Selasa, 23 Juli 2024

SYARAT MORAL PENILIK JEMAAT -- 1 Timotius 3:1-7

SYARAT MORAL PENILIK JEMAAT -- 1 Timotius 3:1-7


1 Timotius 3:1-7 (TB)

1. Benarlah perkataan ini: "Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah."
2. Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang,
3. bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang,
4. seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya.
5. Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah?
6. Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis.
7. Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis.


LATAR BELAKANG

Surat Timotius merupakan surat pastoral.
Disebut sebagai surat Pastoral karena berisi petunjuk mengenai bagaimana jemaat Tuhan harus di gembalakan.

Surat 1 Timotius ditulis oleh Rasul Paulus kepadaTimotius yang sedang menggembalakan jemaat di Efesus.
Dalam suratnya Paulus menasehati Timotius untuk menjadi seorang pemimpin yang memberikan teladan yang baik kepada jemaat yang ada di Efesus.
Dalam pasal 1:1-3 menceritakan tentang kepemimpinan Kristen dalam memimpin jemaat, dan Timotius diberikan mandat untuk memilih pemimpin dalam jemaat yaitu "penilik jemaat", dan para penilik jemaat yang dipilih Timotius haruslah pemimpin yang memiliki karakteristik atau moralitas yang baik dan benar (1 Timotius 3:1-13; 4:6-16).

INTI PERSYARATAN BAGI SEORANG PENILIK JEMAAT ADA DI 1 TIMOTIUS 3:2a YAITU "SEORANG YANG TAK BERCACAT".
Artinya seorang yang tidak ada celah atau alasan untuk di persalahkan.
Kemudian kalimat atau ayat-ayat selanjutnya merupakan penjabaran dari ayat tersebut.

Dalam Kanon Muratori, yang merupakan daftar resmi terdiri atas kitab-kitab Perjanjian Baru, menyebutkan bahwa surat itu ditulis “dari perasaan dan cinta kasih pribadi” (bersifat pribadi).


Situasi atau Kondisi Jemaat pada jaman Paulus

Kondisi jemaat yang dilayani Timotius pada saat itu terdiri dari orang-orang Yunani dan Yahudi. Efesus sejak dulu merupakan kota yang penting, mula-mula merupakan “koloni” Yunani, yakni tempat tinggal orang-orang Yunani dalam perantauan.
Kota pelabuhan yang termasyhur dan terkaya di daerah Asia Kecil, penghubung dunia Barat dan Timur.
Pusat kebaktiannya ialah di kuil dewi kesuburan yg di kenal sbg “Ibu Agung”.
Mula-mula inilah dewi Asia Barat, yang kemudian masuk ke dalam agama Eropa namanya Artemis, nama Latinnya Diana.

Di samping perniagaan, pusat berhala inipun mendatangkan banyak kekayaan pada kota itu yaitu uang nazar dan persembahan mengalir ke sana dari segala mata angin, orang yang mencari jimat, dan lain-lain.
Tak mengherankan juga bahwa kota ini sangat indah.
Kuil itu, yang tergolong tujuh keajaiban dunia, dibangun dari batu pualam.
Jalan rayanya dihiasi dengan patung-patung indah.
Orang-orang yang berziarah dapat memilih hiburan sesukanya.

Ketakhayulan dan ilmu sihir masih mempengaruhi keadaan jemaat muda itu, ajaran sesat yang pada saat itu merajalela di Efesus adalah suatu sinkretisme, suatu ajaran campuran yang mengandung unsur-unsur agama Yahudi dan unsur Gnostik Hellenis.
Tradisi gereja dalam pokok-pokok ajarannya harus di pertahankan demi kemurnian Injil.
Ajaran-ajaran  sesat itu datang dari beberapa orang di dalam jemaat itu sendiri, yang sesungguhnya tidak mengerti apa-apa.
Penganiayaan dan penindasan oleh raja dan pembesar-pembesar juga sering terjadi kepada orang Kristen dan orang Yahudi.
Organisasi gereja berkembang menjadi makin rumit.
Jabatan-jabatan telah ditetapkan dan dikejar oleh sementara orang yang ingin dianggap penting, sehingga martabat kedudukan itulah yang dikejar, bukan tujuan utamanya.

Paulus menekankan dalam suratnya kepada Timotius yang pertama (3:1-7), bahwa ada kriteria atau ada syarat-syarat moral untuk menjadi seorang pemimpin jemaat, pengawas atau pelayan Tuhan.

ISI TEKS

● Karakteristik yang harus dimiliki oleh Penilik atau Pelayan Tuhan ialah :

▪ Penilik Jemaat (Ayat 1)
Kata "penilik jemaat" (Yun) episkopos : penilik, pengawas jemaat, pemimpin jemaat yg mempunyai tugas memperhatikan, mengurus, mengarahkan dan membina jemaat, artinya memelihara jemaat yg Tuhan percayakan --> aplikasi sekarang : penatua, pemimpin jemaat, gembala/pastoral atau pelayan Tuhan.
Jadi sesungguhnya banyak hal yg harus di kerjakan bagi seorang penilik jemaat.
Dengan Situasi dan kondisi jemaat di Efesus, Paulus memerintahkan Timotius agar sungguh-sungguh memilih penilik jemaat dg Kriteria sebenarnya.
(Bukan hanya sekedar memenuhi jabatan semata dalam sebuah gereja)

▪ Haruslah Seorang Tak Bercacat (Ayat 2)

Frase "seorang tak bercacat" (Yun) nepilepton ; kata dasar dari anepileptos ; yang artinya sempurna.
Hal ini menjelaskan kata sifat dan menunjuk kepada objek langsung, jadi dapat dipahami bahwa kata "tak bercacat" bukan menjelaskan cacat secara fisik akan tetapi cacat secara moral.
Kata anepileptos juga dapat diterjemahkan blameless yang artinya suci.
Jadi prilaku penilik jemaat atau pelayan Tuhan, harus tidak cacat secara moral atau berprilaku suci.
“Tidak bercacat” adalah kualifikasi kunci dari seluruh konteks untuk kepemimpinan didalam gereja.

Frasa tersebut menyiratkan bahwa tidak ada cela untuk bisa dikritik.
Karena memang menjadi seorang pemimpin jemaat, haruslah menjadi teladan bagi jemaat itu sendiri sehingga seorang penilik haruslah sempurna dalam kehidupannya.

Penjelasan dalam ayat-ayat selanjutnya merupakan penjabaran dari hidup "tidak brrcacad cela".

▪ Suami Dari Satu Istri (Ayat 2)

Frasa “suami dari satu istri” artinya laki-laki yang memiliki satu penolong,
Terjemahan secara harafiah memiliki arti suami hanya dari satu istri.

Jadi, seorang pelayan Tuhan haruslah orang yang menikahi satu istri.
Ini menggambarkan kedewasaan mental serta menekankan kesetiaan yang dimiliki dalam diri setiap pelayan Tuhan.

Nasehat ini di dasari dari karena budaya di kota efesus, umumnya para wanita berdandan tidak sepantasnya yang sangat rentan menggoda para pria pada umumnya di kota tersebut. (1 Tim.2:9)
Oleh karena itu Paulus menasehati bahwa penilik jemaat harus beristri satu.

▪ Dapat Menahan Diri (Ayat 2)

Frasa “Dapat menahan diri” (Yun) nephalion ; akar kata dari nephalios ; yang artinya hidup sederhana, mampu menahan diri, tertata dan berpikir bersih.

Frasa ini menjelaskan bahwa pemikiran demikian harus dimiliki oleh penilik atau pelayan Tuhan.
Sedangkan kata nephalion dalam Greek Lexicon/Kamus Yunani diterjemahkan to be sober, not intoxicated, to be vigilant, circumspect artinya untuk sadar, tidak mabuk, untuk waspada, hati-hati.

Dalam pemahaman yang lain nephalion ; memiliki arti dapat menahan diri, yang jiwanya atau pikirannya tenang.

Jadi frasa “dapat menahan diri” menjelaskan bagaimana penilik atau pelayan Tuhan dengan sadar melakukan pekerjaannya dan mengontrol dirinya dengan baik dalam pelayanannya.

▪ Bijaksana (Ayat 2)

Kata bijaksana (Yun) sophron ; yang artinya bijaksana, hati-hati, menjaga diri, sederhana, murni.
Kata bijaksana merupakan kata sifat yang berbentuk normal dan ini menunjuk kepada objek langsung yaitu penilik jemaat yg haruslah orang yang berhati-hati, menjaga diri dan sederhana.

Kata sophron juga berarti soudness of mind, self-control and moderation, reasonableness, decency, artinya ialah kesehatan pikiran, pengendalian diri, kebijaksanaan, kesopanan dalam segala hal.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kata bijaksana disini bukan hanya berbicara mengenai bijak dalam mengambil keputusan tetapi bijak disini juga menekankan kepada penguasaan diri.

▪ Sopan (Ayat 2)

Kata sopan (Yun) Kosmion ; merupakan kata sifat yg menunjuk kepada kata terhormat.
Menjelaskan bhw penilik jemaat haruslah orang yang terhormat atau dapat dikatakan orang yang disegani dalam perilakunya atau yang memiliki wibawa sebagai seorang pemimpin, baik dalam perkataan dan dalam tindakan.
Penilik atau pelayan Tuhan haruslah menggunakan kata-kata yang sopan dan ini yang membuat ia menjadi orang terhormat.

▪ Suka Memberi Tumpangan (Ayat 2)

Frasa “Suka memberi tumpangan” (Yun) φιλοξενορ ; philoxenos ; yang artinya suka memberi tumpangan.
merupakan sifat dan kebiasaan yg harus dilakukan dari seorang penilik jemaat atau pelayan Tuhan kepada jemaatnya, terlebih kepada orang yang baru dijumpai.

▪ Cakap Mengajar Orang (Ayat 2)

Frasa “cakap mengajar orang” (Yun) διδακτικορ ; didaktikos ; artinya yang pandai mengajar.
Frasa ini menjelaskan kata sifat dan menunjuk kepada kekuatan yang dimiliki oleh objek itu sendiri yaitu penilik jemaat, sehingga cakap mengajar orang itu menekankan kekuatan dari penilik itu sendiri yaitu keahlian atau kualitas seorang pelayan Tuhan dalam mengajar dan menjadi teladan dalam prilakunya.

Seorang penilik jemaat harus memiliki kualitas yang baik dalam mengajar maupun dalam menguasai Firman Tuhan, serta membawa perubahan kepada jemaat yang dilayani.

Dengan kata lain ketika pelayan Tuhan memberikan pengajaran atau berkhotbah, jemaat dengan mudah mengerti apa yang ia sampaikan, sehingga dengan itu jemaat memiliki perubahan dalam hidupnya karena mereka mengerti makna pengajaran yang disampaikan oleh pelayan Tuhan tersebut.

▪ Bukan Peminum (Ayat 3)

Kata "Bukan peminum" (Yun) παποινορ ; paroinos ; artinya yang suka mabuk.
Dalam hal itu rasul Paulus memberikan nasehat bahwa penilik jemaat bukanlah peminum atau orang yang suka mabuk-mabukan.

▪ Bukan Pemarah (Ayat 3)

Kata "bukan pemarah" (Yun) πληκτηρ ; plektes ; dapat dipahami pemarah disini memiliki arti orang yang suka berkelahi, suka berbantah, berselisih atau bertengkar.

Pernyataan ini menjelaskan bahwa kata pemarah memiliki arti yang cukup mendalam, dimana pemarah dapat diartikan seorang yang kejam atau dengan kata lain otoriter, suka mencaci maki, orang yang penuh dengan celaan atau kesalahan.
Jadi, seorang pelayan Tuhan seorang harus mengikuti teladan Tuhan Yesus yang tidak pernah membalas cacian dengan cacian, karena memang seorang penilik jemaat haruslah orang yang mampu membawa jemaat kepada perubahan yang lebih baik bahkan rohani ketika jemaat melakukan kesalahan.

▪ Pendamai (Ayat 3)

▪ Bukan Hamba Uang (Ayat 3)

Kata "Bukan hamba uang" (Yun) αφιλ-απγςπορ ; aphilarguros ; artinya yang tidak suka uang.
Makna lainnya ialah harus bebas dari ketamakan atau tidak tamak.

Jadi, bukan hamba uang artinya pelayan Tuhan janganlah orang yang tamak akan uang atau tidak puas dengan apa yang dimiliki dan selalu ingin menguasai dengan penuh hasrat.

▪ Seorang Kepala Keluarga Yang Baik (Ayat 4)

Frasa seorang kepala keluarga yang baik memberikan penjelasan, seorang pelayan Tuhan yang diakui oleh anak-anaknya dalam memimpin rumah tangganya, dan ia juga menjadi kebanggaan anak-anaknya dan menjadi teladan bagi keluarganya baik dari karakternya sebagai seorang kepala keluarga.
Jadi, menekankan kepada keberhasilan seorang pelayan Tuhan dalam memimpin keluarganya.

▪ Kepala Keluarga yang Disegani (Ayat 4)

Seorang penilik jemaat juga haruslah kepala keluarga yang disegani, kata disegani disini dari kata dasar segan.

Dalam bahasa Yunani kata disegani memakai kata προισθημι ; proistemi ; dapat disimpulkan bahwa seorang kepala keluarga yang disegani ialah menekankan pada sikap segan yang dilakukan oleh anak-anak seorang penilik jemaat atau pelayan Tuhan.

Rasul Paulus menasehatkan seorang pelayan Tuhan haruslah seorang kepala keluarga yang disegani oleh anak-anaknya, ini menunjukkan kemampuan seorang pelayan Tuhan sebagai kepala keluarga dalam membentuk karakter anak-anaknya.

▪ Seorang Kepala Keluarga Yang Dihormati (Ayat 4)

Seorang pelayan Tuhan haruslah seorang kepala keluarga yang dihormati.
Kata dihormati dalam bahasa Yunani memakai kata ςποταγη ; hupotage ; artinya kelakuan yang terhormat, kesungguhan.

Dapat dipahami kata dihormati merupakan tindakan atau perilaku yang ditunjukkan pelayan Tuhan sebagai seorang kepala keluarga ialah kelakuan yang terhormat, sehingga dengan hal itu anak-anaknya akan memiliki rasa hormat terhadapnya sebagi kepala keluarga.

Dalam kamus bahasa Yunani kata ςποταγη ; hupotage ; memiliki arti ketaatan, ketaklukan.
Jadi seorang pelayan Tuhan haruslah kepala keluarga yang dapat membuat ia ditaati atau dia dapat "menaklukan keluarganya dibawah pimpinannya."

Jadi dapat disimpulkan kata dihormati memberikan penekanan, tindakan yang dilakukan oleh anak-anak penilik jemaat atau pelayan Tuhan kepadanya sebagai kepala keluarga, karena penilik jemaat menunjukkan karakter yang sangat terhormat dan itu menjadi teladan bagi anak-anaknya.

▪ Memiliki Nama Baik Di Luar Jemaat (Ayat 7)

Karakteristik seorang pelayaan Tuhan yang baik dapat diketahui ialah ketika ia memiliki nama baik dilingkungan masyarakat.

Kata "nama baik" (yun) Marturia ; memberikan suatu kesaksian

Jadi seorang penilik jemaat atau sebagai pelayan Tuhan haruslah memiliki nama baik atau dengan kata lain ia adalah orang yang disukai dilingkungan sekitarnya, khususnya bagi mereka yang belum percaya kepada Yesus Kristus, dan ini juga menjelaskan seorang penilik jemaat harus menjadi saksi Kristus kepada orang-orang yang belum percaya melalui gaya hidup yang ia tunjukkan.

Menyimpulkan seorang pelayan Tuhan yang memiliki nama baik diluar, ini menekankan bahwa kehidupan pelayan itu yang sangat menarik bagi orang disekitarnya dan ia sangat dikagumi oleh masyarakat yang ada disekitarnya.

● Catatan penting tentang Karakteristik Pelayan Tuhan dari Aspek Rohani

Ayat 6 : Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis.

Seorang pelayan Tuhan yang memiliki karakteristik yang baik haruslah seorang yang sudah lahir baru dan sudah lama menjadi orang percaya, artinya teruji.
Hal ini merujuk kepada kepribadian yang sudah beres atau sudah lahir baru terlebih dahulu, ini bersifat sudah lampau bukan sedang terjadi, karena memang pada umumnya orang yang baru lahir baru "cenderung" menyombongkan diri saat pelayanan --> frasa janganlah ia seorang yang baru lahir baru.

Dalam bahasa Yunani frasa "janganlah ia seorang yang baru bertobat" menjelaskan jangan yang baru ditanam.

Jadi dapat disimpulkan frasa "janganlah seorang yang baru bertobat," ini memberikan penekanan bahwa seorang penilik jemaat tidak sombong saat dijadikan menjadi pemimpin jemaat, karena memang seorang yang baru bertobat perlu banyak yang harus dipersiapkan baik itu secaraa rohani maupun mental.
Seperti tanaman yang baru ditanam belum jelas pertumbuhannya, apakah dia akan mati atau tetap hidup nantinya, begitu juga dengan seorang yang baru bertobat, kepribadiannya masih belum jelas apalagi berbicara mengenai kerohanian, sangat masih belum jelas, sehingga dengan terpilihnya dia menjadi pemimpin jemaat dia akan memimpin dengan kesombongan dalam melayani dan ini dilakukan untuk menutupi karohaniannya yang masih abu-abu, sehingga dengan hal itu rasul Paulus menekankan seorang pelayan janganlah yang baru bertobat, karena resikonya cukup besar ketika dia dijadikan pemimpin bagi jemaat.

APLIKASI
Karakteristik seorang pelayan Tuhan merupakan hal yang sangat penting untuk dimiliki dan ditunjukkan oleh para pelayan Tuhan.

▪ Seorang Pelayan Tuhan Haruslah Memiliki Integritas

Dalam kepemimpinan sebagai seorang pelayan Tuhan, haruslah ia memiliki integritas sebagai pelayan Tuhan.
Kita tahu integritas berbicara mengenai tindakan yang sesuai dengan ucapan yang dilakukan atau dengan kata lain bukti nyata dari apa yang ia ucapkan itulah merupakan integritas.
Jadi dalam hal ini seorang pelayan Tuhan haruslah seorang yang berintegritas.
Ini dapat dilihat dari kehidupannya yaitu ia haruslah orang yang tak bercacat, atau kehidupannya haruslah suci sebagai pelayan Tuhan dan ini haruslah ia tunjukkan dalam kehidupanya sehari-hari sebagai seorang pelayan Tuhan.
Ia juga harus memiliki satu istri saja, tidak ada poligami dan ini yang harus dipegangnya sebagai seorang pelayan Tuhan, karena dalam kekristenan sebuah keluarga haruslah dibangun di dalam Kristus Yesus dan bertujuan untuk memuliakan Tuhan.

Seorang pelayan Tuhan haruslah orang yang dapat menyelesaikan masalah, bijak dalam mengambil keputusan untuk setiap perencanaan dalam pelayanan, dan seorang pelayan Tuhan haruslah orang yang sopan dalam segala hal, baik dalam bertutur kata, perbuatan dsb.
Hal inilah yang harus ditunjukkan seorang pelayan Tuhan yang memiliki integritas sebagai pelayan.

▪ Seorang Pelayan Tuhan Haruslah Memiliki Hubungan Sosial

Seorang pelayan Tuhan yang baik harus juga memiliki hubungan sosial yang baik.
Hubungan sosial merupakan sosialisasi yang dibangun oleh pelayan baik itu kepada jemaat yang dilayani, baik kepada keluarga serta kepada orang lain yang ada disekitarnya.
Seorang pelayan Tuhan yang memiliki hubungan sosial yang baik berarti pembawaan pelayan tsb dapat diterima oleh siapa saja yang ada disekitarnya.
Itulah seorang pelayan Tuhan yang memiliki hubungan sosial yang baik, seorang pelayan Tuhan juga dapat menjadi teladan bagi keluarganya sendiri terkhusus kepada anak-anaknya, karena pelayan Tuhan merupakan pemimpin bagi anak-anaknya sehinggga ia harus menjadi teladan bagi keluarganya.
Sehingga dengan hal itu seorang pemimpin memberi perhatian pada ajaran dan panggilan keteladanan, dengan hal itu ia mampu menjadi teladan yang baik bagi orang-orang disekitarnya, maka dari sana akan lahirlah pengaruh, wibawa dan kekuatan yang besar.
Terkhusus untuk anak-anaknya, sehingga dengan hal itu terbangun karakter yang baik bagi anak-anaknya, dikarenakan pengaruh dari keteladanan yang diberikan oleh pelayan Tuhan tersebut sebagai pemimpin rumah tangga.
Seorang pelayan Tuhan juga haruslah memiliki reputasi yang baik dilingkungan sekitarnya, sehingga dengan demikian dapat diterima dengan baik oleh orang-orang disekitarnya.

▪ Seorang Pelayan Tuhan Haruslah Orang Yang Telah Lahir Baru

Seorang Pelayan Tuhan juga haruslah orang yang telah lahir baru terlebih dahulu, karena memang menjadi seorang pelayan Tuhan haruslah dapat membawa pengaruh kerohanian yang baik kepada orang yang dilayaninya.
Oleh sebab itulah pelayan Tuhan dituntut haruslah orang yang telah lahir baru, ini bertujuan supaya kerohanian dari pada setiap pelayan Tuhan tidak dapat diragukan lagi, baik itu secara mental dan dari segi iman percayanya, sehingga dengan hal ini pelayan Tuhan dapat membawa pengaruh yang baik kepada jemaat yang dilayaninya.
Untuk mencapai hal ini, pelayan Tuhan haruslah membangun kerohanian mereka sehingga mereka dapat menjadi teladan bagi orang yang dilayani dan membawa pengaruh.
Membangun kerohanian ini sebenarnya bertujuan membawa dampak kepada kehidupan pelayan itu sendiri.

Dengan hal itu pelayan Tuhan akan dapat membawa pengaruh yang baik kepada jemaat yang dilayani, karena memang kerohanian dari pelayan itu sendiri sudah beres dan tidak perlu diragukan lagi.

PENUTUP

Jadi karakteristik seorang pelayan Tuhan yang baik haruslah terlihat dari tiga aspek yaitu : aspek integritas, aspek hubungan sosial dan aspek kerohanian.
Ketiga aspek ini tidak dapat dipisahkan.


Pdt. Erwan Musa : ☎️ 082157116469

Jumat, 05 Juli 2024

MDK (Materi Dasar Kekristenan) 3 -- BAB 4 : KORELASI KONSEP KERAJAAN ALLAH DAN PEMURIDAN DALAM INJIL MATIUS

MDK (Materi Dasar Kekristenan) 3


BAB 4 : KORELASI KONSEP KERAJAAN ALLAH DAN PEMURIDAN DALAM INJIL MATIUS



Di dalam gereja atau persekutuan banyak orang mengaku Kristen, tetapi sedikit yang mau dimuridkan.
Umumnya orang Kristen menyadari bahwa penting sekali bertumbuh menjadi serupa Kristus, namun hanya sedikit sekali yang sungguh-sungguh terlibat di dalam proses pemuridan.
Faktor penyebab utama masalah pemuridan di gereja justru berasal dari dalam kekristenan sendiri. Ada dikotomi antara “menjadi orang percaya” dan “menjadi murid” yang mengakibatkan kekristenan menjadi hal yang biasa-biasa saja, ke gereja hari minggu, cukup.
Pemuridan hanya ditempatkan pada daftar aktivitas, tetapi tidak menjadi satu-satunya tujuan atau fokus yang diutamakan dan tidak lagi menolong orang percaya bertumbuh menjadi murid Kristus yang hidup serupa dengan-Nya.

Solusi bagi permasalahan pemuridan ini terletak pada strategi pemuridan yang Yesus kerjakan, yaitu di dalam kerangka atau dimensi Kerajaan Allah.
Korelasi antara konsep Kerajaan Allah dengan pemuridan dalam Injil Matius adalah pemuridan merupakan sebuah proses untuk membawa semua orang menjadi murid Yesus, yaitu warga Kerajaan Allah, yang mengerti dan melakukan kehendak-Nya. Korelasi inilah yang dapat menjadi jawaban bagi permasalahan pemuridan yang terjadi di dalam gereja atau persekutuan.

Kata kuncinya : Kerajaan Allah, Pemuridan, Murid, Injil Matius

Konsep Kerajaan Allah sering dipahami salah yaitu Kerajaan Allah adalah surga nun jauh di sana yang akan menjadi tujuan orang percaya kelak dan tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan saat ini.
Realitas pemerintahan Allah yang universal atas seluruh jagat raya di dalam pribadi Kristus sebagai Tuhan membuat orang Kristen pada masa kini merasa sudah cukup hanya dengan mengaku percaya kepada Yesus Kristus karena baginya hal itu sudah menjadi jaminan untuk masuk surga (pemahaman percaya yg kurang lengkap).
Sehingga setelah pertobatannya, seorang percaya tidak lagi dituntut dan menuntut dirinya sendiri untuk memiliki komitmen mengikut Kristus sebagai murid-Nya yang hidup taat kepada-Nya.

Di dalam gereja atau persekutuan, seharusnya menjadi murid adalah langkah selanjutnya sesudah seseorang percaya kepada Yesus.
Seperti yg dilakukan oleh Yesus setelah memanggil para murid-Nya.
Bukan sekedar menyertai dlm pelayanan, tetapi mengikuti dg komitmen (to be His disciple).
Esensi pemuridan adl menolong orang bertumbuh menjadi murid Kristus yang hidup serupa dengan-Nya.

Pemuridan akan menghasilkan orang-orang Kristen yang tidak hidup dalam zona kenyamanan sendiri, peduli dengan keadaan dunia ini dan tidak mengabaikan tanggung jawab mereka untuk menerangi dan menggarami dunia ini.

Kerajaan Allah dan pemuridan merupakan dua topik besar dan signifikan di dalam Injil Matius. Signifikansi topik Kerajaan Allah dalam Injil ini dapat dilihat dari banyaknya penggunaan kata “Kerajaan Allah” atau “Kerajaan Surga”.
Mengenai signifikansi topik pemuridan di dalam Injil ini dapat dilihat dari penekanan yang Matius berikan kepada peristiwa-peristiwa di mana Yesus memanggil, mengajar dan mengutus murid-murid-Nya untuk meneruskan pengajaran-Nya.
Karena penekanan inilah, Injil Matius dapat dikatakan sebagai buku panduan pemuridan.

FONDASI KERAJAAN ALLAH

Matius mengawali narasi fondasi Kerajaan Allah dengan narasi kelahiran Yesus (1:18-25).
Dalam narasi permulaan ini, Matius mengungkapkan bahwa Yesus adalah manifestasi kehadiran Kerajaan Allah di bumi ini.
Hal ini dibuktikannya dengan mengutip dari Yesaya 7:14 (Mat 1:22-23) yang menyatakan dengan jelas bahwa Yesus adalah Imanuel, Allah yang menyertai kita. Nama Yesus sendiri memiliki arti Allah menyelamatkan dan ini dipertegas dengan pernyataan, “Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (Mat 1:21).
Dua nama ini—Yesus dan Imanuel—mempertegas kehadiran Yesus di bumi sebagai kehendak Allah di dalam menyelamatkan umat-Nya.
Kehadiran Kerajaan Allah ini menuntut adanya respons dari setiap orang, dan di dalam narasi kelahiran ini, Yusuf adalah orang pertama yang diperhadapkan pada tuntutan ini.
Niatnya menceraikan Maria dengan diam-diam, kemudian Allah mengutus seorang malaikat datang kepadanya dalam mimpi.
Allah menyatakan kehendak-Nya kepada Yusuf agar ia mengambil Maria sebagai istrinya dan kemudian memberi nama “Yesus” kepada anak yang akan dilahirkan itu.
Yusuf, seorang yang sangat taat kepada taurat, ini diindikasikan oleh karakter Yusuf, yang “tulus hati”.

Selain Yusuf, Matius juga menunjukkan bahwa orang-orang Majus adalah orang-orang yang juga merespons kehadiran Kerajaan Allah.
Mereka mewakili bangsa-bangsa non-Yahudi yang meskipun tidak memiliki pengetahuan tentang Mesias namun berespons positif terhadap pesan Allah melalui bintang.
Mereka datang dari jauh untuk mencari, menyembah dan memberikan persembahan kepada Raja yang baru lahir (2:11).
Mereka pun taat kepada peringatan Allah melalui mimpi (2:12).

Matius melanjutkan narasi fondasi Kerajaan Allah dengan mempresentasikan permulaan pelayanan Yesus yang disandingkan dengan pelayanan Yohanes Pembaptis.
Baik Yohanes Pembaptis maupun Yesus menyerukan berita yang sama kepada umat Israel : “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” (3:2; 4:17).
Frasa “sudah dekat” (Yun. ἤγγικεν), dapat dikatakan bahwa Kerajaan Allah “sudah tiba” melalui pelayanan Yohanes sebagai pembuka jalan bagi Mesias, dan terlebih lagi melalui pelayanan Yesus sebagai Sang Mesias itu sendiri yang menggenapinya.

Kerajaan Allah juga dihadirkan melalui peristiwa pembaptisan Yesus oleh Yohanes.
Pengurapan Roh Allah dan konfirmasi suara dari surga (3:16-17) semakin mempertegas peran Yesus sebagai pribadi yang menghadirkan Kerajaan Allah dengan otoritas untuk berbicara dan bertindak mewakili Allah.
Kerajaan Allah yang telah diserukan Yohanes dan Yesus harus direspons dengan pertobatan, yaitu kerendahan hati dan kerelaan untuk menundukkan diri di bawah otoritas Kerajaan Allah dan menghasilkan buah berupa ketaatan melakukan kehendak-Nya (3:8).

Selain penduduk dari Yerusalem, seluruh Yudea dan daerah sekitar Yordan yang datang mengaku dosa dan dibaptis, datang pula orang-orang Farisi dan Saduki untuk melihat peristiwa fenomenal (3:5-7).
Berbeda dengan sikap mereka, Yesus datang atas inisiatif-Nya sendiri untuk dibaptis oleh Yohanes (3:13-17).
Hal ini menunjukkan ketaatan Yesus kepada kehendak Allah, dan ditegaskan kembali melalui jawaban-Nya sebagai respons terhadap keengganan Yohanes: “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah” (3:15).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa baptisan yang Yesus terima tidak menunjuk kepada pertobatan dari dosa melainkan ketaatan Yesus kepada kehendak Allah.
juga diungkapkan Matius melalui kisah pencobaan di padang gurun (4:1-11).
Matius ingin mengontraskan ketaatan Yesus dengan ketidaktaatan Israel sehingga memperlihatkan Yesus sebagai Israel sejati taat kepada kehendak Allah.

Kehadiran Kerajaan Surga oleh Yesus segera ditindak lanjuti dengan panggilan-Nya kepada beberapa nelayan Galilea untuk menjadi murid-murid-Nya yang pertama (4:18-22).
Para nelayan tersebut memberikan tanggapan yang tepat, mereka menerima panggilan kerajaan Allah dengan cara meninggalkan jala dan perahu mereka untuk mengikut Yesus.
Respons para nelayan ini menunjukkan bahwa mereka memiliki kualitas seorang murid, yaitu“ tanggapan tanpa ragu untuk mengikuti Yesus".

Setelah Yesus memanggil murid-murid-Nya yang pertama, Ia mulai berkeliling seluruh Galilea (4:23-25).
Tiga hal yangYesus lakukan dalam pelayanan-Nya adalah mengajar, memberitakan Injil Kerajaan Allah dan menyembuhkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu.
Semua pelayanan Yesus ini mengindikasikan bahwa Dia adalah Mesias yang menghadirkan Kerajaan Allah.

Ketaatan yang Yesus tuntut dari para pengikut-Nya ialah melampaui kesalehan para orang Farisi dan ahli Taurat, yaitu bukan sekedar kesalehan formal.
Oleh karena itu, Yesus menuntut para murid-Nya haruslah sempurna, sama seperti Bapa di surga yang sempurna (5:48).
Kata “sempurna” ; τέλειοι ; mengindikasikan hidup yang secara total menyatu dengan kehendak Allah dan dengan demikian mewakili karakter-Nya.

PEMURIDAN YANG BERDIMENSI KERAJAAN ALLAH

Seluruh penjabaran narasi Injil Matius di atas memperlihatkan bahwa korelasi antara konsep Kerajaan Allah dengan pemuridan adalah pemuridan merupakan proses mengikut Yesus sebagai murid-Nya dan juga menjadikan orang lain sebagai murid Yesus, dengan tujuan supaya semua manusia di bumi menjadi warga Kerajaan Allah yang taat melakukan kehendak Allah.
Korelasi ini dapat menjadi sebuah kerangka kerja bagi pemuridan masa kini, yaitu sebuah pemuridan yang berdimensi Kerajaan Allah.

Kerangka kerja yang dimaksud adalah pemahaman bahwa alam semesta ini ada di bawah pemerintahan Allah yang berdaulat melalui ke-Tuhanan Yesus dan menuntut setiap manusia di bumi ini untuk taat kepada otoritas dan kehendak-Nya. Dengan demikian, pemuridan yang berdimensi Kerajaan Allah bercirikan theocentric commitment artinya sebuah proses pertobatan dan komitmen yg sungguh-sungguh percaya kepada Yesus yang telah menghadirkan Kerajaan Allah tersebut, dan komitmen ini diwujudkan dlm dua hal:

pertama, menjalani hidup sesuai dengan identitas mereka sebagai warga Kerajaan Allah yang memegang teguh nilai-nilai Kerajaan Allah. Implikasi logis dari hal ini adalah kehidupan orang Kristen tidak akan bermental escapist (menarik diri dari realitas kehidupan dan tidak peduli terhadap kondisi dunia ini), melainkan “menggarami” dan “menerangi” dunia ini dengan nilai-nilai Kerajaan Allah.

Kedua, komitmen mengikut Yesus tersebut juga diwujudkan dengan melaksanakan tugas pemuridan yang menghasilkan murid yang juga memiliki komitmen yang solid dan militan kepada Yesus.
Dengan demikian, penginjilan dan pemuridan adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Orang-orang Kristen dengan kualitas seperti yang dijabarkan di atas hanya dapat dihasilkan dari sebuah pemuridan yang dilakukan di dalam dimensi Kerajaan Allah.

Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan di dalam pelaksanaan pemuridan:
▪Pemuridan harus memiliki tujuan utama agar semua orang di muka bumi ini tunduk kepada pemerintahan dan otoritas Allah, yang dijabarkan di dalam setiap ajaran Yesus. Pemuridan adalah pusat dan fokus dari berbagai aktivitas/program yang dikerjakan.
▪Pemuridan berfokus untuk membina setiap orang Kristen agar memiliki karakteristik murid seperti yang diajarkan Yesus di dalam seluruh Injil Matius: kerendahan hati, iman dan ketaatan kepada kehendak Allah yang lahir dari hati yang mengasihi Dia dengan sepenuh hati dan diwujudkan dalam mengasihi sesama seperti diri sendiri.
▪Proses pemuridan tidak hanya berhenti sampai memanggil dan membimbing seseorang untuk menjadi murid Yesus, melainkan juga menjadi murid yang memuridkan orang-orang lain lain juga.

KESIMPULAN

Secara detail telah dijeladkan korelasi antara konsep Kerajaan Allah dengan pemuridan dalam Injil Matius serta signifikansinya bagi pemuridan di masa kini. Korelasi ini memberikan fondasi bahwa proses pemuridan harus dilakukan dalam kerangka menjadikan semua orang percaya hidup sebagai warga Kerajaan Allah yang tunduk di bawah pemerintahan Allah dan taat melakukan kehendak-Nya dan menghasilkan orang-orang lain yang juga memiliki komitmen yang solid dan militan dalam mengikut Yesus.



Erwan Musa : ☎️ 082157116469

MDK (Materi Dasar Kekristenan) 3 -- BAB 3 : MISI KERAJAAN ALLAH DAN IMPLIKASINYA BAGI GEREJA

MDK (Materi Dasar Kekristenan) 3 


BAB 3 : MISI KERAJAAN ALLAH DAN IMPLIKASINYA BAGI GEREJA


PENDAHULUAN

Misi bukan hanya membawa seseorang untuk menjadi Kristen maupun dalam bentuk kegiatan sosial, tetapi harus dipahami secara holistik dan integral baik dalam teks maupun konteks yang ada.
Gereja adalah milik Allah (1 Ptr. 2:9), karena itu dalam keyakinan, fungsi, misi dan tujuannya harus sesuai dengan kehendak Allah.
Gereja yang benar ada sebagai suatu tanda kehadiran dari kerajaan Allah.
Terdapat hubungan yang erat antara Kerajaan Allah dengan gereja, dengan demikian misi kerajaan Allah adalah misi gereja.

Sejak awal abad ke-20 banyak orang (Kristen dan non Kristen, agamis dan non agamis) memperlihatkan sikap menolak misi sebagai karya penyebaran iman Kristen.
Sementara itu gereja sepanjang masa, tetap melihat misi sebagai dimensinya yang esensial, karena melalui karya misi, gereja hadir dengan sepenuhnya sebagai gereja.
Gereja tanpa misi bukanlah gereja seperti yang dimaksudkan oleh Kristus.

MISI KERAJAAN ALLAH DAN MISI GEREJA

I. Pengertian Misi Kerajaan Allah dan Misi Gereja
Setiap umat manusia pada dasarnya merupakan makhluk yang religius.
Tidak seorangpun dikecualikan dari “berurusan dengan Allah” (negotium cum Deo).
Pada setiap manusia, Allah telah menanamkan kesadaran akan diri-Nya.

Misi

Istilah Misi (Mission) berasal dari bahasa Latin missio dari kata dasar mittere yang berkaitan dengan kata missum, yang artinya to send (mengirim/mengutus), act of sending, being sent or delegated by authority/ persons sent, ect.
Padanan dari kata ini dalam bahasa Yunani adl apostello.
Kata apostello tidak berarti mengirim/kirim (pempo) secara umum.
Istilah ini lebih berarti "mengirim dengan otoritas".
Penekanan dari misi atau pengutusan Allah berbicara tentang Allah sebagai pengutus, dimana ia adalah sumber, inisiator, dinamisator, pelaksana dan penggenap misi-Nya.
Misi dalam pengertian terfokus kepada aktifitas penyelamatan dari Allah yang secara dinamis menyelamatkan manusia (berdosa) di seluruh dunia yang berarti juga menghadirkan kerajaan Allah.

Seorang Teolog mengatakan “sorga adalah “home base” dari zending”.
Pemahaman dari premis/dalil tersebut memberikan suatu gambaran bahwa dalam misi, Tuhan sendirilah yang aktif dan keaktifan umat Allah adalah respon tanggung jawab thdp keaktifan Allah.

Rumusan misi secara integral dan holistik melalui empat karekteristik misi, yaitu :
1). Missio Dei adalah misi Trinitarian, yakni misi Allah Bapa di dalam Tuhan Yesus oleh pekerjaan Roh Kudus.
Allah Bapa adalah Perancang misi, Yesus Kristus adalah pelakasana misi yang diutus oleh Bapa dan Roh Kudus adalah pengefektif, pendinamis misi, yang diutus Bapa dan Anak.
Misi ini diteruskan oleh Allah Tritunggal dengan mengutus gereja sebagai agen tunggal misi Allah dalam dunia.
2). Kristus merupakan pusat misi kerajaan Allah, seperti frase yang berkali-kali diulang the coming of the kingdom of God in Jesus Christ (missio Christy).
Proklamasi Injil Kerajaan Allah ialah bertumpu pada pribadi dan karya Kristus.
3). Misi Allah adalah melalui partisipasi gereja sebagai agen misi Allah dalam dunia (missio ecclesiae).
Partisipasi gereja dalam misi Allah ini adalah partisipasi untuk mewujudkan misi pemulihan manusia seutuhnya, yaitu pemulihan manusia dengan Allah, dengan sesama, dengan dirinya sendiri, bahkan dengan dunia.
4). Penginjilan merupakan unsur pertama sebagai usaha gereja, namun penginjilan yang dimaksud adalah antara perkataan (word) dengan perbuatan (deed) dipahami dan dilakukan dalam konteks Kerajaan Allah,
“Misi adalah karya Allah yang menghimpun suatu umat yang bersekutu dengan Dia, melayani Dia dan menyembah Dia dalam hubungan yang harmonis dan utuh untuk kejayaan Kerajaan Allah”.

Kerajaan Allah

Kerajaan Allah adalah kepemimpinan Allah, sedangkan gereja merupakan masyarakat yang berada di bawah pimpinan tersebut.
Kerajaan Allah adalah realitas berkat sekarang ini (Mat.12: 28) dan realitas berkat masa yang akan datang (1 Kor.15: 50), berkat penebusan secara rohani (Rm.14: 17) , termasuk campur tangan-Nya dalam sejarah yang membebaskan dan memberi warisan kekal kepada umat-Nya, dimana mereka akan menikmati tatkala Kristus datang dalam kemuliaan-Nya (Mat.25: 34). Kelahiran baru (Yoh.3:3) dan juga berkenaan dengan pemerintahan-Nya atas bangsa-bangsa di dunia (Why.11: 13).

Dalam kerajaan Allah yang menjadi pusat pemberitaan adalah Yesus Kristus, sedangkan gereja adalah lembaga yang kehadirannya muncul dalam sejarah.
Mandat misi diberikan kepada umat-Nya (Kej.1: 28) dimana melalui dan didalam Adam umat Allah menerima mandat yang dimaksud.
Misi sebagai suatu mandat yang dilihat dari sisi penugasan, pengutusan Allah, dimulai di hati Allah.

Gereja

Istilah gereja dalam bahasa Inggris (church), berasal dari bahasa Yunani κυριακος (kuriakos) yang artinya “menjadi milik Tuhan”.
Kata “gereja” berasal dari kata Portugis "igreja" dan dari akar kata Yunani kuriakon (kuriakon), yakni (rumah) Tuhan.
Dan kata-kata ini harus dipahami dalam pengertian Perjanjian Baru yaitu εκκλησια (ekklesia), dari bahasa Yunani yang dibentuk dari kata "ek"yaitu ‘keluar dari’ dan kata "kaleo" artinya ‘memanggil’.
Jadi ekklesia ialah memanggil keluar.
penggunaan istilah ini dalam Injil Matius 16:18 dan 18:17.

Kata ekklesia berdasarkan Matius 16:18, mengandung tiga pengertian yang utuh serta menjelaskan tugas dan panggilan gereja dan menunjukkan bahwa gereja memiliki peranan sangat penting dalam kehidupan orang percaya.
1. Beribadah, bahwa Allah memanggil orang-orang percaya keluar dari dosa, untuk beribadah.
untuk membangun penyembahan (proskuneo) Latrea/ Liturgia
2. Bersekutu
untuk mengharmoniskan persekutuan (Koinonia),
3. Berpendidikan
untuk memberdaya-kan/ memperlengkapi dalam pembinaan (didaskalia),
4. Melayani
untuk menyalurkan kasih dalam pelayanan (Diakonia)
5. Bersaksi
untuk menggerakkan dan mengutus dalam penginjilan (Marturia).

Gereja adalah milik Allah (1 Petrus 2:9), karena itu dalam keyakinan, fungsi, misi dan tujuannya harus tetap sesuai dengan kehendak Allah.
Istilah yang digunakan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru kebanyakan berhubungan erat dengan penjelasan tentang keberadaan umat Allah (gereja).
Beberapa implikasi penggunaan istilah tersebut yaitu:
1. Dipakai untuk menunjuk kepada orang Yahudi dan orang Kristen yang memiliki hubungan dengan Allah yang sama, yang olehnya mereka disebut “umat Allah”.
2. Umat Allah dipanggil oleh Allah menjadi milik-Nya, dimana iman, kehidupan dan ibadah mereka menandakan akan hakikat diri mereka sebagai milik Allah.
3. Kesamaan hakikat sebagai milik Allah yang diteguhkan oleh Perjanjian berkat-Nya (covenant) merupakan landasan bagi cara hidup umat-Nya yang harus diekspresikan dalam keberagaman konteks hidup di segala tempat.
4. Dalam hakikat dan cara hidup umat Allah tersirat tanggung jawab misional yang harus diwujudkan sebagai tanda keterikatan dengan Allah-Nya, menjadi berkat membawa shalom kepada dunia.

Dalam membawa shalom ke dalam dunia gereja harus mewujudkan hakikat dirinya yang utuh dengan berpartisipasi dalam misi-Nya untuk keselamatan dunia. Pertumbuhan gereja adalah kehendak Allah (Kis.2: 40-47). Pertumbuhan gereja dengan sendirinya berumber dari Allah yang dengan mandat misi-Nya, memberikan tanggung jawab kepada umat-Nya untuk memuridkan segala bangsa. Pemahaman sebagai tugas total begitu komprehensif, sehingga mencakup hubungan ke atas (Allah), dengan diri (ke dalam), dan hubungannya dengan dunia (ke luar) sebagai fokus misi.

Kerajaan Allah Dalam Misi Dalam Perjanjian Lama, Allah atau Tuhan disebut Raja (Mazmur 93: 1, 97: 1, 99:1).
Pengakuan kepada Allah sebagai raja digambarkan luas dalam Mazmur 47:3-10; 45:7 didalamnya terkandung implikasi bahwa umat Allah Perjanjian Lama sepenuhnya sadar akan keberadaan atau hakikat Allah yang adalah Raja.
Yesaya 9:5-6 menubuatkan tentang Yesus Kristus, yang disebut Raja Damai (Bd. Mat.1:18-23, 3: 1-2, Luk.1: 26-38).
Kesadaran ini berasal dari pernyataan Allah sendiri (Bd. Kel.25:22, Im.16: 12)

Dari uraian ini jelas bahwa untuk menegaskan konsep kerajaan Allah berakar dalam Firman Allah yang terdapat pada seluruh Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.

Dimensi Misi Kerajaan Allah

Tujuan tertinggi dari misi Allah adalah kerajaan Allah atau pemerintahan Allah (the kingdom of God) yang membawa kemuliaan bagi nama-Nya (Rm.11:36, 1 Taw.16: 24-29; Mzm.8:2, 29:1-3, Rm.16: 25-27, Ef.3: 20-21, Flp.4:20, 2 Ptr.3:9), yang merupakan fokus utama dari karya dan penyataan diri-Nya.

1). Misi Berpusat Dari Allah
Firman Allah dengan jelas menyatakan bahwa segala sesuatu dari Dia, oleh Dia dan kepada Dia, dan bahwa akhirnya Allah adalah segalanya (Rm.11: 36, 1 Kor.15: 28).
2). Misi Adalah Pengutusan Tuhan Sebagai bagian dari penyataan diri Allah dan karya-Nya yang utuh kepada dan melalui umat-Nya
3). Misi Memiliki Tujuan Utama
Tujuan primer atau yang utama yaitu mewujudkan shalom Allah (dalam segala aspek kehidupan) bagi umat-Nya dan segenap ciptan-Nya.
4). Misi Memiliki tujuan ideal tertinggi yaitu kerajaan Allah yang membawa kemuliaan bagi Tuhan Allah, serta merupakan landasan, kerangka, dan focus dari kehidupan umat- Nya.

Motif Misi Kerajaan Allah

Motif agung dari Allah bagi misi-Nya tertuang dalam perintah misi-Nya yang diucapkan oleh Tuhan Yesus Kristus untuk menjadikan “sekalian bangsa umat-Nya” (Mat.28: 19-20).
Motif agung dari misi Allah :
1). Motif misi Allah adalah kasih (Yoh.3: 16, 1 Yoh.4: 9-12).
Motif ini didasarkan atas kebenaran Allah bahwa Allah memberikan anak-Nya dan menyelamatkan manusia berdosa karena kasih.
Dengan demikian motif pelaksana misi Allah juga haruslah seperti apa yang telah menjadi sikap Rasul Paulus yang mengatakan “kasih Kristuslah yang menggerakkan kami” (1Kor.5: 13-15, Yoh.3: 16, 1 Yoh.4: 9-10).
2). Sifat motif misi Allah adalah motif yang sangat urgen.
Motif yang urgen ini terfokus pada keselamatan segenap manusia berdosa dan ciptaan-Nya.
Tugas misi adalah bagaikan tugas emergensi atau keadaan darurat yang tidak dapat ditolak (1Kor.9:16a). Tugas emergensi ini menyangkut ancaman dosa dan maut atas keselamatan manusia.

Kekuatan/Otoritas misi Kerajaan Allah

kekuatan/otoritas misi Allah adalah kuasa-Nya yang dahsyat dan agung yang ada pada diri-Nya yang berdaulat dinyatakan melalui firman dan Roh-Nya.
1).Kekuatan Misi dalam Firman Allah atau Sabda Allah dalam seluruh sejarah suci (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, bd. Kej.1:1, 3:15, 12:1-3, Yes.49:6;54:2-3; Rm.1: 16-17).
Dengan firman-Nya, Ia mencipta serta menopang seluruh ciptaan-Nya, dan dengan firman-Nya juga Ia mendukung serta melaksanakan misi-Nya dengan menyelematkan manusia berdosa oleh Injil.
2). Kekuatan Misi dalam perintah Agung Tuhan Yesus menunjukkan tugas dari inti misi yaitu menjadikan murid dari segala suku dan bangsa yg adalah fokus inti misi dengan melibatkan dan menggerakkan umat Allah dalam tanggung jawab;
- a. Pergi, sebagai proses pelaksana strategi dan tanda taat kepada Allah untuk memberitakan Injil (1Kor.9:16, Yeh.33:7-9, Kis.18:8)
- b. Baptis, yaitu proses umat Allah untuk diteguhkan menjadi anggota gereja (Kis.2: 41-47, 16: 31-33)
- c. Ajar, sebagai proses konseptualisasi yang menunjang pemahaman, perubahan dan pendewasaan hidup serta peran umat Allah (Kis.2:41-43, 1:8)
3). Kekuatan Misi oleh Kuasa Roh Kudus
Firman Tuhan menegaskan bahwa Roh Kudus adalah penolong umat Allah, dalam melaksanakan misi-Nya (Yoh.16:7-15, Kis.1:8). Peran Roh Kudus adl:
- a. Roh Kudus meneguhkan dan menghibur umat Allah (Yoh.16:7), memberikan kekuatan dan keteguhan menyerahkan hidup sesuai panggilan Allah.
- b. Roh Kudus menginsafkan orang berdosa (Yoh.16:8-10) tentang kebenaran.
- c. Roh Kudus memimpin umat Allah kepada seluruh kebenaran (Yoh.16:13) dan memberikan kelengkapan untuk hidup berkemenangan secara rohani.
- d. Roh Kudus menopang umat Allah untuk memberitakan atau bersaksi tentang rahmat Allah (Yoh.16:14-15) dalam setiap hidup umat Allah yang dikuasai Roh Kudus (Yoh.20:22, Kis.1:8,2:1-47).
- e. Roh Kudus membawa pertumbuhan gereja dan bergerak dalam lintas budaya.
4). Kekuatan Misi Dalam Pemberitaan Injil
Pemberitaan Injil melibatkan umat Allah untuk melaksanakan misi-Nya (Rm.10:15, 14, 13).
Pemberitaan Injil adalah cara Allah untuk memenangkan manusia berdosa, karena itu Ia memberikan mandat penginjilan kepada umat-Nya (Mat.28: 18- 20).

Misi Kerajaan Allah dan Misi Gereja
Gereja pada hakikatnya adalah tubuh Kristus, karena itu gereja seharusnya menggambarkan siapa Kristus itu dimana Ia ada dan berada.
Gereja sebagai tanda kerajaan Allah.
Gereja yang benar menyatakan dan menjadi perwakilan kerajaan Allah.
Setelah Yesus menyatakan bahwa Dia akan mendirikan gereja-Nya yang tidak mungkin dikalahkan oleh kuasa kematian, langsung Ia berkata kepada Petrus, “Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga” (Mat.16: 18-19).
Kerajaan Allah (pemerintahan Allah) menyatakan diri secara dinamis melalui Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus dalam gereja dengan Injil adalah berita kerajaan.

Gereja adalah tanda antisipasi dari pemerintahan Allah, yang menampakkan kuasanya melalui Injil.
Gereja yang sadar akan misi yang diembannya adalah gereja yang konsisten, dan menunjukkan dirinya sebagai gereja yang missioner, yang menampakkan adanya perkembangan yang utuh yang berhubungan erat dengan penginjilan yang bertujuan untuk memuridkan segala bangsa dan membawa shalom keseluruh dunia.
Gereja yang missioner harus mewujudkan sifat–sifat misi dalam kehidupannya.
Dilihat dari hakikatnya, maka gereja yang benar harus menandakan dirinya sebagai gereja dengan mewujudkan misinya dalam konteks dimana gereja berada.

IMPLIKASI MISI KERAJAAN ALLAH BAGI MISI GEREJA MASA KINI

Keberadaan kerajaan Allah sudah ada sebelum gereja, dengan status yang lebih sempurna dari gereja, karena gereja berasal dari atas.
Melalui gereja, misi kerajaan Allah beroperasi di dalam masyarakat dan dunia.
Kerajaan Allah adalah kekal dan gereja terbatas, tetapi kerajaan Allah menjamin bahwa gereja dapat mempengaruhi dunia, karena gereja memiliki kekuatan dari atas dan merupakan sarana Allah untuk mencapai dunia.
Dasar hubungan antara kerajaan Allah dengan gereja, ialah :
1) Kerajaan Allah mendirikan gereja,
2) Gereja menyaksikan kerajaan Allah,
3) Gereja merupakan alat kerajaan Allah dan
4) Gereja adalah pemelihara dan penjaga nilai Kerajaan Allah.

Implikasi misiologis dari hakikat dan penyataan kerajaan Allah yang kekal dan dinamis dipahami dalam sudut pandang, yaitu:
1). Allah yang adalah segala-galanya bagi misi-Nya, menjamin misi-Nya dengan kerajaan-Nya.
2). Otoritas kerajaan Allah bagi kehidupan umat-Nya adalah meuwujudkan kehidupan yang missioner berlandaskan kasih dan kehendak-Nya.
Kehidupan umat Allah seperti ini akhirnya membawa kemuliaan bagi nama-Nya yang kudus,

PENUTUP

Gereja merupakan mansifestasi dari kerajaan atau pemerintahan Allah.
Gereja merupakan bentuk pemerintahan Allah di atas muka bumi.
Hakikat atau sifat dan kuasa misi Allah didukung serta dijamin sepenuhnya oleh Allah sendiri.
Hakikat sifat dan model hidup umat Allah selalu ditandai oleh adanya hubungan covenan dengan Allah serta ciri hidup missioner yang harus dihidupinya dalam segala siuatuasi.
Umat Allah (Israel sejati atau gereja sejati) harus menghidupi kehidupannya dengan penuh kesadaran bahwa ia adalah milik Allah yang ditutus ke dalam dunia menjadi dan membawa shalom (Yoh.17: 18, 20:21). 


Erwan Musa : ☎️ 082157116469

MDK (Materi Dasar Kekristenan) 3 -- BAB 2 : MENGHADIRKAN KERAJAAN ALLAH DI BUMI

MDK (Materi Dasar Kekristenan) 3


BAB 2 : MENGHADIRKAN KERAJAAN ALLAH DI BUMI



Pendahuluan

Misi yang dipercayakan Yesus untuk dilaksanakan gereja sebagai sarana yang dikehendaki-Nya, adalah aktualisasi dari perutusan Yesus sendiri ( tujuan Bapa mengutus Yesus), yakni untuk memberitakan Kerajaan Allah di dunia.
Sebagaimana Yesus dalam misi Kerajaan Allah berkarya dan mempunyai dampak pada kehidupan dunia, demikianlah juga sepatutnya yg dilakukan gereja, sebagai sarana yang dikehendaki Yesus untuk menolong umat manusia menuju hidup dalam kerajaan Allah.
Misi memberitakan Kerajaan Allah adalah bagian integral (segala aspek ruang lingkup) dari keberadaan gereja.
Esensi dan tujuan dari misi gereja ialah memberitakan dan mewujudkan Kerajaan Allah di dunia (Markus 3:13 ; Markus 16:15 ; Matius 10:1-42)

Paham Kerajaan Allah Bagi Umat Israel

Pada Jaman Perjanjian Lama Kesadaran akan kuasa Allah di Israel sudah ada sebelum jaman para hakim, sebab dalam nyanyian Musa pada waktu pembebasan dari Mesir sudah dikatakan bahwa Tuhan memerintah untuk selama-lamanya (Keluaran 15:18).
Kuasa Allah di Israel pada masa sebelum para hakim mendapat arti yang universal dan juga sekaligus partikularistis (sikap memikirkan diri sendiri tanpa memperdulikan orang di sekitarnya).
Pengertian yang demikian dibangun di atas keyakinan bahwa Allah adalah pencipta alam semesta dan sekaligus penyelamat umat Israel.

Keyakinan ini tampak jelas dari Mazmur 47:2-3 yang mengatakan: “Tuhan yang Maha Tinggi adalah dahsyat, Raja yang besar atas seluruh bumi.
Ia menaklukkan bangsa-bangsa ke bawah kuasa kita”.

Pada jaman para hakim dan jaman para raja, istilah “Kerajaan Allah” dipahami oleh umat Israel sebagai kuasa mutlak Allah atas umat-Nya.

Paham ini tampak dalam kitab Hakim-Hakim 8:23 ; I Samuel 8:1-7 ; I Samuel 8:19-22 dan I Samuel 12:12 yang melukiskan bahwa Kuasa Allah itu secara eksplisit dilawankan dengan kuasa politik. Paham ini terlihat juga dari apa yang tertulis dalam I Samuel 10:24 ; I Samuel 16:21 dan II Samuel 7:12-16 yang menerangkan bahwa sekalipun ada raja-raja politik namun para raja itu selalu dipilih langsung oleh Allah sendiri.
Paham bahwa Allah berkuasa mutlak atas umat-Nya terbaca pula dari II Samuel 24:1-17 yang menerangkan bahwa raja Yehuda tidak mempunyai kuasa dari diri sendiri, tetapi karena diberi oleh Allah.
Ia bisa diprotes oleh rakyat dan bisa dihukum oleh Tuhan bila ia menarik segala kuasa Allah pada dirinya sendiri.

Pada masa kerajaan politik hancur, Kerajaan Allah selalu berarti : kebebasan, penebusan, keselamatan, tidak pernah ada penindasan atau pemerasan.
Juga jika ditekankan sifat transendennya dan kuasa terhadap kerajaan duniawi, itu hanya mengungkapkan kuasa Allah yang akan menolong umat-Nya.
Yesaya 52:7 terlihat jelas bahwa Kerajaan Allah diyakini, diwartakan dan dinanti sebagai kabar gembira (Injil).
Bagi Israel pada masa kerajaan politik hancur istilah Kerajaan Allah mengungkapkan harapan dan kepercayaan akan daya kekuatan Allah yang akan menyelamatkan.

Paham Kerajaan Allah Bagi Umat Yahudi pada Jaman Yesus

Pada jaman Yesus, situasi hidup bangsa Yahudi adalah tertekan dan teraniaya disegala bidan,baik di bidang politik, ekonomi maupun agama.
Di bidang politik rakyat Yahudi tertekan karena diperintah oleh para penguasa Roma dengan licik dan kejam.
Di bidang ekonomi rakyat kecil menderita kemiskinan karena mereka dieskploitir, diperas dan diperlakukan tidak adil.
Di bidang keagamaan umat Yahudi juga sangat tersiksa secara mental karena agama masyarakat Yahudi bersifat formal dan legalistik.
Dalam situasi hidup yang demikian, paham Kerajaan Allah oleh masyarakat Yahudi diberi bentuk nasionalistis dan apokaliptis.

Dalam bentuknya yang nasionalistis, istilah Kerajaan Allah diartikan oleh masyarakat Yahudi, khususnya kaum Zelot, sebagai kemenangan bangsa Yahudi atas bangsa Roma yang ada pada waktu itu menjajah mereka.
Kaum Zelot selalu siap mengangkat senjata memerangi musuh demi Kerajaan Allah.
Kaum Zelot berbuat demikian, karena bagi mereka dengan kebangkitan nasional dan dengan kemenangan bangsa Yahudi atas bangsa-bangsa kafir, Kerajaan Allah akan terwujud.

Dalam bentuknya yang apokaliptis, Kerajaan Allah diartikan sebagai suatu campur tangan Allah yang akan menggoncangkan kekuatan-kekuatan langit dan yang membangkitkan suatu dunia baru.
Kaum apokaliptik mencoba menggambarkan keseluruhan sejarah suci menuju situasi yang malang. Dalam rangka perhatian mereka pada masa mendatang, mereka sering meramalkan tentang pembalasan Allah atas orang-orang bukan Yahudi dan tentang kapan persisnya dunia akan binasa dan sering mempergunakan gambaran-gambaran yang penuh fantasi dan khayal, lukisan secara berlebihan tentang kebahagiaan eksatologis.

Makna Kerajaan Allah Dalam Misi Yesus.

Dalam Perkataan Yesus Bahwa Kerajaan Allah Sudah Datang.
Di dalam konteks Matius 12:22-35, Lukas 11:14-23 dan Markus 3:20-30, kedatangan Kerajaan Allah berhubungan dg kuasa Yesus di dalam kehidupan seseorang sebagaimana nampak dalam kuasa Yesus mengusir setan.
Dengan kata lain, Kehadiran Allah di dalam Diri Tuhan Yesus ini dimanifestasikan di dalam kuasa perbuatan-Nya mengusir setan.
Untuk memahami hubungan ini ada baiknya apabila kita lebih dahulu memahami arti penggunaan kata Kerajaan Allah secara khusus di dalam Injil Matius

Di dalam Injil Matius terdapat penggunaan beberapa istilah yang berbeda, namun menunjuk kepada pokok yang sama yaitu Kerajaan Allah.
▪ Ada ungkapan Kerajaan Sorga 33 kali, Kerajaan Allah 4 kali
▪ Ada ungkapan Kerajaan Anak Manusia atau Kerajaan Kristus (13:41, 16:28).
▪ Ada ungkapan Kerajaan Bapa (13:43).
▪ Ada ungkapan Kerajaan saja (24:14).

Dalam injil Matius sebanyak dua kali kata “Kerajaan” tidak diungkapkan oleh Tuhan Yesus, melainkan diungkapkan oleh Yohanes Pembabtis (3:2), dan oleh ibu Yakobus (20: 21).
Berdasarkan pada pemakaian istilah kerajaan tersebut, tampak jelas bahwa pengertian kata “kerajaan” dimengerti sebagai suatu situasi dimana Allah sendiri hadir dan memerintah.
Dengan kata lain sebagai pemerintahan Allah, contohnya dlm pengajaran Yesus tentang berdoa, “ datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga (6:10).

Misi Yesus dalam menghadirkan Kerajaan Allah adalah pelayanan mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah yang bersifat holistik, menyelamatkan, menyembuhkan, memberi pengharapan yg pasti.
Menghancurkan tembok tembok kebencian dan melintasi batas-batas antara individu dan kelompok.

Hakikat Gereja

Kitab-Kitab Perjanjian Baru khususnya ketiga Injil Sinoptis tidak dimulai dengan meletakkan suatu doktrin tentang Gereja, tetapi dimulai dengan membentangkan bahwa Gereja itu adalah sebuah realitas dan peristiwa sejarah.
Untuk mengetahui tentang hakikat Gereja, kita perlu mempelajari cara hidup para murid Tuhan Yesus sebagaimana yg dikehendak-iNya.

Diawali dari Kisah Yesus Memanggil Murid-murid yang Pertama.
Narasi tentang Yesus memanggil murid-murid yang pertama cukup sistematis.
Dalam narasi ini terdapat dua kisah panggilan yaitu :
▪1) Panggilan Simon dan Andreas.
▪2) Panggilan Yakobus dan Yohanes.

Ada tiga fase penting dalam setiap peristiwa panggilan yaitu :
Fase (1) Pertemuan dicatat waktu dan tempat pertemuan, dua bersaudara disebut dengan nama pribadi, lalu pekerjaan mereka.
Fase (2) ialah kata panggilan Yesus.
Fase (3) Syarat mengikut Yesus

Pada fase (1) dari panggilan tsb diterangkan bahwa pertemuan antara Yesus dengan dua pasang bersaudara Simon dan Andreas, Yakobus dan Yohanes terjadi ketika Yesus “sedang berjalan di tepi danau Galilea”.
Keterangan ini membawa arti bahwa panggilan terjadi ketika Yesus terlibat dalam peristiwa kehidupan mereka sehari-hari. Para murid bukan orangng kaya, mapan, pejabat, pengusaha.
Mereka adal nelayan, orang yg hidupnya sederhana dan orang- yg dianggap berdosa.
Panggilan murid-murid pertama bukan terjadi dalam konteks sakral di Bait Allah seperti misalnya dalam Perjanjian Lama (Yesaya 6:1-13), melainkan di tepi danau, ketika mereka sedang menjala ikan.

Pada fase (1) dari panggilan juga diterangkan bahwa Yesus melihat dua orang bersaudara (Mat 4:18, 21).
Kata yang diterjemahkan dengan melihat adalah “eido”.
Kata ini berarti bukan sekedar melihat. Dalam narasi Perjanjian Baru melihat ( eido) berarti pengenalan dan pemahaman.
Disini menyatakan bahwa panggilan kepada para murid adalah inisiatif dari Yesus.

Pada fase (2) dari panggilan yakni Yesus mengatakan kepada mereka: “Datang ikutlah Aku dan Aku akan menjadikan kamu penjala manusia” ( Matius 4:19).
Perkataan Yesus ini adalah suatu perintah pertama dan terakhir ( beberapa waktu sebelum Yesus naik ke sorga /Yoh 21).
Dan ketika mendapat panggilan Yesus, para murid menanggapi secara spontan, tidak ada keraguan sedikitpun langsung meninggalkan pekerjaan mereka bahkan keluarganya.
Berbeda dg yg terjadi di dalam Matius 8:18-22,32 ketika seorang ahli Taurat menawarkan diri untuk mengikut Yesus, terlihat penolakan Yesus krn mengetahui siapa dan tujuan mereka sesungguhnya.

Yohanes 15:16a
Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.

Dibalik ungkapan “ikutlah Aku” terkandung gagasan Yahudi tentang para murid yang mengikuti rabinya.
Mereka tidak hanya mendengar pengajaran guru, melainkan sungguh mengikuti dalam arti hidup dan mengalami kebersamaan atau persekutuan dengan gurunya.
Panggilan menjadi murid Yesus berarti hidup dan tinggal bersama Yesus.

Pada fase (3) ketika memanggil murid-murid-Nya memang Yesus tidak menentukan syarat apapun. Tetapi dlm berbagai pengajaran-Nya, Yesus menyatakan bahwa " setiap orang yg mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku (Mat 16:24-26).

Jadi tujuan utama panggilan ialah hidup bersama dengan Yesus, menjadi murid-Nya
Demikian halnya menjadi Gereja berarti menempatkan semua yang dipunya dan dikerjakan terutama dan pertama unt kepentingan Yesus.

Narasi Tentang Yesus Mengutus Kedua Belas Murid-Nya.
Perikop pada Matius 10:5-15, Markus 6:6b-13, Lukas 9:1-6 adalah sebuah narasi tentang nasihat Yesus untuk kedua belas murid-Nya yang diutus sebagai missionaris.

Nasihat ini muncul sesudah Yesus berbicara tentang orang banyak yang terlantar seperti domba tanpa gembala (Matius 9:36-38) dan setelah Ia memanggil kedua belas murid-Nya (Matius 10:1-4, Markus 3:13-19, Lukas 6:12-16).
Artinya Yesus memberikan petunjuk bagaimana seharusnya kedua belas murid yang diutus sebagai missionaris, apa yang mereka harus kerjakan dan yang mereka perlu bawa yaitu Kuasa dan Wewenang untuk memberitakan KERAJAAN ALLAH.

Lukas 9:2 (TB)
Dan Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang,

Jadi hidup murid Yesus sebagai missionaris adalah pergi demi keselamatan orang lain.
Hidup dalam persekutuan dengan Yesus, menciptakan adanya tanggung jawab terhadap hidup orang lain.

Karya Penyelamatan Allah (Kerajaan Allah) harus kita hadirkan dalam kehidupan kita sehari-hari sebagaimana telah dilakukan oleh Yesus.
Dari perumapaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur, tergambar bahwa Gereja adalah suatu komunitas yang terpanggil untuk mewujudkan tanda dan karakter dari Kerajaan Allah. Bertolak dari pengertian yang demikian, jangan kita mengagungkan gereja dalam pengertian formal institusional, tetapi gereja dalam pengertian komunitas yg harus menghayati dan mengerjakan nilai-nilai Kerajaan Allah.

Penutup

Berdasarkan uraian-uraian tentang hakikat Gereja dapat disimpulkan bahwa menurut Injil Injil Sinoptis, Gereja adalah sebuah komunitas orang-orang yang menjawab panggilan Yesus untuk hidup bersama-Nya dan diutus oleh-Nya.
Sebagai komunitas orang-orang yang hidup bersama Yesus, Gereja adalah orang-orang yang mengalami sendiri hidup bersama Yesus dan menempatkan segala sesuatu untuk kepentingan misi Yesus yakni memberitakan dan menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Allah dengan perkatan dan perbuatan. Sehingga banyak orang mengalami apa yg tertulis dlm :

Lukas 4:18-19 (TB) "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku
untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."

MDK (Materi Dasar Kekristenan) 3 -- BAB 1 : KERAJAAN ALLAH

MDK (Materi Dasar Kekristenan) 3

BAB 1 : KERAJAAN ALLAH


Gambaran singkat pembahasan tema Kerajaan Allah
(1.) Pengertian Kerajaan Allah atau Kerajaan Sorga
(2.) Latar Belakang Kerajaan Allah Masa Perjanjian Lama dan Perjanjian baru.
(3). Kerajaan Allah dalan Injil Matuis dan Injil Markus
(4). Konsep Kerajaan Allah menurut Yesus,
(5). Kesimpulan

PENDAHULUAN

Tema “Konsep Kerajaan Allah Menurut Tuhan Yesus” adalah tema yang sangat menarik yang dapat kita pelajari dalam Alkitab, khususnya dalam kitab-kitab Injil.
Baik para rasul sebagai penulis Injil maupun langsung dari Yesus sendiri mulai dari kelahiran, karakter, pelayanan, kematian dan kebangkitan Yesus.

Kerajaan Allah adalah Kerajaan dalam rancang bangun (penggambaran/sketsa) oleh Yesus sendiri berdasarkan kesaksian Allah pada masa PL dan terealisasi secara langsung dalam diri Yesus Kristus.
Yesus menyatakan Kerajaan Allah bukan secara fisik tetapi dalam dunia rohani dan dapat dialami oleh semua orang percaya.

Kerajaan Allah menurut Yesus adalah kerajaan Allah untuk menyatakan Injil, untuk menegakkan kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus, pengampunan dosa, penyembuhan ilahi dan penghancuran kerajaan iblis beserta para pengikutnya.
Kerajaan Allah menyangkut masa kini di bumi dan masa yg akan datang (Langit Baru Bumi Baru/LB3).
Kerajaan Allah menuntut pertobatan dan kelahiran baru.

PENGERTIAN KERAJAAN ALLAH ATAU KERAJAAN SORGA

Orang Israel tidak asing dg istilah ”Kerajaan Allah atau Kerajaan Sorga”.
Secara etimologi, istilah Kerajaan dalam bahasa Ibrani “twklm, Mulkuth” berarti pemerintahan, peraturan yaitu : daerah kekuasaan sebuah kerajaan (Est 1:4), pengangkatan ke atas tahta (Est 4: 14), masa pemerintahan (Est 2: 16).
Selain itu ada istilah "hklmam, Mamlakah" yang berarti sama, hanya arti dasarnya adalah daerah dan sekelompok orang yang membentuk sebuah kerajaan.
Secara khusus menunjuk Israel sebagai Kerajaan Allah (Kel 19: 6, 2 Sam 7: 16; Yeh 37: 22), juga menunjuk kepada seorang raja tertentu yang memerintah sebuah kerajaan, ( 1 Sam 28: 17).

Dalam PB, Kerajaan dalam bahasa Yunani “Basileia”, istilah tersebut juga digunakan oleh Yesus dan para murid-Nya.
"Namun yang paling jelas terdapat dalam Matius 19: 23 dan 24, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya : Sukar sekali orang kaya masuk Kerajaan Sorga“ sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum daripada seorang kaya masuk dalam Kerajaan Allah”

Ide alkitabiah tentang Kerajaan Allah berakar dalam Perjanjian Lama dan didasarkan pada keyakinan bahwa ada satu Allah yang hidup dan kekal yang telah menyatakan diri-Nya kepada manusia dan yang mempunyai rencana bagi umat manusia dan Ia sudah memilih untuk melaksanakan rencana itu melalui orang-orang Israel”

Istilah “Kerajaan Allah atau Kerajaan Sorga” muncul dalam Injil Matius 4:17 dan Markus 1:15, Dua istilah tersebut, memiliki latar belakang yang berbeda tetapi memilki maksud yang sama.
Matius menggunaka Kerajaan Sorga, semata-mata sebagai suatu cara untuk menghindari penggunaan nama Allah, sebagaimana hal itu dilarang dalam hukum ketiga dari sepuluh hukum (Keluaran 20:7), mengingat para pembacanya adalah orang Kristen Yahudi yang masih berpegang pada hukum tersebut.
Sorot pandang Kerajaan Sorga dipengaruhi oleh konsep Yahudi, Matius ingin menegaskan bahwa nama “Allah” sangat mulia dan terlampau suci, sehingga tidak boleh secara sembarangan menyebutkan nama Allah tersebut.

Kerajaan Allah sama artinya dengan Kerajaan Sorga yaitu : “Allah yang datang ke dunia untuk menyatakan kuasa, kemuliaan, dan hak-hakNya melawan kekuasaan Iblis, Allah mengungkapkan diri-Nya dengan penuh kuasa dalam semua karya-Nya”
Kerajaan Allah adalah kerajaan rohani.
“Allah dengan kerajaan-Nya menegakkan Kerajaan Rohani di dalam dunia ini dengan Kristus sebagai Raja di atas segala Raja.
Kristuslah yang mendirikan Kerajaan Allah dan sekaligus Raja di dalam Kerajaan tersebut”.
Kerajaan-Nya akan mengalahkan segala kuasa apapun termasuk kekuasaan Iblis dan roh-roh jahat di dunia.

LATARBELAKANG KERAJAAN ALLAH MASA PERJANJIAN LAMA DAN PERJANJIAN BARU

▪Latar Belakang Kerajaan Allah Masa Perjanjian Lama dapat kita telusuri dari rencana Allah atas bangsa Israel masa PL.
Israel adalah bangsa pilihan Allah, kepada Abraham diberitahukan janji tentang Mesias.
Galatia 3:16," adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya.
Tidak dikatakan "kepada keturunan-keturunannya" seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang : "dan kepada keturunanmu", yaitu Kristus.
Allah memanggil Abraham (Kej.12:1-3), Allah berjanji bahwa Abraham akan menjadi bangsa yang besar dan memberkatinya.

Dari nubuatan tersebut, Daud sebagai raja Israel juga mendapatkan pesan akan lahirnya Mesias yang akan menegakkan Kerajaan-Nya dengan pemerintahan yang tidak berkesudahan (2 Sam 7: 12-16).
Bagi orang Israel, makna Kerajaan Allah sangat melekat dalam iman mereka, para nabi juga memberitakan tentang hadirnya Kerajaan Allah yang akan nyata di dunia ini.
Allah dilukiskan sebagai Raja yang akan memerintah atas Israel dan seluruh bumi (Kel 15:18 ; Yes 43:15).

Kerajaan yang bersifat Teokrasi (bentuk pemerintahan dimana prinsip-prinsip ilahi memegang peran utama).
Hal ini sangat nyata dalam pola Allah di Taman Eden, pada masa Nuh, para bapa leluhur Israel atau jaman Patriakh, masa Hakim-hakim dan para nabi.

Dalam PL konsep Kerajaan Allah sangat jelas :

1). Allah sebagai hakim yang akan mengadili seluruh umat manusia, (Yesaya 4;2-4 ; Yeremia 29: 10 ; Yeremia 23;5-8 ; Yehezkiel 20:34-38)
2). Pengharapan Mesianik atau kelahiran Yesus, pelayanan Yesus sampai kematian dan kebangkitan-Nya (Yesaya 7:10-14; Yesaya 53).
3). Kedatangan Tuhan Yesus dan karakteristik pemerintahan-Nya di dunia ini (Yesaya 11).
4). Pemerintahan Yesus sebagai Raja dalam Kerajaan Sorga (I Tes 4: 13-18, Wahyu 21-22)

▪Latar Belakang Kerajaan Allah Masa Perjanjian Baru, dapat kita lihat dari sejarah bangsa Israel saat dijajah oleh bangsa Romawi.
Selain menjajah Israel, Romawi juga memperluas jajahannya atas bangsa-bangsa seperti Eropa, Asia, Afrika dan bangsa-bangsa di sekitar Laut Tengah”
Dari penjajahan tersebut bangsa Israel mengalami penderitaan.
Berulang kali bangsa Israel berusaha memerdekakan diri tetapi sia-sia belaka.

Berikut sejarah singkat bangsa Israel :
Pada saat itu, sekitar 100 tahun sM, Israel dipimpin oleh seorang raja dari suku Makabeus.
Setelah Makabeus meninggal pada tahun 76 sM, Aleksandra permaisurinya menggantikan kepemimpinannya dari tahun 76-69 sM.
Setelah Aleksandra mati, kedua anaknya yang bernama Hirkanus anak sulung dan Aritobulus anak bungsunya bertengkar merebutkan tahta kekuasaan di Israel.
Dari pertengkaran tersebut terjadilah perang yang sangat hebat dan dahsyat.
Hirkanus dan Aristobulus meminta pertolongan kepada jendral Roma yang bernama Pompeyus yang pada saat itu bersama para tentaranya berada tidak jauh dari perbatasan daerah Israel. Pompeyus dapat meleraikan pertengkaran tersebut dan memihak Hirkanus menjadi raja dan berakhirlah kekuasaan Aristobulus.
Dari peristiwa tersebut sekitar tahun 63 sM, bangsa Romawi dengan bebas masuk dan berkuasa atas Israel.
Hirkanus diangkat menjadi raja, tetapi dalam segala kepemimpinannya harus tunduk kepada orang-orang Romawi.

Hirkanus tidak dapat berbuat apa-apa untuk menghadapi bangsa Romawi yang kuat itu.
Setiap raja-raja Israel yang memerintah harus mendapat ijin dan mendapatkan mahkota kerajaan dari tangan Kaisar Romawi.

Pada saat pemerintahan raja Hirkanus, di sebelah selatan di daerah Edom, memerintah seorang wakil pemerintah bernama Antipater.

Antipater mempunyai seorang anak bernama Herodes, keturunan bangsa Edom memerintah di Galilea, Herodes berusaha sekuat tenaga untuk menjadi raja di Israel.
Suatu kali Israel diserang oleh bangsa Partia.
Herodes secepat mungkin minta bantuan kepada bangsa Roma dan datanglah bala tentara Roma yang kuat.

Yerusalem akhirnya direbut kembali dan Hirkanus dibebaskan dari tawanan.
Setelah Yerusalem bebas dan aman, Herodes diangkat menjadi raja Israel oleh bangsa Roma.

Herodes dapat mengambil hati bangsa Roma sehingga tercapailah cita-citanya untuk menjadi raja Israel menggulingkan raja Hirkanus.
Pada usianya yang ke 80, Hirkanus dibunuh oleh raja Herodes.

Herodes keturunan bangsa Edom, akhirnya berkuasa di Israel sampai pada kelahiran Tuhan Yesus. Para Majus mencari raja orang Yahudi atau Mesias, yaitu seorang raja orang Yahudi keturunan raja Daud, yang telah lahir di Israel.
Hal itu sangat menggetarkan hati raja Herodes, sehingga dia memerintahkan bayi-bayi di Yerusalem yang berumur dua tahun ke bawah harus dibunuh ( Mat 2: 1-18).
”Herodes adalah raja yang sangat bengis, Herodes juga membunuh istrinya sendiri, ke tiga anak kandungnya dan masih banyak lagi keluarganya yang dibunuh”.
Herodes juga memiliki niat yang kuat untuk disembah.
Herodes menyuruh rakyatnya membuat gedung dan bangunan yang indah-indah di tanah Yehuda dan di Yerusalem. Bait Zerubabel yang sangat besar dan indah dibangun selama empat puluh enam tahun lamanya (Yoh 2:20).
Pintunya berlapis dua bertahtakan emas dan permata, pemberian seorang Yahudi dari Aleksandria atau Mesir.
Tetapi Herodes meninggal sebelum bangunan tersebut selesai.

Setelah Herodes meninggal, Israel dipimpin oleh ketiga anak-anaknya : Arkhelaus, Herodes Antipas dan Filipus.
Bangsa Israel sangat benci pada keluarga Herodes.
Salah satu anaknya yang bernama Arkhelaus, seorang yg sangat bengis dan keras, shgg bangsa Israel sangat membencinya. Ia memerintah di Yudea selama sepuluh tahun.
Namun , akhirnya Arkhelaus dibuang oleh kaisar Roma.

Sejak kejadian itu tidak ada raja di Yudea dan akhirnya Israel langsung diperintah oleh wakil-wakil pemerintah Romawi yang selalu diangkat oleh Kaisar.

Salah satu pemicu penderitaan dan kesengsaraan Israel adalah adanya bea pajak atas rakyat Israel, oleh sebab itu rakyat sangat menetangnya.
Orang-orang Yahudi membuat gerakan-gerakan politik.
Gerakan kemerdekaan Israel dipimpin oleh orang-orang Zelot dan didukung oleh orang-orang Farisi.

Karena mereka benci terhadap orang-orang Romawi, yang juga penjajah bg mereka.
Perjuangan bangsa Israel untuk merdeka semakin kuat dan dipromotori oleh orang-orang Farisi, yang cinta kemerdekaan.
Walaupun mereka menyadari tidak mungkin dapat mengalahkan Romawi, tetapi mereka percaya bahwa hanya Allah sendiri yang dapat mengalahkannya.
Allah hadir dalam nubuatan Mesias yang akan membebaskan umat Israel.

Oleh karena penderitaan bangsa Israel tersebut, maka mereka sangat merindukan Raja yang dijanjikan oleh Allah yaitu Mesias.
Mesias akan datang dan menegakkan kejayaan dan kemuliaan bangsa Israel seperti Daud bapa leluhurnya.

Adapun ciri-ciri Mesias yang dirindukan adalah sebagai berikut :
Mesias akan datang pada hari yang ditentukan Allah, Dia adalah Raja yang diutus dari Sorga, Mesias adalah Anak Daud, yang artinya Mesias adalah keturunan raja Daud, Mesias tidak berdosa dan tidak lemah di hadapan Allah.
Mesias penuh Roh Kudus, tidak dapat dikalahkan dan akan mempersatukan Israel, Dia akan seperti yang dinubuatkan oleh Musa Ul 18: 15, Mesias akan banyak mengadakan tanda-tanda mujizat, memberikan roti dari sorga Yoh 6: 30-31, dengan pedang Firman-Nya, Dia akan menghalau musuh-musuhnya, membersihkan Israel dari penindasan dan penjajahan, Israel akan jaya dan tidak menderita lagi, inilah pengharapan orang-orang Yahudi terhadap Mesias yang dijanjikan tsb.

KERAJAAN ALLAH DALAM INJIL MATIUS DAN INJIL MARKUS

▪Injil Matius memandang Kerajaan Allah atau Kerajaan Sorga (sudah diterangkan di atas) menunjuk kepada Yesus yang secara radikal menyatakan Kerajaan Allah hadir dan nyata dalam pelayanan-Nya.

Secara jelas dapat dibandingkan antara Kerajaan Allah dengan Kerajaan dunia :
a). Yesus menyatakan Kerajaan Allah sudah datang, dengan bukti mengusir setan dan roh-roh jahat ( Mat 12: 28).
b). Pelayanan Yesus penuh kuasa dari Sorga sangat berbeda dengan pelayanan orang Yahudi yang justru melawan kerajaan-Nya.
c). Yesus lebih besar dari Abraham, Yunus dan Salomo, dalam arti Yesus menegaskan diri-Nya datang karena menggenapi nubuatan Allah di PL, yang datang sebagai mesias atau Raja dan berkuasa atas segala yang ada, (Mat 12:41-42).
d). Yesus datang sebagai gembala yang menggembalakan umat-Nya, (Mat 26:31).

▪Injil Markus memandang Kerajaan Allah sebagai kontinuitas pada waktu lampau dan sampai masa kini tetap berlangsung (peplerotai ho kairos).
Pada masa pelayanan Yesus dan dalam diri Yesus Karajaan Allah sudah tiba dan terus berlangsung sampai masa kini (Markus 1:15).
Inilah masuknya Kerajaan Allah dalam sejarah manusia.
Kerajaan Allah sudah dekat (Basileia tou Theou), yang menunjuk pada pemerintahan atau kedaulatan Allah yang dalam pemenuhannya secara sempurna belum tiba atau masih di depan.
Tuhan Yesus menyatakan Kerajaan Allah dengan bukti adanya konflik atau konfrontasi dengan kerajaan Iblis.

Contoh-contoh dalam kitab Markus yang menyatakan kuasa Yesus lebih besar dan menang terhadap kerajaan Iblis
a). Yesus berhadapan dengan Iblis dan menang dalam pencobaan (Mrk 1:12-13)
b). Yesus berkonfrontasi dengan Iblis dan di usirnya setan tersebut dari orang yang kerasukan setan (Mrk 1: 23-26)
c). Yesus tidak berkompromi dengan Setan walaupun setan mengetahui misi Yesus, Yesus menghardik dan mengusirnya, (Mrk 1: 23-26)
d). Yesus mencari dan menyelamatkan orang yang hilang oleh karena cengkraman setan dan Yesus mengusir roh jahat di Gadara (Mrk 5; 1-20)
e). Setan-setan takut dan tunduk dengan Kerajaan Allah Mrk 3:11

KONSEP KERAJAAN ALLAH MENURUT TUHAN YESUS

Kerajaan Allah menurut Tuhan Yesus mengarah pada dua masa yaitu masa kini dan masa mendatang atau masa Eskatologi.
Kerajaan Allah masa sekarang yang dapat dirasakan dan dialami pada masa kini.
Kerajaan Allah masa mendatang yang dapat dialami pada masa pengangkatan orang-orang percaya ke dalam sorga, yang mana secara mutlak Yesus bertahta sebagai Raja selama-lamanya dalam kerajaan-Nya.

Kerajaan Allah masa kini menyatakan Yesus sudah datang ke dunia.
Jadi, pemerintahan Allah beserta segala sesuatunya sudah hadir dan tersedia bagi kita melalui pribadi Yesus.
Suatu fakta yang sangat jelas dalam ajaran Yesus, bahwa di dalam pelayanan-Nya pada abad pertama, Kerajaan Allah sudah benar-benar ada di dunia ini.

Beberapa hal yang dapat kita pelajari dan sangat nyata akan Kerajaan Allah masa kini dari Yesus
adalah :
a). Pengakuan Yesus sendiri tentang hadirnya Kerajaan Allah pada masa kini dalam pelayanan-Nya di bumi.
“Sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara Kita, Allah ada di antara kamu”( Luk 17: 21).
b). Kerajaan Allah nyata dalam diri Yesus dengan bukti Dia mengalahkan dunia ini dengan kuasa Allah (Yoh 16: 33).
c). Yesus membuktikan Kerajaan Allah dengan cara mengalahkan dan menghancurkan setan dengan kuasa Roh Allah (Mat 12: 28).
d). Yesus menegaskan bahwa Kerajaan Allah itu secara langsung pada masa kini dapat dinikmati oleh orang-orang percaya, (Yoh 18: 36, Fil 3: 20)
e). Kerajaan Allah dinyatakan Yesus di bumi ini sebagai wujud pelaksanakan kehendak Bapa-Nya, pekerjaan Bapa adalah pekerjaan-Nya di bumi, ini menunjukkan seluruh mujizat dan kehidupan Yesus adalah untuk merealisasikan kehadiran Kerajaan Allah dari Sorga, “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang maka Akupun bekerja juga” (Yoh 5: 17).
Yesus mengakui bahwa Dia tidak dapat berbuat apa-apa jika tidak diberi mandat oleh Bapa-Nya, dan apa yang dilakukan Yesus adalah seluruhnya dari Bapa yang mengajarkan-Nya dan Bapa berkenan kepada-Nya (Yoh 8 : 28,29 ; 14:10).
f). Kerajaan Allah yang Yesus nyatakan adl Kerajaan yg berasal dari atas atau Sorga.
Yesus mengalahkan semua kerajaan yang ada di bumi ini dengan kekuatan Roh Kudus bukan dengan kekuatan militer atau politik.
Yesus sangat faham dan mengetahui bahwa bangsa Israel hidup dalam penderitaan akibat penjajahan Romawi, juga Raja Herodes dan keturunannya adalah raja-raja yang sangat jahat dan bengis (sudah disinggung di atas) yang sangat merugikan bangsa Israel.
Sebagai Mesias atau Raja Yahudi Yesus dan pelayanan-Nya justru tidak mengusik dan berusaha secara fisik menandingi dan mengalahkan Romawi, tetapi Yesus justru lebih berurusan dengan membangun kerajaan-Nya dan orang-orang percaya untuk memandang ke Sorga dan dengan segala pengharapannya.
Kerajaan-Nya sangat menuntut pertobatan dan penyerahan hidup secara total kepada Allah.
Pertobatan yang mutlak dan percaya kepada Injil, yang pada dasarnya adalah percaya kepada Tuhan Yesus sendiri (Mrk.1: 15), Yesus sangat tegas dalam menyatakan kerajaan-Nya.
Hanya orang yang bertobat, lahir baru dan suci hatinya mereka akan melihat Kerajaan Allah, (Yoh 3:3).
g). Kerajaan Allah yang Yesus maksudkan selain untuk masa kini atau sekarang juga menyangkut masa mendatang atau eskatologis.
Yesus tekankan dengan perumpamaan-perumpamaan yang dapat kita baca dalam kitab Injil.
h). Kerajaan Allah menurut Yesus adalah Kerajaan yang Allah rancangkan sejak dunia dijadikan bagi orang-orang percaya.
“Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan Tuanmu, ke dalam kerajaan yang disediakan bagi kamu sebelum dunia dijadikan.”
i). Yesus dengan tegas memberi peringatan dan selalu waspada kepada para penyesat yang mengatas namakan diri-Nya dan menganggap dirinya mesias, ini sebagai bukti bahwa Yesus adalah Raja yang sudah menggenapi nubuatan Allah dan hanya Dia sajalah Raja dan Tuhan atas segala makluk (Mrk. 13: 14-23, Mat 24: 15-28, Luk 21: 20-24).

KESIMPULAN

Konsep Kerajaan Allah menurut Tuhan Yesus adalah Kerajaan yang sudah dinubuatkan oleh Allah pada masa Perjanjian Lama (PL).
Kerajaan itu sebagai penggenapan akan kehadiran Mesias yang akan memerintah Israel dan seluruh dunia, dengan pemerintahan yang tidak akan berkesudahan.
Kelahiran Yesus di bumi ini sebagai penggenapan nubuatan Allah telah nyata, Yesus adalah Mesias dan datang untuk menyelamatkan umat-Nya, tetapi orang-orang Yahudi tidak dapat menerima Yesus sebagai Raja mereka dan meragukan kemesiasan-Nya.
Pengharapan mereka sangat bertolak belakang dengan konsep mereka secara politik atau militer. Inilah yang membuat perbedaan konsep Kerajaan menurut Tuhan Yesus dengan konsep kerajaan menurut orang-orang Yahudi.
Dengan demikian kita dapat belajar bagaimana Yesus menyatakan diri sebagai Penyelamat, Raja dan Tuhan di atas segala tuan, yang tidak hanya membebaskan manusia dari jajahan fisik saja tetapi juga secara roh dan jiwa.
Dengan pribadi, pelayanan, pengajaran kematian dan kebangkitan Yesus, terbukti Kerajaan Allah sudah nyata dan sempurna di bumi dan di Sorga.


Erwan Musa : ☎️ 082157116469