MDK (Materi Dasar Kekristenan) 3
BAB 2 : MENGHADIRKAN KERAJAAN ALLAH DI BUMI
Pendahuluan
Misi yang dipercayakan Yesus untuk dilaksanakan gereja sebagai sarana yang dikehendaki-Nya, adalah aktualisasi dari perutusan Yesus sendiri ( tujuan Bapa mengutus Yesus), yakni untuk memberitakan Kerajaan Allah di dunia.
Sebagaimana Yesus dalam misi Kerajaan Allah berkarya dan mempunyai dampak pada kehidupan dunia, demikianlah juga sepatutnya yg dilakukan gereja, sebagai sarana yang dikehendaki Yesus untuk menolong umat manusia menuju hidup dalam kerajaan Allah.
Misi memberitakan Kerajaan Allah adalah bagian integral (segala aspek ruang lingkup) dari keberadaan gereja.
Esensi dan tujuan dari misi gereja ialah memberitakan dan mewujudkan Kerajaan Allah di dunia (Markus 3:13 ; Markus 16:15 ; Matius 10:1-42)
Paham Kerajaan Allah Bagi Umat Israel
Pada Jaman Perjanjian Lama Kesadaran akan kuasa Allah di Israel sudah ada sebelum jaman para hakim, sebab dalam nyanyian Musa pada waktu pembebasan dari Mesir sudah dikatakan bahwa Tuhan memerintah untuk selama-lamanya (Keluaran 15:18).
Kuasa Allah di Israel pada masa sebelum para hakim mendapat arti yang universal dan juga sekaligus partikularistis (sikap memikirkan diri sendiri tanpa memperdulikan orang di sekitarnya).
Pengertian yang demikian dibangun di atas keyakinan bahwa Allah adalah pencipta alam semesta dan sekaligus penyelamat umat Israel.
Keyakinan ini tampak jelas dari Mazmur 47:2-3 yang mengatakan: “Tuhan yang Maha Tinggi adalah dahsyat, Raja yang besar atas seluruh bumi.
Ia menaklukkan bangsa-bangsa ke bawah kuasa kita”.
Pada jaman para hakim dan jaman para raja, istilah “Kerajaan Allah” dipahami oleh umat Israel sebagai kuasa mutlak Allah atas umat-Nya.
Paham ini tampak dalam kitab Hakim-Hakim 8:23 ; I Samuel 8:1-7 ; I Samuel 8:19-22 dan I Samuel 12:12 yang melukiskan bahwa Kuasa Allah itu secara eksplisit dilawankan dengan kuasa politik. Paham ini terlihat juga dari apa yang tertulis dalam I Samuel 10:24 ; I Samuel 16:21 dan II Samuel 7:12-16 yang menerangkan bahwa sekalipun ada raja-raja politik namun para raja itu selalu dipilih langsung oleh Allah sendiri.
Paham bahwa Allah berkuasa mutlak atas umat-Nya terbaca pula dari II Samuel 24:1-17 yang menerangkan bahwa raja Yehuda tidak mempunyai kuasa dari diri sendiri, tetapi karena diberi oleh Allah.
Ia bisa diprotes oleh rakyat dan bisa dihukum oleh Tuhan bila ia menarik segala kuasa Allah pada dirinya sendiri.
Pada masa kerajaan politik hancur, Kerajaan Allah selalu berarti : kebebasan, penebusan, keselamatan, tidak pernah ada penindasan atau pemerasan.
Juga jika ditekankan sifat transendennya dan kuasa terhadap kerajaan duniawi, itu hanya mengungkapkan kuasa Allah yang akan menolong umat-Nya.
Yesaya 52:7 terlihat jelas bahwa Kerajaan Allah diyakini, diwartakan dan dinanti sebagai kabar gembira (Injil).
Bagi Israel pada masa kerajaan politik hancur istilah Kerajaan Allah mengungkapkan harapan dan kepercayaan akan daya kekuatan Allah yang akan menyelamatkan.
Paham Kerajaan Allah Bagi Umat Yahudi pada Jaman Yesus
Pada jaman Yesus, situasi hidup bangsa Yahudi adalah tertekan dan teraniaya disegala bidan,baik di bidang politik, ekonomi maupun agama.
Di bidang politik rakyat Yahudi tertekan karena diperintah oleh para penguasa Roma dengan licik dan kejam.
Di bidang ekonomi rakyat kecil menderita kemiskinan karena mereka dieskploitir, diperas dan diperlakukan tidak adil.
Di bidang keagamaan umat Yahudi juga sangat tersiksa secara mental karena agama masyarakat Yahudi bersifat formal dan legalistik.
Dalam situasi hidup yang demikian, paham Kerajaan Allah oleh masyarakat Yahudi diberi bentuk nasionalistis dan apokaliptis.
Dalam bentuknya yang nasionalistis, istilah Kerajaan Allah diartikan oleh masyarakat Yahudi, khususnya kaum Zelot, sebagai kemenangan bangsa Yahudi atas bangsa Roma yang ada pada waktu itu menjajah mereka.
Kaum Zelot selalu siap mengangkat senjata memerangi musuh demi Kerajaan Allah.
Kaum Zelot berbuat demikian, karena bagi mereka dengan kebangkitan nasional dan dengan kemenangan bangsa Yahudi atas bangsa-bangsa kafir, Kerajaan Allah akan terwujud.
Dalam bentuknya yang apokaliptis, Kerajaan Allah diartikan sebagai suatu campur tangan Allah yang akan menggoncangkan kekuatan-kekuatan langit dan yang membangkitkan suatu dunia baru.
Kaum apokaliptik mencoba menggambarkan keseluruhan sejarah suci menuju situasi yang malang. Dalam rangka perhatian mereka pada masa mendatang, mereka sering meramalkan tentang pembalasan Allah atas orang-orang bukan Yahudi dan tentang kapan persisnya dunia akan binasa dan sering mempergunakan gambaran-gambaran yang penuh fantasi dan khayal, lukisan secara berlebihan tentang kebahagiaan eksatologis.
Makna Kerajaan Allah Dalam Misi Yesus.
Dalam Perkataan Yesus Bahwa Kerajaan Allah Sudah Datang.
Di dalam konteks Matius 12:22-35, Lukas 11:14-23 dan Markus 3:20-30, kedatangan Kerajaan Allah berhubungan dg kuasa Yesus di dalam kehidupan seseorang sebagaimana nampak dalam kuasa Yesus mengusir setan.
Dengan kata lain, Kehadiran Allah di dalam Diri Tuhan Yesus ini dimanifestasikan di dalam kuasa perbuatan-Nya mengusir setan.
Untuk memahami hubungan ini ada baiknya apabila kita lebih dahulu memahami arti penggunaan kata Kerajaan Allah secara khusus di dalam Injil Matius
Di dalam Injil Matius terdapat penggunaan beberapa istilah yang berbeda, namun menunjuk kepada pokok yang sama yaitu Kerajaan Allah.
▪ Ada ungkapan Kerajaan Sorga 33 kali, Kerajaan Allah 4 kali
▪ Ada ungkapan Kerajaan Anak Manusia atau Kerajaan Kristus (13:41, 16:28).
▪ Ada ungkapan Kerajaan Bapa (13:43).
▪ Ada ungkapan Kerajaan saja (24:14).
Dalam injil Matius sebanyak dua kali kata “Kerajaan” tidak diungkapkan oleh Tuhan Yesus, melainkan diungkapkan oleh Yohanes Pembabtis (3:2), dan oleh ibu Yakobus (20: 21).
Berdasarkan pada pemakaian istilah kerajaan tersebut, tampak jelas bahwa pengertian kata “kerajaan” dimengerti sebagai suatu situasi dimana Allah sendiri hadir dan memerintah.
Dengan kata lain sebagai pemerintahan Allah, contohnya dlm pengajaran Yesus tentang berdoa, “ datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga (6:10).
Misi Yesus dalam menghadirkan Kerajaan Allah adalah pelayanan mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah yang bersifat holistik, menyelamatkan, menyembuhkan, memberi pengharapan yg pasti.
Menghancurkan tembok tembok kebencian dan melintasi batas-batas antara individu dan kelompok.
Hakikat Gereja
Kitab-Kitab Perjanjian Baru khususnya ketiga Injil Sinoptis tidak dimulai dengan meletakkan suatu doktrin tentang Gereja, tetapi dimulai dengan membentangkan bahwa Gereja itu adalah sebuah realitas dan peristiwa sejarah.
Untuk mengetahui tentang hakikat Gereja, kita perlu mempelajari cara hidup para murid Tuhan Yesus sebagaimana yg dikehendak-iNya.
Diawali dari Kisah Yesus Memanggil Murid-murid yang Pertama.
Narasi tentang Yesus memanggil murid-murid yang pertama cukup sistematis.
Dalam narasi ini terdapat dua kisah panggilan yaitu :
▪1) Panggilan Simon dan Andreas.
▪2) Panggilan Yakobus dan Yohanes.
Ada tiga fase penting dalam setiap peristiwa panggilan yaitu :
Fase (1) Pertemuan dicatat waktu dan tempat pertemuan, dua bersaudara disebut dengan nama pribadi, lalu pekerjaan mereka.
Fase (2) ialah kata panggilan Yesus.
Fase (3) Syarat mengikut Yesus
Pada fase (1) dari panggilan tsb diterangkan bahwa pertemuan antara Yesus dengan dua pasang bersaudara Simon dan Andreas, Yakobus dan Yohanes terjadi ketika Yesus “sedang berjalan di tepi danau Galilea”.
Keterangan ini membawa arti bahwa panggilan terjadi ketika Yesus terlibat dalam peristiwa kehidupan mereka sehari-hari. Para murid bukan orangng kaya, mapan, pejabat, pengusaha.
Mereka adal nelayan, orang yg hidupnya sederhana dan orang- yg dianggap berdosa.
Panggilan murid-murid pertama bukan terjadi dalam konteks sakral di Bait Allah seperti misalnya dalam Perjanjian Lama (Yesaya 6:1-13), melainkan di tepi danau, ketika mereka sedang menjala ikan.
Pada fase (1) dari panggilan juga diterangkan bahwa Yesus melihat dua orang bersaudara (Mat 4:18, 21).
Kata yang diterjemahkan dengan melihat adalah “eido”.
Kata ini berarti bukan sekedar melihat. Dalam narasi Perjanjian Baru melihat ( eido) berarti pengenalan dan pemahaman.
Disini menyatakan bahwa panggilan kepada para murid adalah inisiatif dari Yesus.
Pada fase (2) dari panggilan yakni Yesus mengatakan kepada mereka: “Datang ikutlah Aku dan Aku akan menjadikan kamu penjala manusia” ( Matius 4:19).
Perkataan Yesus ini adalah suatu perintah pertama dan terakhir ( beberapa waktu sebelum Yesus naik ke sorga /Yoh 21).
Dan ketika mendapat panggilan Yesus, para murid menanggapi secara spontan, tidak ada keraguan sedikitpun langsung meninggalkan pekerjaan mereka bahkan keluarganya.
Berbeda dg yg terjadi di dalam Matius 8:18-22,32 ketika seorang ahli Taurat menawarkan diri untuk mengikut Yesus, terlihat penolakan Yesus krn mengetahui siapa dan tujuan mereka sesungguhnya.
Yohanes 15:16a
Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.
Dibalik ungkapan “ikutlah Aku” terkandung gagasan Yahudi tentang para murid yang mengikuti rabinya.
Mereka tidak hanya mendengar pengajaran guru, melainkan sungguh mengikuti dalam arti hidup dan mengalami kebersamaan atau persekutuan dengan gurunya.
Panggilan menjadi murid Yesus berarti hidup dan tinggal bersama Yesus.
Pada fase (3) ketika memanggil murid-murid-Nya memang Yesus tidak menentukan syarat apapun. Tetapi dlm berbagai pengajaran-Nya, Yesus menyatakan bahwa " setiap orang yg mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku (Mat 16:24-26).
Jadi tujuan utama panggilan ialah hidup bersama dengan Yesus, menjadi murid-Nya
Demikian halnya menjadi Gereja berarti menempatkan semua yang dipunya dan dikerjakan terutama dan pertama unt kepentingan Yesus.
Narasi Tentang Yesus Mengutus Kedua Belas Murid-Nya.
Perikop pada Matius 10:5-15, Markus 6:6b-13, Lukas 9:1-6 adalah sebuah narasi tentang nasihat Yesus untuk kedua belas murid-Nya yang diutus sebagai missionaris.
Nasihat ini muncul sesudah Yesus berbicara tentang orang banyak yang terlantar seperti domba tanpa gembala (Matius 9:36-38) dan setelah Ia memanggil kedua belas murid-Nya (Matius 10:1-4, Markus 3:13-19, Lukas 6:12-16).
Artinya Yesus memberikan petunjuk bagaimana seharusnya kedua belas murid yang diutus sebagai missionaris, apa yang mereka harus kerjakan dan yang mereka perlu bawa yaitu Kuasa dan Wewenang untuk memberitakan KERAJAAN ALLAH.
Lukas 9:2 (TB)
Dan Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang,
Jadi hidup murid Yesus sebagai missionaris adalah pergi demi keselamatan orang lain.
Hidup dalam persekutuan dengan Yesus, menciptakan adanya tanggung jawab terhadap hidup orang lain.
Karya Penyelamatan Allah (Kerajaan Allah) harus kita hadirkan dalam kehidupan kita sehari-hari sebagaimana telah dilakukan oleh Yesus.
Dari perumapaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur, tergambar bahwa Gereja adalah suatu komunitas yang terpanggil untuk mewujudkan tanda dan karakter dari Kerajaan Allah. Bertolak dari pengertian yang demikian, jangan kita mengagungkan gereja dalam pengertian formal institusional, tetapi gereja dalam pengertian komunitas yg harus menghayati dan mengerjakan nilai-nilai Kerajaan Allah.
Penutup
Berdasarkan uraian-uraian tentang hakikat Gereja dapat disimpulkan bahwa menurut Injil Injil Sinoptis, Gereja adalah sebuah komunitas orang-orang yang menjawab panggilan Yesus untuk hidup bersama-Nya dan diutus oleh-Nya.
Sebagai komunitas orang-orang yang hidup bersama Yesus, Gereja adalah orang-orang yang mengalami sendiri hidup bersama Yesus dan menempatkan segala sesuatu untuk kepentingan misi Yesus yakni memberitakan dan menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Allah dengan perkatan dan perbuatan. Sehingga banyak orang mengalami apa yg tertulis dlm :
Lukas 4:18-19 (TB) "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku
untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar