Jumat, 26 April 2024

MELAKUKAN AMANAT AGUNG TUHAN YESUS DENGAN OTORITASNYA -- Matius 28:16-20 (eksposisi)

MELAKUKAN AMANAT AGUNG TUHAN YESUS DENGAN OTORITASNYA -- Matius 28:16-20 (eksposisi)


~> Memahami dg benar makna kelahiran, kematian dan kebangkitan Yesus, merupakan esensi dlm kekristenan atau dasar pokok iman setiap org percaya.
~> Itulah sesungguhnya gospel/kabar baik yaitu injil keselamatan yg harus kita kabarkan.
~> Ada pelajaran penting yg terjadi paska kebangkitan Yesus

Matius 28:16-20 (TB)
16. Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka.
17. Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu.
18. Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.
19. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
20. dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

PENDAHULUAN

▪ Prinsip di balik nas Matius 28:16-20, merupakan perintah bagi orang percaya untuk secara aktif bersaksi kepada orang-orang yang tidak percaya.
▪ Konteks Injil Matius ditempatkan di bagian pertama Perjanjian Baru karena kitab ini menjembatani Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
▪ Hampir 400 tahun rentang waktu antara Kitab Maleakhi dan Injil Matius.
▪ Namun, kedua buku ini terikat dengan adanya kebenaran yang indah seolah-olah Injil Matius merupakan kelanjutan Kitab Maleakhi.
▪ Kitab Maleakhi menjanjikan datangnya “Malaikat Perjanjian” (Mal. 3:1) dan “Utusan-Nya, yang mempersiapkan jalan” dan Injil Matius menampilkan Tuhan Yesus Kristus dan yang mempersiapkan jalan bagi-Nya, Yohanes Pembaptis.
▪ Injil Matius menjadi pembuka dari Nubuat Perjanjian Lama menjadi Penggenapan Perjanjian Baru, dari Hukum Taurat menjadi Anugerah, dari Musa kepada Kristus.

ISI TEKS

▪ Teks dalam perikop ini merupakan kelanjutan dari kisah kebangkitan Tuhan Yesus, dimana pada bagian akhir kisah kebangkitanNya ada semacam kesimpang siuran informasi di tengah-tengah masyarakat tentang kebangkitan Kristus, termasuk di tengah-tengah para murid selain yang telah berjumpa dengan Yesus.
▪ Satu sisi ada berita tentang kebangkitan-Nya yang dibuktikan dengan kubur yang kosong (Mat. 28:1-10), namun pada sisi lain mahkamah agama Yahudi menyebarkan suatu berita yang menyatakan Kristus tidak bangkit, Dia telah dicuri oleh murid-murid-Nya pada malam hari (Mat. 28:11-15).
▪ Tentu kita lebih percaya pada berita kebangkitan Kristus sebagai sesuatu yang telah terjadi, sedangkan berita dari mahkamah agama tersebut adalah bohong atau palsu.

(1)  Yesus meyakinkan para murid akan kuasa-Nya (ay. 16-18)

▪ Sesuai dengan perintah Malaikat dan Yesus, agar murid-murid menyusul Yesus ke Bukit Zaitun yang di Galilea (Mat.28:7 ; 10, dan sampailah mereka di Galilea (ay.16)
▪ Ketika mereka melihat Yesus, keragu-raguan beberapa orang terhadap Yesus sangat dimaklumi (ay. 17), sebab berita palsu yang disebarluaskan oleh mahkamah agama sangat menggoncang iman, bahkan diikuti dengan ancaman para penguasa Yahudi dan Romawi.
▪ Yesus tahu persis situasi ini, sehingga Dia perlu meyakinkan murid-murid-Nya akan kuasa yang dimiliki-Nya (ay. 18); dengan demikian menghapus berita tentang kebangkitan-Nya (yang penuh kuasa) adalah benar adanya, dan tidak perlu diragukan lagi.
▪ Yesus tidak menolak dan mempertanyakan keraguan mereka, Yesus memilih untuk lebih mendekatkan diri kepada mereka agar mereka melihat Yesus secara pribadi dari dekat.
▪ Keraguan manusia tidak boleh menjadi penghalang bagi misi pengutusan.
▪ Oleh karena itu sebelum Amanat Agung diberikan, Yesus terlebih dahulu membereskan keraguan para murid.
▪ Yesus menyatakan dan menegaskan otoritas dan kuasa yang dimilikiNya, IA memiliki otoritas penuh atas segala sesuatu yang ada di sorga dan di bumi.

▪ Ay.18 : Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.

▪ Kata "Kuasa" disini menggunakan kata yunani ἐξουσία ; exousia, pelafalan : ex-oo-see'-ah ; bermakna : hak istimewa, kekuatan, kapasitas, kompetensi, kebebasan, atau penguasaan, pengaruh yang didelegasikan

▪ Kata "telah diberikan" (kata kerja) Ἐδόθη (Edothē) dari kata : δίδωμι ; didómi, pelafalan : did'-o-mee ; yang bermakna memberi, mengaruniakan, menyerahkan

▪ Ayat 18, merupakan alasan pemuridan.
▪ Selain menjadi respons terhadap tindakan murid-murid di bagian sebelumnya, ayat 18 sekaligus menjadi pengantar bagi Amanat Agung di ayat 19-20.
▪ Fungsi ini sering diabaikan oleh banyak orang, padahal ini adalah alasan orang percaya melaksanakan Amanat Agung

▪ Kata sambung "KARENA ITU", menyiratkan bahwa apa yang diperintahkan di ayat 19-20 dilandaskan pada ayat 18.
▪ Dengan kata lain, Amanat Agung merupakan konsekuensi dari kebenaran di ayat 18.

▪ Pada saat Tuhan Yesus menunjukkan bahwa Dia memiliki segala otoritas di sorga dan di bumi (20:18) dan bahwa segala bangsa harus menjadi murid (20:19-20), Dia sedang mengungkapkan diri-Nya sebagai Anak Manusia yang menggenapi nubuat kitab suci di Daniel 7:13-14.
▪ Di sana dikatakan bahwa seorang seperti anak manusia akan diberi segala kuasa dan otoritas oleh Yang lanjut Usia.
▪ Segala bangsa dan bahasa akan menyembah kepada Sang Anak Manusia dengan dua otoritas yaitu Otoritas Kosmik dan Devosi/kesalehan dan ketaatan semua bangsa kepada Anak Manusia.
▪ Dua ide ini juga muncul secara dominan di Matius 28:18-20.

Catatan :
Otoritas Kosmik : Otoritas yang berada di luar otoritas manusia, yang berada di luar dunia fana ini.
• Yesus memiliki kekuatan yang meluas hingga ke alam semesta.
• mempunyai kuasa atas semua kekuatan jahat yang ada di alam semesta.
• Hal ini penting jika Dia ingin menyelamatkan orang-orang berdosa dari perbudakan kuasa jahat

▪ Jika Amanat Agung – yang intinya terletak pada pemuridan – merupakan perintah dari Pribadi yang memegang segala kuasa di bumi dan di sorga, Amanat Agung merupakan perintah yang harus dilakukan, bukan sekadar program atau pilihan dalam sebuah gereja.
▪ Setiap orang Kristen patut melibatkan diri ke dalam pemuridan.
▪ Semua orang Kristen seharusnya terus-menerus berada dalam proses dimuridkan dan memuridkan.

~> Catatan :
▪ Tuhan berjanji kepada orang percaya akan wewenang dan kuasa untuk memberitakan Injil di seluruh dunia (ayat Mat 28:19-20).
▪ Namun pada awalnya, mereka harus menaati perintah Yesus untuk menantikan janji Bapa yaitu kuasa Roh Kudus pada hari Pentakosta.
▪ Kita tidak dapat berharap bahwa kuasa yang dijanjikan dalam Kis 1:8 akan menyertai kepergian kita kepada semua bangsa dengan Injil bila kita tidak mengikuti pola Kis 1:4 (lih. Luk 24:47-49; Kis 1:8; 2:4).

(2)  Yesus mengutus pada murid (ay. 19-20a)

▪ Setelah meyakinkan murid-murid akan kuasa-Nya, Yesus kemudian mengutus mereka untuk memberitakan kebenaran Injil itu kepada semua bangsa dan bahkan meminta mereka untuk membaptis semua bangsa dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus (ay. 19-20a).

▪ Kata kerja utama dalam bagian ini adalah “muridkan”.
▪ Ini adalah satu-satunya kata kerja dalam bentuk imperatif/perintah.
▪ Yang lain (pergi, baptis, dan ajar) berbentuk partisip (kata kerja)
▪ Struktur kalimat seperti ini menyiratkan bahwa Amanat Agung terutama adalah tentang pemuridan.
▪ Jadi, adalah sebuah kesalahpahaman umum jika kita lebih mengidentikkan Amanat Agung dengan penginjilan daripada pemuridan.
▪ Penginjilan justru merupakan bagian dari proses pemuridan.

▪ Walaupun kata kerja “pergilah” (poreuthentes) berbentuk partisip, mengekspresikan makna imperatif (perintah)
▪ Memang sebuah partisip bisa mengandung makna seperti ini jika konteks memberikan petunjuk yang jelas ke arah sana.
▪ Jika kita menerima makna imperatif dalam kata poreuthentes Amanat Agung berisi dua perintah (pergi dan muridkan) dan dua penjelasan (baptis dan ajar).

▪ Kata “pergilah” merujuk pada sebuah tindakan yang aktif.
▪ Kita tidak diperintahkan untuk menunggu.
▪ Kita tidak boleh sekadar mengamati dan menanti kesempatan.
▪ Setiap kita harus mengambil inisiatif.

▪ Salah satu kesalahan umum dalam upaya gereja untuk menumbuhkan pemuridan adalah terlalu pasif menunggu orang lain mengungkapkan kebutuhan mereka terhadap sebuah komunitas pemuridan.
▪ Gereja terus-menerus melihat keadaan.
▪ Pemuridan disampaikan hanya sebagai sebuah masukan atau ajakan.
▪ Ini tidak sesuai dengan Amanat Agung.
▪ Pemuridan adalah perintah.
▪ Para pemimpin gereja harus segera memulai dan aktif menjangkau, sementara para jemaat aktif menggabungkan diri dalam komunitas pemuridan.

▪ Pemuridan dilakukan melalui dua cara: membaptis (baptizontes) dan mengajar (didaskontes).
▪ Yang dipentingkan di sini juga bukan baptisan, melainkan pemberitaan Injil (bdk. 1Kor. 1:17).
▪ Baptisan dimunculkan di sini lebih sebagai respons positif terhadap pemberitaan Injil, bukan pelaksanaan sakramennya.

▪ Penerimaan Injil hanyalah satu langkah.
▪ Walaupun setiap pertobatan membawa sukacita di sorga (Luk. 15:7, 10), kita tidak boleh berhenti di sana.
▪ Keselamatan bukanlah titik tujuan, melainkan jembatan menuju pemuridan.
▪ Tujuan kita bukan sekadar menikmati keselamatan, tetapi menghidupi keselamatan.
▪ Cara terbaik untuk menghidupinya adalah dengan membagikan kebenaran dan kehidupan kepada sebanyak mungkin orang.

▪ Tuhan Yesus memerintahkan murid-murid untuk mengajarkan segala sesuatu yang mereka telah terima dari Dia.
▪ Pengajaran dalam konteks ini bukan hanya secara intelektual, karena tujuan dari pengajaran adalah “untuk melakukan”.
Terjemahan hurufiah dari kata ini adalah “menjaga” atau “memelihara” tetapi dalam kaitan dengan firman Allah kata ini memang sering mengandung arti “melakukan” atau “menaati” (NIV/NLT).

▪ Jika kita diperintahkan untuk mengajar orang lain melakukan firman Tuhan, kita terlebih dahulu harus memahami dan melakukan firman tersebut.
▪ Pemuridan hanya bisa dilakukan oleh seorang murid Tuhan.
▪ Kita tidak mungkin memberi apa yang kita sendiri tidak miliki.
▪ Kalau seseorang memiliki pemahaman dan ketaatan terhadap firman Tuhan, kemampuan verbal untuk menyampaikan menjadi nomor sekian dalam pemuridan.
▪ Yang penting adalah kejelasan, bukan kefasihan.
▪ Yang dibutuhkan adalah seorang pengajar yang menjadi teladan, bukan pembicara publik yang handal.

~> Jadi, Kata “pergilah” mengandung perintah dan pengutusan, pergi berarti bergerak aktif, tidak pasif atau diam di tempat.
▪ Teks ini juga sekaligus memberi penegasan akan universalitas berita Injil Kristus, yaitu kepada semua bangsa, bukan hanya kepada bangsa Israel/Yahudi (sebagaimana selama ini dipahami oleh bangsa Israel/Yahudi).
▪ Teks ini mendorong para murid untuk membuka hati, membuka diri terhadap mereka yang selama ini dianggap tidak masuk dalam “wilayah” pemberitaan akan kasih karunia Tuhan.
▪ Teks ini meyakinkan para murid untuk tidak ragu-ragu menjangkau mereka yang selama ini tidak terjangkau, sehingga mereka pun beroleh kebenaran dan keselamatan di dalam Kristus Yesus.

▪ Tujuannya adalah untuk menjadikan semua bangsa menjadi Murid Yesus.
▪ Menjadi Murid berarti mengakui dan mengimani Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, ketaatan untuk mengikut dan melakukan perintahNya, memiliki karakter Yesus Kristus yaitu karakter yang senantiasa mengasihi, setia dan taat meskipun harus menderita dan di tolak.

~> Membaptis mereka dalam Nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus (Baptis = baptizo = membasuh dengan tujuan menyucikan).
~> Setelah percaya dan menerima Yesus menjadi Tuhan dan Juruselamatnya, orang tsb akan masuk dalam fase baru yaitu baptisan.
▪ Baptisan adalah ikrar/simbol kepercayaan/Judicia kpd Kristus (sakramen baptisan)

~> Ajarlah, artinya mengajar orang yg telah dibaptis tsb, melakukan segala yang telah diperintahkan oleh Yesus.
▪ Para murid bukan hanya memiliki tugas untuk memberitakan Injil kepada semua bangsa tetapi juga meneladani iman dan ketaatan akan Kristus itu kepada semua orang yang diajar.

(3)  Yesus menjanjikan penyertaan-Nya (ay. 20b)

▪ Mengutus seseorang untuk suatu pekerjaan yang sangat berisiko tentu harus disertai dengan suatu jaminan bahwa yang bersangkutan pasti dilindungi oleh pemilik pekerjaan itu sendiri.
▪ Itulah yang dilakukan oleh Yesus ketika mengutus murid-murid-Nya memberitakan berita tentang Kristus yang bangkit dan penuh kuasa.
▪ Yesus menjanjikan perlindungan kepada mereka dengan perkataan: “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (ay. 20b).
▪ Artinya, yaitu bahwa Yesus sendiri pasti menyertai murid-murid-Nya; menyertai dalam teks ini berarti Yesus selalu bersama-sama dengan setiap orang yang memberitakan berita kebenaran tentang diri-Nya, Dia pasti melindungi, Dia pasti memberikan pertolongan dan penghiburan atas mereka, Dia pasti memampukan mereka melaksanakan tugas pemberitaan kebenaran tsb.
▪ Yesus terus meyakinkan kita semua bahwa kita tidak sekadar yakin akan kebenaran tentang Kristus, tetapi sungguh-sungguh yakin juga akan kebenaran yang kita teruskan atau beritakan itu kepada semua bangsa.

■ APLIKASI

▪ Menjadi orang percaya tidak sekadar mengaku bahwa kita percaya kepada Yesus sebagai Tuhan yang telah bangkit dan hidup.
▪ Menjadi orang percaya pada Kristus berarti yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa kuasa yang sesungguhnya hanya ada di dalam Yesus yang kita percayai.
▪ Memang, kadang kala kita “ragu" meyakininya, apalagi kalau sepertinya Tuhan tidak berpihak pada kita, namun sikap “ragu-ragu” itu harus menggiring kita pada pencarian dan penerimaan kebenaran bahwa Kristuslah yang berkuasa atas hidup kita.
▪ Kita harus percaya sekalipun begitu banyak tantangan hidup yang harus kita jalani (khususnya dalam memberitakan kebenaran Firman Tuhan), Allah tidak akan meninggalkan kita, IA akan senantiasa menyertai, memelihara dan memperlengkapi anak-anakNya.

▪ Sebagai orang yang percaya pada kuasa Kristus memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memberitakan kebenaran Kristus, bahkan kepada semua bangsa.
▪ Artinya, kita harus menyaksikan Kristus kepada siapa pun, di tempat mana pun, dan di setiap saat.
▪ Kita tidak harus membuka Alkitab setiap bertemu dengan setiap orang, sebab yang jauh lebih berpengaruh adalah kesaksian hidup kita terhadap sesama, baik mereka yang selama ini dekat dengan kita, maupun mereka yang “jauh” dari “jangkauan pertemanan” kita masing-masing.
▪ Maka, aneh rasanya kalau ada orang tampil atau mengaku sebagai anak-anak Tuhan ketika berada di dalam gereja, namun tampil sebagai “anak-anak yang tidak jelas” ketika “keluyuran”

▪ Orang yang telah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, berarti yakin akan penyertaan dan pemeliharaan Tuhan dalam hidupnya.
▪ Penyertaan Tuhan ini memampukan kita untuk tidak ragu-ragu menjalani kehidupan kita dalam kebenaran Kristus, sekaligus menyadarkan kita bahwa Kristus selalu mengamati setiap gerak langkah kita di mana saja dan kapan saja.
▪ Kesadaran ini akan menolong kita pada satu sisi untuk tidak ragu-ragu melangkah dalam kebenaran, sekaligus bersikap hati-hati dalam menjalani kehidupan ini, sebab Kristus menyertai dan “mengawasi” perjalanan kita [senantiasa hidup dalam kebenaran dan kekudusan].

▪ Misi Gereja adalah misi untuk “pergi” ke seluruh dunia, bukan sibuk mengurus diri sendiri.
▪ Misi gereja bukan hanya misi ke dalam tetapi juga misi keluar untuk berperan dan berfungsi sebagai garam dan terang dunia.
▪ Oleh karena itulah gereja harus melaksanakan misi amanat agung ini melalui pendekatan dalam bidang keimanan, sosial, ekonomi, pendidikan, kemanusiaan, dengan KUASA KRISTUS YANG POWER FULL.
▪ Dan kita semua adalah pengemban Amanat Agung Tuhan Yesus.

ErwanMusa : ☎️ 082157116469


Rabu, 17 April 2024

MDK (Materi Dasar Kekristenan) 1 ; BAB 6 : KEHENDAK BEBAS YANG TERBATAS DAN BERTANGGUNG JAWAB

 


MDK (Materi Dasar Kekristenan) 1

BAB 6 : KEHENDAK BEBAS YANG TERBATAS DAN BERTANGGUNG JAWAB


Kehendak bebas (Latin: liberum arbitrium) artinya manusia dapat memilih taat kepada Allah atau memberontak kepada-Nya.
Dengan demikian kehendak bebas berarti manusia menentukan nasib dan keadaan dirinya sendiri.

Yosua 24:15 : .............................................................................................................................

......................................................................................................................................................

.......................................................................................................................................................

........................................................................................................................................................


Kehendak adalah dorongan dalam diri manusia untuk meraih atau mengharapkan sesuatu.
Dengan kehendak ini, manusia bisa menciptakan berbagai cita-cita dan harapan yang ditujukan kepada sesuatu atau seseorang.
Inilah keistimewaan manusia yang melebihi dari semua ciptaan Allah yang lain.
Sebagaimana Allah yang adalah gambarnya memiliki kehendak, demikian pula manusia diciptakan dengan keberadaan yang sama.
Dengan keberadaan sebagai mahkluk yang memiliki kehendak atau keinginan—baik malaikat maupun manusia—berarti bertanggung jawab menentukan nasibnya.

Selain itu, dalam relasinya dengan Tuhan, manusia harus bisa menempatkan dirinya dengan benar di hadapan Tuhan dan menempatkan Tuhan secara pantas, yaitu sebagai Tuan atas umat tebusan-Nya.
Ini adalah sesuatu yang sangat luar biasa.
Suatu kehormatan yang tiada tara kalau manusia diberi kebebasan untuk menempatkan diri di hadapan Tuhan dengan benar, dan hal ini harus dilakukan dengan kerelaan, bukan dengan paksaan.
Hal ini menunjukkan bahwa dirinya memilih Tuhan; yaitu mengasihi, menghormati, dan dengan segenap hidup mengabdi kepada-Nya.
Dengan hal ini, manusia digolongkan sebagai makhluk ilahi atau makhluk rohani.
Tidaklah heran kalau manusia disebut sebagai anak-anak Allah.
Tentu sebutan ini bukan sekedar sebutan.
Di balik sebutan ini terdapat fakta bahwa keberadaan manusia sangat luar biasa.
Manusia diciptakan menurut rupa dan gambar Allah.
Manusia sebagai anak-anak Allah, dilengkapi dengan berbagai elemen/komponen yang juga ada di dalam diri Allah, sehingga manusia dapat mengambil keputusan dengan tepat, bijaksana seperti Allah sendiri.

Kejadian 2:26 : .................................................................................................................................

...........................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................


Catatan :
Hanya makhluk manusia yang diberi Tuhan komponen seperti yang Allah sendiri miliki, yaitu pikiran dan perasaan.
Dari pikiran dan perasaan ini, manusia dapat menciptakan, memproduksi, membuahkan kehendak atau keinginan.
Hewan hanya didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan fisik jasmani guna mempertahankan hidup.
Ini yang luar biasa, bahwa manusia memiliki kehendak yang bukan saja untuk memenuhi kebutuhan fisik atau kebutuhan jasmani saja, tetapi lebih dari itu.
Manusia bisa mengeksplorasi semua yang Allah ciptakan guna meningkatkan kesejahteraan hidupnya, meningkatkan kualitas hidup secara fisik.

Dalam kehendak bebasnya, manusia dapat memilih untuk taat kepada Allah atau memberontak kepada-Nya.
Berbicara mengenai mengasihi atau menghormati Allah, ini adalah bagian terdalam dari diri manusia, yaitu di dalam hati dan perasaannya.
Tentu saja ini adalah bagian atau wilayah manusia yang tidak diintervensi oleh siapa pun, bahkan oleh Allah sendiri.
Kalau Allah berintervensi di dalamnya, manusia secara total atau mutlak menjadi boneka yang kehilangan integritas dan personalitinya (kepribadian), sebab memang tidak membutuhkan integritas dan personaliti lagi.

Sejatinya, kehendak bebas bisa didefinisikan sebagai konsep yang menyatakan bahwa keadaan perilaku manusia tidak mutlak ditentukan oleh kausalitas di luar dirinya, tetapi merupakan akibat atau hasil dari keputusan dan pilihan yang dibuat melalui sebuah aksi dan reaksi dari diri sendiri. Keputusan dan pilihan tersebut ditentukan oleh komponen dalam diri manusia, yaitu pikiran dan perasaannya.
Dari pikiran dan perasaan ini, seseorang memiliki kemampuan mempertimbangkan sesuatu.
Dari hasil pertimbangannya tersebut, seseorang dapat mengambil keputusan atau memilih.

Pilihan dan keputusan yang dapat dilakukan manusia seperti di atas ini tidak ditentukan oleh penyebab di luar dirinya, namun ditentukan oleh motif dari diri sendiri, yaitu hasil dari pertimbangan nalar atau rasio yang dimilikinya.
Adapun kemampuan manusia mempertimbangkan sesuatu yang menghasilkan sebuah keputusan dan pilihan, tergantung kemampuan berpikirannya.
Adapun kemampuan berpikir atau berlogika yang dimiliki seseorang sangat ditentukan oleh apa yang masuk ke dalam pikirannya melalui jendela mata dan telinganya atau panca inderanya, serta segala sesuatu yang dialaminya.
Memang ada faktor-faktor di luar diri pribadi manusia itu sendiri dalam mengambil keputusan, seperti misalnya pimpinan Roh Kudus di dalam diri manusia itu.
Tetapi pada akhirnya, keputusan akhir ada di tangan setiap individu.
Keputusan akhir mengakibatkan atau membuahkan segala tindakan yang dapat dilakukan atau yang terwujud.

Kehendak bebas harus dipahami sebagai pemberian Tuhan yang sangat berharga atau tak ternilai dari Tuhan, dimana manusia diberi kemampuan mempertimbangkan sesuatu, yang oleh karenanya manusia dilengkapi dengan rasio.
Tuhan menghargai manusia yang faktanya adalah “manusia yang membuat keputusan akhir.” Tentu saja ini menjadi kehormatan bagi manusia.
Dalam kehormatan ini, sekaligus membawa manusia sebagai makhluk yang berisiko sangat tinggi. Dalam hal ini, pemberian yang berharga selalu disertai dengan tanggung jawab.
Jika pemberian yang berharga tanpa tanggung jawab, hal itu membuat pemberian itu sendiri menjadi tidak berharga.
Sebagai orang percaya yang dewasa, kita harus memahami dan menerima kehendak bebas ini sebagai kepercayaan, bukan sebagai beban yang menekan atau keberadaan yang mengancam. 
Kalau seseorang menyalahgunakan kebebasan berkehendak, hal ini akan membawa dirinya kepada kebinasaan.
Ini sungguh-sungguh berbahaya.
Tetapi kalau seseorang menggunakan kehendak bebasnya dengan bijaksana, kehendak bebas tersebut dapat menggiringnya kepada kehidupan atau kemuliaan bersama Tuhan dengan rela, tanpa paksaan.
Menjadi pertanyaan bagi kita semua sekarang adalah bagaimana kita menggunakan kehendak bebas tersebut?
Selagi masih ada kesempatan, kita harus bertobat.
Jangan sampai kehendak bebas malah menyeret kita kedalam kegelapan abadi.
Dengan keberadaan sebagai makhluk yang memiliki kehendak bebas, manusia bertanggung jawab menentukan nasibnya.

ALLAH TIDAK MENGINTERVENSI/MENGAMBIL ALIH KEBEBASAN MANUSIA ATAU MENJADIKAN MANUSIA SEPERTI ROBOT

Satu hal yang harus kita sadari bahwa tidak ada yang lebih bertanggung jawab dalam hidup kita lebih daripada diri kita sendiri.
Setan dan Tuhan tidak dapat dituntut pertanggungan jawab atas nasib kekal seseorang, sebab baik setan maupun Tuhan tidak dapat mengendalikan kehendak bebas seseorang untuk berbuat benar ataupun salah. 
Tuhan telah menyerahkan kedaulatan kepada manusia untuk menentukan nasib kekalnya sendiri. Sebagai buktinya, kita dapat melihat kisah Adam dan Hawa, Kain dan Habel, bangsa Israel, dan banyak lagi di dalam Alkitab yang menunjukkan bahwa manusia menentukan nasibnya sendiri. Semua itu pada dasarnya menunjukkan kepada kita fakta adanya hukum tabur tuai. 
Hukum tabur tuai adalah bahwa manusia menentukan nasib serta keadaan dirinya sendiri tanpa campur tangan pihak lain.
Allah memberikan kemerdekaan kepada manusia untuk bertindak dan menentukan keadaan dirinya berdasarkan hukum dan keadilan Tuhan.
Jadi bagaimanapun, manusia tetap terikat dengan hukum dan keadilan Allah.
Manusia tidak dapat melepaskan diri dari realitas ini.

Manusia diperhadapkan kepada hukum dan keadilan Tuhan, yaitu berkat atas ketaatan, atau kutuk atas pemberontakan.
Oleh sebab itu, kehidupan ini harus sungguh-sungguh dijalani dan disikapi dengan sikap hati-hati. Allah tidak pernah mengambil alih kebebasan manusia, sebab Allahlah yang menciptakan kebebasan itu dan Allah menghendaki agar manusia menggunakannya semaksimal mungkin. Manusia diperhadapkan pada pilihan-pilihan dalam jalan hidupnya, apakah ia hidup dalam ketaatan kepada Tuhan yang mendatangkan berkat, atau pemberontakan yang mendatangkan kutuk.
Dalam hal ini, kita dapat menyimpulkan bahwa nasib manusia ada di tangan manusia itu sendiri. Kalimat bahwa “nasib manusia di tangan manusia itu sendiri,” harus dilihat dari perspektif manusia, bukan dari perspektif Allah. 
Allah memiliki bagian yang pasti Allah penuhi, tetapi manusia juga memiliki bagian mutlak yang harus dipenuhinya. 

Menjadi kehendak Allah agar kita mengontrol kehendak diri, tubuh, jiwa, dan roh kita sendiri dengan saksama.
Penguasaan diri dimana seseorang mampu mengontrol dirinya sendiri dalam ketertundukan pada kehendak Allah, membuat dirinya dapat menjadi anak Allah yang berkenan di hadapan Bapa.
Hal ini bisa terjadi atau berlangsung dalam kehidupan kita, bukan karena Allah mengatur secara sepihak sehingga menghilangkan kebebasan kita.
Manusia tidak pernah kehilangan kebebasan, sampai menyerahkan kebebasan itu kepada Tuhan atau musuh-Nya.
Manusia tidak pernah menjadi seperti robot yang diatur oleh remote control.
Hal ini merupakan ketetapan dari kedaulatan Allah. 
Kedaulatan Allah tidak menentukan bagaimana nasib masing-masing individu, tetapi kedaulatan Allah menetapkan bagaimana masing-masing individu menentukan nasibnya.

Manusia mengatur dirinya sendiri.
Kalau ia mau mengatur dirinya sesuai dengan kehendak Allah, maka terbangunlah kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah.
Jika tidak, maka tidak berlangsung demikian.
Manusia yang menentukan sendiri.
Kita juga dapat menentukan keadaan diri kita untuk hidup dalam perkenanan Tuhan.
Tentu semua ini bisa terjadi atau berlangsung dalam pimpinan Roh Kudus.
Pembiasaan diri menuruti kehendak Allah melalui penyangkalan diri terus-menerus akan membuahkan kehidupan yang semakin serupa dengan Yesus.

Iblis menghendaki agar kita menggunakan kebebasan dengan ceroboh.
Sebab ketika kita menggunakan kehendak bebas dengan ceroboh, maka Iblis dapat lebih leluasa menguasai seseorang sampai pada tingkat penguasaan yang permanen.
Terkait dengan hal ini, Paulus menasihati orang percaya untuk tidak memberi kesempatan kepada Iblis.

Efesus 4:27 : ..............................................................................................................................

Kata “kesempatan” dalam teks aslinya adalah : τόπον ; topon.
Kata ini dapat diterjemahkan sebagai “tempat berpijak” atau “pangkalan.”
Artinya bahwa, pangkalan yang disediakan oleh seseorang bagi Iblis dalam kehidupannya akan membuat seseorang hidup dalam penguasaan Iblis sepenuhnya sampai tidak dapat melepaskan diri dari penjaranya.
Jaring-jaring Iblis yang menjerat manusia ini, dimulai dari hal-hal kecil dan sangat sederhana.
Bila hal tersebut dibiarkan, maka akan menjadi belenggu yang tidak dapat diputuskan.
Oleh sebab itu, bagaimanapun kita harus setia dari perkara kecil dan waspada terhadap setiap hal yang dapat membelenggu pikiran dan daging kita. 

Terkait dengan hal ini, kita harus memahami dengan benar apa yang dimaksud dengan menyerah kepada Allah.
Menyerah kepada Allah bukan berarti menjadi pasif, tetapi sebaliknya, menjadi aktif mengenal Tuhan dan mencari kehendak-Nya untuk dilakukan.
Dalam penyerahan diri tersebut, kita harus aktif mengontrol seluruh kehidupan kita.
Di sini Roh Kudus akan menolong kita menghasilkan buah Roh, yaitu pengendalian diri atau self control.
Dari pengendalian diri ini, seseorang tidak dapat dikuasai oleh kuasa gelap, tetapi menyerahkan kehendaknya kepada Roh Kudus untuk dipimpin agar hidup dalam kebenaran dan kesucian Tuhan.

Galatia 5:25 : ....................................................................................................................................

.............................................................................................................................................................

Dalam teks asli Yunani bermakna demikian :
Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga "dipimpin" (yun) : στοιχω ; stoicheo : berjalan seirama dengan spirit, hasrat dan gairah yang sesuai dengan Roh Kudus.

Jadi, yang penting kita pahami bahwa Allah tidak pernah mengambil alih kebebasan manusia, sebab Allahlah yang menciptakan kebebasan itu dan Allah menghendaki agar manusia menggunakannya semaksimal mungkin.
Ex : Keputusan Adam dan Hawa ketika mengikuti kehendak Iblis di Taman Eden


MELAWAN SINFUL NATURE/KODRAT DOSA UNTUK MENCAPAI DEVINE NATURE/KODRAT ILAHI (MAN OF GOD)

Dalam perjuangan mengikuti jejak Tuhan, kita sering kali terbentur dengan kecenderungan dosa yang ada di dalam diri kita.
Kecenderungan dosa dalam diri kita disebut dengan sinful nature atau kodrat dosa.
Kodrat dosa ini merupakan konsekuensi dari kehendak bebas yang ada dalam diri manusia. Sebenarnya, kehendak bebas membuat manusia memiliki keunggulan, yakni ia memiliki kehendak yang tidak dikendalikan oleh faktor-faktor eksternal di luar dirinya tapi digerakkan oleh keputusan dari dirinya sendiri.
Kehendak bebas tercipta dari dua komponen utama dari dalam diri manusia yang saling bersinergi, yakni pikiran dan perasaan.
Dari kedua komponen ini, manusia bisa memiliki kehendak.
Sifat dari kehendak ini adalah bebas, artinya tidak dapat diatur atau dikontrol oleh siapa pun. Walaupun tentu sebagai makhluk ciptaan, manusia itu terbatas.
Tetapi di dalam keterbatasannya, manusia tetap bisa menentukan destiny atau nasibnya sendiri. Inilah yang memberi nilai yang sangat berarti pada diri manusia. 

Binatang tidak bisa menentukan destiny atau nasibnya.
Berbeda dengan manusia, sebab manusia adalah satu-satunya makhluk yang bisa berinteraksi dengan Allah dalam hubungan yang interpersonal.
Interaksi artinya hubungan timbal balik, sedangkan interpersonal artinya dari pribadi ke pribadi. Manusia dapat membangun hubungan yang dua arah dengan Allah. 
Manusia yang tidak mengerti kebenaran ini dan tidak membangun hubungan interpersonal dengan Allah adalah manusia yang tidak berkualitas.
Memang biasanya manusia yang tidak mengerti kebenaran memberi nilai dirinya pada merk tas, sabuk, arloji yang dikenakan, rumah yang dimiliki, kendaraan yang dikendarai, jabatan/kedudukan, yang ia merasa dengan semua itu ia memiliki nilai atau harga diri. 
Manusia adalah makhluk yang memiliki nilai yang luar biasa, artinya lebih dari semua ciptaan. Sebab Allah memberi diri untuk berinteraksi dengan manusia di dalam hubungan interpersonal. Jadi, masalah materi tidak ada artinya sama sekali jika dibanding dengan Tuhan

Dalam durasi waktu hidup 70-80 tahun, diharapkan manusia menemukan tempatnya di hadapan Allah, dan menempatkan Allah secara benar.
Ini merupakan proses keselamatan yang suatu hari nanti ketika Tuhan membangkitkan tubuh manusia, kita bisa menempati langit baru bumi baru.
Untuk itu, manusia harus menemukan kembali tanggung jawabnya menentukan nasib kekal dengan kehendak bebas yang dimiliki. 
Dengan kematian Yesus di kayu salib, semua akibat dosa dipikul oleh Tuhan Yesus.
Semua manusia dari manusia pertama, Adam sampai manusia terakhir, atas perbuatan salah kita sejak kita lahir sampai nanti, jika mungkin kita masih berbuat salah. 
Tetapi yang menjadi tanggung jawab kita adalah bagaimana kita memiliki batin yang benar. 
Memiliki pikiran, perasaan seperti yang Allah kehendaki, supaya kehendak kita selalu sesuai dengan pikiran, perasaan Allah dalam Kristus (Man Of God)

Filipi 2:5 : ...........................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

Jadi kalau kita menyadari kesempatan ini, kita akan rela meninggalkan apa pun demi tercapainya maksud keselamatan yang Tuhan berikan, yaitu memiliki pikiran dan perasaan sesuai dengan kehendak Bapa, Pencipta kita.
Itulah sebabnya, Firman Tuhan mengatakan, “hendaklah kamu dalam hidupmu bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.” (Fil.2:5)

Jika dikaitkan dengan betapa sulitnya mengikuti jejak Tuhan akibat kodrat dosa yang ada dalam diri kita, kita harus menyadari beberapa hal agar kita selalu mawas diri, yaitu: 

▪ Pertama, kodrat dosa dalam diri kita itu kuat. 
Jangan meremehkan kebiasaan bersalah atau mendiamkan kesalahan tanpa komitmen untuk segera bertobat.
Kalau tidak segera dibereskan maka kodrat dosa akan menjadi semakin kuat dan tidak bisa dilepaskan. 

▪ Kedua, kodrat dosa di dalam diri kita itu menyatu.
Jadi, terkadang kita merasa sesuatu sudah baik, padahal tidak.
Sehingga, akhirnya kita tertipu oleh diri kita sendiri.
Banyak orang tidak sadar bahwa dirinya selalu hidup dalam irama kodrat dosa yang membinasakan.

▪ Ketiga, kodrat dosa itu licik.
Ia mendorong kita untuk melakukan sesuatu yang meleset dengan pembenaran tertentu.
Ex : Waktu kita mau menjahati orang, kita mencari cara untuk menjahatinya dengan 1001 alasan dalam nurani. 

▪ Keempat, kodrat memanfaatkan momentum.
Ada momentum tertentu dimana kita lemah dan bisa bersalah.
Kodrat dosa dalam diri kita memanfaatkan momentum dengan baik.
Itulah sebabnya Alkitab mengatakan di dalam 1 Petrus 1:14, “Jangan turuti hawa nafsu pada waktu kebodohan.” 


KESIMPULAN

Dengan menyadari semua hal ini, kita dapat berjaga-jaga setiap saat.
Sulitnya menghadapi kodrat dosa tidak menunjukkan kemustahilan untuk menghadapinya. Kesungguhan kita mengikut jejak Tuhan untuk melawan kodrat dosa ini akan membawa kita masuk dalam kawasan selanjutnya sesuai pertumbuhan iman kita.
Tuhan telah menyiapkan proses terbaik bagi kita untuk menyelesaikan kodrat dosa tersebut. Namun dari pihak kita, harus ada kesungguhan mengikuti jejak Tuhan dan menundukkan kodrat dosa itu pada pikiran dan perasaan Kristus.
Jadi, jika kita memahami makna hidup dalam kehendak bebas atau Free Will, membuat kita sesungguhnya tidak bebas semau kita sendiri dalam keputusan-keputusan kita, sehingga kita dapat mencapai "Man Of God" atau Manusia berkepribadian Allah (Devine Nature).


ErwanMusa : ☎️ 082157116469

MDM (Materi Dasar Kekristenan) 1 ; BAB 5 : SAAT TEDUH

 


MDM (Materi Dasar Kekristenan) 1

BAB 5 : SAAT TEDUH



PENDAHULUAN
Perihal "Saat Teduh" sudah sangat di kenal di kalangan seluruh orang percaya dan bukan hal baru.
Saat teduh merupakan hal yg sangat penting bagi orang percaya.
Saat Teduh adalah waktu khusus yang disediakan bagi Tuhan setiap hari secara teratur untuk menikmati persekutuan yang indah dengan Tuhan, berbicara dalam doa, mendengarkan apa yang Dia katakan kepada kita melalui firmanNya (Maz. 119:147-148;  63:2).

Mazmur 119:147-148 : .............................................................................................................

.....................................................................................................................................................

.......................................................................................................................................................

.......................................................................................................................................................


Setiap hari Yesuspun selalu menyediakan waktu ditengah kesibukan-Nya melayani untuk berdoa dan berkomunikasi dengan Bapa di Surga, sehingga Ia memahami apa yang menjadi kehendak Bapa-Nya dan menyelesaikan pekerjaan yang di percayakan Bapa-Nya kepada-Nya (Yoh.4:34).
Dari kebiasaan Yesus tersebut kita dapat melihat bahwa saat teduh adalah proses yang harus kita lakukan secara berkesinambungan.

Kita dapat melihat kebiasaan Saat Teduh itu dalam kebiasaan hidup dari Tuhan Yesus yang menjadi teladan bagi kita.

▪ Mrk. 1:35 : Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.

▪ Luk. 4:42 : Ketika hari siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi.

▪ Mat. 14:23 : Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ. 


PRINSIP SAAT TEDUH

Prinsip "Saat Teduh" tidak ditentukan berapa lama waktu yang digunakan, berapa banyak ayat yang dibaca dsb, tetapi seberapa berkualitasnya seseorang dalam bersekutu dengan Allah.
Hal terpenting bagi seorang pengikut Yesus adalah kembali BERELASI dan semakin mengenal Allah dengan benar.
Untuk itulah Tuhan Yesus mati di kayu salib untuk membawa umat-Nya kembali kepada Allah.

Dengan semakin mengenal Allah dengan benar, maka kasih kita kepada Allah akan semakin dalam.
Sebagai ilustrasi kalau misalnya kita membawa seorang dari pedalaman hutan Amazon di Amerika Latin ke Kota Mataram, dan ia ditempatkan sendirian di hotel bintang lima.
Walaupun hotel tsb sangat bagus, dia pasti tidak akan mencintai kota Mataram kalau tidak ada orang yang menceritakan seluk-beluk Mataram dsb kepadanya.

Allah yang menciptakan alam semesta ini telah menyatakan diri-Nya dalam ciptaan-Nya, dalam hati nurani manusia, dan melalui nabi-nabi-Nya yang dicatat di Alkitab serta memberikan teladan melalui Bapak-bapak gereja yang mempunyai relasi dekat dengan Sang Pencipta.
Untuk mengenal dunia ciptaan Allah di mana kita sekarang hidup, kita perlu dipandu oleh yang menciptakan dunia ini dan proses pengenalan ini dimulai dengan mengenal Dia dengan benar yang menciptakan dunia ini.

Saat teduh menjadi momen eksklusif manusia mengenal dan berelasi dengan Allah Sang Pencipta. Dalam momen ini kita mengenal Allah melalui mengenali karya penciptaan-Nya.
Dalam momen ini kita belajar apa yang Allah nyatakan pada kita untuk kita taati.
Kita juga belajar melihat bagaimana Ia bekerja dalam kehidupan semua orang yang dikasihi-Nya. Kita belajar berespons dengan memuji Dia pada saat kita kagum akan kebesaran-Nya.
Kita juga belajar bersedih bersama Dia ketika kita mengingat dosa kita atau akibat dosa pada kehidupan manusia.
Inilah momen pembelajaran bagi seorang manusia bagaimana berada di hadirat Allah, belajar bagaimana melihat dan menjadi manusia seperti yang dikehendaki Sang Pencipta.

Saat teduh adalah momen kita mengenal Dia lebih jauh dan bukan momen kita belajar tentang Allah.
Apa bedanya?
Saat ini sangat melimpah ruah buku-buku pengetahuan tentang Allah.
Kita bisa belajar doktrin, ikut kelas pendalaman Alkitab, ikut RBS, Komsel dan ikut retreat untuk secara intensif lebih tahu tentang Allah.
Tetapi semuanya ini berbeda dengan mengasihi Allah.
Ibaratnya kita mengasihi pacar atau pasangan hidup, kita bukan sekadar belajar tentang dia, tapi adanya ikatan relasi secara personal.

Dalam Alkitab sendiri, relasi antara Allah dengan bangsa Israel sebagai umat pilihan-Nya terikat dalam relasi perjanjian (covenant relationship).

~ Pada Abraham, Allah menuntut kesetiaan Abraham untuk taat pergi dari tanah Ur, dan Allah berjanji memberkati dia dan keturunannya.

Kej.12:1-2 : ...................................................................................................................................

........................................................................................................................................................

........................................................................................................................................................

~ Di gunung Sinai, Allah menuntut bangsa Israel untuk setia pada Allah dalam menaati hukum-hukum-Nya dan Allah berjanji memberkati bangsa itu.

Kel.19:5 : ..........................................................................................................................................

...........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................


~ Bahkan Yesus mengikat umat pilihan sebagai mempelai-Nya

2 Kor.11:2 : ........................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

Demikian dengan mengasihi Allah, kita sedang berelasi dengan menerima Dia sebagaimana Allah.
Segala yang dipikirkan-Nya, itu harus menjadi pemikiran kita, segala yang dikasihi-Nya, itu yang kita kasihi, segala yang dibenci-Nya, itu yang kita benci, segala yang dikehendaki-Nya, itu yang kita kehendaki.
Untuk menjalankan relasi ini, kita perlu terus memupuk diri dalam saat teduh, momen di mana kita semakin mengenal apa yang dipikirkan, dikasihi, dan dikehendaki Allah.

Jadi, yang terpenting bukan kapan dan berapa lama bersaat teduh, melainkan sikap hati pada saat datang kepada-Nya.
Kita datang dengan semangat mau taat pada-Nya, bukan hanya mau tahu dan belajar saja.
Kita datang ke hadapan-Nya untuk mengenal-Nya dan tunduk kepada-Nya sebagai manusia di hadapan Sang Pencipta.

Adalah anugerah Allah pada saat kita dimampukan untuk mengenal Dia, sebab Allahlah yang membuka diri sehingga kita dapat mengenal Dia.
Inilah pentingnya peran Allah Roh Kudus dalam bersaat teduh.
Dialah Sang Penolong yang aktif menyadarkan kita akan kebenaran dan membuat kita mengenal kebenaran.
Tanpa pekerjaan Roh Kudus, tidak ada seorang pun dapat mengenal Allah.

Yoh.16:13 : .......................................................................................................................................

...........................................................................................................................................................

Jadi, kembali kita melihat bahwa saat teduh bukanlah soal kuantitas waktu tetapi kualitas waktu. Jika demikian, apakah tidak masalah bila tidak rutin bersaat teduh?
Tidak juga.
Dengan adanya waktu rutin bersaat teduh kita melatih diri untuk disiplin dalam menjalankan bagian kita.
Tuhan Yesus berkali-kali mengatakan hamba yang setia dalam perkara kecil akan diserahkan tanggung jawab dalam perkara besar.
Bagaimana kita bisa terlibat dalam perkara besar Allah bila dalam perkara kecil seperti siklus saat teduh saja kita kurang setia bahkan tidak setia.
Jadi, kita perlu mendisiplin waktu dalam menjalankan saat teduh sambil terus mengejar kualitas saat teduh tersebut.
Selain itu, tanpa ada waktu rutin bersaat teduh membaca Alkitab, apa yang dapat kita renungkan sepanjang hari yang kita jalani.


KOMPONEN SAAT TEDUH

Bagaimana kita bisa menyajikan saat teduh yang berkualitas?
Untuk itu kita perlu bedah satu-persatu komponen saat teduh yang berkontribusi menguatkan atau melemahkan kita.

● Membaca Alkitab
Hasil survei dari satu lembaga survey, ada pesan positif bahwa pembacaan Alkitab mengambil porsi penting dalam waktu saat teduh.
Secara prinsip, membaca Alkitab harus ada dalam kehidupan orang Kristen namun membaca Alkitab tidaklah mudah.
Banyak orang yang mencoba membaca dari Kitab Kejadian sampai Wahyu namun berhenti di tengah jalan karena bosan, tidak mengerti, atau merasa tidak relevan.
Dalam hermeneutik Alkitab – ilmu menginterpretasikan Alkitab – sering pembaca Alkitab diingatkan untuk belajar memisahkan pengertian berdasarkan asumsi yang telah tertanam dalam dirinya, dan berdasarkan pengalaman pribadi dengan pengertian yang ingin dikemukakan Alkitab.

~ 1. Adalah perlu untuk mempunyai kerangka berpikir dalam mengerti isi Alkitab.
Untuk itu kita perlu membaca keseluruhan Alkitab, mengerti tema-tema besar dalam Alkitab seperti Makna Creation/Penciptaan – Fall/ Kejatuhan – Redemption/Penebusan – Consummation/Penyempurnaan, memakai ayat-ayat yang jelas untuk menjelaskan ayat-ayat yang kurang jelas.

~ 2. Kita bisa juga belajar dari buku-buku tafsiran yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Sumber-sumber ini sangat mendukung untuk kita belajar memahami isi Alkitab.
Dengan mempunyai pengenalan akan firman yang cukup, kita akan lebih mudah mengadakan saat teduh, saat kita berelasi dengan Allah melalui firman-Nya di Alkitab.

● Berdoa
Komponen terbesar kedua dalam saat teduh ialah doa, walaupun menurut survei, waktu berdoa kebanyakan hanya kurang dari sepertiga waktu bersaat teduh.
Topik doa ini sudah dibahas secara panjang lebar pada Bab.4, di minggu yang lalu, perihal pengertian atau devinisi doa, motivasi dan konsep doa yang benar, bagaimana kita merefleksikan doa kita, dan aplikasi Doa Bapa Kami.

Hanya satu hal yang perlu ditambahkan, yaitu berdoa untuk orang lain.
Dalam survei pada umumnya, ditemukan bahwa topik berdoa untuk kepentingan pribadi dan berdoa untuk orang lain mengambil porsi yang sama besarnya.

Dengan seringnya berpartisipasi dalam persekutuan doa di gereja, dapat mengajar kita untuk membesarkan hati berdoa untuk umat manusia lainnya.
Dalam persekutuan doa kita belajar berdoa untuk pelayanan di mana-mana, untuk bangsa dan negara, untuk pribadi-pribadi yang mengalami kesulitan, dan sebagainya.
Di dalam Alkitab, Nehemia adalah salah satu contoh dalam hal ini.
Dalam Nehemia 1 kita melihat bagaimana ia berkabung mendengar bangsanya berada dalam kesulitan.
Ini adalah contoh kebesaran jiwa Nehemia dalam mengasihi orang lain.
Jadi, kita dapat meningkatkan kualitas saat teduh kita dengan meluangkan waktu mendoakan hal-hal di luar diri kita, sejalan dengan kedewasaan rohani kita.

● Buku Renungan Harian
Saat sekarang ini kita tahu bahwa semakin berkurangnya jumlah orang yang menggunakan buku renungan harian dalam saat teduh mereka.
Memang penggunaan buku renungan harian ada baiknya karena memberikan contoh aplikasi/ penerapan Alkitab dalam kehidupan nyata.
Orang-orang yang mencoba taat mengikut jalan Tuhan daripada jalan dunia membagikan pengalamannya dalam renungan harian.

Namun kita perlu merefleksi sejenak, apakah perbedaan kisah-kisah inspirasi dalam renungan harian dengan kisah-kisah inspirasi lainnya.
Dalam agama lain tidak sedikit kisah-kisah inspirasi yang keluar dari perenungan spiritualitas. Bahkan di dunia bisnis pun banyak sekali kisah inspirasi yang membagikan bijaksananya dalam buku-buku manajemen.

Mungkin kita bisa berkata bahwa Alkitab menjadi sumber kebijaksanaan renungan harian.
Tetapi memperoleh kebijaksanaan dari pengalaman orang lain tidak sama dengan memperoleh kebijaksanaan langsung dari firman Tuhan dalam Alkitab.
Ini adalah pergumulan orang tersebut berdasarkan latar belakang hidupnya.
Kalaupun isi renungan harian adalah interpretasi terhadap satu perikop Alkitab, jangan sampai kita terlalu bergantung pada pengalaman orang lain.
Kita juga perlu meluangkan waktu untuk memperhatikan isi Alkitab: detail-detail dan tema besar perikop.
Melalui proses belajar ini, berkat dicurahkan pada waktu kita menemukan sendiri kebijaksanaan Allah yang kemudian diterapkan dalam pengalaman hidup kita.
Jadi, adalah lebih baik untuk meluangkan perhatian lebih besar kepada firman Tuhan daripada fokus pada pengalaman inspirasi orang lain.
Kita perlu bergumul sendiri dengan salib pribadi kita.
Dengan demikian, secara pribadi kita bisa mendapatkan berkat melalui mata rohani yang dipertajam dengan melihat karya-karya Tuhan dalam hidup kita.


PERAN ROH KUDUS
Terakhir, yang paling penting adalah kita tidak boleh lupa akan peran Roh Kudus dalam mengiluminasi atau mencerahkan isi Alkitab.
Melalui firman-Nya yang telah dikanonisasi di Alkitab, kita perlu belajar mendengar bagaimana Alkitab menegur pribadi kita.
Itulah sebabnya perlu membaca Alkitab dengan sikap berdoa dan mendengar Allah berbicara. Adalah anugerah Allah bila setiap kali datang ke hadirat-Nya kita bisa mendengar suara-Nya. Adalah anugerah-Nya bila Roh Kudus membuka pikiran kita untuk melihat kebijaksanaan Allah.
Itu sebabnya kita perlu berdoa memohon agar Roh Kudus mencelikkan mata hati kita dan menolong kita sepanjang hari tersebut untuk terus mencoba melakukan firman yang telah dibukakan.


HAMBATAN ORANG KRISTEN MELAKUKAN SAAT TEDUH
Dalam melakukan saat teduh, tidak semua orang melakukannya dengan mulus saja dan terus lancar.
Terkadang pasti ada terlewatkan, karena sesuatu hal.
Ada beberapa hambatan yaitu:

~ Belum memahami prinsip penting bersaat teduh.
Orang-orang yang belum mengalami pentingnya bersaat teduh, sangat susah untuk bersekutu dengan Tuhan.

~ Malas
Kemalasan salah satu hambatan berat untuk melakukan saat teduh.
Apalagi jika kemalasan sudah menjadi kebiasaan diri seseorang.
Orang yang malas selalu mengabaikan waktu.
Tetapi kita sebagai orang percaya kepada Yesus kristus, kita harus meninggalkan kemalasan tsb. Karena ujung dari kemalasan itu adalah kegagalan.


PENUTUP
Jadi, yang terpenting dalam bersaat teduh adalah semangat rindu berelasi dengan Allah supaya kita makin kenal, makin tahu, dan makin mengasihi Allah.
Ini adalah momen eksklusif pribadi kita datang dan menjalin relasi dekat dengan Allah.
Seperti gereja yang kudus dan am diibaratkan mempelai wanita Yesus, demikianlah kita yang menjadi bagian umat Allah membangun relasi dengan Allah dengan komunikasi reguler kita dalam bersaat teduh.
Sikap hati penting supaya firman Tuhan dapat hadir di hati kita menegur dan mengingatkan kita untuk taat pada Firman Tuhan.
Momen ini adalah anugerah Allah yang memungkinkan kita hadir di hadapan Allah.
Selain menyucikan kita sewaktu kita berdoa menyerahkan waktu saat teduh dalam bimbingan Roh Kudus, Roh Penolong juga akan menolong kita menghidupi firman yang sudah diiluminasikan sepanjang hari tersebut.
Dengan demikian, kita mendasari perjalanan sepanjang hari hidup kita di dalam terang firman Tuhan.


 ErwanMusa : ☎️ 082157116469

MDK (Materi Dasar Kekristenan) 1 ; BAB 4 : PENGERTIAN BERDOA

 


MDK (Materi Dasar Kekristenan) 1

BAB 4 : PENGERTIAN BERDOA


▪ Definisi DOA menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Doa : Permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan.
Berdoa : mengucapkan (memanjatkan) doa kepada Tuhan.

Roma 10:1 ........................................................................................................................

........................................................................................................................

▪ Kata berdoa pada Surat Roma 10:1, dalam bahasa aslinya dipakai kata "deesis" (δέησις), yang berarti : kebutuhan (need), keinginan (want), fakir miskin (indigent), kekurangan (privation), permintaan (asking), pencarian (a seeking), permohonan (entreating, supplication, request) yang sama dengan permintaan kepada Tuhan (prayer).

▪ Dari etimologi diatas, kita dapat definisi Doa menurut Alkitab adalah sbb :
Doa mengandung gagasan meminta, memohon, mengemis, memohon belas kasihan, mencari, meminta petunjuk, dan juga memuji, bersyukur, serta mengagungkan.

▪ Doa adalah komunikasi dua arah yang bersifat ibadah dengan Allah yang benar.
Doa merupakan tindakan menghubungkan diri dengan Tuhan.
Percakapan antara Allah dan manusia diberitakan dalam Perjanjian Lama (misal : Abraham, Kejadian 15:1-6; Musa, Keluaran 3:1-4; 33:11; para nabi, 1 Samuel 3:4-9).

▪ Doa dalam PL mencakup permohonan, syafaat, pengakuan, dan pengucapan syukur.

▪ Dalam PB diceritakan tentang Tuhan Yesus yang sering berdoa kepada Bapa-Nya dan mengajarkan Doa Bapa Kami kepada murid-murid-Nya (Matius 6:9-13; Lukas 11:2-4).
Surat-surat dalam PB mengajarkan bahwa doa kepada Allah dilakukan melalui nama Tuhan Yesus Kristus (Roma 1:8).

Roma 1:8 .......................................................................................................................

.......................................................................................................................

Doa dalam PB mencakup pujian (Kisah 2:47), pengucapan syukur (1 Korintus 14:16-17), dan permohonan (Filipi 4:6).
Doa tidak dipandang sebagai memaksa Allah untuk bertindak, tetapi sebagai memohon agar jadilah kehendak Allah dan datanglah Kerajaan-Nya.

Sangatlah penting untuk memahami pengertian doa dalam kehidupan orang percaya.
Doa dalam kehidupan orang percaya tidak sama dengan pengertian doa dalam agama-agama pada umumnya, bahkan tidak sama dengan doa dalam agama Yahudi atau umat Perjanjian Lama.

Dalam kehidupan Perjanjian Baru, dimana setiap individu menerima materai Roh Kudus, berdoa bukan sekadar permintaan, tetapi doa adalah berdialog.
Sebab umat Perjanjian Baru adalah umat yang harus mengerti segala sesuatu yang dikehendaki oleh Tuhan.
Catatan :
~ Hukum (PL) ialah Taurat dan pengembangannya yaitu Mitsvot
~ Hukum (PB) adalah Seluruh Kehendak Tuhan

Itulah sebabnya orang percaya harus memiliki pikiran dan perasaaan Kristus (Flp. 2:5-7).
Dengan demikian doa dalam Kekristenan tidak sederhana, harus disertai dengan pembaharuan pikiran setiap hari, sehingga seseorang dapat mengerti kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna (Rm. 12:2).

Roma 12:2 ................................................................................................................................

.................................................................................................................................

Dalam hal ini, idealnya orang percaya tidak sembarangan menyampaikan permintaan kepada Tuhan.
Orang percaya harus memikirkan semua keinginannya di hadapan Tuhan dalam dialog, sebelum menyampaikannya sebagai permintaan kepada Tuhan.
Orang percaya yang adalah milik Tuhan secara penuh, tidak berhak lagi memiliki keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya.
Segala sesuatu yang dilakukan harus sesuai dengan kehendak dan rencana Tuhan.

Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita suatu prinsip penting bahwa melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya merupakan makanan atau kebutuhan pokok untuk hidup setiap manusia (Yohanes 4:34)

Yohanes 4:34 ......................................................................................................................

.......................................................................................................................

Maksud prinsip ini adalah bahwa kita hidup hanya untuk melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Dengan demikian, idealnya orang percaya yang dewasa harus sadar, bahwa dirinya tidak berhak meminta sesuatu kepada Tuhan jika permintaan tersebut di luar kehendak dan rencana-Nya.
Di dalam doa, seseorang memiliki tanggung jawab untuk melakukan sesuatu sesuai dengan isi doa tersebut, tentu jika isi doa tersebut sesuai dengan kehendak dan rencana Tuhan.


MOTIVASI DAN KONSEP DOA YANG BENAR

Matius 6:5-13 ~ Hal Berdoa
6:5 "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 
6:6 Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. 
6:7 Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. 
6:8 Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. 
6:9 Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, 
6:10 datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. 
6:11 Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya 
6:12 dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; 
6:13 dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.)

Orang-orang yang rajin berdoa belum tentu benar sikap hati dalam berdoanya.
Ternyata faktanya, mereka justru melakukan kesalahan dalam berdoa.
Adapun kesalahan yang sering dilakukan, berhubungan dengan motivasi (ayat 5-6) dan konsep yg benar dalam berdoa (ayat 7-13).

● Ayat 5-6 tertulis tentang Motivasi yang benar dalam berdoa.
Contoh pertama dari doa yang salah diambil dari kebiasaan doa dalam agama Yahudi.
Agama Yudaisme mengajar dan menekankan doa-doa rutin setiap hari.
Mereka berdoa minimal tiga kali dalam sehari dan selalu pada jam-jam yang sama (Dan 6:10; Kis 3:1).
Berbagai tulisan para rabi Yahudi menunjukkan bahwa jam-jam doa itu harus diikuti, tidak peduli di manapun orang Yahudi sedang berada.
Bahkan dalam sebuah tulisan diajarkan bahwa seorang raja pun tidak boleh menginterupsi seseorang yang sedang berdoa.

Dalam beberapa kasus, beberapa orang secara tidak terelakkan pasti harus melaksanakan doa mereka di luar rumah.
Mereka mungkin sedang dalam perjalanan atau bekerja di tempat lain.

Yang menjadi masalah adalah motivasi yang salah.
Sebagian orang sengaja mengatur aktivitas mereka supaya pada waktu jam-jam doa tertentu mereka sedang berada di keramaian, misalnya di rumah ibadat atau persimpangan jalan raya. Mereka ingin agar banyak orang melihat bahwa mereka adalah orang yang saleh (ayat 5 "supaya mereka dilihat orang”).
Dengan posisi berdiri, mereka akan lebih terlihat oleh banyak orang.
Situasi semacam ini sangat rentan dengan kemunafikan.
Mereka terlihat suka berdoa, padahal yang mereka sukai adalah pujian dari manusia.
Mereka tampak sangat mengasihi Allah, padahal mereka mengasihi reputasi diri sendiri.
Mereka terlihat menyembah Allah, padahal mereka terjebak pada penyembahan diri sendiri.

Jika pujian dari orang lainlah yang dicari oleh orang-orang munafik, mereka “sudah mendapat upahnya” (ayat 5).
Dengan kata lain, ungkapan ini berarti “sudah lunas dibayar”.
Artinya mereka sudah mendapatkan apa yang mereka harapkan.

Tidak demikian dengan para pengikut Kristus (ayat 6).
Rahasia doa kita adalah berdoa secara rahasia.

▪ Ada dua cara yang digunakan untuk menegaskan hal ini.
~ Yang pertama, kata “kamar” (tameion) merujuk pada ruang penyimpanan barang.
Kamar ini satu-satunya yang terletak di tengah-tengah rumah dan dinding-dindingnya tidak bersentuhan dengan daerah luar, sehingga aman dari para pencuri.
Kamar-kamar lain terletak di area pinggir rumah, sehingga dapat dibobol dari luar oleh pencuri. Untuk menambah keamanan, kamar penyimpanan ini dilengkapi dengan pintu tambahan.

Kita diperintahkan untuk berdoa di dalam kamar, tutup pintu..ini merupakan sebuah penegasan agar tidak ada seorang pun yang mengetahui apa yang terjadi di kamar itu.
Jika doa dilakukan di kamar-kamar lain, bisa saja suara orang yang sedang berdoa dapat didengar oleh orang-orang lain yang sedang berjalan di sekitar rumah tersebut. 

~ Cara kedua adalah pemunculan frasa “yang tersembunyi” (en tō kryptō) sebanyak dua kali.
Bapa berada di ketersembunyian, dan Ia melihat yang tersembunyi.

● Motivasi yang benar dalam berdoa akan membawa berkat.
Jika yang kita cari di dalam doa adalah Allah sendiri, kita akan mendapatkan segala kebaikan-Nya. Hal ini tentu saja bukan berarti bahwa doa adalah alat untuk memanipulasi Allah.
Bapa sudah menetapkan bahwa salah satu cara untuk menerima anugerah-Nya adalah melalui doa yang tulus.

Motivasi yang keliru bukanlah satu-satunya kesalahan umum dalam berdoa.
Kita juga harus mewaspadai konsep yang keliru.
Pada ayat 7-13 memuat konsep yang benar dalam berdoa.
Dalam hal ini Tuhan Yesus memberikan contoh dari kebiasaan orang-orang yang tidak mengenal Allah (ayat 7).
Mereka terbiasa berdoa dengan bertele-tele (yun) battalogeō ; bat-tol-og-eh'-o

Bertele-tele tidak sama dengan pengulangan kata-kata.
Tuhan Yesus juga pernah mengucapkan doa yang sama berkali-kali (26:39-44).
Bertele-tele juga tidak identik dengan berdoa tanpa jemu-jemu atau berdoa yang lama.
Tuhan Yesus mengajarkan agar kita berdoa dengan tidak jemu-jemu (Lk 18:1).
Dia juga berdoa semalam-malaman (Lk 6:12).

Bertele-tele sebaiknya dipahami dalam kaitan dengan jumlah kata dan cara berpikir seseorang terhadap doa.
Di ayat 7, battalogeō dikaitkan dengan kata-kata yang banyak (polylogia).
Di balik jumlah kata yang melimpah ini ada sebuah pemikiran yang salah.
Mereka berpikir bahwa pengabulan doa ditentukan oleh jumlah kata-kata.
Semakin banyak kata yang diucapkan, semakin berkuasa suatu doa.
Begitulah kira-kira cara berpikir orang-orang yang tidak mengenal Allah.

Cemoohan Elia terhadap 450 nabi Baal di Gunung Karmel menyiratkan praktek seperti ini (1 Raj 18:26-29).
Beberapa peninggalan kuno yang berisi doa-doa menunjukkan bahwa sebagian orang memberi sebutan, nama, atau gelar yang begitu banyak untuk allah atau dewa supaya doanya lebih manjur. Semua ini termasuk kategori bertele-tele.

Sebagai kontras terhadap hal-hal tersebut, kita diajar bahwa doa bukanlah sekadar pemberitahuan kepada Allah tentang apa yang kita mau.
Jika doa hanya dipandang sebagai pemberitahuan kepada Allah, maka kita tidak perlu berdoa. Allah sudah tahu semua kebutuhan kita, bahkan sebelum kita mengutarakannya (ayat 8).

Kita sekaligus diajar Tuhan, bahwa pengabulan doa tidak ditentukan oleh banyaknya kata-kata, melainkan pada kebaikan Allah sebagai Bapa (ayat 8).
Yang penting bukanlah formulasi dan redaksi, melainkan relasi.
Yang menentukan bukanlah apa dan bagaimana kita mempraktekkan doa, melainkan siapa Allah bagi kita.
Pendeknya, doa tidak bersifat mekanis maupun otomatis seperti sebuah mesin berkat, tetapi melainkan relasi dengan Allah.

Untuk memperjelas poin di atas, Tuhan Yesus lalu mengajarkan sebuah doa yang dikenal dengan nama Doa Bapa Kami (ayat 9-13).
Doa ini terutama dimaksudkan untuk dipahami, bukan sekadar dihafalkan atau sekedar jadi formula saat berdoa (ayat 9a)., melainkan :

~ 1. Berdoa berarti membangun relasi yang tepat dengan Allah (ayat 9b). 
Sebutan “Bapa kami yang ada di surga” menyiratkan keunikan konsep Kristiani tentang Allah.
Ada keseimbangan antara transendensi Allah (kemuliaan dan kebesaran-Nya) dan immanensi-Nya (kedekatan-Nya).
Transendensi disiratkan melalui kata “di surga,” sedangkan immanensi ditunjukkan melalui sebutan “Bapa”.

Sebagai Bapa, Allah sangat mengenal kita.
Ia melihat apa yang kita lakukan di tempat tersembunyi (6:4, 6, 18).
Ia mengetahui kebutuhan kita (6:8, 32).
Ia selalu memberikan yang baik bagi kita (7:11).
Sebagai Allah yang ada di surga, Bapa adalah Raja atas semesta.
Langit adalah tahta-Nya (5:34).
Dia adalah penguasa yang realisasi kerajaan-Nya kita doakan setiap hari (6:9c).
Kehendak-Nya menjadi kesukaan kita (6:10).

~ 2. Berdoa berarti mengutamakan kepentingan Allah (ayat 9c-10). 
Sebagian orang berpikir bahwa tujuan doa adalah memenuhi kebutuhan mereka.
Ini merupakan konsep yang salah.
Sebelum kita memikirkan kebutuhan kita (ayat 11-13), kita diajar untuk berfokus pada kepentingan Allah terlebih dahulu (ayat 9c-10).
Doa bukan memberitahu Allah apa yang kita mau, melainkan mencari tahu apa yang Allah mau.

Kita mendoakan agar kekudusan Allah dihormati (ayat 9c).
Walaupun kekudusan-Nya adalah sempurna, tidak semua orang memahami dan menghargai hal itu.
Kita juga mendoakan agar realisasi sempurna dari kerajaan-Nya segera dinyatakan di muka bumi (ayat 10a).
Tuhan Yesus sudah memulai kerajaan Allah di muka bumi (3:2; 4:17, 23; 12:28), tetapi penahbisan total masih menunggu kedatangan-Nya yang kedua kali (16:27-28).
Kita juga mendoakan agar ketaatan sempurna terhadap  kehendak Allah yang ditunjukkan oleh penghuni surga juga berlaku di bumi (ayat 10b).
Di dalam surga kehendak Allah disukai dan ditaati secara sempurna.
Tidak demikian dengan di bumi.
Masih banyak manusia yang salah memahami dan menentang kehendak itu.

~ 3. Berdoa berarti menyandarkan hidup kepada Allah (ayat 11-13). 
Doa bukanlah sarana untuk mengontrol Allah.
Sebaliknya, doa merupakan ekspresi ketidakberdayaan dan persandaran kita yang terus-menerus kepada Allah.
Tiga hal yang disebutkan di bagian ini – makanan, pengampunan, dan kelepasan dari pencobaan – merupakan kebutuhan kita setiap hari.
Sulit membayangkan kita bisa bertahan dan menikmati hidup tanpa tiga hal tersebut.

• Meminta makanan setiap hari (ayat 10) menyiratkan kesadaran kita bahwa makanan lebih merupakan berkat Allah daripada hasil pekerjaan.
Bagi para pendengar mula-mula yang bekerja sebagai buruh harian, doa ini sangat relevan.
Jika mereka sakit, mereka tidak dapat bekerja.
Jika tidak bekerja, mereka tidak akan bisa makan.
Karena itu, mereka perlu belajar untuk bersandar kepada Allah tiap hari dan belajar bahwa “kesusahan sehari cukup untuk sehari” (6:34).

• Kata “kesalahan” dan “orang yang bersalah” (ayat 11) secara hurufiah berarti “hutang” dan “orang yang berhutang” (semua versi Inggris “debts” dan “debtors”).
Pemilihan kata ini menyiratkan bahwa sebagai ciptaan kita wajib menaati Allah.
Kegagalan melakukan hal ini merupakan hutang.
Begitu pula dengan kebaikan kita terhadap orang lain.
Adalah hak orang lain untuk menerima kebaikan kita begitu pula sebaliknya.
Kegagalan dalam hal ini layak diperhitungkan sebagai hutang.
Jika demikian, betapa banyaknya hutang kita setiap hari, baik kepada Allah maupun orang lain!
Kita memerlukan pengampunan setiap hari.

• Setiap hari kita juga membutuhkan "kelepasan" dan kemenangan dari pencobaan (ayat 12-13a).
Iblis selalu menggoda kita.
Iblis jauh lebih kuat dan berpengalaman daripada kita.
Dengan kekuatan sendiri kita tentu tidak mampu bertahan.
Hanya melalui persandaran pada Allah, kita akan mengalahkan Iblis (bdk. Yak 4:7 “Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!”).

CATATAN
Ajaran tentang doa dalam PB bersumber dari doktrin dan praktik Tuhan Yesus sendiri.
Kesederhanaan dalam doa diajarkan dalam Matius 6:5; 23:14; Markus 12:38-40; Lukas 20:47.
Doa harus dibersihkan dari segala kepura-puraan atau kepalsuan.


ErwanMusa : ☎️ 082157116469






















MDK (Materi Dasar Kekristenan) 1 ; BAB 3 : HIDUP BARU YANG SEJATI

MDK (Materi Dasar Kekristenan) 1

BAB 3 : HIDUP BARU YANG SEJATI


Roma 6:3-4 (LAI -TB)
6:3 Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? 
6:4 Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.


Hidup baru yang sesungguhnya itu bukan sekedar dari agama A pindah menjadi Kristen lalu ke gereja.
Atau yang tadinya suka main judi, lalu berhenti berjudi; yang tadinya seorang yang suka ribut, berantem, bahkan membunuh, berzina atau melakukan banyak perbuatan amoral, sekarang menjadi santun. 

Hidup baru yang sesungguhnya adalah bagaimana hidup Yesus kita peragakan utuh, penuh.
Maka dari itu kita harus memiliki perasaan krisis: “Apakah sampai di tarikan nafas terakhirku, aku sudah memiliki wajah, potret batiniah seperti yang dimiliki Yesus?”
Itu harus menjadi kegundahan kita, kekhawatiran kita, kecemasan kita.
Tetapi faktanya tidak banyak orang yang benar-benar berusaha memiliki perasaan krisis terkait dengan hal ini, karena banyak orang hanya fokus kepada perkara-perkara duniawi.
Yesus sendiri sebagai Anak Allah belajar taat dari apa yang diderita-Nya, sampai kesempurnaan.

Di tengah-tengah hiruk pikuk kehidupan ini, kita harua memilih menjadi seperti Yesus.
Dan itu harus menjadi agenda kita satu-satunya.
Saudara studi, karier, menikah, berkeluarga, punya anak, dan melakukan segala kegiatan hidup, tetapi semua harus terfokus kepada satu tujuan, yaitu seperti Kristus.
Memang sebenarnya tidak ada tujuan lain dalam hidup dan panggilan kita sebagai orang percaya, kecuali ini.
Jadi dengan menjadi orang percaya, kita memiliki tanggung jawab dan konsekuensi yang berat.

Hidup baru yang sejati itu yang dikatakan Tuhan dalam Matius 19:16-26, hidup berkualitas.
Artinya bukan jadi orang beragama Kristen saja, bukan hanya mengaku Yesus Tuhan dan Juruselamat saja, melainkan mengikuti cara hidup dan gaya hidup-Nya.
Maka jika kita belum seperti Yesus berarti kita belum memiliki hidup baru yang sesungguhnya dan kita harus berjuang mencapainya.

Hidup baru yang sesungguhnya itu seperti Yesus.
Kita harus melihat ini sebagai tujuan.
Lalu kalau kita sudah mengerti tujuan ini, kita harus mengalami progresivitas atau perkembangan setiap hari.

Hidup baru yang sesungguhnya adalah ketika seseorang benar-benar memperagakan kehidupan Tuhan Yesus secara utuh.
Kita tidak bisa mengenakan manusia baru jika kita masih mengikuti manusia lama, yaitu hidup dalam dosa dan tidak ada perubahan.
Dalam kesempatan yang Ia berikan, Allah menghendaki untuk pikiran dan perasaan-Nya di ekspresikan dalam hidup kita setiap saat.


“Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya KUASA supaya MENJADI anak- anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya (Yoh 1:12).

▪ Kata "Kuasa" disini menggunakan kata yunani ἐξουσίαν ; exousian, dari kata ἐξουσία ; exousia, pelafalan : ex-oo-see'-ah ; yang memiliki arti kuasa, hak istimewa/privilege
▪ Hak istimewa yang membuat seseorang memiliki fasilitas untuk menjadi anak-anak Allah.
▪ Fasilitas tersebut ialah : Penebusan, Roh Kudus, Firman dan Penggarapan intensif Allah atas orang-orang yang mengasihi Dia hingga menjadi anak-anak Allah yang berkodrat Ilahi.

▪ Sebagian besar orang Kristen beranggapan bahwa jika seseorang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka dia secara otomatis menjadi anak-anak Allah.
▪ Ini adalah pemahaman yang tidak tepat.
▪ Hal ini sudah menjadi pengertian umum, yang mendarah daging dan merasuk di dalam jiwa hampir semua orang Kristen.
▪ Jadi, tidak heran kalau orang ke gereja atau menjadi Kristen, otomatis ia sudah merasa dan mengaku sebagai anak Allah.

▪ Kita harus punya DNA/darah kehidupan Allah di dalam diri kita. 
▪ Tidak ada jalan lain untuk seseorang menjadi anak-anak Allah.
▪ Hanya dengan menerima PENEBUSAN KRISTUS, hidup dipimpin oleh ROH KUDUS artinya Roh Kudus melatih kita bagaimana menjadi anak-anak Allah, lalu menyerap FIRMAN, “Firman” di sini adalah suara Tuhan yang menuntun seseorang sehingga memiliki gen-Nya Allah, menjadi teknon (anak) Allah, karena tidak bisa terjadi atau berlangsung melalui sekolah teologi, rajin gereja. Serta PENGGARAPAN yang Allah kerjakan dalam hidup kita hingga kita anak-anak Allah yang berkodrat Ilahi atau mengenakan manusia baru.

PENEBUSAN
1 Korintus 6:19-20
Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, — dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?
Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!

Dalam ayat ini dikatakan bahwa orang yang ditebus bukan lagi miliknya sendiri.
Dari jelas sekali bahwa setelah seseorang memberi diri ditebus, maka ia harus melepaskan semua haknya.
Orang yang memberi diri ditebus oleh darah Tuhan Yesus harus menyerahkan segenap hidupnya bagi Tuhan.

Bentuk kesediaannya menyerahkan segenap hidupnya kepada Tuhan, tidak cukup dengan memberi uang, menjadi aktivis gereja, bahkan menjadi pendeta.
Tetapi harus mengisi bejana hatinya dengan kebenaran Tuhan, sehingga dapat memiliki pikiran dan perasaan Kristus (Fil 2:5-7), atau yang sama dengan cara berpikir Tuhan Yesus.
Hal ini dimaksudkan agar diri orang yang ditebus tersebut menjadi alat peraga Tuhan

Sehingga akhirnya orang percaya bisa berkata seperti Paulus dalam Galatia 2:20 – … namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.
Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.

Tubuh atau kehidupan yang sudah dibeli dengan harga lunas dibayar harus menjadi bait Roh Kudus. Dengan menjadi bait Roh Kudus, tubuh dan segenap kehidupan harus digerakkan sesuai dengan keinginan Roh Kudus
Dengan demikian menunjukkan bahwa ia memberi diri menjadi anak tebusan Tuhan

ROH KUDUS
Roma 8:14-17, “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah.
Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.”

Tubuh atau kehidupan yang sudah dibeli dengan harga lunas dibayar harus menjadi bait Roh Kudus.
Dengan menjadi bait Roh Kudus, tubuh dan segenap kehidupan harus digerakkan sesuai dengan keinginan Roh Kudus, bukan keinginan manusia yang sebelumnya memiliki tubuh tersebut.
Tentu saja hal ini bukan sesuatu yang mudah.
Dibutuhkan proses penyesuaian yang sangat berat.
Di sini terjadi pergumulan dan perjuangan orang percaya untuk mengendalikan kendaraan hidupnya sesuai dengan Roh Kudus.
Menolak untuk menyesuaikan diri dengan kehendak Roh Kudus, berarti menolak penebusan.
 
Perjuangan untuk menyesuaikan diri dengan kehendak Roh Kudus sama dengan perjuangan memperagakan kehidupan Yesus.
Memperagakan kehidupan Yesus berarti mengubah kodrat, dari kodrat manusia ke kodrat Ilahi. Kehidupan Yesus adalah model dari kehidupan “Manusia” yang mengenakan kodrat Ilahi.
Inilah standar kehidupan anak-anak Allah yang berkenan kepada Allah.

FIRMAN
Keselamatan tidak dapat dipisahkan dari Firman Tuhan.
Dalam Roma 1:16 ini sangat jelas menunjukkan bahwa Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan.
Dikuduskan oleh Firman artinya dengan kuasa Firman Tuhan yang dipahami, maka seseorang dapat didewasakan agar tidak lagi hidup dalam dosa, tetapi hidup sesuai dengan kehendak Allah atau menjadi anak-anak Allah.

Firman Tuhan menguduskan artinya Firman Tuhan menghindarkan manusia dari berbuat jahat (Yoh. 17:14-17).
Tentu manusia yang harus tekun belajar kebenaran Firman Tuhan, sebab kalau seseorang tetap dalam Firman barulah ia dapat dimerdekakan (Yoh. 8:31-32).
Dimerdekakan di sini maksudnya adalah dibebaskan dari kecenderungan berbuat dosa.

Bagaimana proses kemerdekaan itu berlangsung?
Menjawab pernyataan di atas kita harus memahami dan dapat membedakan pengertian Firman dalam arti Logos dan Rhema.
Pada waktu seseorang mendengar Firman Tuhan, cara berpikirnya diubah dengan pengajaran yang diajarkan secara penalaran atau kognitif.
Dalam hal ini Firman (logos) menjadi pengertian di dalam pikirannya.

Logos adalah Firman yang dipahami di dalam pikiran melalui pengajaran yang didengar (kognitif).
Misalnya seseorang mendengar Firman: Kasihilah musuhmu.
Pada waktu seseorang dalam pergumulan dimusuhi, Roh Kudus mengingatkan perkataan Tuhan tersebut yaitu Firman (logos) yang sudah dipahami secara akal pikiran.
Perkataan Tuhan inilah yang disebut sebagai Rhema.

PENGGARAPAN ALLAH YANG INTENSIF
Orang percaya dapat memiliki pengalaman eksklusif dengan Bapa dalam rangka penggarapan Bapa atas anak-anak-Nya supaya mengambil bagian dalam kekudusan-Nya, dan mengenakan kodrat Ilahi (Ibr. 12:9-10; 2Ptr. 2:3-4). 
Pengalaman dengan Bapa harus dialami setiap orang percaya sebagai persiapan untuk masuk Rumah Bapa.
Rumah Bapa adalah rumah orang percaya; dunia ini bukanlah rumah orang percaya. 

Memiliki pengalaman yang eksklusif dengan Bapa dalam penggarapan-Nya adalah anugerah yang luar biasa yang hanya dialami orang percaya sebagai umat pilihan atau anak-anak Allah.
Tidak semua manusia memiliki hak dan kesempatan yang luar biasa ini.
Ini adalah hak istimewa.

Satu hal yang sangat penting dalam hidup yang singkat ini adalah membangun manusia Allah di dalam diri kita.
Hal ini sama dengan diakhirinya atau dimatikannya monster/manusia lama di dalam diri kita, sehingga kehidupan anak Allah dalam diri kita dilahirkan dan dibangun secara terus menerus.
Jika demikian dalam hal ini bisa terbangun kodrat Ilahi dalam diri kita.
Kodrat sama artinya sifat asli atau bawaan.
Kata ini bersinonim dengan nature.
Disebut kodrat Ilahi artinya memiliki sifat atau karakter Allah.
Berkarakter Allah artinya segala sesuatu yang dipikirkan, diucapkan dan dilakukan selalu sesuai dengan kehendak Allah atau seirama dengan pikiran dan perasaan Allah.
Hal ini memungkinkan seseorang bermoral Allah, sehingga bisa berkelakuan seperti Allah.

Orang percaya yang berkarakter Allah disebut sebagai manusia Allah (man of God).
Inilah panggilan orang percaya, di mana sampai pada level tertentu setelah melalui proses pendewasaan, seseorang dapat mengenakan kodrat Ilahi (2Ptr. 1:3-4).

Keselamatan pada dasarnya memiliki fokus tujuan ini, yaitu mengembalikan manusia kepada rancangan Allah.
Rancangan Allah adalah mengubah manusia dari mengenakan kodrat dosa kepada kehidupan yang mengenakan kodrat ilahi (Sinful Nature ke Devine Nature).
Hal ini bukan sekadar membuat seseorang menjadi baik, tetapi menjadi sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Tuhan Yesus.
Hal ini harus dipandang sebagai kemutlakan yang harus dicapai orang percaya menjadi Manusia Baru atau Hidup Baru yang Sejati.

▪ Kita harus sukai mengalami penggarapan Tuhan melalui hal apa saja melalui sarana yang dipakai Tuhan, sehingga hidup baru yang kita miliki nyata pertumbuhannya.
▪ Ini adalah anugerah dimana Tuhan memberi kita potensi, peluang, kemungkinan untuk memiliki hidup baru yang sesungguhnya, yang semua mengarah kepada Tuhan kita, Yesus Kristus.
▪ Kesempatan ini terbatas, singkat, dan kita tidak tahu kapan berakhir.


Apa langkah konkret untuk mencapai Hidup Baru :
1. Periksa atau mengevaluasi diri.
2. Jangan hanya berkata, “saya belum sempurna,” apanya yang belum sempurna?
▪ Hal mana anda tidak sempurna?
▪ Temukan, gumuli, dan selesaikan, kesalahan apa yang masih anda lakukan?


ErwanMusa : ☎️ 082157116469

















MDK (Materi Dasar Kekristenan) 1 ; BAB 2 : BAPTISAN AIR

 MDK (Materi Dasar Kekristenan) 1


BAB 2 : BAPTISAN AIR

Salah satu tanda gereja yang sejati adalah melaksanaan Sakramen.
Sakramen berasal dari bahasa Latin: “sacramentum”, yang berarti “yang tersembunyi”.
Sakramen berbicara tentang makna dan esensi dari apa yang disimbolkan.
Sakramen berbicara tentang simbol/manifestasi, namun yang lebih dipentingkan bukanlah simbolnya melainkan apa yang disimbolkan di sana.
Dan Baptisan Air adalah salah satu sakramen dalam kekristenan selain Perjamuan Kudus.

Di dalam dunia teologi didefinisikan Sakramen sebagai berikut :
Sakramen merupakan peraturan kudus yang ditetapkan oleh Tuhan Yesus, yang di dalamnya Kristus dan manfaat-manfaat rohani dalam perjanjian yang baru ditampilkan, dimeteraikan dan diaplikasikan kepada orang percaya melalui tanda-tanda yang terlihat.

Peraturan-peraturan yang berasal dari perintah-perintah Tuhan Yesus sendiri. 
Artinya, sakramen bukan peraturan dari manusia tetapi peraturan dari Tuhan Yesus Kristus.
Apa yang Dia perintahkan secara eksplisit, itulah yang nantinya menjadi sakramen.
Walaupun tidak semua yang Dia perintahkan adalah sakramen, tetapi sakramen pasti diperintahkan secara langsung oleh Yesus Kristus.

Kristus dan manfaat-manfaat rohani di dalam perjanjian ditampilkan/terlihat dalam pelaksanaan sakramen. 
Manfaat-manfaat rohani itu bukan hanya ditampilkan tetapi juga diteguhkan, dimeteraikan dan diaplikasikan kepada orang-orang yang percaya.
Jadi sakramen bukan hanya sebuah ritual yang hanya menampilkan sesuatu.
Walaupun yang ditampilkan, Kristus atau manfaat-manfaat rohani di dalamnya tetapi sakramen bukan sekadar menampilkan sesuatu, tetapi juga memateraikan dan menerapkan manfaat-manfaat itu kepada umat perjanjian yang baru.

Contoh :
Hal ini tampak sangat jelas di dalam 1Korintus 11, ketika Paulus mengingatkan jemaat Korintus tentang Perjamuan Terakhir yang dilakukan Tuhan Yesus bersama murid-murid-Nya.
Paulus perlu mengingatkan mereka tentang hal ini karena jemaat di Korintus melakukan Perjamuan Kudus dengan cara yang keliru (lihat 1Kor 11).
Mereka tetap menggunakan anggur dan roti tetapi dengan konsep yang salah dan dengan cara yang keliru.
Mereka makan sampai kenyang bahkan mabuk.
Mereka makan tanpa mengindahkan orang-orang lain yang miskin, yang tidak punya roti dan anggur untuk dibawa ke jemaat.
Orang-orang kaya tidak mempedulikan orang-orang yang miskin sehingga Paulus perlu mengingatkan mereka tentang apa sebenarnya sakramen itu.
Bukankah sakramen Perjamuan Kudus berasal dari Perjamuan Terakhir, ketika Tuhan Yesus memberikan tubuh-Nya untuk orang-orang percaya?
Itulah yang seharusnya dilakukan oleh jemaat di Korintus, memberikan apa yang mereka miliki untuk orang lain.
Bukankah di dalam Perjamuan Terakhir itu Tuhan Yesus mengambil cawan membagikan kepada murid-murid-Nya dan berkata: “Cawan ini adalah perjanjian yang baru yang dimateraikan oleh darah-Ku” 
Di dalam sakramen, mereka semua diikat menjadi satu umat perjanjian.
Jadi bagaimana bisa orang-orang kaya tidak mempedulikan orang-orang miskin.
Bagaimana bisa umat dari satu perjanjian tidak saling memperhatikan dan menolong.
Dengan kata lain, walaupun jemaat Korintus melakukan ritual sakramen Perjamuan Kudus, tapi maknanya tidak ada di sana, juga caranya bertabrakan dengan makna yang benar.

Jadi kita perlu memahami dengan baik bahwa sakramen adalah perintah Tuhan sendiri yang di dalamnya Kristus dan manfaat-manfaat rohani ditampilkan, dimeteraikan dan diaplikasikan. Sehubungan dengan hal ini kita perlu memperhatikan setidaknya dua hal penting tentang Sakramen, sebelum kita membahas Sakramen Baptisan Air.

1). Sakramen bukanlah anugerah yang baru, melainkan sarana untuk meneguhkan anugerah Allah yaitu anugerah keselamatan.
Sakramen bukan segala-galanya.
Hal yang dipentingkan adalah apa yang disimbolkan di dalam sakramen.
Hal yang dipentingkan adalah anugerah Allah di dalam sakramen.
Sakramen hanyalah simbol.
Sebagai contoh, sangatlah memprihatinkan kalau ada gereja-gereja tertentu yang menganggap roti dan anggur itu sebagai “jimat” untuk kesembuhan; juga ketika roti dan anggur itu dianggap sebagai sesuatu yang memiliki nilai mistis di dalamnya.
Ini jelas bertabrakan dengan firman Tuhan karena yang dipentingkan dalam Perjamuan Kudus seharusnya bukan ritualnya, bukan wujudnya atau manifestasinya tetapi makna di dalamnya, yaitu ada anugerah Allah yang diterima dan dimateraikan di dalam Kristus Yesus, begitu juga dengan Sakramen Baptisan Air.

2). Kesalahan di banyak gereja yang menceraikan sakramen dengan pemberitaan firman Tuhan. Banyak gereja hanya memandang roti dan anggur itu sebagai sesuatu yang “terpenting”.
Banyak gereja yang memandang baptisan (apalagi di sungai Yordan) memiliki kuasa pada dirinya sendiri.
Ini sesuatu yang keliru.
Sakramen tidak bisa dipisahkan dari firman Tuhan.
Sakramen harus didasarkan pada pemberitaan firman.
Sakramen tidak akan ada artinya tanpa firman Tuhan.
Karena itu haruslah kita melakukan sakramen dengan cara yang benar sesuai dengan firman Tuhan.


LATAR BELAKANG, ARTI KATA BAPTIS DAN MAKNA BAPTISAN AIR

▪ Latar belakang Baptisan

Untuk memperoleh pengertian yang tepat mengenai baptisan air, maka terlebih dahulu kita harus memahami apa yang dimaksud dengan baptisan dari latar belakangnya.

Baptisan  dalam bahasa ibrani  טבילה – TEVILÂH ; bukanlah berasal dari tindakan Kristiani, tetapi merupakan kelanjutan dari apa yang sudah menjadi tradisi dalam sejarah orang Yahudi.
Naaman, tokoh Perjajian Lama non-Yahudi, dianggap sebagai Proselit ketika ia membenamkan dirinya (Baptis/ TEVILAH) atas petunjuk dari Elisa (2 Raja 5:14).
Dan dari situ muncul ketentuan bahwa orang-orang non-Yahudi masuk ke dalam agama Yahudi dengan ditandai upacara pembaptisan dengan cara pembenaman di udara (Baptis/ TEVILAH).

Upacara "baptis" dalam agama Yahudi wajib dijalani oleh orang non-Yahudi yang akan masuk menjadi pengikut agama Yahudi/agama Musa
Kalangan non-Yahudi yang dibaptis termasuk kalangan proselit.
Menurut Talmud/catatan tentang diskusi para rabi yg berkaitan dg hukum yahudi, etika, kebiasaan dan sejarah dan jg dari sudut pandang Farisi-Palestina, di samping harus din"benamkan ke dalam air" (dibaptis), kalangan proselit itu harus disunat dan mempersembahkan korban.

Jadi baptisan (awal) merupakan tradisi Yahudi.
Pada prinsipnya, baptisan menunjuk pada kehidupan seseorang yang berkomitmen memasuki sebuah cara atau gaya hidup yang baru.
Sejak seseorang dibaptis ia harus bersedia meninggalkan cara atau gaya hidupnya yang “lama” dan mengenakan cara hidup yang baru.

Adapun baptisan Yohanes merupakan penegasan bahwa mereka yang memberi diri dibaptis harus memiliki buah-buah pertobatan yang benar.
Yohanes Pembaptis mulai mengarahkan bangsa Israel pada kebenaran yang tulus dan murni. Mereka dituntut untuk sungguh-sungguh menunjukkan buah pertobatannya.
Setelah dibaptis mereka harus bersedia hidup yang baru memenuhi tuntutan kebenaran.
Baptisan dalam Kekristenan yang kita lakukan saat ini adalah lambang kematian.
Seorang yang memberi diri dibaptis harus meninggalkan cara hidup yang sama dengan anak-anak dunia dan mengenakan gaya hidup Tuhan Yesus.

Jadi, orang yang memberi diri dibaptis dalam nama Tuhan Yesus harus belajar hidup seperti Tuhan Yesus hidup.
Hal ini juga ditegaskan oleh Paulus dalam Roma 6:4, Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.

Bagi orang percaya baptisan dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus atau dalam nama Tuhan Yesus Kristus berarti kesediaan untuk hidup sebagai warga Kerajaan Surga dengan hukum Kerajaan-Nya yaitu kehendak Allah.

Sakramen Baptisan Air adalah salah satu sakramen yang dipercayai oleh Gereja Protestan.
Dan semua Gereja Protestan menyatakan hal yang sama bahwa Baptisan Air adalah suatu keharusan untuk dilakukan oleh orang percaya sebagai bukti / tanda kita menjadi percaya atau tanda pertobatan.

▪ Arti kata Baptis.

Kata baptis berasal dari bahasa Yunani, yaitu βαπτίζω (baptizō). “βαπτιζω – BAPTIZÔ”, future ” βαπτισω – BAPTISÔ”, dari kata ‘βαπτω BAPTÔ‘, mencelup.
Membenamkan, mencelupkan, menenggelamkan untuk maksud religius, membanjiri, memenuhi, membaptiskan.

Istilah ini yang memperkuat bahwa cara baptisan adalah dicelup/diselam yang artinya dimasukan ke dalam air.
Baptisan adalah tanda bahwa kita adalah milik Allah. 
Pengertian baptis selam adalah penguburan (dalam air) dan kebangkitan (keluar dari air), yang diuraikan dalam Roma 6:3-4.

~> Baptis selam berdasarkan Alkitab:

Mat 3:16  Sesudah dibaptis, "Yesus segera keluar dari air" dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya,…

Mar 1:10  Pada saat Ia "keluar dari air," Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya.

Kis 8:38  Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya "turun ke dalam air," baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. Kis 8:39  Dan setelah "mereka keluar dari air," Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita.

▪ Makna Baptisan Air

Setiap orang harus dibaptis setelah memberi diri ditebus oleh darah Tuhan Yesus, Firman Tuhan menyatakan dengan jelas bahwa kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian-Nya, supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru (Rm.6:3-4)

Dalam teks ini Rasul Paulus menunjukkan bahwa baptisan itu sebenarnya lambang kematian.

Kematian yang dimaksud di sini adalah kita berhenti dari cara hidup yang tidak dikehendaki Tuhan, atau mati dari cara hidup yang melawan kehendak Tuhan.
Kesediaan untuk mematikan cara hidup yang lama dan bersedia mengenakan cara hidup yang baru ini dinyatakan di hadapan Tuhan dan di depan umum dengan baptisan.

Jadi baptisan sebenarnya adalah sebuah proklamasi kepada dunia, bahwa kita kini bersedia untuk hidup sesuai dengan cara Tuhan.
Baptisan tidak boleh dijadikan sekadar syarat administrasi gereja agar kita bisa diterima sebagai anggota di salah satu denominasi gereja, menerima peneguhan pemberkatan nikah, sembuh dari penyakit, dibebaskan dari kemiskinan dan motivasi lainnya.
Baptisan juga bukan sekadar agar anak-anak yang sudah mulai remaja bisa menjadi anak Tuhan yang baik.

Pada zaman Kekristenan awal, apabila seseorang memberi diri dibaptis, berarti ia mempertaruhkan segenap hidupnya. Ia harus bersedia kehilangan hak kewarganegaraanya, kehilangan kenyamanan hidup, kehilangan harta benda dan masa depan di bumi ini.
Ia bisa ditangkap, dimasukkan penjara, disiksa bahkan dibunuh.
Dalam masa aniaya itu, banyak orang dianiaya dan dibunuh akibat menjadi Kristen dan dibaptis. Bagi orang dunia ini tragis, tetapi itulah harga yang harus dibayar jika kita mau mengiring Tuhan Yesus.

Apakah harga atau nilai yang tinggi dalam pengiringan kepada Kristus di masa kini telah merosot nilainya?
Bagaimana dengan kita hari ini?
Seberapa mahalkah harga yang kita telah bayar demi pengiringan kita kepada Tuhan Yesus?
Saat dibaptis, sudahkah kita sadar bahwa itu berarti kita sudah mati dan dikuburkan bagi dunia ini?

Tanpa kematian itu, kita tidak bisa hidup dalam hidup yang baru.
Makna baptisan bukan sekadar ritual, melainkan menjadikan kita mati bersama Kristus bagi dunia ini.
Jadi Baptisan Air adalah respon seseorang yang sungguh-sungguh mau mengikuti Yesus


SYARAT MENGIKUTI BAPTISAN AIR

Adapun syarat untuk dibaptis adalah :

a) Bertobat (Kis. 2:38). 
Bertobat “Yunani: Metanoia”, artinya berbalik 180 derajat dari pikiran dari perilakunya yang jahat.
Artinya percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi."
Selanjutnya seseorang harus belajar kebenaran Tuhan untuk mencapai kesucian Tuhan atau mengenakan kehidupan Yesus yang sangat batiniah sifatnya.
Segala sesuatu yang Tuhan perintahkan terdapat dalam Kitab Perjanjian Baru, yang isinya sangat batiniah.

Dalam hal ini sangat penting untuk memiliki ketajaman berpikir guna menangkap kebenaran batiniah yang Tuhan ajarkan.
Akhirnya, orang percaya dapat menghidupkan kehidupan Yesus yang pernah hidup di bumi dengan tubuh daging dua ribu tahun yang lalu, dalam kehidupan orang percaya hari ini.
KESEDIAAN SESEORANG BERTOBAT DINYATAKAN DALAM BAPTISAN AIR

Inilah yang dimaksud oleh Tuhan Yesus dilahirkan oleh air (Yoh. 3:3-5).
“Dilahirkan oleh air” menunjuk kepada komitmen seseorang untuk meninggalkan dunia dan mengikut Tuhan Yesus yang ditunjukkan dengan baptisan air, yaitu pertobatan yang sejati. Pertobatan seperti ini tidak hanya terjadi satu kali, tetapi terus menerus sepanjang kehidupan.

Setiap kali pikiran dicerahi kebenaran, kemudian menyadari ketidaktepatannya
dalam berpikir dan bertindak, maka seesorang harus melakukan pertobatan.

b) Menghasilkan buah Pertobatan

“Tetapi waktu ia melihat banyak orang Farisi dan orang Saduki datang untuk dibaptis, berkatalah ia kepada mereka: “Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang? Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. (Matius 3:7-8)


PENTINGNYA BAPTISAN AIR

Perintah Tuhan Yesus (Amanat Agung) Matius 28:18-20; Mark. 16:15-18
Baptisan adalah Amanat Agung dari Tuhan Yesus.
Apabila Tuhan Yesus menyempatkan diri untuk memberi pesan sebelum naik ke sorga berarti hal ini sangat penting.
Baptisan bukanlah pilihan tetapi perintah yang harus dilaksanakan.
Dan Baptisan yang Tuhan Yesus ajarkan adalah baptisan sesuai makna Bahasa Yunani: Baptizo artinya dimasukkan ke dalam air (tenggelamkan).



ErwanMusa : ☎️ 082157116469