MDK (Materi Dasar Kekristenan) 1
BAB 6 : KEHENDAK BEBAS YANG TERBATAS DAN BERTANGGUNG JAWAB
Kehendak bebas (Latin: liberum arbitrium) artinya manusia dapat memilih taat kepada Allah atau memberontak kepada-Nya.
Dengan demikian kehendak bebas berarti manusia menentukan nasib dan keadaan dirinya sendiri.
Yosua 24:15 : .............................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
Kehendak adalah dorongan dalam diri manusia untuk meraih atau mengharapkan sesuatu.
Dengan kehendak ini, manusia bisa menciptakan berbagai cita-cita dan harapan yang ditujukan kepada sesuatu atau seseorang.
Inilah keistimewaan manusia yang melebihi dari semua ciptaan Allah yang lain.
Sebagaimana Allah yang adalah gambarnya memiliki kehendak, demikian pula manusia diciptakan dengan keberadaan yang sama.
Dengan keberadaan sebagai mahkluk yang memiliki kehendak atau keinginan—baik malaikat maupun manusia—berarti bertanggung jawab menentukan nasibnya.
Selain itu, dalam relasinya dengan Tuhan, manusia harus bisa menempatkan dirinya dengan benar di hadapan Tuhan dan menempatkan Tuhan secara pantas, yaitu sebagai Tuan atas umat tebusan-Nya.
Ini adalah sesuatu yang sangat luar biasa.
Suatu kehormatan yang tiada tara kalau manusia diberi kebebasan untuk menempatkan diri di hadapan Tuhan dengan benar, dan hal ini harus dilakukan dengan kerelaan, bukan dengan paksaan.
Hal ini menunjukkan bahwa dirinya memilih Tuhan; yaitu mengasihi, menghormati, dan dengan segenap hidup mengabdi kepada-Nya.
Dengan hal ini, manusia digolongkan sebagai makhluk ilahi atau makhluk rohani.
Tidaklah heran kalau manusia disebut sebagai anak-anak Allah.
Tentu sebutan ini bukan sekedar sebutan.
Di balik sebutan ini terdapat fakta bahwa keberadaan manusia sangat luar biasa.
Manusia diciptakan menurut rupa dan gambar Allah.
Manusia sebagai anak-anak Allah, dilengkapi dengan berbagai elemen/komponen yang juga ada di dalam diri Allah, sehingga manusia dapat mengambil keputusan dengan tepat, bijaksana seperti Allah sendiri.
Kejadian 2:26 : .................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
Catatan :
Hanya makhluk manusia yang diberi Tuhan komponen seperti yang Allah sendiri miliki, yaitu pikiran dan perasaan.
Dari pikiran dan perasaan ini, manusia dapat menciptakan, memproduksi, membuahkan kehendak atau keinginan.
Hewan hanya didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan fisik jasmani guna mempertahankan hidup.
Ini yang luar biasa, bahwa manusia memiliki kehendak yang bukan saja untuk memenuhi kebutuhan fisik atau kebutuhan jasmani saja, tetapi lebih dari itu.
Manusia bisa mengeksplorasi semua yang Allah ciptakan guna meningkatkan kesejahteraan hidupnya, meningkatkan kualitas hidup secara fisik.
Dalam kehendak bebasnya, manusia dapat memilih untuk taat kepada Allah atau memberontak kepada-Nya.
Berbicara mengenai mengasihi atau menghormati Allah, ini adalah bagian terdalam dari diri manusia, yaitu di dalam hati dan perasaannya.
Tentu saja ini adalah bagian atau wilayah manusia yang tidak diintervensi oleh siapa pun, bahkan oleh Allah sendiri.
Kalau Allah berintervensi di dalamnya, manusia secara total atau mutlak menjadi boneka yang kehilangan integritas dan personalitinya (kepribadian), sebab memang tidak membutuhkan integritas dan personaliti lagi.
Sejatinya, kehendak bebas bisa didefinisikan sebagai konsep yang menyatakan bahwa keadaan perilaku manusia tidak mutlak ditentukan oleh kausalitas di luar dirinya, tetapi merupakan akibat atau hasil dari keputusan dan pilihan yang dibuat melalui sebuah aksi dan reaksi dari diri sendiri. Keputusan dan pilihan tersebut ditentukan oleh komponen dalam diri manusia, yaitu pikiran dan perasaannya.
Dari pikiran dan perasaan ini, seseorang memiliki kemampuan mempertimbangkan sesuatu.
Dari hasil pertimbangannya tersebut, seseorang dapat mengambil keputusan atau memilih.
Pilihan dan keputusan yang dapat dilakukan manusia seperti di atas ini tidak ditentukan oleh penyebab di luar dirinya, namun ditentukan oleh motif dari diri sendiri, yaitu hasil dari pertimbangan nalar atau rasio yang dimilikinya.
Adapun kemampuan manusia mempertimbangkan sesuatu yang menghasilkan sebuah keputusan dan pilihan, tergantung kemampuan berpikirannya.
Adapun kemampuan berpikir atau berlogika yang dimiliki seseorang sangat ditentukan oleh apa yang masuk ke dalam pikirannya melalui jendela mata dan telinganya atau panca inderanya, serta segala sesuatu yang dialaminya.
Memang ada faktor-faktor di luar diri pribadi manusia itu sendiri dalam mengambil keputusan, seperti misalnya pimpinan Roh Kudus di dalam diri manusia itu.
Tetapi pada akhirnya, keputusan akhir ada di tangan setiap individu.
Keputusan akhir mengakibatkan atau membuahkan segala tindakan yang dapat dilakukan atau yang terwujud.
Kehendak bebas harus dipahami sebagai pemberian Tuhan yang sangat berharga atau tak ternilai dari Tuhan, dimana manusia diberi kemampuan mempertimbangkan sesuatu, yang oleh karenanya manusia dilengkapi dengan rasio.
Tuhan menghargai manusia yang faktanya adalah “manusia yang membuat keputusan akhir.” Tentu saja ini menjadi kehormatan bagi manusia.
Dalam kehormatan ini, sekaligus membawa manusia sebagai makhluk yang berisiko sangat tinggi. Dalam hal ini, pemberian yang berharga selalu disertai dengan tanggung jawab.
Jika pemberian yang berharga tanpa tanggung jawab, hal itu membuat pemberian itu sendiri menjadi tidak berharga.
Sebagai orang percaya yang dewasa, kita harus memahami dan menerima kehendak bebas ini sebagai kepercayaan, bukan sebagai beban yang menekan atau keberadaan yang mengancam.
Kalau seseorang menyalahgunakan kebebasan berkehendak, hal ini akan membawa dirinya kepada kebinasaan.
Ini sungguh-sungguh berbahaya.
Tetapi kalau seseorang menggunakan kehendak bebasnya dengan bijaksana, kehendak bebas tersebut dapat menggiringnya kepada kehidupan atau kemuliaan bersama Tuhan dengan rela, tanpa paksaan.
Menjadi pertanyaan bagi kita semua sekarang adalah bagaimana kita menggunakan kehendak bebas tersebut?
Selagi masih ada kesempatan, kita harus bertobat.
Jangan sampai kehendak bebas malah menyeret kita kedalam kegelapan abadi.
Dengan keberadaan sebagai makhluk yang memiliki kehendak bebas, manusia bertanggung jawab menentukan nasibnya.
ALLAH TIDAK MENGINTERVENSI/MENGAMBIL ALIH KEBEBASAN MANUSIA ATAU MENJADIKAN MANUSIA SEPERTI ROBOT
Satu hal yang harus kita sadari bahwa tidak ada yang lebih bertanggung jawab dalam hidup kita lebih daripada diri kita sendiri.
Setan dan Tuhan tidak dapat dituntut pertanggungan jawab atas nasib kekal seseorang, sebab baik setan maupun Tuhan tidak dapat mengendalikan kehendak bebas seseorang untuk berbuat benar ataupun salah.
Tuhan telah menyerahkan kedaulatan kepada manusia untuk menentukan nasib kekalnya sendiri. Sebagai buktinya, kita dapat melihat kisah Adam dan Hawa, Kain dan Habel, bangsa Israel, dan banyak lagi di dalam Alkitab yang menunjukkan bahwa manusia menentukan nasibnya sendiri. Semua itu pada dasarnya menunjukkan kepada kita fakta adanya hukum tabur tuai.
Hukum tabur tuai adalah bahwa manusia menentukan nasib serta keadaan dirinya sendiri tanpa campur tangan pihak lain.
Allah memberikan kemerdekaan kepada manusia untuk bertindak dan menentukan keadaan dirinya berdasarkan hukum dan keadilan Tuhan.
Jadi bagaimanapun, manusia tetap terikat dengan hukum dan keadilan Allah.
Manusia tidak dapat melepaskan diri dari realitas ini.
Manusia diperhadapkan kepada hukum dan keadilan Tuhan, yaitu berkat atas ketaatan, atau kutuk atas pemberontakan.
Oleh sebab itu, kehidupan ini harus sungguh-sungguh dijalani dan disikapi dengan sikap hati-hati. Allah tidak pernah mengambil alih kebebasan manusia, sebab Allahlah yang menciptakan kebebasan itu dan Allah menghendaki agar manusia menggunakannya semaksimal mungkin. Manusia diperhadapkan pada pilihan-pilihan dalam jalan hidupnya, apakah ia hidup dalam ketaatan kepada Tuhan yang mendatangkan berkat, atau pemberontakan yang mendatangkan kutuk.
Dalam hal ini, kita dapat menyimpulkan bahwa nasib manusia ada di tangan manusia itu sendiri. Kalimat bahwa “nasib manusia di tangan manusia itu sendiri,” harus dilihat dari perspektif manusia, bukan dari perspektif Allah.
Allah memiliki bagian yang pasti Allah penuhi, tetapi manusia juga memiliki bagian mutlak yang harus dipenuhinya.
Menjadi kehendak Allah agar kita mengontrol kehendak diri, tubuh, jiwa, dan roh kita sendiri dengan saksama.
Penguasaan diri dimana seseorang mampu mengontrol dirinya sendiri dalam ketertundukan pada kehendak Allah, membuat dirinya dapat menjadi anak Allah yang berkenan di hadapan Bapa.
Hal ini bisa terjadi atau berlangsung dalam kehidupan kita, bukan karena Allah mengatur secara sepihak sehingga menghilangkan kebebasan kita.
Manusia tidak pernah kehilangan kebebasan, sampai menyerahkan kebebasan itu kepada Tuhan atau musuh-Nya.
Manusia tidak pernah menjadi seperti robot yang diatur oleh remote control.
Hal ini merupakan ketetapan dari kedaulatan Allah.
Kedaulatan Allah tidak menentukan bagaimana nasib masing-masing individu, tetapi kedaulatan Allah menetapkan bagaimana masing-masing individu menentukan nasibnya.
Manusia mengatur dirinya sendiri.
Kalau ia mau mengatur dirinya sesuai dengan kehendak Allah, maka terbangunlah kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah.
Jika tidak, maka tidak berlangsung demikian.
Manusia yang menentukan sendiri.
Kita juga dapat menentukan keadaan diri kita untuk hidup dalam perkenanan Tuhan.
Tentu semua ini bisa terjadi atau berlangsung dalam pimpinan Roh Kudus.
Pembiasaan diri menuruti kehendak Allah melalui penyangkalan diri terus-menerus akan membuahkan kehidupan yang semakin serupa dengan Yesus.
Iblis menghendaki agar kita menggunakan kebebasan dengan ceroboh.
Sebab ketika kita menggunakan kehendak bebas dengan ceroboh, maka Iblis dapat lebih leluasa menguasai seseorang sampai pada tingkat penguasaan yang permanen.
Terkait dengan hal ini, Paulus menasihati orang percaya untuk tidak memberi kesempatan kepada Iblis.
Efesus 4:27 : ..............................................................................................................................
Kata “kesempatan” dalam teks aslinya adalah : τόπον ; topon.
Kata ini dapat diterjemahkan sebagai “tempat berpijak” atau “pangkalan.”
Artinya bahwa, pangkalan yang disediakan oleh seseorang bagi Iblis dalam kehidupannya akan membuat seseorang hidup dalam penguasaan Iblis sepenuhnya sampai tidak dapat melepaskan diri dari penjaranya.
Jaring-jaring Iblis yang menjerat manusia ini, dimulai dari hal-hal kecil dan sangat sederhana.
Bila hal tersebut dibiarkan, maka akan menjadi belenggu yang tidak dapat diputuskan.
Oleh sebab itu, bagaimanapun kita harus setia dari perkara kecil dan waspada terhadap setiap hal yang dapat membelenggu pikiran dan daging kita.
Terkait dengan hal ini, kita harus memahami dengan benar apa yang dimaksud dengan menyerah kepada Allah.
Menyerah kepada Allah bukan berarti menjadi pasif, tetapi sebaliknya, menjadi aktif mengenal Tuhan dan mencari kehendak-Nya untuk dilakukan.
Dalam penyerahan diri tersebut, kita harus aktif mengontrol seluruh kehidupan kita.
Di sini Roh Kudus akan menolong kita menghasilkan buah Roh, yaitu pengendalian diri atau self control.
Dari pengendalian diri ini, seseorang tidak dapat dikuasai oleh kuasa gelap, tetapi menyerahkan kehendaknya kepada Roh Kudus untuk dipimpin agar hidup dalam kebenaran dan kesucian Tuhan.
Galatia 5:25 : ....................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
Dalam teks asli Yunani bermakna demikian :
Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga "dipimpin" (yun) : στοιχω ; stoicheo : berjalan seirama dengan spirit, hasrat dan gairah yang sesuai dengan Roh Kudus.
Jadi, yang penting kita pahami bahwa Allah tidak pernah mengambil alih kebebasan manusia, sebab Allahlah yang menciptakan kebebasan itu dan Allah menghendaki agar manusia menggunakannya semaksimal mungkin.
Ex : Keputusan Adam dan Hawa ketika mengikuti kehendak Iblis di Taman Eden
MELAWAN SINFUL NATURE/KODRAT DOSA UNTUK MENCAPAI DEVINE NATURE/KODRAT ILAHI (MAN OF GOD)
Dalam perjuangan mengikuti jejak Tuhan, kita sering kali terbentur dengan kecenderungan dosa yang ada di dalam diri kita.
Kecenderungan dosa dalam diri kita disebut dengan sinful nature atau kodrat dosa.
Kodrat dosa ini merupakan konsekuensi dari kehendak bebas yang ada dalam diri manusia. Sebenarnya, kehendak bebas membuat manusia memiliki keunggulan, yakni ia memiliki kehendak yang tidak dikendalikan oleh faktor-faktor eksternal di luar dirinya tapi digerakkan oleh keputusan dari dirinya sendiri.
Kehendak bebas tercipta dari dua komponen utama dari dalam diri manusia yang saling bersinergi, yakni pikiran dan perasaan.
Dari kedua komponen ini, manusia bisa memiliki kehendak.
Sifat dari kehendak ini adalah bebas, artinya tidak dapat diatur atau dikontrol oleh siapa pun. Walaupun tentu sebagai makhluk ciptaan, manusia itu terbatas.
Tetapi di dalam keterbatasannya, manusia tetap bisa menentukan destiny atau nasibnya sendiri. Inilah yang memberi nilai yang sangat berarti pada diri manusia.
Binatang tidak bisa menentukan destiny atau nasibnya.
Berbeda dengan manusia, sebab manusia adalah satu-satunya makhluk yang bisa berinteraksi dengan Allah dalam hubungan yang interpersonal.
Interaksi artinya hubungan timbal balik, sedangkan interpersonal artinya dari pribadi ke pribadi. Manusia dapat membangun hubungan yang dua arah dengan Allah.
Manusia yang tidak mengerti kebenaran ini dan tidak membangun hubungan interpersonal dengan Allah adalah manusia yang tidak berkualitas.
Memang biasanya manusia yang tidak mengerti kebenaran memberi nilai dirinya pada merk tas, sabuk, arloji yang dikenakan, rumah yang dimiliki, kendaraan yang dikendarai, jabatan/kedudukan, yang ia merasa dengan semua itu ia memiliki nilai atau harga diri.
Manusia adalah makhluk yang memiliki nilai yang luar biasa, artinya lebih dari semua ciptaan. Sebab Allah memberi diri untuk berinteraksi dengan manusia di dalam hubungan interpersonal. Jadi, masalah materi tidak ada artinya sama sekali jika dibanding dengan Tuhan
Dalam durasi waktu hidup 70-80 tahun, diharapkan manusia menemukan tempatnya di hadapan Allah, dan menempatkan Allah secara benar.
Ini merupakan proses keselamatan yang suatu hari nanti ketika Tuhan membangkitkan tubuh manusia, kita bisa menempati langit baru bumi baru.
Untuk itu, manusia harus menemukan kembali tanggung jawabnya menentukan nasib kekal dengan kehendak bebas yang dimiliki.
Dengan kematian Yesus di kayu salib, semua akibat dosa dipikul oleh Tuhan Yesus.
Semua manusia dari manusia pertama, Adam sampai manusia terakhir, atas perbuatan salah kita sejak kita lahir sampai nanti, jika mungkin kita masih berbuat salah.
Tetapi yang menjadi tanggung jawab kita adalah bagaimana kita memiliki batin yang benar.
Memiliki pikiran, perasaan seperti yang Allah kehendaki, supaya kehendak kita selalu sesuai dengan pikiran, perasaan Allah dalam Kristus (Man Of God)
Filipi 2:5 : ...........................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
Jadi kalau kita menyadari kesempatan ini, kita akan rela meninggalkan apa pun demi tercapainya maksud keselamatan yang Tuhan berikan, yaitu memiliki pikiran dan perasaan sesuai dengan kehendak Bapa, Pencipta kita.
Itulah sebabnya, Firman Tuhan mengatakan, “hendaklah kamu dalam hidupmu bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.” (Fil.2:5)
Jika dikaitkan dengan betapa sulitnya mengikuti jejak Tuhan akibat kodrat dosa yang ada dalam diri kita, kita harus menyadari beberapa hal agar kita selalu mawas diri, yaitu:
▪ Pertama, kodrat dosa dalam diri kita itu kuat.
Jangan meremehkan kebiasaan bersalah atau mendiamkan kesalahan tanpa komitmen untuk segera bertobat.
Kalau tidak segera dibereskan maka kodrat dosa akan menjadi semakin kuat dan tidak bisa dilepaskan.
▪ Kedua, kodrat dosa di dalam diri kita itu menyatu.
Jadi, terkadang kita merasa sesuatu sudah baik, padahal tidak.
Sehingga, akhirnya kita tertipu oleh diri kita sendiri.
Banyak orang tidak sadar bahwa dirinya selalu hidup dalam irama kodrat dosa yang membinasakan.
▪ Ketiga, kodrat dosa itu licik.
Ia mendorong kita untuk melakukan sesuatu yang meleset dengan pembenaran tertentu.
Ex : Waktu kita mau menjahati orang, kita mencari cara untuk menjahatinya dengan 1001 alasan dalam nurani.
▪ Keempat, kodrat memanfaatkan momentum.
Ada momentum tertentu dimana kita lemah dan bisa bersalah.
Kodrat dosa dalam diri kita memanfaatkan momentum dengan baik.
Itulah sebabnya Alkitab mengatakan di dalam 1 Petrus 1:14, “Jangan turuti hawa nafsu pada waktu kebodohan.”
KESIMPULAN
Dengan menyadari semua hal ini, kita dapat berjaga-jaga setiap saat.
Sulitnya menghadapi kodrat dosa tidak menunjukkan kemustahilan untuk menghadapinya. Kesungguhan kita mengikut jejak Tuhan untuk melawan kodrat dosa ini akan membawa kita masuk dalam kawasan selanjutnya sesuai pertumbuhan iman kita.
Tuhan telah menyiapkan proses terbaik bagi kita untuk menyelesaikan kodrat dosa tersebut. Namun dari pihak kita, harus ada kesungguhan mengikuti jejak Tuhan dan menundukkan kodrat dosa itu pada pikiran dan perasaan Kristus.
Jadi, jika kita memahami makna hidup dalam kehendak bebas atau Free Will, membuat kita sesungguhnya tidak bebas semau kita sendiri dalam keputusan-keputusan kita, sehingga kita dapat mencapai "Man Of God" atau Manusia berkepribadian Allah (Devine Nature).
ErwanMusa : ☎️ 082157116469
Tidak ada komentar:
Posting Komentar