Jumat, 13 September 2019

GARAM DAN TERANG DUNIA


GARAM DAN TERANG DUNIA

Oleh : Pdt. Erwan Musa


* Matius 5:13-16
5:13 LAI TB, "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
5:14 LAI TB, Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
5:15 LAI TB, Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.
5:16 LAI TB, Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."


■ PENDAHULUAN


▪ Secara eksplisit Injil Matius pasal 5 - 7 berbicara tentang kualitas/esensi atau watak orang percaya
▪ Teks dalam Injil Matius 5:13-16 merupakan salah satu bagian dari Alkitab yang sangat terkenal (tidak asing bagi kita)
▪ Sayangnya teks yang paling akrab di telinga kita justru menjadi teks yang biasa saja, karena kita tdk memahami dengan cermat, sehingga keindahan dari teks tersebut terlewatkan.

▪ Sebelum kita mempelajari masing-masing bagian dari teks Injil Matius 5:13-16 ini secara lebih detil, sesungguhnya ada beberapa poin pengantar yang perlu untuk dipelajari terlebih dahulu :
● => Hal pertama adalah konteks.
▪ Posisi Matius 5:13-16 harus kita perhatikan.
▪ Teks ini muncul sesudah Tuhan Yesus membicarakan tentang penganiayaan (5:10-12).
▪ Dengan kata lain, situasi yang sedang dipikirkan bukanlah situasi yang mudah dan nyaman, artinya ada resiko yang menanti.

▪ Teks ini diletakkan sebelum Tuhan Yesus menuntut kita agar kesalehan hidup kita atau kebenaran yg bertalian dengan etika moral hidup kita (dikaiosune) kita harus melebihi orang-orang Farisi dan para ahli Taurat (5:17-20; khususnya pada ayat 20 “hidup keagamaan” = kesalehan).
▪ Posisi semacam ini menyiratkan bahwa kehidupan kita akan selalu dipantau oleh orang lain dan dibandingkan dengan kepercayaan yang lain.
▪ Kita tidak diperintahkan untuk menyamai mereka, melainkan harus melebihi mereka di dalam kesalehan.
▪ Ini bukan tugas yang mudah.

● => Hal kedua yang tidak boleh dilupakan adalah relevansi.
▪ Metafora garam dan terang menyiratkan sesuatu yang terus-menerus diperlukan.
▪ Beberapa literatur Yahudi kuno menyatakan secara eksplisit bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa garam dan terang.
▪ Ini bukan tentang barang atau benda yang hanya diperlukan setiap bulan atau setiap tahun.
▪ Hal Ini bukan hanya diperlukan oleh segelintir orang di budaya tertentu.
▪ Setiap hari orang membutuhkan garam untuk memasak.
▪ Setiap hari orang membutuhkan terang pada waktu malam hari.
▪Jadi, walaupun konteks spesifik yang sedang dipikirkan adalah penganiayaan dan tekanan, peranan sebagai garam dan terang berlaku secara universal dan permanen.
▪ Artinya di manapun dan kapanpun peranan kita akan selalu relevan. 

● => Hal terakhir atau yang ketiga adalah identitas.
▪ Kita sering mendengar banyak orang Kristen mengatakan: “kita harus menjadi garam dan terang dunia”.
▪ Ungkapan seperti ini sesungguhnya tidak tepat.
▪ Tuhan Yesus mengajarkan bahwa kita adalah garam dan terang.
▪ Hal tersebut menyiratkan kita bahwa identitas kita di tengah-tengah dunia, bukanlah sekadar peranan.
▪ Peranan justru muncul dari identitas.
▪ Persoalan di dunia yang Tuhan Yesus gambarkan adalah bukan karena tidak ada garam atau terang, tetapi karena garam itu telah menjadi tawar dan terang itu telah ditutupi oleh gantang.


▪ Jika kita memperhatikan ayat 13 dan 14, perkataan Tuhan Yesus ini merupakan bentuk pernyataan bukan himbauan (himbauan memiliki power yang lemah).
▪ Pernyataan yang dipakai adalah pernyataan langsung yang bersifat perintah.
▪ Dengan kata lain, pernyataan ini penuh dengan penekanan otoritas yang juga mendesak harus segera dikerjakan, bukan sesuatu yang dapat ditunda, karena jika ditunda maka dunia akan semakin membusuk dan gelap.


▪ Karena jika kita munculkan pertanyaan ketika Yesus mengatakan ”kamu adalah garam dan terang”.
▪ Berarti keadaan dunia adalah jahat, semakin membusuk, munafik, dan semakin gelap.
▪ Hal ini membuat Yesus memerintahkan murid-murid untuk hadir dan berperan.

■ Garam dunia (ayat 13)

▪ Banyak orang telah melakukan kesalahan anakronisme (ketidaksesuaian dlm kronologis suatu karya), yaitu memahami sesuatu yang kuno dari perspektif yang modern.
▪Seperti memahami metafora garam berdasarkan beragam fungsi garam pada zaman modern.
▪ Hal ini jelas tidak dibenarkan.

▪ Kita harus melihat fungsi garam di teks ini sesuai dengan budaya kuno pada waktu itu.
▪ Orang-orang Yahudi biasanya menggunakan garam untuk keperluan: mengawetkan, memberi rasa, penghangatan pada tungku api, pupuk/kesuburan ladang dan penetral racun pd zaman Elisa.
▪ Dengan demikian maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa dunia diasumsikan sedang berada dalam keadaan yang mendekati kebusukan dsb seperti tertera diatas.
▪ Kata "Dunia" dipakai kata Yunani κοσμος – kosmos yaitu umat manusia di dunia.
▪ Jadi di tengah situasi semacam ini, seharusnya kita terpanggil untuk menunjukkan jati diri kita.
▪ Sering kali kita gagal bertindak dan berbuat karena kita tidak menyadari hakikat dan fungsi hidup kita.
▪ Oleh karena itu, ketika Yesus berkata kamu adalah, .... kalimat tersebut berfungsi sebagi penegasan untuk menyadarkan murid tentang jati diri, esensi dan peran mereka.
▪ Yesus memerintahkan mereka untuk hadir dan berkarya, karena jika mereka tidak berbuat, maka dunia akan semakin membusuk (mengalami kerusakan moralitas dunia)
▪ Oleh karena itulah dunia perlu digarami.

▪ Jadi ketika Yesus berkata ”kamu adalah garam dunia”, kita harus menyadari bahwa fungsi garam adalah untuk proteksi.
▪ Tetapi jika kita garam sudah kehilangan keasinannya, maka dia menjadi seperti garam, bukan garam lagi (hanya seperti).
▪ Sesungguhnya ketika kita menjadi murid/pengikut Kristus, kita adalah Garam dan Identitas di dalam Kristus adalah sumber rasa asin kita => Kualitas garam yg di maksud disini = standar kualitas kehidupan Kristus (penerapan ajaran Kristus)
▪ Kita hanya perlu berbagi rasa asin kepada dunia sambil menjaga diri sendiri agar tetap asin.


▪ Kegagalan melakukan peranan ini adalah sebuah tragedi yang fatal.
▪ Istilah “menjadi tawar” (mōranthē) secara hurufiah berarti “menjadi bodoh,” karena kata dasar mōrainō memang mengandung arti “menjadi atau menunjukkan diri bodoh” (1 Kor 1:20; Rm 1:22).
▪ Maksudnya adalah sebuah kebodohan apabila sebuah benda disebut garam tetapi benda itu tidak memiliki rasa asin di dalamnya.


▪ Untuk memahami metafora ini, kita harus mempelajari Garam kuno yang lazim di gunakan terutama di dalam budaya orang Yahudi.
~ Orang-orang pada zaman dahulu biasanya mengambil garam dari Laut Mati.
~ Garam tersebut tidak murni, karena tercampur dengan berbagai mineral atau zat lain.
~ Pada saat dilarutkan ke dalam air pada waktu memasak, bagian yang mengandung garam (sodium klorida) umumnya larut terlebih dahulu, sehingga hanya tersisa zat atau mineral lainnya.
~ Jika ini yang terjadi, semua sisa mineral itu sudah tidak berguna lagi.
~ Sisa itu akan dibuang ke tengah jalan dan diinjak-injak orang.

Contoh lain fungsi Garam pada zaman dulu : penghangat, penetral racun, kesuburan ladang/pupuk

▪ Garam yang dipakai disini bukanlah garam dapur (bungkusan) seperti garam kita sekarang (NaCl), melainkan zodium chlorida.
~ Bentuk garam ini adalah seperti gumpalan batu yang berasal dari laut mati dimana kalau garam ini diterpa hujan akan kehilangan keasinannya juga.
~ Jika sudah kehilangan keasinannya, ia tidak dapat dipergunakan lagi kecuali dibuang dan diinjak orang.
~ Apa yang hendak dikatakan Tuhan Yesus adalah tidak ada kata lain, bahwa garam harus mempertahankan esensinya agar ia bisa selalu berbuat sebagaimana fungsi, peran dan hakekatnya.

▪ Ketika garam dilarutkan ke dalam air, garam tersebut tidak akan menyebabkan air berubah warna, tetapi garam tersebut memberi rasa kepada air atau pengaruh (influen).
▪ Bandingkan dengan gincu (pewarna) dimana gincu ini dapat memberi warna pada air tetapi tidak dapat memberi rasa.
▪ Orang Kristen bukan generasi gincu, tetapi generasi garam.
Artinya, apa yang kita lakukan bukan sekedar ritual, simbol, atau fenomena, tetapi menjadi the real Christianity, dimana ada kualitas pasti akan ada dampak yang muncul.



■ TERANG DUNIA (ayat 14)


▪ Metafora yang kedua adalah, ” kamu adalah terang dunia”.

▪ Kita bukan sekedar tinggal di dalam terang.
▪ Kita adalah terang, kata Terang (Yunani: φῶς - PHOS) adalah lambang dari kekudusan.
Dan terang itu mencirikan Tuhan Yesus Kristus, Dia adalah Terang Dunia.
▪ Memang orang yang lahir baru pindah dari gelap ke dalam terang, tetapi orang yang lahir baru yang menjadi murid Tuhan adalah terang itu sendiri (Ef 5:8-9).
▪ Frase ”dahulu kamu adalah kegelapan” adalah kata benda dan ”kamu adalah terang” juga merupakan kata benda.
▪ Artinya, kamu dahulu gelap atau kegelapan itu sendiri, sekarang kamu ada terang atau terang itu sendiri.
▪ Oleh karena itu sangat tepat ketika Tuhan Yesus berkata ”kamu adalah terang dunia”.
▪ Selain untuk menerangi, terang itu seperti kota di atas bukit.
▪ Mau segelap apapun ruangan dan setitik apapun cahaya disitu, pasti semua orang bisa melihat cahaya itu.
▪ Dengan kata lain adalah menjadi pusat perhatian atau pusat perubahan.
▪ Inilah yang digambarkan seperti kota di atas bukit (memang ada gambaran seperti Isarel dimana pada zaman Yeremia, Israel allah nanti menjadi terang dan Yerusalem kota yang berada di atas bukit).
▪ artinya dimanapun kita berada kita akan menjadi pusat perhatian melalui buah-buah kehidupan kita, ketika kita berada di kantor, kita akan menjadi sumber terang yg mengusir kejahatan yang artinya kita hadir di kantor, di gereja, atau dimanapun, kita akan menjadi pusat perhatian.
▪ Oleh karena itulah Yesus mengatakan bagai kota di atas bukit dimana semua orang bisa melihatnya dan tidak bisa tidak, cahayanya pun akan sampai dimana-mana dan melakukan pembaharuan.



■ Dikatakan pda ayat 15, ” Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.

▪ Maksud ayat ini adalah dimanapun kita berada kita harus menyatakan jati diri kita.
▪ Sesungguhnya ketika kita berani menyatakan siapa kita, hal tersebut sekaligus cara Tuhan bagi kita untuk memproteksi kita dari dosa (sbg sarana menyangkal diri shg kita berhati" dlm menjalani hidup ini)
▪ Sering kali dlm dunia usaha orang menyuruh kita melakukan kejahatan atau berkompromi karena mereka tidak tahu ’warna’/jati diri kita, dlm hal ini pun kita harus menyatakan jati diri kita.
▪ Bukan hanya slogan tetapi kita harus menyatakan jati diri kita yang tidak mau kompromi dengan dosa.
▪ Bukan menyatakan diri dengan melakukan atribut atau hiasan" kekristenan kita seperti dengan bersaat teduh dikantor agar dilihat orang, bukan dengan menunjukkan bahwa kita rajin ke gereja, walaupun hal tsb penting, tetapi kita harus menyatakanlah jati diri kita dengan menunjukkan bahwa kita tidak mau kompromi dengan dosa.
▪ Dengan demikian, rekan kerja atau pimpinan kita tidak akan berani memerintahkan kita lagi untuk melakukan sesuatu yang salah.
▪ Inilah yang dimaksudkan terang itu dimunculkan.


▪ Kebaikan dan kebenaran bagaikan terang yang harus dimunculkan.
▪ Jika disembunyikan, sampai kapanpun kita tidak akan pernah berubah untuk melakukan pembaharuan bahkan kita sebaliknya dapat berubah menjadi kegelapan.

▪ Justru jika orang tahu warna kita, orang tidak akan berani bermain-main dengan kita.
▪ Dengan kata lain, malah orang-orang di kantor berkata :”tidak akan mau dia itu. Apapun yang kalian katakan, dia akan memilih dipecat dari pada melakukan hal tersebut.”
▪ Hal ini menunjukkan bahwa kita punya warna.


▪ Peranan ini tidak sulit untuk dilakukan apabila kita hidup seturut identitas kita di dalam Kristus. ▪ Kita diibaratkan sebuah kota yang ada di puncak bukit (ayat 14). Kota ini dipenuhi oleh pelita di malam hari. Dengan posisi seperti ini tidak mungkin kota tersebut tidak terlihat oleh yang lain.

▪ Hanya kebodohan yang membuat kota itu tidak terlihat, yaitu apabila orang menyalakan pelita, tetapi lantas menutupi pelita itu dengan gantang (ayat 15).
▪ Gantang (modios) adalah sejenis tempayan untuk mengukur biji-bijian. Satu gantang rata-rata setara dengan 8,75 liter.
Jika ini yang terjadi, rumah tetap dalam keadaan gelap. Jika tiap rumah seperti ini, kota yang di puncak bukit pun akan tidak terlihat. Dengan kata lain, hanya kebodohan kita sendiri yang membuat dunia tidak dapat melihat terang dalam kehidupan kita.
=> Terang hidup kita, kita tutupi dengan hidup dalam dosa



PENJELASAN TUHAN MEMAKAI GARAM DAN TERANG

▪ Bila kita perhatikan garam dan terang, seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Itulah sebabnya fungsi proteksi (sebagai garam) dan fungsi penetrasi (sebagai terang) harus terjadi secara simultan, dan tidak bisa dipilah-pilah.
▪ Ketika melakukan proteksi (pencegahan) pada saat yang sama kita juga melakukan penetrasi (perbaikan/pembaharuan).

▪ Jadi sesungguhnya yang menjadi tujuan hidup utama kita di muka bumi ini adalah kehadiran kita sebagai proteksi dan penetrasi.

▪ Apa yang mau dikatakan disini adalah bahwa garam dan terang hanya dapat berfungsi jika mereka mau berkorban.
▪ Ingat, lilin tidak akan pernah berfungsi jika lilin tersebut tidak hancur/mrleleh ~> kerelaan
▪ Garam juga tidak akan pernah berfungsi jika garam tersebut tidak dilarutkan.

▪ Oleh sebab itu tidak ada cara lain selain kita harus rela menjadi dan hancur sebagai garam dan terang.



■ Hal ini diakhiri Tuhan Yesus pada ayat 16 :
” Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."

Kata "memuliakan" (yun) doxazo = memuliakan, memuji, menghormati, percaya

▪ Inilah cara mereka untuk memuliakan Bapa di Sorga melalui karya perbuatan baik kita.

▪ Sering kali kita berpikir kita memuliakan Allah ketika kita menyembah dia melalui pujian.
▪ Hal ini penting, tetapi bukan cara memuliakan Tuhan yang seperti itu yg terpenting.
▪ Justru yang tdk kalah pentingnya juga adalah karya kita, kerelaan kita berkorban dg sukacita memberi yang terbaik sebagai garam dan terang.

▪ Jadi apabila kita menunjukkan terang itu, yaitu melalui perbuatan baik kita, Bapa di surga akan dipermuliakan (ayat 16), bukan dipermalukan.
▪ Orang akan tahu bahwa kita adalah anak-anak Allah (5:9).
▪ Orang akan dibawa untuk datang kepada Bapa, karena keberadaan Bapa terlihat jelas melalui kesalehan hidup kita, atau dengan kata lain perbuatan baik kita dapat menjadi jembatan bagi orang lain untuk datang kepada Allah (1 Pet 2:11-12; 3:1-2).
▪ Maknanya dengan orang lain menikmati karya hidup kita, dan disitulah Bapa dimuliakan.
Tuhan Yesus Memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar