Senin, 25 Juni 2018

MAKNA IBADAH YANG SEJATI DALAM KONTEKS SURAT ROMA 12:1-2

MAKNA IBADAH YANG SEJATI DALAM KONTEKS SURAT ROMA 12:1-2

Oleh : Pdt. Erwan Musa


Dalam Roma 12: 1-2 berkata :

12:1 “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.”

12:2 “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”

Dari kedua ayat di atas dapat dikatakan bahwa :

GAYA HIDUP SEBAGAI ORANG YANG MELAKUKAN IBADAH YANG SEJATI SETIAP HARI, MERUPAKAN GOAL YG HARUS DI KENAKAN OLEH SETIAP ORANG PERCAYA

Pertanyaannya bagi kita ialah, apakah makna Ibadah yang Sejati yang dimaksudkan pada ayat di atas?

Sebelum kita membahas 2 ayat tersebut di atas, kita harus pahami terlebih dahulu bahwa struktur Surat Roma dibagi menjadi 2 bagian yaitu:

▪Roma 1-11 berbicara tentang Doktrinal, yaitu Keselamatan dan hidup di dalam Yesus

▪Roma 12-16 berbicara tentang Praktikal, yaitu Praktik dari Doktrin yang di ajarkan pada pasal 1-11


Untuk kita dapat memahami makna Surat Roma 12:1-2 tersebut, mari kita mempelajari beberapa kata penting yang terdapat didalamnya :

● Kata “karena itu” pada ayat 1, merupakan kata sambung dari kata atau kalimat sebelumnya, dan kalimat ini sesungguhnya merupakan kalimat penting, dimana setelah Paulus menyampaikan doktrin keselamatan di dalam Kristus (psl. 1-11), dan puncak doktrinnya pada surat Roma 11:36 : “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya.”
Maksudnya ialah Paulus menyadarkan bahwa hidup dan segala yang kita miliki semua dari Dia, oleh Dia dan kepada Dia.
Selanjutnya ia menasihati sebagai bentuk respon yang harus kita lakukan yaitu mempersembahkan tubuh kita kepada Allah.

Kata “mempersembahkan” (Yun) Paristemi artinya “menyediakan, mengabdikan ...hidup dan segalanya...”
Kata ini biasa di gunakan di lingkungan Istana, untuk orang-orang bawahan Raja mengabdi kepada Rajanya.
Dan istilah tersebut mengacu kepada tradisi peribadatan umat Israel pada jaman dahulu dalam mempersembahkan korban kepada Allah di bait Allah di Yerusalem.
Jadi mempersembahkan di sini adalah penyerahan hidup yang total hanya kepada Tuhan dan tidak boleh kepada yang lain.
Orang percaya yang hidup di era Perjanjian Baru harus mempersembahkan ‘Tubuh’, sementara di era Perjanjian Lama adalah ‘Binatang’.

Kata " tubuh " yang Paulus maksudkan di sini adalah “ Seluruh pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Dengan kata lain seluruh kemampuan dan kegiatan kita harus dipersembahkan (diabdikan) hanya kepada Tuhan.
Kita temukan ayat-ayat paralelnya dalam :
▪1 Kor 10:31, “jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.”
▪1 Kor 6:19-20,”Setelah kita menerima penebusan Kristus, tubuh kita milik Tuhan sepenuhnya, sehingga kita harus memuliakan Tuhan dengan tubuh kita.”
▪1 Kor. 6:13, “Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan.
▪Kol.3:5 , “Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi..”

Jadi kita harus melatih dan mengarahkan seluruh perbuatan tubuh kita setiap saat, supaya semua Yang kita lakukan sesuai dengan kebenaran, dan menjadi kebiasaan atau memiliki gaya hidup sebagai orang benar.
Bukan hal pemberian kita yang Tuhan kehendaki, tetapi Ia menghendaki diri kita sendiri.

Kata “Persembahan” di sini Paulus menyebutnya dengan “persembahan yang hidup”.
Jaman dulu persembahan hanya binatangnya saja, dan hanya imam yang melakukan, sementara orangnya tidak.
Jaman Perjanjian Baru orangnya yang terutama menjadi korban persembahan, dan segala yang ada padanya, “Karena segalanya dari Dia, oleh Dia dan kepada Dia.”

Kata “hidup” di sini (yun)= ‘Zao’ ; ‘Dzah’-o artinya ‘hidup kembali.
Jadi mengacu kepada hewan kurban yang dipersembahkan pada zaman dulu di mana harus hewan hidup bukan hewan mati.
Memiliki arti yang sama seperti yang terdapat juga dalam :
▪ Roma 6:4 : .. 'kita akan hidup dalam hidup yang baru', dimana ayat ini biasanya digunakan sebagai dasar sakramen baptisan air.
▪ Roma 8:11 : Hidup yang baru, artinya hidup yang dibangkitkan oleh Roh Kudus. *
▪ Roma 6:11 : Dan karena orang percaya harus hidup bagi Allah, dan mereka 'telah mati bagi dosa'.

Jadi, 'persembahan yang hidup' artinya penyerahan diri kita kepada Tuhan dan selanjutnya berjuang membangun kehidupan baru yang menjauhi dosa dan menentang kuasa dosa.
Dosa artinya kemelesetan hidup (keluar dari kehendak Tuhan).

● Persembahan itu disebut juga “persembahan yang kudus” .
Korban persembahan yang dikehendaki Allah adalah persembahan yang kudus yang sama artinya dengan suci, bersih, terpisah dari kekotoran dan dikhususkan.
Kritera korban persembahan yang layak pada zaman dahulu adalah tidak boleh cacat sedikit pun. HARUS KOSHER : HALAL, LAYAK. (istilah bahasa ibrani)
Firman Tuhan berkata yang berkenan kepada Allah artinya layak, yang disukai, yang pantas, dan yang sesuai dengan kemauan Tuhan.

● Paulus juga menulis di ayat 1 bagian akhir sebagai konklusi ayat tersebut adalah “Ibadahmu yang sejati”.
Dalam terjemahan bahasa Yunani di pakai kata “ logike latreia”.

Kata ‘Ibadah’ (Yun) λατρεια - latreia, merupakan bentuk kata kerjanya berarti 'pengabdian', berbakti”
Kata ini hanya di pakai menunjuk pengabdian hanya kepada Tuhan.
Kata ‘berbakti’ dalam Mat.4:10 b juga memiliki pengertian yang sama.
Kata “yang sejati” (Yun) λογικος - logikos artinya 'sesuai akal budi atau kodrat yg sesungguhnya'

Jadi pemahaman ayat 1 ini dapat disimpulkan bahwa :

Kita sebagai orang-orang yang telah di tebus dan mendapatkan anugerah Tuhan, wajib mengabdikan seluruh hidup dan aktivitas kita setiap waktu atau segala kegiatan yang kita lakukan di abdikan hanya untuk Tuhan.
Sambil terus-menerus membangun kehidupan baru yang tidak bercacat di hadapan Tuhan, karena hal tersebut merupakan pengabdian yang dikehendaki Tuhan atau yang sesungguhnya dikodratkan untuk manusia rohani lakukan.
Arahnya ke manusia batiniah dan bukan lahirlah, seperti pada Perjanjian Lama persembahan korban hanya dengan binatang atau hewan saja.

● Selanjutnya pada ayat 2, untuk kita dapat mengabdi atau berbakti dengan standar atau kualitas yang ditetapkan Tuhan (ayat 1), maka pola dan gaya hidup kita harus berbeda dengan pola dan gaya hidup dunia.
Paulus berkata : “Jangan kamu menjadi serupa dengan dunia ini” Terjemahan secara harfiah berkata , 'jangan lagi biarkan dirimu menjadi sepola dengan dunia ini.
Kata “biarkan” menunjuk pada ‘proses perusakan yang berjalan terus dan otomatis, sehingga jika kita tidak beralih maka perusakan hidup kita akan lebih parah.
1 Yohanes 2:17 berkata, “ Dunia ini sedang lenyap dengan segala keinginannya.”

Dan untuk tidak menjadi serupa atau tidak hidup sama dengan pola dunia ini, Paulus menasihati :
“ Tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu "..... (yun) : berubah oleh pembaharuan pikiran. Mengapa Pikiran .... ?
Karena Pikiran adalah pusat kehendak manusia, pusat pengambilan keputusan yang menentukan tindakan kita.
Pembaruan hidup dikerjakan oleh Roh Kudus ( Roma 7:6 ; 8:4).
Namun, Paulus tegaskan bahwa manusia itu sendiri harus berusaha juga membarui diri.
Artinya adalah kita harus brainwashing atau mencuci otak kita dengan kebenaran yang murni dan benar.
Brainwashing adalah upaya rekayasa yang lakukan untuk mengubah doktrin atau pemahaman. Menanam dotrin bagi orang kristen baru atau mengganti pemahaman yang salah dari orang kristen lama dengan pemahaman yang benar, dan sekaligus membentuk filter juga dalam diri kita.

Dan pada bagian akhir dari ayat Roma 12:2 tersebut menjadi tujuan yang diharapkan dari kalimat sebelumnya yaitu, supaya “kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah..”

Kata " membedakan " (Yun) dokimazein/bentuk kk, artinya : memeriksa, menguji ...
Kata ini maksudnya adalah untuk seseorang dapat mengerti kehendak Allah tidak dengan sendirinya mengerti (otomatis), karena dalam kehidupan sehari-hari setiap orang dihadapkan dengan berbagai macam keadaan, sehingga sering mengalami kesulitan baginya untuk menentukan sikapnya.


KESIMPULAN :
Dengan berusaha memperbarui pikiran setiap hari maka akan sangat menolong kita untuk “dapat membedakan mana kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”
Dengan demikian, kita memiliki gaya hidup setiap hari Sebagai orang yang melakukan ibadah yang sejati.

Tuhan Memberkati !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar