Sabtu, 21 Maret 2020

MENGANDALKAN TUHAN


MENGANDALKAN TUHAN

Disusun oleh : Erwan, S.Adm.,MA.(Can)

Yeremia 17:1-8

Pergumulan nabi oleh karena bangsa yang berdosa

17:1  "Dosa Yehuda telah tertulis dengan pena besi, yang matanya dari intan, terukir pada loh hati mereka dan pada tanduk-tanduk mezbah mereka 17:2  sebagai peringatan terhadap mereka! --Mezbah-mezbah mereka dan tiang-tiang berhala mereka memang ada di samping pohon yang rimbun di atas bukit yang tinggi, 17:3 yakni pegunungan di padang. Harta kekayaanmu dan segala barang perbendaharaanmu akan Kuberikan dirampas sebagai ganjaran atas dosamu di segenap daerahmu. 17:4 Engkau terpaksa lepas tangan dari milik pusakamu yang telah Kuberikan kepadamu, dan Aku akan membuat engkau menjadi budak musuhmu di negeri yang tidak kaukenal, sebab dalam murka-Ku api telah mencetus yang akan menyala untuk selama-lamanya."17:5 Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! 17:6 Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk. 17:7 Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! 17:8 Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.


Sejarah Nabi Yeremia mencakup kurun waktu 40 tahun, dari saat ia dipanggil pada tahun ke-13 pada jaman pemerintahan Raja Yosia (th. 626 sM) sampai jatuhnya Yerusalem th. 587 sM.
Selama 40 th. itu ia bernubuat pada waktu ia berkotbah pada pemerintahan 5 raja Yehuda terakhir, yaitu Raja Yosia, Yoahas, Yoyakim, Yoyakhin dan Zedekia.

Yeremia terkenal melalui kenabiannya melakukan reformasi yang hebat pada jaman masa pemerintahan Raja Yosia, ia bernubuat untuk memperbaiki taraf kehidupan orang Yehuda di berbagai bidang kehidupan. Oleh karena reformasi-reformasi yang dilakukan itu, penduduk Yehuda secara ekonomi makmur.
Mereka menikmati keamanan oleh karena militer yang kuat, sistem pemerintahan yang aman dan sejahtera bagi Yehuda, karena sebelumnya sangat kacau pada masa pemerintahan Raja Manasye. Akan tetapi reformasi di bidang ekonomi, sosial dan militer, tidak diikuti dengan reformasi yang serius di bidang keagamaan atau hal-hal rohani.

Pada masa itu penduduk Yehuda melanjutkan kebiasaan agama kafir sebagiamana yang mereka lakukan pada pemerintahan sebelumnya dan menjadikannya praktek hidup mereka, dengan beribadah kepada Baal, memelihara berhala-berhala pelacuran suci, dan praktek ketidakadilan sosial menjadi praktek hidup yang lazim di Yehuda.
Dalam konteks kehidupan seperti inilah Yeremia bernubuat atas otoritas Tuhan yang diyakininya pasti terjadi. Yeremiapun mengingatkan orang-orang Yehuda tentang bagaimana Tuhan telah memperlihatkan kasih setia-Nya kepada mereka dan disisi lain Yeremia mengkritik penduduk Yehuda dengan keras karena ketidaksetiaan mereka kepada Tuhan.

Yeremia menjadi yakin bahwa Tuhan akan menjatuhkan hukuman atas Yehuda sehingga Yehuda akan mengalami kerugian yang hebat yang disebut berasal dari Asyur dan Babel. Selain itu sekaligus nabi Yeremia berharap dengan berita hukuman maka ada titik balik atau pertobatan Yehuda. Harapannya Yehuda akan bertobat karena itu ia terus mendorong supaya mereka berbalik kepada Tuhan. Inti dari konteks pergumulan penduduk Yehuda adalah sinkretisme dan pengandalan diri.

Namun sangat disayangkan walaupun nubuat sudah diberikan, kenyataannya justru penduduk Yehuda tetap berpaling dari Allah dan berharap kepada Mesir untuk menjamin mereka dari rongrongan bangsa lain.
Mereka lebih mengandalkan manusia dari pada mengandalkan Tuhan.
Karena alasan itulah yang membuat Nabi Yeremia menyerukan agar mereka mau kembali dan hidup mengandalkan Tuhan.

Sebelum kita membahas perihal Yehuda harus kembali mengandalkan Tuhan yang di serukan oleh Nabi Yeremia (Yer. 17:7-8), untuk lebih jelasnya sebaiknya kita mulai membahas dari ayat 1 terlebih dahulu.


Ayat 1-4 : Perbuatan dosa penduduk Yehuda dan akibatnya

Nabi Yeremia menyatakan dengan tegas bahwa orang Yehuda hidup dalam kefasikan yang besar.
Orang Yehuda secara kolektif memilih untuk tetap hidup dalam dosa dan Yeremia menyimbolkannya sebagai perbuatan yang terukir pada mereka yaitu diri mereka.
Penyembahan berhala dan kejahatan semakin merajalela dan menjadi bagian integral dari hidup mereka. Perbuatan mereka berdampak pada mereka akan terhilang dan mengalami kerugian yang tak terelakkan.
Ketidaksetiaan berakibat fatal yakni mereka kehilangan negeri, kehilangan berkat dan hidup dalam ketakutan sebagai bangsa budak. Tuhan memberi vonis berat yakni segala kenikmatan dan kekayaan di tanah perjanjian akan menjadi rampasan orang lain. Mereka akan mengalami kejatuhan besar.
Yang dulunya hidup ada menjadi tiada, yang dulunya hidup berkelimpahan menjadi kekurangan, yang dulunya hidup dalam kemerdekaan menjadi hidup dalam ketakutan sebagai budak.
Persoalan mendasar yang dihadapi oleh orang-orang Yehuda sesungguhnya adalah persoalan hidup yang tidak mengandalkan Tuhan.


Ayat 5-8 : Konsekuensi jika Penduduk Yehuda mau berbalik dan mengandalkan Tuhan
Nabi Yeremia mencoba menyandingkan kepercayaan yang berlawanan yang menghasilkan buah yang berlawanan. Yeremia mengkontraskan kehidupan umat Yehuda yang mengandalkan diri pada kenikmatan sesaat dengan kehidupan orang yang mengandalkan Tuhan.
Bagi Yeremia, mereka yang mengandalkan diri pada manusia serta segala yang ada pada mereka, dilukiskan seperti padang gurun penuh semak bulus yang tidak akan mengalami datangnya keadaan baik.
Bentuk kepercayaan yang berpusat pada diri dan sandaran diri pasti akan bermuara pada kekecewaan dan pasti akan lenyap. Mereka tidak akan mengalami datangnya masa kebaikan. Mereka akan menemui hari hidup dalam ketakutan, kecemasan dan kebinasaan.

Sebaliknya bagi Yeremia mereka yang mengandalkan Tuhan diibaratkan seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air. Bisa jadi pohon yang ditanam pada tepi air akan mengalami masa yang berat saat masa pertumbuhannya tapi ia akan mendapatkan kekuatan dari Tuhan yang membuat akarnya semakin tertancap dalam, berdiri kokoh dan menghasilkan buah.
Dari segi sastra ayat 8 sama dengan Mazmur pasal 1:1 dan 6, kita tidak tahu apakah Yeremia mengutip kitab Mazmur.
Dalam Mazmur ada penggambaran nasib orang benar dan fasik. Orang fasik hidup dan masa depan mereka tidak menentu arahnya, bagaikan sekam yang ditiup angin dan jalannya menuju kebinasaan. Berbeda dengan orang benar, tidak berjalan menurut jalan orang fasik tapi yang menjadikan taurat Tuhan sebuah kesukaan dan merenungkannya siang dan malam.
Lalu tentang nasib mereka dikatakan jalan hidup mereka Tuhan kenal dan selalu menghasilkan buah, sesuai dengan pernyataan "Apa saja yang diperbuatnya berhasil."

Mari kita membahas satu persatu ayat 5-8 :

Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia (ay.5)

Bagian pertama ini begitu tegas dan jelas, bahwa setiap orang yang mengandalkan manusia akan terkutuk.
Apa yang dimaksud dengan mengandalkan manusia?
Bagian ini menjadi jelas apabila kita membaca lebih lanjut ayat 5, bahwa mengandalkan manusia adalah ketika seseorang menjadikan dirinya sebagai pusat pertimbangan, jalan keluar dan orientasi hidup, dengan kata lain hidup mengandalkan diri sendiri berarti sama dengan menjauhkan diri dari Tuhan.

Istilah kutuk dalam bahasa Ibrani אָרַר (aw-rar') yang berarti kutuk, dijijikkan atau dijauhi oleh Allah. Pertanyaannya, apakah yang terjadi jika Allah sendiri merasa jijik melihat kita?
Allah menjauh dan tidak lagi peduli pada kita yang merupakan akibat perbuatan kita sendiri yang merasa tidak membutuhkannya.

Konsekuensi bagi orang yang mengandalkan manusia (ay.6)
Akibat dari mengandalkan manusia atau diri sendiri adalah kesengsaraan hidup bagaikan semak bulus yang tidak mengalami keadaan baik.
Bahkan Yeremia menyamakan kondisi orang yang terkutuk itu bagaikan orang yang tinggal di padang gurun, hidup di padang asin yang tidak berpenduduk.
Kesan yang kuat dari kondisi ini adalah mengalami kehancuran hidup.

Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan (ay.7)

Orang-orang yang mengandalkan Tuhan akan menerima berkat dari Tuhan.
Apakah yang dimaksud dengan mengandalkan Tuhan?
Mereka yang mengandalkan Tuhan adalah mereka yang memiliki ketergantungan dan berpengharapan yang sangat hanya kepada Tuhan.
Artinya, melibatkan Tuhan dalam segala hal yang sedang direncanakan atau yang akan dilakukan.
Mengandalkan berarti "memercayakan diri kepada pribadi yang di percayai tanpa rasa takut, bimbang, kuatir, dsbnya".
Jadi, jika kita mengatakan bahwa kita mengandalkan Tuhan, berarti kita memercayakan diri kita kepada Tuhan tanpa ada rasa takut, bimbang dan kuatir.
Pemahaman ini berasal dari kata dasar bahasa Ibrani "בָּטַח" (batach) yang memiliki pengertian "memercayakan diri kepada seseorang tanpa rasa takut, bimbang, kuatir, dsbnya".

Kemudian kata "diberkati" dalam bahasa Ibrani בָּרַךְ (barak) yang berarti diberkati, berlutut di hadapan Allah dan atau menjalin kedekatan yang sangat kuat.
Istilah ini sama dengan yang dipakai pada saat Tuhan memberkati Abraham (“TUHAN kemudian memberkati Abrahan”) yang juga bermakna menjalin hubungan yang sangat dekat dengan Allah sehingga ia disebut sahabat Allah.
Orang yang mengandalkan Tuhan akan diberkati.
Ini berarti Tuhan mendekatkan jarak denganNya atau menjalin hubungan yang dalam dengan seorang yang diberkati.

Konsekuensi bagi orang yang mengandalkan Tuhan (ay.8)

Tuhan memberkati orang yang mengandalkan Dia, dan akibat kesediaan orang mengandalkan Tuhan dikatakan hidup orang tersebut bagaikan pohon ditepi air, yang berarti mudah menjalani kehidupan dan tidak mengalami kekurangan.
Bahkan yang luar biasa dari mengandalkan Tuhan adalah tidak mengalami kekuatiran terhadap masalah yang akan datang sebab segala sesuatu akan jadi berhasil (menghasilkan buah).

Jadi hanya mereka yang mengandalkan Tuhan-lah yang diberkati dan mengalami hubungan yang intim dan dalam dengan Tuhan.


Kesimpulan
Tuhan mengajar kita supaya kita tidak mengandalkan manusia, karena manusia dapat mengecewakan, ingkar janji dan memiliki kemampuan yang terbatas.
Berbeda dengan Tuhan yang selalu menepati janji-NYA dan Ia tidak pernah mengingkari janji-NYA.
Tuhan adalah pribadi yang Maha Kuasa dan tidak ada yang dapat membatasi kuasa-NYA.
TUHAN sanggup memberikan pertolongan sesulit atau seberat apa pun persoalan hidup kita disaat bagaimanapun, kapan pun dan dimana pun kita membutuhkan pertolongan-NYA.
TUHAN adalah pribadi yang dapat diandalkan.

Nb. 
*Jika ada pertanyaan hub. Wa: 082157116469
*Materi lainnya klik : erwanmusa.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar