Jumat, 05 Juli 2024

MDK (Materi Dasar Kekristenan) 3 -- BAB 4 : KORELASI KONSEP KERAJAAN ALLAH DAN PEMURIDAN DALAM INJIL MATIUS

MDK (Materi Dasar Kekristenan) 3


BAB 4 : KORELASI KONSEP KERAJAAN ALLAH DAN PEMURIDAN DALAM INJIL MATIUS



Di dalam gereja atau persekutuan banyak orang mengaku Kristen, tetapi sedikit yang mau dimuridkan.
Umumnya orang Kristen menyadari bahwa penting sekali bertumbuh menjadi serupa Kristus, namun hanya sedikit sekali yang sungguh-sungguh terlibat di dalam proses pemuridan.
Faktor penyebab utama masalah pemuridan di gereja justru berasal dari dalam kekristenan sendiri. Ada dikotomi antara “menjadi orang percaya” dan “menjadi murid” yang mengakibatkan kekristenan menjadi hal yang biasa-biasa saja, ke gereja hari minggu, cukup.
Pemuridan hanya ditempatkan pada daftar aktivitas, tetapi tidak menjadi satu-satunya tujuan atau fokus yang diutamakan dan tidak lagi menolong orang percaya bertumbuh menjadi murid Kristus yang hidup serupa dengan-Nya.

Solusi bagi permasalahan pemuridan ini terletak pada strategi pemuridan yang Yesus kerjakan, yaitu di dalam kerangka atau dimensi Kerajaan Allah.
Korelasi antara konsep Kerajaan Allah dengan pemuridan dalam Injil Matius adalah pemuridan merupakan sebuah proses untuk membawa semua orang menjadi murid Yesus, yaitu warga Kerajaan Allah, yang mengerti dan melakukan kehendak-Nya. Korelasi inilah yang dapat menjadi jawaban bagi permasalahan pemuridan yang terjadi di dalam gereja atau persekutuan.

Kata kuncinya : Kerajaan Allah, Pemuridan, Murid, Injil Matius

Konsep Kerajaan Allah sering dipahami salah yaitu Kerajaan Allah adalah surga nun jauh di sana yang akan menjadi tujuan orang percaya kelak dan tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan saat ini.
Realitas pemerintahan Allah yang universal atas seluruh jagat raya di dalam pribadi Kristus sebagai Tuhan membuat orang Kristen pada masa kini merasa sudah cukup hanya dengan mengaku percaya kepada Yesus Kristus karena baginya hal itu sudah menjadi jaminan untuk masuk surga (pemahaman percaya yg kurang lengkap).
Sehingga setelah pertobatannya, seorang percaya tidak lagi dituntut dan menuntut dirinya sendiri untuk memiliki komitmen mengikut Kristus sebagai murid-Nya yang hidup taat kepada-Nya.

Di dalam gereja atau persekutuan, seharusnya menjadi murid adalah langkah selanjutnya sesudah seseorang percaya kepada Yesus.
Seperti yg dilakukan oleh Yesus setelah memanggil para murid-Nya.
Bukan sekedar menyertai dlm pelayanan, tetapi mengikuti dg komitmen (to be His disciple).
Esensi pemuridan adl menolong orang bertumbuh menjadi murid Kristus yang hidup serupa dengan-Nya.

Pemuridan akan menghasilkan orang-orang Kristen yang tidak hidup dalam zona kenyamanan sendiri, peduli dengan keadaan dunia ini dan tidak mengabaikan tanggung jawab mereka untuk menerangi dan menggarami dunia ini.

Kerajaan Allah dan pemuridan merupakan dua topik besar dan signifikan di dalam Injil Matius. Signifikansi topik Kerajaan Allah dalam Injil ini dapat dilihat dari banyaknya penggunaan kata “Kerajaan Allah” atau “Kerajaan Surga”.
Mengenai signifikansi topik pemuridan di dalam Injil ini dapat dilihat dari penekanan yang Matius berikan kepada peristiwa-peristiwa di mana Yesus memanggil, mengajar dan mengutus murid-murid-Nya untuk meneruskan pengajaran-Nya.
Karena penekanan inilah, Injil Matius dapat dikatakan sebagai buku panduan pemuridan.

FONDASI KERAJAAN ALLAH

Matius mengawali narasi fondasi Kerajaan Allah dengan narasi kelahiran Yesus (1:18-25).
Dalam narasi permulaan ini, Matius mengungkapkan bahwa Yesus adalah manifestasi kehadiran Kerajaan Allah di bumi ini.
Hal ini dibuktikannya dengan mengutip dari Yesaya 7:14 (Mat 1:22-23) yang menyatakan dengan jelas bahwa Yesus adalah Imanuel, Allah yang menyertai kita. Nama Yesus sendiri memiliki arti Allah menyelamatkan dan ini dipertegas dengan pernyataan, “Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (Mat 1:21).
Dua nama ini—Yesus dan Imanuel—mempertegas kehadiran Yesus di bumi sebagai kehendak Allah di dalam menyelamatkan umat-Nya.
Kehadiran Kerajaan Allah ini menuntut adanya respons dari setiap orang, dan di dalam narasi kelahiran ini, Yusuf adalah orang pertama yang diperhadapkan pada tuntutan ini.
Niatnya menceraikan Maria dengan diam-diam, kemudian Allah mengutus seorang malaikat datang kepadanya dalam mimpi.
Allah menyatakan kehendak-Nya kepada Yusuf agar ia mengambil Maria sebagai istrinya dan kemudian memberi nama “Yesus” kepada anak yang akan dilahirkan itu.
Yusuf, seorang yang sangat taat kepada taurat, ini diindikasikan oleh karakter Yusuf, yang “tulus hati”.

Selain Yusuf, Matius juga menunjukkan bahwa orang-orang Majus adalah orang-orang yang juga merespons kehadiran Kerajaan Allah.
Mereka mewakili bangsa-bangsa non-Yahudi yang meskipun tidak memiliki pengetahuan tentang Mesias namun berespons positif terhadap pesan Allah melalui bintang.
Mereka datang dari jauh untuk mencari, menyembah dan memberikan persembahan kepada Raja yang baru lahir (2:11).
Mereka pun taat kepada peringatan Allah melalui mimpi (2:12).

Matius melanjutkan narasi fondasi Kerajaan Allah dengan mempresentasikan permulaan pelayanan Yesus yang disandingkan dengan pelayanan Yohanes Pembaptis.
Baik Yohanes Pembaptis maupun Yesus menyerukan berita yang sama kepada umat Israel : “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” (3:2; 4:17).
Frasa “sudah dekat” (Yun. ἤγγικεν), dapat dikatakan bahwa Kerajaan Allah “sudah tiba” melalui pelayanan Yohanes sebagai pembuka jalan bagi Mesias, dan terlebih lagi melalui pelayanan Yesus sebagai Sang Mesias itu sendiri yang menggenapinya.

Kerajaan Allah juga dihadirkan melalui peristiwa pembaptisan Yesus oleh Yohanes.
Pengurapan Roh Allah dan konfirmasi suara dari surga (3:16-17) semakin mempertegas peran Yesus sebagai pribadi yang menghadirkan Kerajaan Allah dengan otoritas untuk berbicara dan bertindak mewakili Allah.
Kerajaan Allah yang telah diserukan Yohanes dan Yesus harus direspons dengan pertobatan, yaitu kerendahan hati dan kerelaan untuk menundukkan diri di bawah otoritas Kerajaan Allah dan menghasilkan buah berupa ketaatan melakukan kehendak-Nya (3:8).

Selain penduduk dari Yerusalem, seluruh Yudea dan daerah sekitar Yordan yang datang mengaku dosa dan dibaptis, datang pula orang-orang Farisi dan Saduki untuk melihat peristiwa fenomenal (3:5-7).
Berbeda dengan sikap mereka, Yesus datang atas inisiatif-Nya sendiri untuk dibaptis oleh Yohanes (3:13-17).
Hal ini menunjukkan ketaatan Yesus kepada kehendak Allah, dan ditegaskan kembali melalui jawaban-Nya sebagai respons terhadap keengganan Yohanes: “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah” (3:15).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa baptisan yang Yesus terima tidak menunjuk kepada pertobatan dari dosa melainkan ketaatan Yesus kepada kehendak Allah.
juga diungkapkan Matius melalui kisah pencobaan di padang gurun (4:1-11).
Matius ingin mengontraskan ketaatan Yesus dengan ketidaktaatan Israel sehingga memperlihatkan Yesus sebagai Israel sejati taat kepada kehendak Allah.

Kehadiran Kerajaan Surga oleh Yesus segera ditindak lanjuti dengan panggilan-Nya kepada beberapa nelayan Galilea untuk menjadi murid-murid-Nya yang pertama (4:18-22).
Para nelayan tersebut memberikan tanggapan yang tepat, mereka menerima panggilan kerajaan Allah dengan cara meninggalkan jala dan perahu mereka untuk mengikut Yesus.
Respons para nelayan ini menunjukkan bahwa mereka memiliki kualitas seorang murid, yaitu“ tanggapan tanpa ragu untuk mengikuti Yesus".

Setelah Yesus memanggil murid-murid-Nya yang pertama, Ia mulai berkeliling seluruh Galilea (4:23-25).
Tiga hal yangYesus lakukan dalam pelayanan-Nya adalah mengajar, memberitakan Injil Kerajaan Allah dan menyembuhkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu.
Semua pelayanan Yesus ini mengindikasikan bahwa Dia adalah Mesias yang menghadirkan Kerajaan Allah.

Ketaatan yang Yesus tuntut dari para pengikut-Nya ialah melampaui kesalehan para orang Farisi dan ahli Taurat, yaitu bukan sekedar kesalehan formal.
Oleh karena itu, Yesus menuntut para murid-Nya haruslah sempurna, sama seperti Bapa di surga yang sempurna (5:48).
Kata “sempurna” ; τέλειοι ; mengindikasikan hidup yang secara total menyatu dengan kehendak Allah dan dengan demikian mewakili karakter-Nya.

PEMURIDAN YANG BERDIMENSI KERAJAAN ALLAH

Seluruh penjabaran narasi Injil Matius di atas memperlihatkan bahwa korelasi antara konsep Kerajaan Allah dengan pemuridan adalah pemuridan merupakan proses mengikut Yesus sebagai murid-Nya dan juga menjadikan orang lain sebagai murid Yesus, dengan tujuan supaya semua manusia di bumi menjadi warga Kerajaan Allah yang taat melakukan kehendak Allah.
Korelasi ini dapat menjadi sebuah kerangka kerja bagi pemuridan masa kini, yaitu sebuah pemuridan yang berdimensi Kerajaan Allah.

Kerangka kerja yang dimaksud adalah pemahaman bahwa alam semesta ini ada di bawah pemerintahan Allah yang berdaulat melalui ke-Tuhanan Yesus dan menuntut setiap manusia di bumi ini untuk taat kepada otoritas dan kehendak-Nya. Dengan demikian, pemuridan yang berdimensi Kerajaan Allah bercirikan theocentric commitment artinya sebuah proses pertobatan dan komitmen yg sungguh-sungguh percaya kepada Yesus yang telah menghadirkan Kerajaan Allah tersebut, dan komitmen ini diwujudkan dlm dua hal:

pertama, menjalani hidup sesuai dengan identitas mereka sebagai warga Kerajaan Allah yang memegang teguh nilai-nilai Kerajaan Allah. Implikasi logis dari hal ini adalah kehidupan orang Kristen tidak akan bermental escapist (menarik diri dari realitas kehidupan dan tidak peduli terhadap kondisi dunia ini), melainkan “menggarami” dan “menerangi” dunia ini dengan nilai-nilai Kerajaan Allah.

Kedua, komitmen mengikut Yesus tersebut juga diwujudkan dengan melaksanakan tugas pemuridan yang menghasilkan murid yang juga memiliki komitmen yang solid dan militan kepada Yesus.
Dengan demikian, penginjilan dan pemuridan adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Orang-orang Kristen dengan kualitas seperti yang dijabarkan di atas hanya dapat dihasilkan dari sebuah pemuridan yang dilakukan di dalam dimensi Kerajaan Allah.

Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan di dalam pelaksanaan pemuridan:
▪Pemuridan harus memiliki tujuan utama agar semua orang di muka bumi ini tunduk kepada pemerintahan dan otoritas Allah, yang dijabarkan di dalam setiap ajaran Yesus. Pemuridan adalah pusat dan fokus dari berbagai aktivitas/program yang dikerjakan.
▪Pemuridan berfokus untuk membina setiap orang Kristen agar memiliki karakteristik murid seperti yang diajarkan Yesus di dalam seluruh Injil Matius: kerendahan hati, iman dan ketaatan kepada kehendak Allah yang lahir dari hati yang mengasihi Dia dengan sepenuh hati dan diwujudkan dalam mengasihi sesama seperti diri sendiri.
▪Proses pemuridan tidak hanya berhenti sampai memanggil dan membimbing seseorang untuk menjadi murid Yesus, melainkan juga menjadi murid yang memuridkan orang-orang lain lain juga.

KESIMPULAN

Secara detail telah dijeladkan korelasi antara konsep Kerajaan Allah dengan pemuridan dalam Injil Matius serta signifikansinya bagi pemuridan di masa kini. Korelasi ini memberikan fondasi bahwa proses pemuridan harus dilakukan dalam kerangka menjadikan semua orang percaya hidup sebagai warga Kerajaan Allah yang tunduk di bawah pemerintahan Allah dan taat melakukan kehendak-Nya dan menghasilkan orang-orang lain yang juga memiliki komitmen yang solid dan militan dalam mengikut Yesus.



Erwan Musa : ☎️ 082157116469

Tidak ada komentar:

Posting Komentar