Rabu, 17 April 2024

MDK (Materi Dasar Kekristenan) 1 ; BAB 3 : HIDUP BARU YANG SEJATI

MDK (Materi Dasar Kekristenan) 1

BAB 3 : HIDUP BARU YANG SEJATI


Roma 6:3-4 (LAI -TB)
6:3 Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? 
6:4 Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.


Hidup baru yang sesungguhnya itu bukan sekedar dari agama A pindah menjadi Kristen lalu ke gereja.
Atau yang tadinya suka main judi, lalu berhenti berjudi; yang tadinya seorang yang suka ribut, berantem, bahkan membunuh, berzina atau melakukan banyak perbuatan amoral, sekarang menjadi santun. 

Hidup baru yang sesungguhnya adalah bagaimana hidup Yesus kita peragakan utuh, penuh.
Maka dari itu kita harus memiliki perasaan krisis: “Apakah sampai di tarikan nafas terakhirku, aku sudah memiliki wajah, potret batiniah seperti yang dimiliki Yesus?”
Itu harus menjadi kegundahan kita, kekhawatiran kita, kecemasan kita.
Tetapi faktanya tidak banyak orang yang benar-benar berusaha memiliki perasaan krisis terkait dengan hal ini, karena banyak orang hanya fokus kepada perkara-perkara duniawi.
Yesus sendiri sebagai Anak Allah belajar taat dari apa yang diderita-Nya, sampai kesempurnaan.

Di tengah-tengah hiruk pikuk kehidupan ini, kita harua memilih menjadi seperti Yesus.
Dan itu harus menjadi agenda kita satu-satunya.
Saudara studi, karier, menikah, berkeluarga, punya anak, dan melakukan segala kegiatan hidup, tetapi semua harus terfokus kepada satu tujuan, yaitu seperti Kristus.
Memang sebenarnya tidak ada tujuan lain dalam hidup dan panggilan kita sebagai orang percaya, kecuali ini.
Jadi dengan menjadi orang percaya, kita memiliki tanggung jawab dan konsekuensi yang berat.

Hidup baru yang sejati itu yang dikatakan Tuhan dalam Matius 19:16-26, hidup berkualitas.
Artinya bukan jadi orang beragama Kristen saja, bukan hanya mengaku Yesus Tuhan dan Juruselamat saja, melainkan mengikuti cara hidup dan gaya hidup-Nya.
Maka jika kita belum seperti Yesus berarti kita belum memiliki hidup baru yang sesungguhnya dan kita harus berjuang mencapainya.

Hidup baru yang sesungguhnya itu seperti Yesus.
Kita harus melihat ini sebagai tujuan.
Lalu kalau kita sudah mengerti tujuan ini, kita harus mengalami progresivitas atau perkembangan setiap hari.

Hidup baru yang sesungguhnya adalah ketika seseorang benar-benar memperagakan kehidupan Tuhan Yesus secara utuh.
Kita tidak bisa mengenakan manusia baru jika kita masih mengikuti manusia lama, yaitu hidup dalam dosa dan tidak ada perubahan.
Dalam kesempatan yang Ia berikan, Allah menghendaki untuk pikiran dan perasaan-Nya di ekspresikan dalam hidup kita setiap saat.


“Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya KUASA supaya MENJADI anak- anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya (Yoh 1:12).

▪ Kata "Kuasa" disini menggunakan kata yunani ἐξουσίαν ; exousian, dari kata ἐξουσία ; exousia, pelafalan : ex-oo-see'-ah ; yang memiliki arti kuasa, hak istimewa/privilege
▪ Hak istimewa yang membuat seseorang memiliki fasilitas untuk menjadi anak-anak Allah.
▪ Fasilitas tersebut ialah : Penebusan, Roh Kudus, Firman dan Penggarapan intensif Allah atas orang-orang yang mengasihi Dia hingga menjadi anak-anak Allah yang berkodrat Ilahi.

▪ Sebagian besar orang Kristen beranggapan bahwa jika seseorang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka dia secara otomatis menjadi anak-anak Allah.
▪ Ini adalah pemahaman yang tidak tepat.
▪ Hal ini sudah menjadi pengertian umum, yang mendarah daging dan merasuk di dalam jiwa hampir semua orang Kristen.
▪ Jadi, tidak heran kalau orang ke gereja atau menjadi Kristen, otomatis ia sudah merasa dan mengaku sebagai anak Allah.

▪ Kita harus punya DNA/darah kehidupan Allah di dalam diri kita. 
▪ Tidak ada jalan lain untuk seseorang menjadi anak-anak Allah.
▪ Hanya dengan menerima PENEBUSAN KRISTUS, hidup dipimpin oleh ROH KUDUS artinya Roh Kudus melatih kita bagaimana menjadi anak-anak Allah, lalu menyerap FIRMAN, “Firman” di sini adalah suara Tuhan yang menuntun seseorang sehingga memiliki gen-Nya Allah, menjadi teknon (anak) Allah, karena tidak bisa terjadi atau berlangsung melalui sekolah teologi, rajin gereja. Serta PENGGARAPAN yang Allah kerjakan dalam hidup kita hingga kita anak-anak Allah yang berkodrat Ilahi atau mengenakan manusia baru.

PENEBUSAN
1 Korintus 6:19-20
Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, — dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?
Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!

Dalam ayat ini dikatakan bahwa orang yang ditebus bukan lagi miliknya sendiri.
Dari jelas sekali bahwa setelah seseorang memberi diri ditebus, maka ia harus melepaskan semua haknya.
Orang yang memberi diri ditebus oleh darah Tuhan Yesus harus menyerahkan segenap hidupnya bagi Tuhan.

Bentuk kesediaannya menyerahkan segenap hidupnya kepada Tuhan, tidak cukup dengan memberi uang, menjadi aktivis gereja, bahkan menjadi pendeta.
Tetapi harus mengisi bejana hatinya dengan kebenaran Tuhan, sehingga dapat memiliki pikiran dan perasaan Kristus (Fil 2:5-7), atau yang sama dengan cara berpikir Tuhan Yesus.
Hal ini dimaksudkan agar diri orang yang ditebus tersebut menjadi alat peraga Tuhan

Sehingga akhirnya orang percaya bisa berkata seperti Paulus dalam Galatia 2:20 – … namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.
Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.

Tubuh atau kehidupan yang sudah dibeli dengan harga lunas dibayar harus menjadi bait Roh Kudus. Dengan menjadi bait Roh Kudus, tubuh dan segenap kehidupan harus digerakkan sesuai dengan keinginan Roh Kudus
Dengan demikian menunjukkan bahwa ia memberi diri menjadi anak tebusan Tuhan

ROH KUDUS
Roma 8:14-17, “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah.
Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.”

Tubuh atau kehidupan yang sudah dibeli dengan harga lunas dibayar harus menjadi bait Roh Kudus.
Dengan menjadi bait Roh Kudus, tubuh dan segenap kehidupan harus digerakkan sesuai dengan keinginan Roh Kudus, bukan keinginan manusia yang sebelumnya memiliki tubuh tersebut.
Tentu saja hal ini bukan sesuatu yang mudah.
Dibutuhkan proses penyesuaian yang sangat berat.
Di sini terjadi pergumulan dan perjuangan orang percaya untuk mengendalikan kendaraan hidupnya sesuai dengan Roh Kudus.
Menolak untuk menyesuaikan diri dengan kehendak Roh Kudus, berarti menolak penebusan.
 
Perjuangan untuk menyesuaikan diri dengan kehendak Roh Kudus sama dengan perjuangan memperagakan kehidupan Yesus.
Memperagakan kehidupan Yesus berarti mengubah kodrat, dari kodrat manusia ke kodrat Ilahi. Kehidupan Yesus adalah model dari kehidupan “Manusia” yang mengenakan kodrat Ilahi.
Inilah standar kehidupan anak-anak Allah yang berkenan kepada Allah.

FIRMAN
Keselamatan tidak dapat dipisahkan dari Firman Tuhan.
Dalam Roma 1:16 ini sangat jelas menunjukkan bahwa Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan.
Dikuduskan oleh Firman artinya dengan kuasa Firman Tuhan yang dipahami, maka seseorang dapat didewasakan agar tidak lagi hidup dalam dosa, tetapi hidup sesuai dengan kehendak Allah atau menjadi anak-anak Allah.

Firman Tuhan menguduskan artinya Firman Tuhan menghindarkan manusia dari berbuat jahat (Yoh. 17:14-17).
Tentu manusia yang harus tekun belajar kebenaran Firman Tuhan, sebab kalau seseorang tetap dalam Firman barulah ia dapat dimerdekakan (Yoh. 8:31-32).
Dimerdekakan di sini maksudnya adalah dibebaskan dari kecenderungan berbuat dosa.

Bagaimana proses kemerdekaan itu berlangsung?
Menjawab pernyataan di atas kita harus memahami dan dapat membedakan pengertian Firman dalam arti Logos dan Rhema.
Pada waktu seseorang mendengar Firman Tuhan, cara berpikirnya diubah dengan pengajaran yang diajarkan secara penalaran atau kognitif.
Dalam hal ini Firman (logos) menjadi pengertian di dalam pikirannya.

Logos adalah Firman yang dipahami di dalam pikiran melalui pengajaran yang didengar (kognitif).
Misalnya seseorang mendengar Firman: Kasihilah musuhmu.
Pada waktu seseorang dalam pergumulan dimusuhi, Roh Kudus mengingatkan perkataan Tuhan tersebut yaitu Firman (logos) yang sudah dipahami secara akal pikiran.
Perkataan Tuhan inilah yang disebut sebagai Rhema.

PENGGARAPAN ALLAH YANG INTENSIF
Orang percaya dapat memiliki pengalaman eksklusif dengan Bapa dalam rangka penggarapan Bapa atas anak-anak-Nya supaya mengambil bagian dalam kekudusan-Nya, dan mengenakan kodrat Ilahi (Ibr. 12:9-10; 2Ptr. 2:3-4). 
Pengalaman dengan Bapa harus dialami setiap orang percaya sebagai persiapan untuk masuk Rumah Bapa.
Rumah Bapa adalah rumah orang percaya; dunia ini bukanlah rumah orang percaya. 

Memiliki pengalaman yang eksklusif dengan Bapa dalam penggarapan-Nya adalah anugerah yang luar biasa yang hanya dialami orang percaya sebagai umat pilihan atau anak-anak Allah.
Tidak semua manusia memiliki hak dan kesempatan yang luar biasa ini.
Ini adalah hak istimewa.

Satu hal yang sangat penting dalam hidup yang singkat ini adalah membangun manusia Allah di dalam diri kita.
Hal ini sama dengan diakhirinya atau dimatikannya monster/manusia lama di dalam diri kita, sehingga kehidupan anak Allah dalam diri kita dilahirkan dan dibangun secara terus menerus.
Jika demikian dalam hal ini bisa terbangun kodrat Ilahi dalam diri kita.
Kodrat sama artinya sifat asli atau bawaan.
Kata ini bersinonim dengan nature.
Disebut kodrat Ilahi artinya memiliki sifat atau karakter Allah.
Berkarakter Allah artinya segala sesuatu yang dipikirkan, diucapkan dan dilakukan selalu sesuai dengan kehendak Allah atau seirama dengan pikiran dan perasaan Allah.
Hal ini memungkinkan seseorang bermoral Allah, sehingga bisa berkelakuan seperti Allah.

Orang percaya yang berkarakter Allah disebut sebagai manusia Allah (man of God).
Inilah panggilan orang percaya, di mana sampai pada level tertentu setelah melalui proses pendewasaan, seseorang dapat mengenakan kodrat Ilahi (2Ptr. 1:3-4).

Keselamatan pada dasarnya memiliki fokus tujuan ini, yaitu mengembalikan manusia kepada rancangan Allah.
Rancangan Allah adalah mengubah manusia dari mengenakan kodrat dosa kepada kehidupan yang mengenakan kodrat ilahi (Sinful Nature ke Devine Nature).
Hal ini bukan sekadar membuat seseorang menjadi baik, tetapi menjadi sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Tuhan Yesus.
Hal ini harus dipandang sebagai kemutlakan yang harus dicapai orang percaya menjadi Manusia Baru atau Hidup Baru yang Sejati.

▪ Kita harus sukai mengalami penggarapan Tuhan melalui hal apa saja melalui sarana yang dipakai Tuhan, sehingga hidup baru yang kita miliki nyata pertumbuhannya.
▪ Ini adalah anugerah dimana Tuhan memberi kita potensi, peluang, kemungkinan untuk memiliki hidup baru yang sesungguhnya, yang semua mengarah kepada Tuhan kita, Yesus Kristus.
▪ Kesempatan ini terbatas, singkat, dan kita tidak tahu kapan berakhir.


Apa langkah konkret untuk mencapai Hidup Baru :
1. Periksa atau mengevaluasi diri.
2. Jangan hanya berkata, “saya belum sempurna,” apanya yang belum sempurna?
▪ Hal mana anda tidak sempurna?
▪ Temukan, gumuli, dan selesaikan, kesalahan apa yang masih anda lakukan?


ErwanMusa : ☎️ 082157116469

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar