga ada yang lalu membungkus seluruh tubuh dan wajahnya dengan kain / perban.

Penyakit kusta ini juga menyerang sistem saraf ditandai dengan hilangnya daya rasa pada bagian-bagian tubuh tertentu disusul dengan otot-otot yang melemah, namun ada juga, urat otot yang mengencang   sehingga   jari-jari   tangan   mencengkeram terus  menerus. Dalam tahap selanjutnya jari-jari tangan dan kaki menjadi putus / tanggal bahkan bisa sampai putus seluruh kaki dan tangan penderita. Seiring dengan kehancuran tubuh, tali suara di kerongkongan pun menjadi bengkak, suara si penderita menjadi parau, serta nafas terengah-engah. Penyakit kusta yang demikian itu bisa berlangsung selama 9 tahun, dan akan mengakibatkan kemunduran mental, bahkan pingsan tak sadarkan diri (atau koma), dan akhirnya penderita bisa meninggal dunia.


Penderitaan psikis.

Dari penjelasan di atas terlihat bahwa penderita kusta mengalami penderitaan fisik yang luar biasa. Tapi sesungguhnya penderitaan fisik yang dialami penderita kusta pada masa itu tidak sebanding dengan penderitaan psikis yang dialaminya. Penyakit kusta saat itu dianggap sebagai sebuah kenajisan sehingga si penderita juga dianggap najis. Kepada penderita kusta dikenakan pakaian yang tercabik-cabik dan rambutnya harus dibiarkan terurai, ia harus menutupi mukanya dan harus berteriak : Najis! Najis! Ia harus diasingkan dari masyarakat.

Im 13:44-46 - (44) maka orang itu sakit kusta, dan ia najis, dan imam harus menyatakan dia najis, karena penyakit yang di kepalanya itu. (45) Orang yang sakit kusta harus berpakaian yang cabik-cabik, rambutnya terurai dan lagi ia harus menutupi mukanya sambil berseru-seru: Najis! Najis! (46) Selama ia kena penyakit itu, ia tetap najis; memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar perkemahan itulah tempat kediamannya.

Teriakan najis! Najis! ini sebenarnya adalah peringatan bagi orang lain supaya tidak mendekati dirinya / menjauh darinya jika tidak maka orang itu akan menjadi najis pula

Luk 17:12-13 – (12) Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh (13) dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!"


▪ Bahwa penderita kusta benar-benar dikucilkan dari masyarakat terlihat dari komentar Barclay berikut ini :
▪ William Barclay – Pada zaman Yesus di Yerusalem semua penderita penyakit kusta dilarang memasuki kota Yerusalem dan kota-kota  lain   yang   bertembok keliling. Di dalam synagoge ada ruangan khusus yang terpencil yang dikhususkan bagi mereka. Ruangan itu biasanya dalam ukuran sempit sekali, dan disebut Mekhitsah.
Di dalam hukum  agama Yahudi ada 61 macam sentuhan yang bisa menajiskan, diantaranya ialah :
yang  pertama  adalah menyentuh mayat, dan yang kedua menyentuh penderita kusta.
Jadi penderita penyakit kusta memang dianggap hampir sama dengan  orang  yang sudah  mati.
~ Kalau terjadi bahwa ada penderita kusta yang menyandarkan kepalanya ke sebuah rumah, maka seluruh rumah itu pun menjadi najis.
~ Menyapa  atau  memberi salam kepada penderita kusta di  tempat umum pun dianggap melanggar hukum.

▪ Para rabi Yahudi   tidak  akan  mau  membeli makanan apa pun yang dijual di jalan yang dilewati penderita penyakit kusta.
▪ Bahkan ada seorang rabi yang bangga karena ia selalu mengusir penderita kusta dengan jalan melemparinya dengan batu.
▪ Sedang rabi yang lain lebih suka bersembunyi atau menyingkir jauh-jauh kalau melihat ada orang yang sakit kusta.

● Sekarang kita mempelajari 3 peran tokoh dalam kisah ini :


▪ Yang pertama : Orang Kusta
Mat 8:1-2 :
(1) Setelah Yesus turun dari bukit, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia.
(2) Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku."

~ Dalam kondisi ia tdk memiliki relasi kpd siapapun, Ia percaya/yakin kpd Yesus dan menjadikan pengharapan satu-satunya bahwa Yesus sanggup menyembuhkannya krn ia pernah mendengar ttg Yesus.
~ Ia datang dg ketidakberdayaan atau pasrah kpd kehendak Yesus dan dg harga yg ia harus siap bayar (di tolak dan dilempari batu oleh orang banyak, ahli taurat dan orang-orang farisi)
Karena ia melanggar aturan/adat istiadat yg berlaku krn tdk akan ada orang sakit kusta yang berani mendekati seorang ahli Taurat atau rabi Yahudi.
Dan semua penderita penyakit kusta pasti tahu, bahwa ia pasti akan dilempari dengan batu dan diusir jika melanggar aturan tsb.
~ Tetapi penderita kusta ini nekad dan memberanikan diri datang mendekati Yesus, krn ia mempunyai keyakinan yang penuh bahwa Yesus pasti mau menerima dirinya.

Fakta ini mengajarkan kita bahwa apabila seseorang mempunyai masalah yang berat seperti yang dialami seperti penderita penyakit kusta, atau penderitaan lainnya, sakit penyakit, masalah/persoalan (dalam studi, pekerjaan, Rumah Tangga, pelayanan, dsb), kita boleh datang kepada Kristus dan mengharapkan pertolongan-Nya => Yesus tdk mungkin menolak (Yoh.6:37)

~ Kata “sujud menyembah” di sini menggunakan kata Yunani “PROSKUNEO” dan kata ini tidak pernah dipakai untuk arti yang lain selain menyembah para dewa/yang ilahi atau Tuhan.
Dengan demikian sangat mungkin bahwa org kusta ini memang mempercayai Yesus sebagai Sang Mesias.
~ Kata Tuan (yun) “KURIOS” yang digunakan di dalam ayat ini seharusnya diartikan “Tuhan” (seperti TL) dan bukan “tuan” (seperti TB). => Tuhan = penguasa satu-satunya


▪ Yang kedua : Yesus
Mat 8:3 :
Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya.

Dalam nats ini, kita dapat melihat beberapa hal yang amat penting untuk direnungkan dari sikap Yesus yang harus kita teladani :

~ Pada ayat ini tercatat bahwa Yesus menerima orang berdosa atau orang kusta tsb.
Yesus tidak bertindak seperti para ahli Taurat dan para rabi Yahudi yang menghindari orang kusta, atau mengusirnya bahkan melemparinya dengan batu.

~ Ia menerima orang kusta itu bahkan mengulurkan tangan-Nya dan menjamahnya.
Ini menjadi satu pelajaran penting bagi kita bahwa Kristus mau menerima setiap orang yang datang kepada-Nya.
▪ Dalam Perjanjian Lama, orang yang najis (sakit kulit) tidak boleh disentuh siapa pun; kalau kita menyentuh orang yang najis, kita sendiri jadi najis.
Tetapi Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang orang ini.
=> posisi yg sulit yg harus di putuskan oleh Yesus dg berani mengambil resiko di benci oleh orang-orang yang ada di sekelilingNya, termasuk pendukungNya, krn dianggap menginjak2 aturan/tradisi yahudi
▪ Tuhan Yesus tahu bagaimana mengambil langkah yang tepat ketika Dia berada pada posisi yang krusial dengan demikian hal ini menjadi teladan bagi kita.

~ Yesus tidak menganggap dirinya menjadi najis, malah sebaliknya orang tsb jadi sembuh.
Yesus sedang mengajarkan dan mengimpartasi bertindak dlm kebenaran yg memerdekakan.

~ Yesus tidak mengucilkan, menghindari dan menghakimi orang yang sedang menderita mental sebagaimana yang dialami oleh penderita kusta ini, namun Yesus dengan spontan menaruh belaskasihan.
▪ Dalam bahasa Yunani istilah belas kasihan disebut “splaknistei”, yang pada umumnya menunjuk kepada reaksi spontan Yesus yang perlu dan harus menjawab kebutuhan orang

~ Setelah orang ini sembuh Yesus mengajar untuk tetap melakukan perintah yg benar yg berlaku yg diperintahkan oleh Musa
~ (Imamat 13:3) Hanya imam yang dapat menyatakan bahwa penderita kusta itu sembuh atau tahir dari penyakitnya agar dapat diterima di tengah  masyarakat dan hidup beribadah.
~ Dan peraturan dalam PL, jika seorang kusta sembuh, maka ia sendiri harus menjalani upacara pentahiran yang rumit sebagaimana dijelaskan dalam Imamat 14.
▪ Luk 5:5 Yesus melarang orang itu memberitahukannya kepada siapa pun juga dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka."

▪ Yesus memerintahkan orang tsb utk segera pergi ke imam dan mengucapkan syukur kepada Allah dengan persembahan pentahiran sesuai hukum Musa
Artinya, Ia tdk melanggar/meniadakan hukum Taurat, tetapi justru menggenapinya.

▪ Jadi hal penting yg harus kita pahami adalah Tuhan Yesus datang bukan hanya menyembuhkan orang secara fisik, tetapi lebih daripada itu Ia datang untuk memulihkan jiwa atau bathin semua orang !!!
=> Kita pun harus menerapkan hal yg sama !!!


▪ Yang ketiga: Orang banyak berbondong-bondong (Murid Yesus, Orang farisi dan para Ahli Taurat)
▪ orang Yahudi yang melihat tindakan Yesus tersebut menjadi marah meskipun kekesalan mereka tidak nampak sebab mereka menganggap tindakan Yesus adalah melawan konsep hukum dan tradisi Yahudi.
▪ Karena orang Yahudi takut dirinya menjadi najis dan berdosa kalau bersentuhan dengan orang kusta namun Tuhan Yesus berbeda, Dia yang Maha Suci menjamah orang kusta yang najis dan menjadi tahir.




Jumat, 13 September 2019

GARAM DAN TERANG DUNIA


GARAM DAN TERANG DUNIA

Oleh : Pdt. Erwan Musa


* Matius 5:13-16
5:13 LAI TB, "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
5:14 LAI TB, Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
5:15 LAI TB, Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.
5:16 LAI TB, Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."


■ PENDAHULUAN


▪ Secara eksplisit Injil Matius pasal 5 - 7 berbicara tentang kualitas/esensi atau watak orang percaya
▪ Teks dalam Injil Matius 5:13-16 merupakan salah satu bagian dari Alkitab yang sangat terkenal (tidak asing bagi kita)
▪ Sayangnya teks yang paling akrab di telinga kita justru menjadi teks yang biasa saja, karena kita tdk memahami dengan cermat, sehingga keindahan dari teks tersebut terlewatkan.

▪ Sebelum kita mempelajari masing-masing bagian dari teks Injil Matius 5:13-16 ini secara lebih detil, sesungguhnya ada beberapa poin pengantar yang perlu untuk dipelajari terlebih dahulu :
● => Hal pertama adalah konteks.
▪ Posisi Matius 5:13-16 harus kita perhatikan.
▪ Teks ini muncul sesudah Tuhan Yesus membicarakan tentang penganiayaan (5:10-12).
▪ Dengan kata lain, situasi yang sedang dipikirkan bukanlah situasi yang mudah dan nyaman, artinya ada resiko yang menanti.

▪ Teks ini diletakkan sebelum Tuhan Yesus menuntut kita agar kesalehan hidup kita atau kebenaran yg bertalian dengan etika moral hidup kita (dikaiosune) kita harus melebihi orang-orang Farisi dan para ahli Taurat (5:17-20; khususnya pada ayat 20 “hidup keagamaan” = kesalehan).
▪ Posisi semacam ini menyiratkan bahwa kehidupan kita akan selalu dipantau oleh orang lain dan dibandingkan dengan kepercayaan yang lain.
▪ Kita tidak diperintahkan untuk menyamai mereka, melainkan harus melebihi mereka di dalam kesalehan.
▪ Ini bukan tugas yang mudah.

● => Hal kedua yang tidak boleh dilupakan adalah relevansi.
▪ Metafora garam dan terang menyiratkan sesuatu yang terus-menerus diperlukan.
▪ Beberapa literatur Yahudi kuno menyatakan secara eksplisit bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa garam dan terang.
▪ Ini bukan tentang barang atau benda yang hanya diperlukan setiap bulan atau setiap tahun.
▪ Hal Ini bukan hanya diperlukan oleh segelintir orang di budaya tertentu.
▪ Setiap hari orang membutuhkan garam untuk memasak.
▪ Setiap hari orang membutuhkan terang pada waktu malam hari.
▪Jadi, walaupun konteks spesifik yang sedang dipikirkan adalah penganiayaan dan tekanan, peranan sebagai garam dan terang berlaku secara universal dan permanen.
▪ Artinya di manapun dan kapanpun peranan kita akan selalu relevan. 

● => Hal terakhir atau yang ketiga adalah identitas.
▪ Kita sering mendengar banyak orang Kristen mengatakan: “kita harus menjadi garam dan terang dunia”.
▪ Ungkapan seperti ini sesungguhnya tidak tepat.
▪ Tuhan Yesus mengajarkan bahwa kita adalah garam dan terang.
▪ Hal tersebut menyiratkan kita bahwa identitas kita di tengah-tengah dunia, bukanlah sekadar peranan.
▪ Peranan justru muncul dari identitas.
▪ Persoalan di dunia yang Tuhan Yesus gambarkan adalah bukan karena tidak ada garam atau terang, tetapi karena garam itu telah menjadi tawar dan terang itu telah ditutupi oleh gantang.


▪ Jika kita memperhatikan ayat 13 dan 14, perkataan Tuhan Yesus ini merupakan bentuk pernyataan bukan himbauan (himbauan memiliki power yang lemah).
▪ Pernyataan yang dipakai adalah pernyataan langsung yang bersifat perintah.
▪ Dengan kata lain, pernyataan ini penuh dengan penekanan otoritas yang juga mendesak harus segera dikerjakan, bukan sesuatu yang dapat ditunda, karena jika ditunda maka dunia akan semakin membusuk dan gelap.


▪ Karena jika kita munculkan pertanyaan ketika Yesus mengatakan ”kamu adalah garam dan terang”.
▪ Berarti keadaan dunia adalah jahat, semakin membusuk, munafik, dan semakin gelap.
▪ Hal ini membuat Yesus memerintahkan murid-murid untuk hadir dan berperan.

■ Garam dunia (ayat 13)

▪ Banyak orang telah melakukan kesalahan anakronisme (ketidaksesuaian dlm kronologis suatu karya), yaitu memahami sesuatu yang kuno dari perspektif yang modern.
▪Seperti memahami metafora garam berdasarkan beragam fungsi garam pada zaman modern.
▪ Hal ini jelas tidak dibenarkan.

▪ Kita harus melihat fungsi garam di teks ini sesuai dengan budaya kuno pada waktu itu.
▪ Orang-orang Yahudi biasanya menggunakan garam untuk keperluan: mengawetkan, memberi rasa, penghangatan pada tungku api, pupuk/kesuburan ladang dan penetral racun pd zaman Elisa.
▪ Dengan demikian maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa dunia diasumsikan sedang berada dalam keadaan yang mendekati kebusukan dsb seperti tertera diatas.
▪ Kata "Dunia" dipakai kata Yunani κοσμος – kosmos yaitu umat manusia di dunia.
▪ Jadi di tengah situasi semacam ini, seharusnya kita terpanggil untuk menunjukkan jati diri kita.
▪ Sering kali kita gagal bertindak dan berbuat karena kita tidak menyadari hakikat dan fungsi hidup kita.
▪ Oleh karena itu, ketika Yesus berkata kamu adalah, .... kalimat tersebut berfungsi sebagi penegasan untuk menyadarkan murid tentang jati diri, esensi dan peran mereka.
▪ Yesus memerintahkan mereka untuk hadir dan berkarya, karena jika mereka tidak berbuat, maka dunia akan semakin membusuk (mengalami kerusakan moralitas dunia)
▪ Oleh karena itulah dunia perlu digarami.

▪ Jadi ketika Yesus berkata ”kamu adalah garam dunia”, kita harus menyadari bahwa fungsi garam adalah untuk proteksi.
▪ Tetapi jika kita garam sudah kehilangan keasinannya, maka dia menjadi seperti garam, bukan garam lagi (hanya seperti).
▪ Sesungguhnya ketika kita menjadi murid/pengikut Kristus, kita adalah Garam dan Identitas di dalam Kristus adalah sumber rasa asin kita => Kualitas garam yg di maksud disini = standar kualitas kehidupan Kristus (penerapan ajaran Kristus)
▪ Kita hanya perlu berbagi rasa asin kepada dunia sambil menjaga diri sendiri agar tetap asin.


▪ Kegagalan melakukan peranan ini adalah sebuah tragedi yang fatal.
▪ Istilah “menjadi tawar” (mōranthē) secara hurufiah berarti “menjadi bodoh,” karena kata dasar mōrainō memang mengandung arti “menjadi atau menunjukkan diri bodoh” (1 Kor 1:20; Rm 1:22).
▪ Maksudnya adalah sebuah kebodohan apabila sebuah benda disebut garam tetapi benda itu tidak memiliki rasa asin di dalamnya.


▪ Untuk memahami metafora ini, kita harus mempelajari Garam kuno yang lazim di gunakan terutama di dalam budaya orang Yahudi.
~ Orang-orang pada zaman dahulu biasanya mengambil garam dari Laut Mati.
~ Garam tersebut tidak murni, karena tercampur dengan berbagai mineral atau zat lain.
~ Pada saat dilarutkan ke dalam air pada waktu memasak, bagian yang mengandung garam (sodium klorida) umumnya larut terlebih dahulu, sehingga hanya tersisa zat atau mineral lainnya.
~ Jika ini yang terjadi, semua sisa mineral itu sudah tidak berguna lagi.
~ Sisa itu akan dibuang ke tengah jalan dan diinjak-injak orang.

Contoh lain fungsi Garam pada zaman dulu : penghangat, penetral racun, kesuburan ladang/pupuk

▪ Garam yang dipakai disini bukanlah garam dapur (bungkusan) seperti garam kita sekarang (NaCl), melainkan zodium chlorida.
~ Bentuk garam ini adalah seperti gumpalan batu yang berasal dari laut mati dimana kalau garam ini diterpa hujan akan kehilangan keasinannya juga.
~ Jika sudah kehilangan keasinannya, ia tidak dapat dipergunakan lagi kecuali dibuang dan diinjak orang.
~ Apa yang hendak dikatakan Tuhan Yesus adalah tidak ada kata lain, bahwa garam harus mempertahankan esensinya agar ia bisa selalu berbuat sebagaimana fungsi, peran dan hakekatnya.

▪ Ketika garam dilarutkan ke dalam air, garam tersebut tidak akan menyebabkan air berubah warna, tetapi garam tersebut memberi rasa kepada air atau pengaruh (influen).
▪ Bandingkan dengan gincu (pewarna) dimana gincu ini dapat memberi warna pada air tetapi tidak dapat memberi rasa.
▪ Orang Kristen bukan generasi gincu, tetapi generasi garam.
Artinya, apa yang kita lakukan bukan sekedar ritual, simbol, atau fenomena, tetapi menjadi the real Christianity, dimana ada kualitas pasti akan ada dampak yang muncul.



■ TERANG DUNIA (ayat 14)


▪ Metafora yang kedua adalah, ” kamu adalah terang dunia”.

▪ Kita bukan sekedar tinggal di dalam terang.
▪ Kita adalah terang, kata Terang (Yunani: φῶς - PHOS) adalah lambang dari kekudusan.
Dan terang itu mencirikan Tuhan Yesus Kristus, Dia adalah Terang Dunia.
▪ Memang orang yang lahir baru pindah dari gelap ke dalam terang, tetapi orang yang lahir baru yang menjadi murid Tuhan adalah terang itu sendiri (Ef 5:8-9).
▪ Frase ”dahulu kamu adalah kegelapan” adalah kata benda dan ”kamu adalah terang” juga merupakan kata benda.
▪ Artinya, kamu dahulu gelap atau kegelapan itu sendiri, sekarang kamu ada terang atau terang itu sendiri.
▪ Oleh karena itu sangat tepat ketika Tuhan Yesus berkata ”kamu adalah terang dunia”.
▪ Selain untuk menerangi, terang itu seperti kota di atas bukit.
▪ Mau segelap apapun ruangan dan setitik apapun cahaya disitu, pasti semua orang bisa melihat cahaya itu.
▪ Dengan kata lain adalah menjadi pusat perhatian atau pusat perubahan.
▪ Inilah yang digambarkan seperti kota di atas bukit (memang ada gambaran seperti Isarel dimana pada zaman Yeremia, Israel allah nanti menjadi terang dan Yerusalem kota yang berada di atas bukit).
▪ artinya dimanapun kita berada kita akan menjadi pusat perhatian melalui buah-buah kehidupan kita, ketika kita berada di kantor, kita akan menjadi sumber terang yg mengusir kejahatan yang artinya kita hadir di kantor, di gereja, atau dimanapun, kita akan menjadi pusat perhatian.
▪ Oleh karena itulah Yesus mengatakan bagai kota di atas bukit dimana semua orang bisa melihatnya dan tidak bisa tidak, cahayanya pun akan sampai dimana-mana dan melakukan pembaharuan.



■ Dikatakan pda ayat 15, ” Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.

▪ Maksud ayat ini adalah dimanapun kita berada kita harus menyatakan jati diri kita.
▪ Sesungguhnya ketika kita berani menyatakan siapa kita, hal tersebut sekaligus cara Tuhan bagi kita untuk memproteksi kita dari dosa (sbg sarana menyangkal diri shg kita berhati" dlm menjalani hidup ini)
▪ Sering kali dlm dunia usaha orang menyuruh kita melakukan kejahatan atau berkompromi karena mereka tidak tahu ’warna’/jati diri kita, dlm hal ini pun kita harus menyatakan jati diri kita.
▪ Bukan hanya slogan tetapi kita harus menyatakan jati diri kita yang tidak mau kompromi dengan dosa.
▪ Bukan menyatakan diri dengan melakukan atribut atau hiasan" kekristenan kita seperti dengan bersaat teduh dikantor agar dilihat orang, bukan dengan menunjukkan bahwa kita rajin ke gereja, walaupun hal tsb penting, tetapi kita harus menyatakanlah jati diri kita dengan menunjukkan bahwa kita tidak mau kompromi dengan dosa.
▪ Dengan demikian, rekan kerja atau pimpinan kita tidak akan berani memerintahkan kita lagi untuk melakukan sesuatu yang salah.
▪ Inilah yang dimaksudkan terang itu dimunculkan.


▪ Kebaikan dan kebenaran bagaikan terang yang harus dimunculkan.
▪ Jika disembunyikan, sampai kapanpun kita tidak akan pernah berubah untuk melakukan pembaharuan bahkan kita sebaliknya dapat berubah menjadi kegelapan.

▪ Justru jika orang tahu warna kita, orang tidak akan berani bermain-main dengan kita.
▪ Dengan kata lain, malah orang-orang di kantor berkata :”tidak akan mau dia itu. Apapun yang kalian katakan, dia akan memilih dipecat dari pada melakukan hal tersebut.”
▪ Hal ini menunjukkan bahwa kita punya warna.


▪ Peranan ini tidak sulit untuk dilakukan apabila kita hidup seturut identitas kita di dalam Kristus. ▪ Kita diibaratkan sebuah kota yang ada di puncak bukit (ayat 14). Kota ini dipenuhi oleh pelita di malam hari. Dengan posisi seperti ini tidak mungkin kota tersebut tidak terlihat oleh yang lain.

▪ Hanya kebodohan yang membuat kota itu tidak terlihat, yaitu apabila orang menyalakan pelita, tetapi lantas menutupi pelita itu dengan gantang (ayat 15).
▪ Gantang (modios) adalah sejenis tempayan untuk mengukur biji-bijian. Satu gantang rata-rata setara dengan 8,75 liter.
Jika ini yang terjadi, rumah tetap dalam keadaan gelap. Jika tiap rumah seperti ini, kota yang di puncak bukit pun akan tidak terlihat. Dengan kata lain, hanya kebodohan kita sendiri yang membuat dunia tidak dapat melihat terang dalam kehidupan kita.
=> Terang hidup kita, kita tutupi dengan hidup dalam dosa



PENJELASAN TUHAN MEMAKAI GARAM DAN TERANG

▪ Bila kita perhatikan garam dan terang, seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Itulah sebabnya fungsi proteksi (sebagai garam) dan fungsi penetrasi (sebagai terang) harus terjadi secara simultan, dan tidak bisa dipilah-pilah.
▪ Ketika melakukan proteksi (pencegahan) pada saat yang sama kita juga melakukan penetrasi (perbaikan/pembaharuan).

▪ Jadi sesungguhnya yang menjadi tujuan hidup utama kita di muka bumi ini adalah kehadiran kita sebagai proteksi dan penetrasi.

▪ Apa yang mau dikatakan disini adalah bahwa garam dan terang hanya dapat berfungsi jika mereka mau berkorban.
▪ Ingat, lilin tidak akan pernah berfungsi jika lilin tersebut tidak hancur/mrleleh ~> kerelaan
▪ Garam juga tidak akan pernah berfungsi jika garam tersebut tidak dilarutkan.

▪ Oleh sebab itu tidak ada cara lain selain kita harus rela menjadi dan hancur sebagai garam dan terang.



■ Hal ini diakhiri Tuhan Yesus pada ayat 16 :
” Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."

Kata "memuliakan" (yun) doxazo = memuliakan, memuji, menghormati, percaya

▪ Inilah cara mereka untuk memuliakan Bapa di Sorga melalui karya perbuatan baik kita.

▪ Sering kali kita berpikir kita memuliakan Allah ketika kita menyembah dia melalui pujian.
▪ Hal ini penting, tetapi bukan cara memuliakan Tuhan yang seperti itu yg terpenting.
▪ Justru yang tdk kalah pentingnya juga adalah karya kita, kerelaan kita berkorban dg sukacita memberi yang terbaik sebagai garam dan terang.

▪ Jadi apabila kita menunjukkan terang itu, yaitu melalui perbuatan baik kita, Bapa di surga akan dipermuliakan (ayat 16), bukan dipermalukan.
▪ Orang akan tahu bahwa kita adalah anak-anak Allah (5:9).
▪ Orang akan dibawa untuk datang kepada Bapa, karena keberadaan Bapa terlihat jelas melalui kesalehan hidup kita, atau dengan kata lain perbuatan baik kita dapat menjadi jembatan bagi orang lain untuk datang kepada Allah (1 Pet 2:11-12; 3:1-2).
▪ Maknanya dengan orang lain menikmati karya hidup kita, dan disitulah Bapa dimuliakan.
Tuhan Yesus Memberkati.