Rabu, 11 Maret 2020

MEMBANGUN HIDUP BERKARAKTER ILAHI

MEMBANGUN HIDUP BERKARAKTER ILAHI



Setiap orang percaya harus berkarakter Ilahi dan karakter setiap orang tidak dihasilkan dari faktor keturunan, sebagai contohnya, orang tua yang rajin tidak otomatis anaknya rajin pula.
Kerajinan seseorang dikondisikan oleh orang tua atau diri sendiri.
Jadi karakter seseorang terbentuk dari proses sebuah perbuatan yang menetap yang terus menerus di lakukan hingga menjadi gaya hidup.
Demikian pula dengan karakter Ilahi.


Ayub berkarakter ilahi, sebagai buktinya Alkitab berkata bahwa ia hidup saleh, jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan" (Ayub 1:1,8)


Alkitab juga mencatat, bahwa Setiap kali, apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub memanggil anak-anaknya, dan menguduskan mereka dengan cara mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah anaknya, karena pikirnya : Mungkin anak-anakku telah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati. 
Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa (Ayub 1:5). 


Menguduskan dengan mempersembahkan korban yang dilakukan senantiasa oleh Ayub, membentuk sebuah karakter ilahi, karena perbuatannya tersebut menyatakan kesalehannya, kejujurannya, sikap takut kepada Allahnya dan sebagai wujud ia menjauhi kejahatan.


Jadi karakter ilahi harus dibentuk, dan bukan di hasilkan secara otomatis sebagai pembawaan sejak lahir.


Agar karakter Ayub semakin luar biasa, maka karakternya diuji atau diasah atas seijin Allah oleh iblis, dengan tujuan supaya karakter ilahi yang dimiliki oleh Ayub murni seperti emas, dan bukan di hasilkan karena kekayaan yang dimilikinya atau kesehatannya seperti yang di tuduhkan iblis kepadanya (Ayub 1:9-11; 2:4-5)


Iblis menguji Ayub hingga menjadi miskin dan sakit parah (ada yang menafsirkan penyakit yang di derita Ayub adalah "Stevenson Johnson syndrome").
Ternyata Ayub bisa lulus dari ujian yang iblis lakukan, ia tetap memiliki karakter ilahi, walaupun ia menjadi miskin dan sakit parah (Ayub 1:20-21; 2:10).


Ia pun juga menjawab dengan bijaksana tuduhan tiga sahabatnya yang berkata bahwa segala kesulitan dan penderitaan yang Ayub alami, semua disebabkan karena ia telah berdosa melawan Allah, namun Ayub dengan bijak menjawab :
"Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas" (Ayub 23:10).

Ayub bersikap demikian, karena ia memahami bahwa tujuan Allah mengijinkan ujian yang ia alami adalah untuk maksud supaya ia memiliki karakter yang murni seperti emas yaitu karakter Ilahi.


Ayub adalah orang yang memiliki karakter ilahi dan ia layak menjadi contoh dan teladan bagi kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar