Selasa, 26 Juni 2018

KONSEKUENSI HIDUP SEBAGAI ORANG PERCAYA


KONSEKUENSI HIDUP SEBAGAI ORANG PERCAYA

Oleh : Pdt. Erwan Musa

Kolose 2:6-7 :
2:6, “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia.”
2:7, “Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.”

■ Dari dua ayat di atas dapat disimpulkan bahwa, setelah seseorang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat, ia harus terus membangun kesempurnaan hidup seperti Tuhan Yesus.

Kita akan mempelajari kata-kata penting pada kedua ayat di atas :

● Pada ayat 6, Rasul Paulus hendak menegaskan kepada semua orang percaya bahwa jika telah menerima Yesus sebagai Tuhan, selanjutnya ada hal yang harus di lakukan, karena pertumbuhan rohani sejatinya dimulai dari menerima dan menjadikan Kristus sebagai Tuhan dan Juru selamat. Kemudian ada hal yang harus kita lakukan yaitu dengan memahami kata-kata penting yang dimulai dari makna “karena itu”.

● Di samping merupakan kata sambung, kata "Karena itu" juga merupakan atau merujuk kepada konsekuensi hidup setiap orang percaya 

● Pada ayat 6 ini, Paulus juga katakan bahwa setelah seseorang menerima Yesus, ia juga harus hidup “ Tetap” di dalam Dia. 
Kata Tetap artinya ‘tidak berpindah, tidak berubah, tidak goyah, dan tetap konsisten’. 
Sebagai contoh sebuah pohon awalnya di tanam di satu tempat, selanjutnya ia harus hidup tetap dan berbuah di tempat itu juga. 
Artinya setiap tindakan apa saja yang kita lakukan, termasuk perkataan dan gerak-gerik hidup kita harus tetap di dalam Dia atau harus sesuai dengan ajaran dan gaya hidup yang sama seperti Tuhan Yesus. Bukan hal beragama, tetapi mengenakan kehidupan Yesus. 
Konsekuensi hidup sebagai orang percaya adalah mengenakan hidup tidak bercela. 

1 Korintus 10:31 menyatakan bahwa, “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.


● Kemudian dilanjutkan di ayat 7 dikatakan bahwa kita harus “berakar” di dalam Dia. 
Kata “ hendaklah kamu berakar di dalam Dia” (yun) rhizoo ;/hrid-zo'-o artinya “berakar secara teguh.” 
Kata kerja dalam bahasa Yunani ini memiliki makna “berakar sekali untuk selamanya.” 
Artinya “terus-menerus, berusaha konsisten, seperti akar sebuah pohon tidak mungkin diam,” karena fungsi akar pada sebuah pohon ialah untuk menyokong dan memperkokoh berdirinya tumbuhan di tempat hidupnya, untuk menyerap air dan garam-garam mineral dari dalam tanah dan mengangkut air dan zat-zat makanan yang sudah diserap ke tempat-tempat pada tubuh tumbuhan yang memerlukannya. 
Jadi kekuatan sebuah pohon tidak ditentukan dari keindahannya, melainkan karena ditunjang oleh akar yang kuat, karena ketika sebuah pohon berakar dengan kuat, maka ia akan dapat bertahan, tidak mudah tumbang dan tetap kokoh berdiri.

Begitu pula di dalam hidup kita sebagai pengikut Kristus, kekristenan yang berkualitas tidak dinilai dari seberapa lamanya atau bagaimana tampilan luar menjadi orang percaya, sebab yang terpenting adalah, apakah kita sudah bertumbuh dan berakar di dalam Yesus. 
Tuhan sangat merindukan setiap umatNya untuk selalu bertumbuh semakin kuat dan menjadi dewasa di dalam Dia. 

Oleh karena itu, kita harus berusaha supaya kita berakar di dalam Kristus agar kehidupan kita tidak mudah goyah dan menjadi kuat didalam situasi apapun yang sedang kita hadapi. 


■ Untuk dapat berakar dalam Kristus, maka hidup kita harus dibangun di atas dasar Firman Tuhan yang benar. Karena ketika hidup kita berakar kuat maka kita dapat berbuah di dalam Dia. 

Matius 7:24-25 menegaskan bahwa hanya mereka yang mendengar firman, serta melakukannya yang dapat bertahan saat menghadapi segala persoalan, oleh sebab itu kita harus menghidupi setiap Firman yang Tuhan berikan. 

Mari kita mencermati kalimat yang diucapkan Tuhan Yesus :

7:24 "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. 
7:25 “Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.”

Kata "mendengar" (Yun) akouo ;/ ak-oo'-o = mendengar dan memahami dengan utuh. 
Arti kata ini adalah bahwa setiap orang percaya harus mau berusaha untuk memahami dengan benar makna ajaran yang diajarkan oleh Tuhan Yesus dengan arti yang sebenarnya.


Kata "melakukan" (Yun) poieo ;/ poy-eh'-o = bertindak dengan benar, menetapkan untuk menjadikan kebenaran sebagai patokan dalam bertindak setiap hari.


● Prinsip inilah yang Paulus maksudkan pada Surat Kolose 2:7 ...."dibangun di atas Dia" .... 
Ayat ini mengacu pada tradisi di Palestina yaitu jika seseorang akan membangun sebuah rumah, karena umumnya tanah di Palestina di atasnya di lapisi oleh pasir yang tebal, untuk itu sebelum mereka membangun, mereka harus menggali tanah tersebut terlebih dulu sampai menemukan batu yang keras yang akan dijadikan dasar bangunan rumah mereka, maka selanjutnya barulah mereka mulai membangun di atas batu tersebut. 
Tradisi ini sebenarnya sama dengan proses seseorang membangun kekristenan yang sesungguhnya, dimana seseorang harus membangun berdasarkan kebenaran yang benar, yang dihasilkan dari pemahanan firman Tuhan yang benar.

Perkataan Yesus di atas mengajarkan hal yang sangat penting, karena jika kita benar-benar memahami ajaran yang Tuhan Yesus ajarkan dan mau mengikuti cara hidup yang Ia peragakan selama Ia hidup dimuka bumi ini, maka kita pasti akan memiliki kehidupan yang kokoh dan berkualitas dalam menjalani hidup ini, sehingga kita tergolong menjadi orang-orang yang bijaksana (Yun) phronimos ; / fron'-ee-mos yaitu orang-orang yang berhati-hati dalam bertindak dan berpikiran sehat, sehingga hidup kita berkenan kepada Tuhan. 

Jadi ketika kita terus berusaha untuk berakar di dalam Dia, sekalipun kita mengalami goncangan dan pergumulan hidup yang berat, maka kita pasti akan tetap dapat berdiri dengan kokoh.


● Kemudian dikatakan bahwa kita harus berusaha untuk tetap dan bertambah teguh di dalam iman yang telah diajarkan. 
Kata “Teguh” berarti “kokoh, teguh juga berarti stabil” 
Jadi ada usaha yang kita lakukan untuk hidup bertambah teguh dalam ketaatan kita kepada semua ajaran yang telah kita terima atau pahami. 
Yang di maksud Paulus di sini adalah dalam kita membangun hidup kekristenan, kita tidak angin-anginan (kadang rohani, kadang duniawi). 
Kata “teguh” juga memiliki makna yang kedua yaitu “kita tidak mudah berkompromi.” 
Jika seseorang benar-benar memahami kebenaran itu bernilai kekal, maka orang tersebut tidak akan mudah berkompromi atau meninggalkan kebenaran. 
Jadi apapun yang kita alami kita harus tetap berusaha untuk mentaati ajaran atau kebenaran-Nya. Dan keteguhan iman seseorang terbukti ketika ia sedang mengalami pergumulan, kesusahan, pencobaan, dan ujian.

Kesimpulannya adalah ketika kita menjalani kekristenan atau kehidupan yang sesungguhnya sebagai orang percaya, maka kita akan mengalami terjadinya pertumbuhan “dua arah” yaitu “Berakar di dalam Dia” dan “dibangun di atas Dia,” dengan kata lain, kita akan mengalami petumbuhan ke bawah dan pertumbuhan ke atas, yang seluruhnya mengarah pada Kristus, sebagaimana halnya dengan kehidupan sebuah pohon.

Tuhan Memberkati !!!

Quote Rohani Kristen






Senin, 25 Juni 2018

MAKNA IBADAH YANG SEJATI DALAM KONTEKS SURAT ROMA 12:1-2

MAKNA IBADAH YANG SEJATI DALAM KONTEKS SURAT ROMA 12:1-2

Oleh : Pdt. Erwan Musa


Dalam Roma 12: 1-2 berkata :

12:1 “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.”

12:2 “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”

Dari kedua ayat di atas dapat dikatakan bahwa :

GAYA HIDUP SEBAGAI ORANG YANG MELAKUKAN IBADAH YANG SEJATI SETIAP HARI, MERUPAKAN GOAL YG HARUS DI KENAKAN OLEH SETIAP ORANG PERCAYA

Pertanyaannya bagi kita ialah, apakah makna Ibadah yang Sejati yang dimaksudkan pada ayat di atas?

Sebelum kita membahas 2 ayat tersebut di atas, kita harus pahami terlebih dahulu bahwa struktur Surat Roma dibagi menjadi 2 bagian yaitu:

▪Roma 1-11 berbicara tentang Doktrinal, yaitu Keselamatan dan hidup di dalam Yesus

▪Roma 12-16 berbicara tentang Praktikal, yaitu Praktik dari Doktrin yang di ajarkan pada pasal 1-11


Untuk kita dapat memahami makna Surat Roma 12:1-2 tersebut, mari kita mempelajari beberapa kata penting yang terdapat didalamnya :

● Kata “karena itu” pada ayat 1, merupakan kata sambung dari kata atau kalimat sebelumnya, dan kalimat ini sesungguhnya merupakan kalimat penting, dimana setelah Paulus menyampaikan doktrin keselamatan di dalam Kristus (psl. 1-11), dan puncak doktrinnya pada surat Roma 11:36 : “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya.”
Maksudnya ialah Paulus menyadarkan bahwa hidup dan segala yang kita miliki semua dari Dia, oleh Dia dan kepada Dia.
Selanjutnya ia menasihati sebagai bentuk respon yang harus kita lakukan yaitu mempersembahkan tubuh kita kepada Allah.

Kata “mempersembahkan” (Yun) Paristemi artinya “menyediakan, mengabdikan ...hidup dan segalanya...”
Kata ini biasa di gunakan di lingkungan Istana, untuk orang-orang bawahan Raja mengabdi kepada Rajanya.
Dan istilah tersebut mengacu kepada tradisi peribadatan umat Israel pada jaman dahulu dalam mempersembahkan korban kepada Allah di bait Allah di Yerusalem.
Jadi mempersembahkan di sini adalah penyerahan hidup yang total hanya kepada Tuhan dan tidak boleh kepada yang lain.
Orang percaya yang hidup di era Perjanjian Baru harus mempersembahkan ‘Tubuh’, sementara di era Perjanjian Lama adalah ‘Binatang’.

Kata " tubuh " yang Paulus maksudkan di sini adalah “ Seluruh pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Dengan kata lain seluruh kemampuan dan kegiatan kita harus dipersembahkan (diabdikan) hanya kepada Tuhan.
Kita temukan ayat-ayat paralelnya dalam :
▪1 Kor 10:31, “jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.”
▪1 Kor 6:19-20,”Setelah kita menerima penebusan Kristus, tubuh kita milik Tuhan sepenuhnya, sehingga kita harus memuliakan Tuhan dengan tubuh kita.”
▪1 Kor. 6:13, “Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan.
▪Kol.3:5 , “Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi..”

Jadi kita harus melatih dan mengarahkan seluruh perbuatan tubuh kita setiap saat, supaya semua Yang kita lakukan sesuai dengan kebenaran, dan menjadi kebiasaan atau memiliki gaya hidup sebagai orang benar.
Bukan hal pemberian kita yang Tuhan kehendaki, tetapi Ia menghendaki diri kita sendiri.

Kata “Persembahan” di sini Paulus menyebutnya dengan “persembahan yang hidup”.
Jaman dulu persembahan hanya binatangnya saja, dan hanya imam yang melakukan, sementara orangnya tidak.
Jaman Perjanjian Baru orangnya yang terutama menjadi korban persembahan, dan segala yang ada padanya, “Karena segalanya dari Dia, oleh Dia dan kepada Dia.”

Kata “hidup” di sini (yun)= ‘Zao’ ; ‘Dzah’-o artinya ‘hidup kembali.
Jadi mengacu kepada hewan kurban yang dipersembahkan pada zaman dulu di mana harus hewan hidup bukan hewan mati.
Memiliki arti yang sama seperti yang terdapat juga dalam :
▪ Roma 6:4 : .. 'kita akan hidup dalam hidup yang baru', dimana ayat ini biasanya digunakan sebagai dasar sakramen baptisan air.
▪ Roma 8:11 : Hidup yang baru, artinya hidup yang dibangkitkan oleh Roh Kudus. *
▪ Roma 6:11 : Dan karena orang percaya harus hidup bagi Allah, dan mereka 'telah mati bagi dosa'.

Jadi, 'persembahan yang hidup' artinya penyerahan diri kita kepada Tuhan dan selanjutnya berjuang membangun kehidupan baru yang menjauhi dosa dan menentang kuasa dosa.
Dosa artinya kemelesetan hidup (keluar dari kehendak Tuhan).

● Persembahan itu disebut juga “persembahan yang kudus” .
Korban persembahan yang dikehendaki Allah adalah persembahan yang kudus yang sama artinya dengan suci, bersih, terpisah dari kekotoran dan dikhususkan.
Kritera korban persembahan yang layak pada zaman dahulu adalah tidak boleh cacat sedikit pun. HARUS KOSHER : HALAL, LAYAK. (istilah bahasa ibrani)
Firman Tuhan berkata yang berkenan kepada Allah artinya layak, yang disukai, yang pantas, dan yang sesuai dengan kemauan Tuhan.

● Paulus juga menulis di ayat 1 bagian akhir sebagai konklusi ayat tersebut adalah “Ibadahmu yang sejati”.
Dalam terjemahan bahasa Yunani di pakai kata “ logike latreia”.

Kata ‘Ibadah’ (Yun) λατρεια - latreia, merupakan bentuk kata kerjanya berarti 'pengabdian', berbakti”
Kata ini hanya di pakai menunjuk pengabdian hanya kepada Tuhan.
Kata ‘berbakti’ dalam Mat.4:10 b juga memiliki pengertian yang sama.
Kata “yang sejati” (Yun) λογικος - logikos artinya 'sesuai akal budi atau kodrat yg sesungguhnya'

Jadi pemahaman ayat 1 ini dapat disimpulkan bahwa :

Kita sebagai orang-orang yang telah di tebus dan mendapatkan anugerah Tuhan, wajib mengabdikan seluruh hidup dan aktivitas kita setiap waktu atau segala kegiatan yang kita lakukan di abdikan hanya untuk Tuhan.
Sambil terus-menerus membangun kehidupan baru yang tidak bercacat di hadapan Tuhan, karena hal tersebut merupakan pengabdian yang dikehendaki Tuhan atau yang sesungguhnya dikodratkan untuk manusia rohani lakukan.
Arahnya ke manusia batiniah dan bukan lahirlah, seperti pada Perjanjian Lama persembahan korban hanya dengan binatang atau hewan saja.

● Selanjutnya pada ayat 2, untuk kita dapat mengabdi atau berbakti dengan standar atau kualitas yang ditetapkan Tuhan (ayat 1), maka pola dan gaya hidup kita harus berbeda dengan pola dan gaya hidup dunia.
Paulus berkata : “Jangan kamu menjadi serupa dengan dunia ini” Terjemahan secara harfiah berkata , 'jangan lagi biarkan dirimu menjadi sepola dengan dunia ini.
Kata “biarkan” menunjuk pada ‘proses perusakan yang berjalan terus dan otomatis, sehingga jika kita tidak beralih maka perusakan hidup kita akan lebih parah.
1 Yohanes 2:17 berkata, “ Dunia ini sedang lenyap dengan segala keinginannya.”

Dan untuk tidak menjadi serupa atau tidak hidup sama dengan pola dunia ini, Paulus menasihati :
“ Tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu "..... (yun) : berubah oleh pembaharuan pikiran. Mengapa Pikiran .... ?
Karena Pikiran adalah pusat kehendak manusia, pusat pengambilan keputusan yang menentukan tindakan kita.
Pembaruan hidup dikerjakan oleh Roh Kudus ( Roma 7:6 ; 8:4).
Namun, Paulus tegaskan bahwa manusia itu sendiri harus berusaha juga membarui diri.
Artinya adalah kita harus brainwashing atau mencuci otak kita dengan kebenaran yang murni dan benar.
Brainwashing adalah upaya rekayasa yang lakukan untuk mengubah doktrin atau pemahaman. Menanam dotrin bagi orang kristen baru atau mengganti pemahaman yang salah dari orang kristen lama dengan pemahaman yang benar, dan sekaligus membentuk filter juga dalam diri kita.

Dan pada bagian akhir dari ayat Roma 12:2 tersebut menjadi tujuan yang diharapkan dari kalimat sebelumnya yaitu, supaya “kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah..”

Kata " membedakan " (Yun) dokimazein/bentuk kk, artinya : memeriksa, menguji ...
Kata ini maksudnya adalah untuk seseorang dapat mengerti kehendak Allah tidak dengan sendirinya mengerti (otomatis), karena dalam kehidupan sehari-hari setiap orang dihadapkan dengan berbagai macam keadaan, sehingga sering mengalami kesulitan baginya untuk menentukan sikapnya.


KESIMPULAN :
Dengan berusaha memperbarui pikiran setiap hari maka akan sangat menolong kita untuk “dapat membedakan mana kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”
Dengan demikian, kita memiliki gaya hidup setiap hari Sebagai orang yang melakukan ibadah yang sejati.

Tuhan Memberkati !!!

MEMILIKI ARAH HIDUP YANG JELAS

MEMILIKI ARAH HIDUP YANG JELAS

Oleh : Pdt. Erwan Musa


Sebagaimana kita ketahui Alkitab berkata bahwa hidup kita di bumi ini hanya sementara, karena bumi ini bukan rumah abadi atau hunian yang ideal bagi kita, dan waktu kita menumpang di bumi ini tidaklah lama yaitu hanya berkisar 70 sampai 80 tahun saja.

Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap
(Maz.90:10)

Alkitab banyak menggunakan istilah, bahwa kita dikatakan sebagai orang asing, peziarah, pendatang, dan musafir, maksudnya hanya untuk menggambarkan bahwa bumi ini hanyalah tempat kediaman yang bersifat sementara bagi kita, dan alkitab berkata bahwa, Tuhan sudah menyediakan langit yang baru dan bumi yang baru ( Wahyu 21 ) dan merupakan hunian yang ideal dan kekal bagi kita.
Oleh karena itu, karena di dunia ini kita hidup sementara, Firnan Tuhan menasihati kita bahwa selama kita hidup di dunia ini, kita tidak boleh terikat pada dunia ini.

1 Yoh. 2:15 - 17 berkata : “Jangan kamu mengasihi dunia”
Dalam teks lain : “jangan meletakkan atau melekatkan hatimu di dunia ini”
Dan pernyataan bahwa "dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya" dalam teks lain berkata bahwa “dunia ini akan berlalu dan menjadi danau api.”
Dan, Yak. 4:4 ... “persahabatan” ( yun) “cinta” dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah.”

Pada umumnya, istilah “dunia” di dalam Alkitab merujuk kepada “sistem kejahatan yang dikendalikan oleh Setan yang bermaksud hendak menggiring anak-anak Tuhan supaya tidak menyembahan Allah.”
Alkitab berkata, Setan adalah penguasa dunia ini dan ia mempunyai sistem yang bertolak-belakang dengan Allah _ ( 1 Yoh. 5:19 : “dunia ini berada dalam kuasa di jahat” )

Jadi “mengasihi dunia” memiliki makna mengabdi kepada harta, hidup dengan filosofi dunia, dan hidup berprioritas dan berorientasi kepada dunia ini, sementara Allah berkata supaya kita hidup harus berprioritas kepada nilai-nilai-Nya yang kekal.
Oleh karena itu kita harus hidup "mencari dahulu atau mengutamakan " Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya ( Matius 6:33 ).

Matius 6:24 berkata bahwa “tidak ada seorangpun dapat melayani dua tuan.”
Artinya kita tidak bisa mengabdi kepada Allah dan dunia secara bersamaan.
Oleh karenanya, kesempatan hidup kita yang sementara di bumi ini, harus digunakan sebaik-baiknya untuk membenahi kehidupan kita hingga sempurna seperti Kristus dan juga sebagai masa persiapan kira menuju tempat yang Tuhan sudah sediakan yaitu Yerusalem Baru.

Membangun kehidupan serupa seperti Kristus dengan hidup sesuai kehendak-Nya, merupakan arah atau orientasi hidup yang mutlak bagi setiàp orang percaya. Dengan demikian, ada hal-hal yang harus kita perhatikan dalam menjalani hidup ini.

1 Petrus 1:17 “...hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.”
Kata "ketakutan" (Yun) φοβος – phobos, artinya “penuh hormat kepada Allah.”
Jadi ayat ini bermakna bahwa dalam menjalani hidup ini, kita harus hidup dalam keteraturan, karena kita adalah orang-orang yang ber-Tuhan.

Dan sesungguhnya yang menjadi penghalang terbesar bagi kita untuk mengerjakan dan membangun kehidupan yang di kehendaki Tuhan tersebut ialah " keinginan kita yang bertolak belakang dengan keinginan Allah ".

Oleh karena itu kita harus terus menerus mau berusaha untuk mengalami pembaharuan pikiran yang dikerjakan melalui kuasa Firman kebenaran dan kuasa Roh Kudus, supaya kita dapat memahami dan melakukan seluruh kehendak-Nya.

Roma 12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Tuhan Memberkati !!!

Jumat, 22 Juni 2018

SIKAP HIDUP ORANG YANG BERORIENTASI PADA KERAJAAN SORGA


SIKAP HIDUP ORANG YANG BERORIENTASI PADA KERAJAAN SORGA

Oleh : Pdt. Erwan Musa


Matius 13:44-46 :

13:44 "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. 
13:45 Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. 
13:46 Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."

Pada ayat-ayat tersebut Tuhan Yesus menggunakan 2 perumpamaan untuk menggambarkan hal Kerajaan sorga, yaitu pada ayat 44: di katakan bahwa hal kerajaan sorga ibarat "harta yang terpendam di ladang" dan yang kedua pada ayat 45: di katakan bahwa hal kerajaan sorga di ibaratkan juga "Seumpama seorang pedagang yang mencari “mutiara yang indah dan sangat berharga". 

Tuhan Yesus sering menggunakan perumpamaan dalam mengajar, karena dalam Yudaisme, menggunakan perumpamaan merupakan bentuk umum untuk mengajar.

Nah, sekarang hal penting yang harus kita ketahui terlebih dahulu adalah bahwa pada zaman Tuhan Yesus, hal Kerajaan Sorga sangatlah diharapkan oleh bangsa Yahudi, karena pada saat itu bangsa Yahudi sedang dalam penjajahan bangsa Romawi, dan hal Kerajaan Sorga juga merupakan inti dari pengajaran Tuhan Yesus selama Ia berada di dunia pada saat itu. 
Alkitab mencatat bahwa selama Ia hidup di dunia ini, Tuhan Yesus berulang-ulang mengajarkan hal Kerajaan Sorga kepada murid-murid-Nya dan tidak berhenti sampai di sana, alkitab juga berkata bahwa selama 40 hari setelah Ia bangkit dari kematian-Nya atau sebelum Ia naik ke sorga, Ia juga berulang-ulang mengajar tentang Kerajaan Sorga kepada murid-murid-Nya.

▪ Kis.1:3b .... Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah (LAI). 

▪ Terj. (BIS) : Ia berbicara dengan mereka mengenai bagaimana Tuhan memerintah sebagai Raja. 

Pada Injil Lukas 4:43 menceritakan suatu kisah bahwa ketika Yesus akan meninggalkan Kapernaum dan hendak menuju ke Yudea, Ia ditahan oleh orang banyak yang mengikuti-Nya agar Ia tidak meninggalkan mereka, namun Yesus berkata kepada mereka : "Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus." 
Jadi yang harus menjadi catatan penting bagi kita ialah bahwa Yesus di utus ke dunia untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah.

Mari kita belajar apa sebenarnya makna kata Kerajaan yang di maksud oleh Tuhan Yesus.

● Kata "Kerajaan" dalam teks lain berarti “pemerintahan Allah atau kehendak Allah yang dapat juga kita pahami sebagai kebenaran-Nya.”

Dalam Alkitab Perjanjian Baru (PB), kata “KERAJAAN” (Yun) βασιλεια ; “Basileia” /: bas-il-i'-ah yang berarti : tingkatan, kekuasaan, kedaulatan yang dimiliki oleh seorang raja. 
Maksudnya ialah kekuasaan yang dimiliki oleh seorang raja atas suatu wilayah. 
Jika alkitab menggunakan kata “KERAJAAN ALLAH", maka sesungguhnya itu berarti menunjuk kepada pemerintahan Tuhan, kekuasaan Tuhan atau kedaulatan Tuhan atas segala hal dan wilayah yang tak terbatas. 
Jadi hidup dalam pemerintahan, kuasa, dan kedaulatan Tuhan sama halnya dengan melakukan kehendak atau kebenaran-Nya dengan pemahaman dan makna yang sebenarnya.

Jadi, yang Tuhan Yesus ingin capai melalui ajaran-Nya di atas ialah supaya setiap orang percaya memiliki orientasi hidup yang benar atau sikap hati yang sungguh-sungguh merindukan kerajaan Allah atau pemerintahan Allah atau kebenaran Allah lebih dari segalanya, bahkan dalam implementasinya orang percaya berani menjual segala yang dimilikinya atau melepaskan segalanya demi hidup dalam kehendak atau kebenaran-Nya atau hidup dalam pemerintahan-Nya.

Maksud dari kata melepaskan atau menjual segala yang dimilikinya ialah “kerelaan untuk melepas atau meninggalkan segala sesuatu yang menghalangi kita untuk dapat hidup seturut kehendak atau kebenaran-Nya yang sangat berharga dan bernilai kekal.” 
Sebagai contohnya Paulus, ia berani dan rela melepaskan dalam teks asli berarti “kehilangan” segalanya demi memperoleh Kristus dan kebenaran-Nya ( filipi 3:7-9 ). 
Mengapa demikian? karena Paulus sangat memahami bahwa pemerintahan Allah adalah hal yang sangat berharga dan bernilai kekal.

~ Sekilas mengenai konteks atau situasi pada saat Tuhan Yesus berkata bahwa hal kerajaan Surga seperti orang yang menemukan harta karun yang terpendam di ladang. 
Kemungkinan besar orang tersebut sedang bekerja di ladang tersebut. Ketika sedang bekerja atau menggali, ia menemukan ada sebuah benda yang sangat berharga yaitu harta karun di dalam sebuah guci.

~ Umumnya harta kekayaan yang disimpan orang-orang pada masa itu biasanya berupa koin, baik emas atau perak, batu permata, serta barang berharga lainnya. Barang-barang tersebut dimasukkan ke dalam guci, yang sering dipakai sebagai wadah penampungan air. 
Guci penyimpanan tersebut umumnya kedap air dan cukup kuat, dan karena itu dapat dipakai sebagai wadah untuk menyimpan barang. Barang beharga dapat disimpan dengan aman di dalam guci, yang kemudian ditutup rapat dan dikubur. Pada zaman itu belum ada bank, jadi memendamkan harta merupakan cara yang lazim dipakai untuk menyimpan harta kekayaan.

~ Penduduk di Palestina pada zaman itu pada umumnya tidak mau berinvestasi dalam bentuk rumah atau properti karena seringkali terjadi perang. Dan jika itu terjadi, maka rumah mereka dapat dibakar atau dihancurkan oleh musuh. Jadi orang tidak berinvestasi dalam bentuk properti pada masa itu. Dan jika mereka membeli rumah, mereka tidak dapat membawanya sesuka hati, tetapi jika barang berharga mereka bisa membawanya.

~ Jadi mereka berusaha mengamankan harta kekayaan mereka baik dari segi nilai maupun fisik dalam bentuk barang berharga yang dikubur dalam bejana tanah liat. Mereka menguburkan harta tersebut di ladang mereka. Tentu saja mereka perlu mengingat dengan persis di mana harta itu dikubur. Biasanya dengan memakai suatu patokan khusus misalnya, beberapa langkah ke arah tertentu dari tanda atau patokan apa saja. Akan tetapi, jika kemudian tanda tersebut hilang, maka si pemilik harta akan mendapat masalah besar untuk mengingat-ingat di mana letak hartanya karena patokan arahnya sudah hilang. Ini adalah penyebab mengapa ada banyak harta terpendam pada zaman itu yang tidak dapat lagi dilacak oleh pemiliknya. 
Si pemilik mungkin sudah terbunuh dalam perang atau ditawan ke tempat lain, suatu hal yang sering menimpa orang Yahudi pada zaman itu. Ada pula yang mengubur hartanya dan tidak memberitahukan kepada orang lain. Ketika ia jatuh sakit dan mati, atau terbunuh, maka tidak ada orang lain yang tahu di mana hartanya. Harta-harta terpendam tersebut sangat sering ditemukan oleh para ahli arkeologi. Di zaman sekarang ini pun, kadang kala orang awam yang sedang menggarap ladangnya dapat saja menemukan harta terpendam itu. Kadang-kadang, buldoser yang sedang meratakan tanah di Israel secara tidak sengaja membongkar guci atau penyimpanan harta yang mungkin saja berisi koin emas kekaisaran Romawi atau barang-barang berharga lainnya. Jadi untuk menjelaskan hal kerajaan sorga pada zaman Yesus, Ia memakai perumpamaan kejadian yang sudah umum terjadi pada zaman itu.

Tentu saja muncul beberapa pertanyaan, mengapa ia tidak langsung menggali dan mengambil harta tersebut, karena jika ia lakukan penggalian dan mengambil barang tersebut, maka ia akan terkena masalah hukum. Menggali ladang milik orang adalah suatu tindak pelanggaran hak milik orang lain (Kel.20:17), sehingga ia dapat dituntut ke pengadilan. Terlebih lagi, jika seorang tertangkap sedang menggali guci di ladang orang, maka si pemilik ladang selain dapat menuntut orang tersebut dengan tuduhan menyerobot ladang orang lain, juga berhak menuntut hak kepemilikan atas harta terpendam tersebut, karena yang berhak atas harta tersebut hanyalah pemilik ladang tersebut.

Jadi, satu-satunya cara yang sesuai aturan agar dapat memperoleh harta karun atau terpendam tersebut adalah dengan cara membeli ladangnya. Tidak ada cara yang lain lagi. Jika kita sudah memahami dasar aturan ini, maka tindakan yang diambil oleh orang tersebut dengan mudah dapat kita pahami, sehingga orang tersebut bisa mendapatkan harta terpendam itu dengan cara yang patut dan sesuai aturan.

▪> Begitu pula dengan hal Mutiara (Ayat 45-46)
~ Pada zaman Yesus, mutiara adalah barang atau harta yang sangat diminati, sehingga pedagang-pedagang harus pergi ke laut Merah, teluk Persia dan ke tempat-tempat lainnya guna mencari mutiara yang indah dan bernilai tinggi.
Dan ternyata mutiara yang berasal dari laut merah lebih rendah kualitasnya, sementara mutiara yang berasal dari teluk persia jauh lebih baik kualitasnya.

Itulah sebabnya mengapa para pedagang harus mengadakan perjalanan yang panjang dalam pencariannya untuk mendapatkan mutiara yang indah.
Perlu kita ketahui bahwa untuk orang bisa mendapatkan mutiara dari teluk persia, maka orang harus menyelam hingga kedalaman hampir seratusan meter, sedangkan di laut merah orang tidak perlu menyelam hingga ratusan meter. 

KESIMPULAN :
Demikian alasan Tuhan Yesus mengajar melalui perumpamaan tersebut,  agar setiap orang percaya harus berusaha untuk dapat hidup dalam Kerajaaan Sorga. 
Sangat wajar dan adil jika Tuhan Yesus berkata bahwa jika seseorang berusaha hidup dalam pemerintahan atau kehendak Tuhan, maka dengan pasti orang tersebut layak untuk masuk dan tinggal dalam Kerajaan-Nya. 

Matius 7:21 berkata : “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga 
Amin !!!
Tuhan memberkati

YESUS JALAN SATU-SATUNYA MENUJU SURGA

YESUS JALAN SATU-SATUNYA MENUJU SURGA

Oleh : Pdt. Erwan Musa

▪Injil Yohanes 14:6 merupakan jawaban Tuhan Yesus atas pertanyaan Thomas mengenai jalan Tuhan Yesus menuju kepada Sorga atau Bapa

Dalam Alkitab terjemahan baru : Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”

Terjemahan lama : Maka kata Yesus kepadanya, "Aku inilah Jalan dan Kebenaran dan Hidup; seorang pun tiada sampai kepada Bapa, kecuali dengan Aku.”

Mari mempelajari beberapa kata pada ayat tersebut di atas, sehingga kita akan memahami makna yang terkandung dalamnya.

● Kita mulai dari kata Yesus : “Akulah Jalan…” Disini Yesus mendeklarasikan diri-Nya, bahwa Dia bukan sebagai salah satu jalan (a way), tetapi Ia adalah satu-satunya jalan ( the way). Yesus bukan sekadar penunjuk jalan, namun Yesus adalah jalan itu sendiri untuk orang bisa sampai kepada Bapa atau Sorga.
Pertanyaannya sekarang adalah, Apa yang dimaksud dengan jalan ( the way ) di sini?
Jika kita memperhatikan bahwa puncak pelayanan Yesus adalah kematian-Nya di kayu salib, yang merupakan jalan satu-satunya untuk menyelesaikan kuasa kutuk atas dosa manusia ketika manusia berdosa di Taman Eden (bandingkan dengan Kejadian 3:15)
Jadi the way atau jalan di sini artinya bahwa Yesus menyediakan diri-Nya sendiri sebagai jalan supaya setiap orang bisa kembali kepada Bapa. Dan jalan keselamatan itu hanya melalui Tuhan Yesus, tidak ada jalan lain.
Jadi dalam hal keselamatan kita harus tegas, memang jalan menuju Roma itu banyak tetapi menuju ke sorga hanya ada satu jalan.
Pemahaman jalan di sini bukan sekedar percaya dengan ukuran hanya sampai berstatus sebagai orang percaya atau hanya beragama kristen saja, tetapi harus menghidupi ajaran dan keteladanan hidup Tuhan Yesus. Kita harus memahami bahwa Kekristenan adalah jalan hidup, artinya mengenakan seluruh kehidupan Kristus dalam keseharian hidup.

▪Kata "jalan" (Yun): οδος ; hodos ;/hod-os' = memiliki makna jalan hidup yang panjang dan penuh dengan perjuangan.
Pemahaman ini pararel dengan ajaran Tuhan Yesus yang berkata : " Berjuanglah melalui pintu yang sesak ...” Maksudnya ialah bukan hanya berhenti sampai menjadi orang percaya kepada Tuhan Yesus saja, tetapi setelah percaya ada sesuatu yang harus dilakukan. Firman Tuhan berkata bahwa kita harus mengerjakan keselamatan yang Yesus sudah lakukan. Keselamatan yang Ia lakukan memang telah sempurna, hanya kita yang belum sempurna seperti Dia, karena maksud dari keselamatan yang Ia lakukan bertujuan untuk membawa setiap orang yang percaya kepada-Nya bisa kembali pada rancangan Allah yang sempurna.

● Kemudian Yesus berkata bahwa Ia adalah "kebenaran” Pada ayat ini juga Yesus mendeklarasikan bahwa diri-Nya adalah kebenaran. Sama seperti penekanan-Nya pada kata jalan tadi.
Jadi Yesus juga bukan salah satu kebenaran ( a truth ), tetapi Yesus adalah satu-satunya kebenaran ( the truth ). Artinya bahwa, Dia adalah kebenaran yang sesungguhnya yang harus di ikuti atau di teladani, sehingga setiap orang yang percaya kepada-Nya bisa sampai kepada Bapa atau Sorga.
Mengapa demikian? karena ajaran dan kehidupan Yesus seluruhnya adalah kebenaran.

● Dan Yesus juga berkata : “Akulah…hidup”
Sebagaimana kita ketahui bahwa kontra dari hidup adalah mati. Sejak manusia berdosa, manusia sesungguhnya telah mati secara rohani.
Dalam Yohanes 10:10 dikatakan, “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”

Kata "Hidup" (Yun): ζωη ; zoe ;/ zo-ay' artinya “ hidup yang berkualitas”
Pada ayat tersebut, kata hidup disana tidak memakai kata yunani "bios" yang berarti kehidupan mahluk hidup pada umumnya.
Jadi kehidupan yang dimaksud disini ialah kehidupan yang dikehendaki oleh Bapa di sorga yaitu kehidupan yang berkualitas seperti Tuhan Yesus.

Dan sebagai kalimat penekanan atau penegasan pada ayat ini, Tuhan Yesus berkata :

● ... “Tidak ada seorang pun yang dapat "datang" (yun) : ερχεται ; ercetai (ak) erchomai yang memiliki makna di samping "datang," kata ini juga berarti "kembali", atau sampai kepada Bapa/Sorga kecuali hanya melalui TUHAN YESUS”

Pertanyaannya sekarang adalah sekian lama usia kekristenan kita, apakah kita telah sungguh-sungguh membangun dan mengerjakan anugerah keselamatan yang Tuhan sudah berikan?

Jadi kesimpulan dari renungan firman Tuhan yang kita pelajari bersama-sama ini adalah : Bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya jalan seseorang dapat sampai kepada Sorga, karena Ia adalah kebenaran dan hidup.
Amin !!!

Rabu, 20 Juni 2018

Cara Pandang Yang Memerdekakan


CARA PANDANG YANG MEMERDEKAKAN              
Oleh  : Erwan Musa

Jika seseorang mengatakan bahwa ia belajar sungguh-sungguh kebenaran Firman Tuhan, di mana setiap hari atau  setiap minggu ia belajar untuk memahami semua yang Tuhan kehendaki, maka seharusnya ia juga dapat mengukur tingkat pemahaman dan keseriusannya dalam membangun hidupnya yang didasari oleh Kebenaran Firman Tuhan tersebut. Tetapi kenyataan yang terjadi  banyak orang dengan mudah meninggalkan bahkan menjual imannya. Jika kita memperhatikan, banyak aktivis gereja yang aktif melayani meninggalkan imannya kepada Kristus Yesus. 

Sesungguhnya dengan pemahaman Alkitab yang benar kita akan mengerti bahwa bagaimana cara pandang seseorang terhadap suatu hal, akan menentukan seluruh sikap hidupnya kepada hal tersebut, asalkan cara pandangnya didasari oleh pemahaman Kebenaran Firman yang benar, sehingga akan sangat menolong ia untuk dapat  mengalami kemerdekaan terhadap hal tersebut. Jka ia bersedia juga mengimplementasikan atau mengaplikasikannya. Sebagai contoh seorang teroris, karena memiliki cara pandang terhadap ideologi tertentu dan di yakini benar, sehingga hal tersebut menjadi tujuan atau pencapaian hidupnya.

Demikian juga halnya dengan Kekristenan, Kehambaan kepada Kristus, Penebusan, Keuangan, pemahaman tentang  Pengurapan dll. Jika seseorang memiliki cara pandang dan pemahaman yang benar tentang kekristenan, maka orang tersebut pasti akan benar dalam menjalani kehidupan kekristenannya dan memiliki fokus atau orientasi hidup yang jelas. Memiliki pemahaman kekristenan yang benar, artinya merdeka dari doktrin atau pemahaman yang salah tentang kekristenan, kemudian  bagaimana mengaplikasikannya dalam kehidupan setiap hari, dan hal tersebut merupakan sebuah pilihan dan keputusan setiap orang !!! 
Sebagai catatan :  implementasi adalah momentum seseorang mengalami kemerdekaan sejati.  

Jadi sesungguhnya masih banyak hal dalam Alkitab yang harus kita pelajari dan pahami dengan benar,  sehingga  kita akan bijaksana dalam menjalani hidup, dan peningkatan  buah-buah kehidupan yang dihasilkan pasti akan nampak dan dirasakan oleh setiap orang yang berada di sekitar kita, bagaimana cara kita bertutur kata, bertingkah-laku dsb. 

Oleh karena itu, kita harus sering melihat dan menilai diri kita sendiri apakah hidup kita bisa dinikmati atau sebaliknya merugikan orang lain, dan jangan hanya kita melihat dan menilai orang lain saja, karena hal masuk sorga adalah tanggung jawab masing-masing pribadi.

Kenyataan yang terjadi sekarang adalah banyak orang sejak lahir sudah menjadi orang Kristen, tetapi mereka tidak mengerti arti kekristenan yang sebenarnya dan juga tidak memiliki tujuan hidup yang jelas sebagai orang percaya.
Kedua hal tersebut diatas pada hakekatnya menunjukkan bahwa Kekristenan yang sejati harus mengarahkan segenap hidupnya hanya kepada Kesempurnaan Kristus, dan orang-orang yang demikian pasti akan mengalami progresifitas dalam tingkat pertumbuhan imannya dari hari ke hari.

Makna Kekristenan yang benar  adalah Mengenakan kehidupan Kristus atau berkodrat ilahi melalui proses kehidupan setiap saat.
* Filipi 2:5  berkata, "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus." 
Kata 'menaruh' menunjuk pada sebuah proses, yang artinya kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh mengganti pola pikir kita dengan kebenaranNya, seperti yang terdapat dalam surat Roma 12:2, "... berubahlah oleh pembaharuan budimu.."  Kata 'budimu' pada ayat tersebut artinya pola pikir kita.

Demikian juga halnya dengan istilah “Ciptaan Baru” artinya kita harus memahami dengan benar makna dan proses hingga kita menjadi Manusia Baru.
Dalam  2 Kor. 5:17 , "Jadi, siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru,  yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."

Ada beberapa kata penting yang harus kita pelajari dan pahami yang terdapat pada surat 2 Kor. 5:17 yaitu :
* 》 Kata “Jadi” pada ayat 17 tersebut merujuk kepada ayat 14 -16,  dimana Paulus hendak menjelaskan bahwa semua orang percaya sesungguhnya telah mati bersama Kristus dan tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri,  yang artinya adalah kehidupan kita seharusnya sudah tidak lagi bersifat duniawi, tetapi harus bersifat rohani. 
“Kematian” yang di maksud oleh Paulus adalah kematian kodrat dosa kita, yang telah disalib bersama Kristus, sebagaimana kita telah dikuburkan dan di bangkitkan bersama Kristus, sehingga sekarang kita “hidup dalam hidup yang baru” (Roma 6:4). 
Jadi yang sedang dibahas Paulus sesungguhnya pada surat 2 Korintus 5:17 ialah bahwa setelah kita percaya kepada Kristus, kita menjadi pribadi yang baru yang telah di bangkitkan, dan sekarang kita mengenakan hidup sebagai “Ciptaan yang baru.” dimana merujuk pada  istilah proses yang sedang berlangsung
* 》 Kata "Ciptaan Baru" (Yun) καινὴ κτίσις ;  kainē ktisis :/ kahee-ne  ktis'-is : ciptaan, penciptaan baru.
Dalam KJV, di pakai kata 'new creature'  yang artinya menunjuk kepada sebuah proses menjadi  "mahluk baru"
Kata “ciptaan baru” hanya muncul 2 kali dalam Alkitab, dan hanya ditemukan dalam tulisan Paulus yaitu pada :
~2 Korintus 5:17: “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” 
~ Galatia 6: 15: “Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya.”
Dalam terjemahan BIS  dikatakan, "Disunat atau tidak disunat, itu tidak penting. Yang penting ialah menjadi manusia baru."  
Makna ayat tersebut artinya adalah dalam hidup ini kita harus mengutamakan membangun manusia roh kita yang berorientasi pada keserupaan dengan Kristus.
Istilah Ciptaan Baru, dalam bahasa (ibr) "beri’a khadasa" merupakan istilah yang lazim di gunakan oleh orang-orang Yahudi, dan biasa oleh guru-guru Yahudi dipakai untuk menyebut orang-orang non Yahudi yang bertobat menjadi Yahudi (proselit), dengan konsekuensinya mereka harus melakukan seluruh tradisi atau budaya dan adat istiadat Yahudi. 
Jadi Paulus menggunakan istilah Ciptaan Baru pada ayat tersebut hendak menunjuk kepada tradisi proselit di atas yang menjadi gambaran yang sama untuk semua orang percaya, maksudnya ialah setelah kita percaya kepada Kristus, kita harus mengenakan manusia atau kehidupan baru yang terus di proses hingga serupa seperti Kristus, yang merupakan konsekuensi hidup sebagai orang percaya.
Kata “baru” dalam bahasa Yunani terdapat dua kata yaitu :
"Neos" dan "Kainos".
~ Neos artinya sesuatu yang baru, dari tidak ada menjadi ada. 
Neos berbicara mengenai “baru berdasarkan waktu. ~ Kainos artinya sesuatu yang sudah ada tetapi dijadikan baru. 
Kata “kainos” lebih menunjuk kepada sebuah perubahan sikap, perilaku, tabiat dan bukan pada materi/tubuh.
Kata "Baru" dalam 2 Kor 5:17, dipakai Kata "Kainos" .
Disini Paulus ini berbicara mengenai “baru berdasarkan kualitas” Artinya, perubahan, bukan dengan jalan mengganti total diri seseorang, melainkan lebih tepat diartikan "proses membersihkan jiwa seseorang" atau proses  regenerasi hingga karakternya diubah menjadi karakter yang baru hingga serupa seperti Kristus. 
Oleh karena itu kita berhak menilai, menandai, dan memilih pengajaran yang tepat, untuk kita semakin memahami Kehendak Tuhan yang akan membawa kita semakin menjadi manusia rohani dari waktu ke waktu.
Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari, kita
akan mempercayakan perbaikan barang-barang milik kita seperti hand phone, sepeda motor dll, ke service center yang berstandar dengan aslinya. 
* 》 Kemudian kata “Yang Lama Sudah Berlalu.” 
Maksud kata tersebut merujuk kepada segala sesuatu di dalam sinfull nature atau kodrat lama kita, yaitu kesombongan, kesukaan berdosa, kebiasaan buruk, dan segala hawa nafsu jahat, yang harus diperjuangkan untuk kita tinggalkan dan mengarahkan diri menjadi ciptaan yang baru yang hanya mengarahkan kita kepada kesempurnaan Kristus, sehingga terjadi proses perubahan yang sangat signifikan, dan  terlihat dari  buah-buah Kebenaran yang dihasilkan dalam kehidupan kita. Dengan "berlalunya yang lama" dan “yang baru sudah datang” maka hal-hal yang telah mati telah digantikan dengan hal-hal baru, yang penuh dengan kehidupan dan kemuliaan Tuhan. 
Jadi dengan jiwa yang baru lahir ini, maka seseorang pasti akan suka terhadap hal-hal yang ilahi dan membenci hal-hal duniawi, dan dosa yang dahulunya di pertahankan sekarang ingin di buang dan di tinggalkan. Seperti dikatakan dalam Kolose 3: 9, " Kita telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya,"dan dalam Efesus 4:24, "dan telah mengenakan  manusia baru,  yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya."

* Lalu kata yang terakhir ialah kata "Di Dalam
Kristus" 
Hal ini merupakan syarat untuk seseorang menjadi ciptaan baru. 
Orang yang mau menjadi ciptaan baru "Harus berada didalam Kristus” (en Christos). 
Untuk memahami hal ini, maka istilah “Kristen” harus  terlebih dahulu kita pahami, bahwa seorang “Kristen” bukanlah seorang yang hanya sekedar aktif ke gereja dan aktif mengambil bagian dalam pelayanan, atau terlahir dan dibesarkan dalam keluarga Kristen, walaupun hal-hal tersebut dapat menjadi bagian dari pengalaman dan perjalanan kekristenannya.  Karena seorang Kristen adalah seorang yang dengan iman menerima dan percaya kepada Yesus Kristus sebagai satu-satunya
Juruselamat dan terus mengerjakan keselamatannya hingga mengalami keserupaan dengan Kristus (Yohanes 3:16; Kisah 16:31; Efesus 2:8-9).
Kata “Di dalam” pada ayat tersebut menunjuk respon manusia kepada Tuhan, karena untuk seseorang bisa berada didalam, maka orang tersebut harus aktif untuk bertindak agar dapat masuk kedalam, bila ia menolak maka ia akan selalu berada diluar. 
Hal ini pun berbicara soal pilihan dan keputusan !!!

Wahyu 3:20, berkata,  “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok ; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” 
*Kata "di muka pintu" (Yun)  thura  :/thoo'-rah  = di muka pintu, di ambang pintu, kesempatan.
Artinya : kita tidak boleh membuang kesempatan yang Tuhan masih berikan. 
Hidup yang Tuhan berikan hingga saat ini harus dijadikan sebagai kesempatan yang sangat berharga untuk kita gunakan sebaik-baiknya, untuk menggenapi, menanggapi dan meresponi kehendak Tuhan dengan cara melakukannya.
* Kata "Aku akan masuk" (Yun) eiserchomai  :/ice-er'khom-ahee = hidup di antara, berkumpul dengan ... Maksudnya ialah jika kita mau meresponi kesempatan yang Tuhan berikan tersebut, maka kita akan mengalami persekutuan yang intim dengan Dia, sehingga semakin hari kita akan mengalami proses perubahan melalui penggarapan yang Ia lakukan untuk memproses dan membentuk kita ke arah yang semakin baik dan berkenan kepadaNya.

Roma 8:28-29  :
8:28  "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. " 8:29  "Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara."

Kembali ke perihal cara pandang ; Matius 6:22-23 berkata : 
"Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; tetapi jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu!" (LAI) Artinya, bagaimana pemahaman atau cara pandang kita kepada sesuatu hal sangat menentukan kualitas manusia batiniah yang sedang kita bangun dan yang merupakan tanggung jawab setiap orang percaya, karena pada dasarnya selama kita hidup di muka bumi ini,  kita harus mengubah kualitas hidup kita, dari "Sinfull Nature ke Devine Nature atau berpindah dari manusia yang berkodrat dosa kepada manusia yang berkodrat Ilahi."

Oleh karena itu, untuk kita dapat memiliki cara pandang yang benar, maka kita harus mengubah cara pandang kita tentang hal apa saja sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan yang benar.
Yoh. 8:31-32  berkata,  “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku,      dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (LAI)
*Kata "tetap" (Yun) meno  :/ men'-o =  tetap, tinggal, menetap, memelihara, hidup, bertekun
Artinya : apapun yang sedang kita hadapi atau alami, kita harus berjuang untuk tetap konsisten dalam menjalani hidup ini, dan berusaha bertekun terus dalam kebenaranNya, sehingga kita akan memahami kebenaran yang sesungguhnya secara utuh, dan dengan berjalannya waktu kita akan semakin melekat atau menyatu dengan kebenaranNya.
* Kata "kamu akan mengetahui" (Yun)  ginosko  ;/ ghinoce'-ko =  tahu, mengerti, mengenal,  kiasan seperti hubungan yang intim antara suami istri/menyatu dengan kebenaran. 
Dengan demikian konsep berfikir dan cara pandang kita terhadap sesuatu hal pasti benar seturut kebenaranNya, dan jika kita bersedia mengimplementasikannya dalam keseharian hidup kita, maka kita akan mengalami kemerdekaan hidup yang sesungguhnya atau sejati.


KESIMPULAN :
 Roma 12 : 2  :  Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (LAI)
Jadi ketika kita mau di ubah dan berubah dari pola pikir, pemahaman atau cara hidup kita yang tidak benar, maka Allah turut bekerja mendatangkan kebaikan hingga kita mengenakan keserupaan dengan Kristus, karena Roh Kudus pasti berkarya dalam kehidupan kita dan menuntun kita ke dalam seluruh kebenaran, dan ketahuilah hanya kuasa kebenaran-Nya yang dapat memerdekakan hidup kita. Hal ini tidak mungkin bisa kita capai dalam waktu sekejap, karena dibutuhkan keseriusan dan perjuangan yang sungguh-sungguh dari pihak kita juga yang merupakan respon kita terhadap anugerah dan kesempatan yang masih Tuhan berikan.

Kiranya Tuhan memberkati kita sekalian.