MENGUTAMAKAN ORANG LAIN
Oleh : Pdt. Erwan Musa
■ Filipi 2:1-11 :
2:1 Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan,
2:2 karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,
2:3 dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;
2:4 dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
2:9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,
2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
2:11 dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!
● Hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. (ayat 3-4)
▪ Contoh sederhana dan sangat klasik dari sekian banyak contoh lainnya di mana kita menemukan banyak orang yang hidupnya tidak mengutamakan sesamanya terlebih dahulu :
Ketika naik atau mau turun dari bus, duduk di angkot, dipesawat, lift dll
● Rasul Paulus mengingatkan kita untuk belajar mengutamakan orang lain sama seperti Yesus yang tidak mengutamakan diri-Nya sendiri (ayat 3-8).
▪ Coba kita bayangkan, apabila Yesus sewaktu berada di dunia tidak mau mengutamakan umatNya, tentu kita tidak bisa menerima keselamatan yang Ia berikan kepada semua orang percaya.
▪ Yesus sendiri telah memberikan teladan hidup kepada kita bagaimana Dia hidup selalu mengutamakan kepentingan umat manusia, maka sudah sepatutnya kita juga harus mau belajar hidup mengutamakan orang lain di atas kepentingan kita.
▪ Sebenarnya dengan mengutamakan orang lain akan membuat hidup kita menjadi lebih berarti. ▪ Tentu saja pada akhirnya nama Tuhanlah yang akan dimuliakan dari semua hal yang kita lakukan untuk orang lain.
▪ Untuk itu, jika saat ini kita masih sering tidak peduli pada kepentingan orang lain, masih mengabaikan perasaan orang lain, tidak suka menolong orang lain maka kita harus belajar mengutamakan orang lain dari hal-hal sederhana, karena terkadang kemuliaan Tuhan yang besar dapat muncul dari sikap kecil kita yang mengutamakan orang lain.
~ Contoh : Mengutamakan dalam hal mendoakan pergumulan orang lain, sekalipun kita sedang
bergumul untuk hal yang sama mungkin atau hal-hal lainnya
▪ Wiliam Ward, penulis berbagai artikel dan puisi, pernah berkata, “Ada tiga kunci menuju kehidupan yang lebih berlimpah :
~ memperhatikan orang lain,
~ memberi dorongan kepada orang lain,
~ dan berbagi dengan orang lain.
” Jika kita perhatikan ketiga hal tersebut diatas semuanya melibatkan orang lain.
Apa yang dikatakan Ward adalah gaya hidup yang seharusnya dimiliki oleh orang Kristen, yaitu : mengutamakan orang lain dan membuat mereka memiliki keadaan yang lebih baik setelah bertemu dengan kita.
● 1 Korintus 10:24 :
Jangan seorang pun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain.
● Sikap yang sejati dalam mendahulukan orang lain yang Tuhan Yesus lakukan (2 Korintus 8:9), Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.
● Alkitab berkata bahwa orang yang mementingkan dirinya sendiri akan kehilangan apa yang dipertahankan :
Matius 16: 25 : Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
● "Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat." Yakobus 3:16
▪ Salah satu faktor penyebab terjadinya perpecahan dalam kehidupan keluarga, jemaat, persekutuan, pelayanan dan bermasyarakat adalah sikap mementingkan diri sendiri.
▪ Mementingkan diri sendiri disebut pula selfish atau juga egois, yang dalam kamus 'Webster' didefinisikan: memerhatikan diri sendiri secara tidak pantas atau secara berlebih-lebihan, mendahulukan kenyamanan dan keuntungan diri sendiri tanpa memperhatikan, atau dengan mengorbankan kenyamanan dan keuntungan orang lain.
▪ Ketika seseorang mementingkan diri sendiri ia akan menjadikan dirinya sebagai pusat dan tidak lagi mempedulikan kepentingan dan perasaan orang lain.
▪ Inilah yang menjadi sumber dari banyak kekacauan dan kejahatan (ayat nas).
▪ Mengapa?
Karena orang yang mementingkan diri sendiri pasti sulit menjalin kerjasama dengan orang lain sebagai anggota tim di dalam menyelesaikan sebuah tugas;
▪ Orang yang mementingkan diri sendiri juga cenderung mudah marah, tersinggung serta tidak bisa menguasai diri.
▪ Sebagai orang percaya kita harus membuang jauh sifat mementingkan diri sendiri agar kita tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain.
▪ Seorang percaya atau pelayan Tuhan sudah pasti dan seharusnya mengutamakan orang lain.
▪ Yesus Kristus dalam hidup-Nya memiliki filosofi: “sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Mat. 20:28).
▪ Seorang pemimpin yang melakukan apa yang Yesus lakukan, tidak akan berpikir mengenai kebutuhan diri sendiri; mereka hanya berpikir bahwa diri mereka senantiasa kurang bagi sesamanya.
▪ Memimpin seperti Yesus menuntut sikap rendah hati untuk menerima siapapun yang dibebankan kepada-Nya (Mat. 11:28).
▪ Kristus telah memberikan contoh kerendahan hati yang paling sempurna ketika Ia disalibkan.
▪ Kerendahan hati (humility) seperti yang ditampilkan Yesus ini merupakan kerendahan hati yang paling ekstrem yang telah dibuat Yesus semasa hidup-Nya.
▪ Semua itu dilakukan demi untuk kepentingan orang lain.
▪ Hal inilah yang benar-benar dikatakan dalam naskah Yunani, yaitu mengesampingkan kemuliaan, artinya bahwa Ia memiliki kemuliaan tetapi menanggalkannya (Yoh. 17:4), yaitu: kedudukan sebagai Anak Allah (Yoh. 5:30; Ibr. 5:8), kekayaan yang tak terbatas (2Kor. 8:9), segala hak surgawi sebagai Yang Mahatinggi (Luk. 22:27; Mat. 20:28), dan penggunaan sifat-sifat Ilahi-Nya (Yoh. 5:19; 8:28; Yoh. 14:10).
▪ “Pengosongan diri-Nya” ini tidak sekadar berarti secara sukarela menahan diri untuk menggunakan kemampuan dan hak istimewa Ilahi-Nya, tetapi juga dengan sangat rela menerima penderitaan, kesalahpahaman, perlakuan buruk, kebencian, dan kematian keji yang dianggap kutuk di kayu salib.
▪ Pemahaman tentang kenyataan sikap rendah hati yang ditampilkan Yesus, secara esensial dapat terus ditelaah melalui penggalian secara mendalam teks Filipi pasal 2 ini.
▪ Seorang yang mengutamakan orang lain, pasti akan terus berusaha bagaimana hidupnya menjadi berkat bagi sesama.
▪ Ia tidak mempersoalkan apakah perbuatannya tersebut dilihat orang atau tidak.
▪ Baginya, kedudukan bukanlah sesuatu yang penting, sebab baginya yang penting adalah kehadirannya berarti bagi semua orang.
▪ Pelayan Tuhan seperti ini, melibatkan orang lain dalam pekerjaan Tuhan dan rela mengalah demi kepentingan pekerjaan Tuhan.
▪ Ia juga tidak akan bersikap diskriminatif dan nepotisme dalam pelayanan.
▪ Jabatan pelayan Tuhan tidak akan dipertahankan hanya karena ambisi untuk menyerahkan kekuasaan gerejani kepada keluarga sendiri.
● Dalam Filipi 2:7 tertulis: melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
▪ Kata penting dalam teks ini untuk menunjukkan esensi pelayanan Yesus Kristus adalah etapeinosen (εταπεινωσεν).
▪ Kata etapeinosen adalah kata kerja yang memiliki beberapa pengertian, antara lain to depress, to humiliate (in condition or heart), abase, to bring low, humble (self).
▪ Kata tapeino (ταπεινω) dalam Filipi 2:7 hendak menunjukkan kesediaan-Nya merendahkan diri dengan kerelaan.
▪ Hal ini ditegaskan dengan kata heauton (εαυτον), yang juga ada dalam ayat itu yang diterjemahkan “himself”.
▪ Perendahan diri yang dilakukan Tuhan Yesus adalah perendahan diri yang dilakukan dengan sengaja, sadar dan penuh kerelaan.
▪ Hal ini memberi indikasi yang jelas bahwa kesediaan-Nya merendahkan diri bukanlah sekadar kewajiban, tetapi kebutuhan.
▪ Dan semua ini terjadi karena kasih-Nya yang besar kepada manusia.
▪ Dari tindakan pengosongan diri ini, ditunjukkan bahwa semua orang berharga di mata-Nya.
▪ Perendahan diri Yesus merupakan pintu terbuka, bahwa Ia menyambut setiap orang yang datang kepada-Nya.
▪ Hal ini berarti bahwa Yesus menghargai setiap individu dan tidak meremehkan orang lain.
▪ Dengan demikian kerendahan hati berarti menyadari dan menekankan pentingnya orang lain.
▪ Hal ini bukan berarti merendahkan diri sendiri. Kerendahan hati juga mengangkat orang lain menjadi lebih penting dari diri sendiri.
▪ Harus diakui bahwa setiap orang memiliki kelebihan.
▪ Hal ini terbukti dalam prestasi pelayanan (jumlah jemaat, asset gereja, karunia yang menyertai dan lain-lain) dan menghargai orang lain yang tidak lebih unggul dari diri-Nya.
▪ Seorang pelayan Tuhan harus memiliki kerendahan hati seperti Tuhan Yesus.
● Jadi hanya dengan cara membangun hidup yang sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus dan belajar membangun hubungan yang dekat, mendalam, dan terus-menerus dengan Tuhan, maka kita pasti akan memiliki sikap dan gaya hidup mengutama atau mementingkan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar