Rabu, 17 April 2024

MDK (Materi Dasar Kekristenan) 1 ; BAB 4 : PENGERTIAN BERDOA

 


MDK (Materi Dasar Kekristenan) 1

BAB 4 : PENGERTIAN BERDOA


▪ Definisi DOA menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Doa : Permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan.
Berdoa : mengucapkan (memanjatkan) doa kepada Tuhan.

Roma 10:1 ........................................................................................................................

........................................................................................................................

▪ Kata berdoa pada Surat Roma 10:1, dalam bahasa aslinya dipakai kata "deesis" (δέησις), yang berarti : kebutuhan (need), keinginan (want), fakir miskin (indigent), kekurangan (privation), permintaan (asking), pencarian (a seeking), permohonan (entreating, supplication, request) yang sama dengan permintaan kepada Tuhan (prayer).

▪ Dari etimologi diatas, kita dapat definisi Doa menurut Alkitab adalah sbb :
Doa mengandung gagasan meminta, memohon, mengemis, memohon belas kasihan, mencari, meminta petunjuk, dan juga memuji, bersyukur, serta mengagungkan.

▪ Doa adalah komunikasi dua arah yang bersifat ibadah dengan Allah yang benar.
Doa merupakan tindakan menghubungkan diri dengan Tuhan.
Percakapan antara Allah dan manusia diberitakan dalam Perjanjian Lama (misal : Abraham, Kejadian 15:1-6; Musa, Keluaran 3:1-4; 33:11; para nabi, 1 Samuel 3:4-9).

▪ Doa dalam PL mencakup permohonan, syafaat, pengakuan, dan pengucapan syukur.

▪ Dalam PB diceritakan tentang Tuhan Yesus yang sering berdoa kepada Bapa-Nya dan mengajarkan Doa Bapa Kami kepada murid-murid-Nya (Matius 6:9-13; Lukas 11:2-4).
Surat-surat dalam PB mengajarkan bahwa doa kepada Allah dilakukan melalui nama Tuhan Yesus Kristus (Roma 1:8).

Roma 1:8 .......................................................................................................................

.......................................................................................................................

Doa dalam PB mencakup pujian (Kisah 2:47), pengucapan syukur (1 Korintus 14:16-17), dan permohonan (Filipi 4:6).
Doa tidak dipandang sebagai memaksa Allah untuk bertindak, tetapi sebagai memohon agar jadilah kehendak Allah dan datanglah Kerajaan-Nya.

Sangatlah penting untuk memahami pengertian doa dalam kehidupan orang percaya.
Doa dalam kehidupan orang percaya tidak sama dengan pengertian doa dalam agama-agama pada umumnya, bahkan tidak sama dengan doa dalam agama Yahudi atau umat Perjanjian Lama.

Dalam kehidupan Perjanjian Baru, dimana setiap individu menerima materai Roh Kudus, berdoa bukan sekadar permintaan, tetapi doa adalah berdialog.
Sebab umat Perjanjian Baru adalah umat yang harus mengerti segala sesuatu yang dikehendaki oleh Tuhan.
Catatan :
~ Hukum (PL) ialah Taurat dan pengembangannya yaitu Mitsvot
~ Hukum (PB) adalah Seluruh Kehendak Tuhan

Itulah sebabnya orang percaya harus memiliki pikiran dan perasaaan Kristus (Flp. 2:5-7).
Dengan demikian doa dalam Kekristenan tidak sederhana, harus disertai dengan pembaharuan pikiran setiap hari, sehingga seseorang dapat mengerti kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna (Rm. 12:2).

Roma 12:2 ................................................................................................................................

.................................................................................................................................

Dalam hal ini, idealnya orang percaya tidak sembarangan menyampaikan permintaan kepada Tuhan.
Orang percaya harus memikirkan semua keinginannya di hadapan Tuhan dalam dialog, sebelum menyampaikannya sebagai permintaan kepada Tuhan.
Orang percaya yang adalah milik Tuhan secara penuh, tidak berhak lagi memiliki keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya.
Segala sesuatu yang dilakukan harus sesuai dengan kehendak dan rencana Tuhan.

Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita suatu prinsip penting bahwa melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya merupakan makanan atau kebutuhan pokok untuk hidup setiap manusia (Yohanes 4:34)

Yohanes 4:34 ......................................................................................................................

.......................................................................................................................

Maksud prinsip ini adalah bahwa kita hidup hanya untuk melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Dengan demikian, idealnya orang percaya yang dewasa harus sadar, bahwa dirinya tidak berhak meminta sesuatu kepada Tuhan jika permintaan tersebut di luar kehendak dan rencana-Nya.
Di dalam doa, seseorang memiliki tanggung jawab untuk melakukan sesuatu sesuai dengan isi doa tersebut, tentu jika isi doa tersebut sesuai dengan kehendak dan rencana Tuhan.


MOTIVASI DAN KONSEP DOA YANG BENAR

Matius 6:5-13 ~ Hal Berdoa
6:5 "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 
6:6 Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. 
6:7 Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. 
6:8 Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. 
6:9 Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, 
6:10 datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. 
6:11 Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya 
6:12 dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; 
6:13 dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.)

Orang-orang yang rajin berdoa belum tentu benar sikap hati dalam berdoanya.
Ternyata faktanya, mereka justru melakukan kesalahan dalam berdoa.
Adapun kesalahan yang sering dilakukan, berhubungan dengan motivasi (ayat 5-6) dan konsep yg benar dalam berdoa (ayat 7-13).

● Ayat 5-6 tertulis tentang Motivasi yang benar dalam berdoa.
Contoh pertama dari doa yang salah diambil dari kebiasaan doa dalam agama Yahudi.
Agama Yudaisme mengajar dan menekankan doa-doa rutin setiap hari.
Mereka berdoa minimal tiga kali dalam sehari dan selalu pada jam-jam yang sama (Dan 6:10; Kis 3:1).
Berbagai tulisan para rabi Yahudi menunjukkan bahwa jam-jam doa itu harus diikuti, tidak peduli di manapun orang Yahudi sedang berada.
Bahkan dalam sebuah tulisan diajarkan bahwa seorang raja pun tidak boleh menginterupsi seseorang yang sedang berdoa.

Dalam beberapa kasus, beberapa orang secara tidak terelakkan pasti harus melaksanakan doa mereka di luar rumah.
Mereka mungkin sedang dalam perjalanan atau bekerja di tempat lain.

Yang menjadi masalah adalah motivasi yang salah.
Sebagian orang sengaja mengatur aktivitas mereka supaya pada waktu jam-jam doa tertentu mereka sedang berada di keramaian, misalnya di rumah ibadat atau persimpangan jalan raya. Mereka ingin agar banyak orang melihat bahwa mereka adalah orang yang saleh (ayat 5 "supaya mereka dilihat orang”).
Dengan posisi berdiri, mereka akan lebih terlihat oleh banyak orang.
Situasi semacam ini sangat rentan dengan kemunafikan.
Mereka terlihat suka berdoa, padahal yang mereka sukai adalah pujian dari manusia.
Mereka tampak sangat mengasihi Allah, padahal mereka mengasihi reputasi diri sendiri.
Mereka terlihat menyembah Allah, padahal mereka terjebak pada penyembahan diri sendiri.

Jika pujian dari orang lainlah yang dicari oleh orang-orang munafik, mereka “sudah mendapat upahnya” (ayat 5).
Dengan kata lain, ungkapan ini berarti “sudah lunas dibayar”.
Artinya mereka sudah mendapatkan apa yang mereka harapkan.

Tidak demikian dengan para pengikut Kristus (ayat 6).
Rahasia doa kita adalah berdoa secara rahasia.

▪ Ada dua cara yang digunakan untuk menegaskan hal ini.
~ Yang pertama, kata “kamar” (tameion) merujuk pada ruang penyimpanan barang.
Kamar ini satu-satunya yang terletak di tengah-tengah rumah dan dinding-dindingnya tidak bersentuhan dengan daerah luar, sehingga aman dari para pencuri.
Kamar-kamar lain terletak di area pinggir rumah, sehingga dapat dibobol dari luar oleh pencuri. Untuk menambah keamanan, kamar penyimpanan ini dilengkapi dengan pintu tambahan.

Kita diperintahkan untuk berdoa di dalam kamar, tutup pintu..ini merupakan sebuah penegasan agar tidak ada seorang pun yang mengetahui apa yang terjadi di kamar itu.
Jika doa dilakukan di kamar-kamar lain, bisa saja suara orang yang sedang berdoa dapat didengar oleh orang-orang lain yang sedang berjalan di sekitar rumah tersebut. 

~ Cara kedua adalah pemunculan frasa “yang tersembunyi” (en tō kryptō) sebanyak dua kali.
Bapa berada di ketersembunyian, dan Ia melihat yang tersembunyi.

● Motivasi yang benar dalam berdoa akan membawa berkat.
Jika yang kita cari di dalam doa adalah Allah sendiri, kita akan mendapatkan segala kebaikan-Nya. Hal ini tentu saja bukan berarti bahwa doa adalah alat untuk memanipulasi Allah.
Bapa sudah menetapkan bahwa salah satu cara untuk menerima anugerah-Nya adalah melalui doa yang tulus.

Motivasi yang keliru bukanlah satu-satunya kesalahan umum dalam berdoa.
Kita juga harus mewaspadai konsep yang keliru.
Pada ayat 7-13 memuat konsep yang benar dalam berdoa.
Dalam hal ini Tuhan Yesus memberikan contoh dari kebiasaan orang-orang yang tidak mengenal Allah (ayat 7).
Mereka terbiasa berdoa dengan bertele-tele (yun) battalogeō ; bat-tol-og-eh'-o

Bertele-tele tidak sama dengan pengulangan kata-kata.
Tuhan Yesus juga pernah mengucapkan doa yang sama berkali-kali (26:39-44).
Bertele-tele juga tidak identik dengan berdoa tanpa jemu-jemu atau berdoa yang lama.
Tuhan Yesus mengajarkan agar kita berdoa dengan tidak jemu-jemu (Lk 18:1).
Dia juga berdoa semalam-malaman (Lk 6:12).

Bertele-tele sebaiknya dipahami dalam kaitan dengan jumlah kata dan cara berpikir seseorang terhadap doa.
Di ayat 7, battalogeō dikaitkan dengan kata-kata yang banyak (polylogia).
Di balik jumlah kata yang melimpah ini ada sebuah pemikiran yang salah.
Mereka berpikir bahwa pengabulan doa ditentukan oleh jumlah kata-kata.
Semakin banyak kata yang diucapkan, semakin berkuasa suatu doa.
Begitulah kira-kira cara berpikir orang-orang yang tidak mengenal Allah.

Cemoohan Elia terhadap 450 nabi Baal di Gunung Karmel menyiratkan praktek seperti ini (1 Raj 18:26-29).
Beberapa peninggalan kuno yang berisi doa-doa menunjukkan bahwa sebagian orang memberi sebutan, nama, atau gelar yang begitu banyak untuk allah atau dewa supaya doanya lebih manjur. Semua ini termasuk kategori bertele-tele.

Sebagai kontras terhadap hal-hal tersebut, kita diajar bahwa doa bukanlah sekadar pemberitahuan kepada Allah tentang apa yang kita mau.
Jika doa hanya dipandang sebagai pemberitahuan kepada Allah, maka kita tidak perlu berdoa. Allah sudah tahu semua kebutuhan kita, bahkan sebelum kita mengutarakannya (ayat 8).

Kita sekaligus diajar Tuhan, bahwa pengabulan doa tidak ditentukan oleh banyaknya kata-kata, melainkan pada kebaikan Allah sebagai Bapa (ayat 8).
Yang penting bukanlah formulasi dan redaksi, melainkan relasi.
Yang menentukan bukanlah apa dan bagaimana kita mempraktekkan doa, melainkan siapa Allah bagi kita.
Pendeknya, doa tidak bersifat mekanis maupun otomatis seperti sebuah mesin berkat, tetapi melainkan relasi dengan Allah.

Untuk memperjelas poin di atas, Tuhan Yesus lalu mengajarkan sebuah doa yang dikenal dengan nama Doa Bapa Kami (ayat 9-13).
Doa ini terutama dimaksudkan untuk dipahami, bukan sekadar dihafalkan atau sekedar jadi formula saat berdoa (ayat 9a)., melainkan :

~ 1. Berdoa berarti membangun relasi yang tepat dengan Allah (ayat 9b). 
Sebutan “Bapa kami yang ada di surga” menyiratkan keunikan konsep Kristiani tentang Allah.
Ada keseimbangan antara transendensi Allah (kemuliaan dan kebesaran-Nya) dan immanensi-Nya (kedekatan-Nya).
Transendensi disiratkan melalui kata “di surga,” sedangkan immanensi ditunjukkan melalui sebutan “Bapa”.

Sebagai Bapa, Allah sangat mengenal kita.
Ia melihat apa yang kita lakukan di tempat tersembunyi (6:4, 6, 18).
Ia mengetahui kebutuhan kita (6:8, 32).
Ia selalu memberikan yang baik bagi kita (7:11).
Sebagai Allah yang ada di surga, Bapa adalah Raja atas semesta.
Langit adalah tahta-Nya (5:34).
Dia adalah penguasa yang realisasi kerajaan-Nya kita doakan setiap hari (6:9c).
Kehendak-Nya menjadi kesukaan kita (6:10).

~ 2. Berdoa berarti mengutamakan kepentingan Allah (ayat 9c-10). 
Sebagian orang berpikir bahwa tujuan doa adalah memenuhi kebutuhan mereka.
Ini merupakan konsep yang salah.
Sebelum kita memikirkan kebutuhan kita (ayat 11-13), kita diajar untuk berfokus pada kepentingan Allah terlebih dahulu (ayat 9c-10).
Doa bukan memberitahu Allah apa yang kita mau, melainkan mencari tahu apa yang Allah mau.

Kita mendoakan agar kekudusan Allah dihormati (ayat 9c).
Walaupun kekudusan-Nya adalah sempurna, tidak semua orang memahami dan menghargai hal itu.
Kita juga mendoakan agar realisasi sempurna dari kerajaan-Nya segera dinyatakan di muka bumi (ayat 10a).
Tuhan Yesus sudah memulai kerajaan Allah di muka bumi (3:2; 4:17, 23; 12:28), tetapi penahbisan total masih menunggu kedatangan-Nya yang kedua kali (16:27-28).
Kita juga mendoakan agar ketaatan sempurna terhadap  kehendak Allah yang ditunjukkan oleh penghuni surga juga berlaku di bumi (ayat 10b).
Di dalam surga kehendak Allah disukai dan ditaati secara sempurna.
Tidak demikian dengan di bumi.
Masih banyak manusia yang salah memahami dan menentang kehendak itu.

~ 3. Berdoa berarti menyandarkan hidup kepada Allah (ayat 11-13). 
Doa bukanlah sarana untuk mengontrol Allah.
Sebaliknya, doa merupakan ekspresi ketidakberdayaan dan persandaran kita yang terus-menerus kepada Allah.
Tiga hal yang disebutkan di bagian ini – makanan, pengampunan, dan kelepasan dari pencobaan – merupakan kebutuhan kita setiap hari.
Sulit membayangkan kita bisa bertahan dan menikmati hidup tanpa tiga hal tersebut.

• Meminta makanan setiap hari (ayat 10) menyiratkan kesadaran kita bahwa makanan lebih merupakan berkat Allah daripada hasil pekerjaan.
Bagi para pendengar mula-mula yang bekerja sebagai buruh harian, doa ini sangat relevan.
Jika mereka sakit, mereka tidak dapat bekerja.
Jika tidak bekerja, mereka tidak akan bisa makan.
Karena itu, mereka perlu belajar untuk bersandar kepada Allah tiap hari dan belajar bahwa “kesusahan sehari cukup untuk sehari” (6:34).

• Kata “kesalahan” dan “orang yang bersalah” (ayat 11) secara hurufiah berarti “hutang” dan “orang yang berhutang” (semua versi Inggris “debts” dan “debtors”).
Pemilihan kata ini menyiratkan bahwa sebagai ciptaan kita wajib menaati Allah.
Kegagalan melakukan hal ini merupakan hutang.
Begitu pula dengan kebaikan kita terhadap orang lain.
Adalah hak orang lain untuk menerima kebaikan kita begitu pula sebaliknya.
Kegagalan dalam hal ini layak diperhitungkan sebagai hutang.
Jika demikian, betapa banyaknya hutang kita setiap hari, baik kepada Allah maupun orang lain!
Kita memerlukan pengampunan setiap hari.

• Setiap hari kita juga membutuhkan "kelepasan" dan kemenangan dari pencobaan (ayat 12-13a).
Iblis selalu menggoda kita.
Iblis jauh lebih kuat dan berpengalaman daripada kita.
Dengan kekuatan sendiri kita tentu tidak mampu bertahan.
Hanya melalui persandaran pada Allah, kita akan mengalahkan Iblis (bdk. Yak 4:7 “Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!”).

CATATAN
Ajaran tentang doa dalam PB bersumber dari doktrin dan praktik Tuhan Yesus sendiri.
Kesederhanaan dalam doa diajarkan dalam Matius 6:5; 23:14; Markus 12:38-40; Lukas 20:47.
Doa harus dibersihkan dari segala kepura-puraan atau kepalsuan.


ErwanMusa : ☎️ 082157116469






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar