KASIH KARUNIA TUHAN DAN RIWAYAT HIDUP NUH
Kej. 6:6-96:5 Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,
6:6 maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya.
6:7 Berfirmanlah TUHAN: "Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka."
6:8 Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN.
6:9 Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah. (Kej. 6:5-9)
■ Ayat 5-6 : TUHAN MENYESAL DAN PILU HATI KARENA MANUSIA BERBUAT JAHAT
Penulis kitab Kejadian mencatat: "Ketika dilihat Tuhan, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah Tuhan , bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya" (Kej 6:5-6).
Alkitab berkata bahwa kecenderungan hati manusia selalu membuahkan kejahatan semata-mata.
Kata "kecenderungan hati" adalah terjemahan kata Ibrani "יֵ֙צֶר֙" (yê-ṣer) yang berarti "niatan yang selalu dipikirkan" dalam hal ini oleh hati (לֵב, leb) yaitu pusat segala keinginan, kehendak dan perasaan manusia.
Jika niatan yang dipikirkan hati adalah jahat, maka kecenderungan hati tersebut pasti membuahkan kejahatan dan tidak ada yang lain.
Sesungguhnya segala sesuatu yang kita lakukan semuanya diawali dari niat hati, karena hati seperti mata air yang memancar.
Penulis kitab Amsal menyatakan: "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan" (Amsal 4:23).
Artinya bahwa seluruh perilaku manusia bersumber dari hatinya, demikian juga yang dirasakan Tuhan dari hati-Nya ketika melihat manusia melakukan kejahatan atau berbuat dosa.
Ternyata kejahatan besar yang dilakukan oleh manusia membuat Tuhan bereaksi, penulis kitab Kejadian menulisnya : "maka menyesallah Tuhan , bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya."
Kata "menyesal" dalam bahasa Ibrani "וַיִּתְעַצֵּ֖ב " (way-yiṯ-‘aṣ-ṣêḇ) berasal dari kata kerja dasar "עָצַב" (atsab) yang berarti "berduka karena tidak disukakan" dalam hal oleh kejahatan manusia yang besar.
Tuhan menyesal dan berduka kepada manusia, karena sebagai ciptaan-Nya manusia yang serupa dan segambar dengan Tuhan, seharusnya keberadaan dan perilakunya sesuai dengan kehendak-Nya.
Perilaku manusia itulah yang menyebabkan Tuhan menyesal dan berduka karena Ia tidak disukakan oleh kejahatan manusia yang besar tersebut.
Jadi perbuatan manusia tersebut bukan hanya menyebabkan Tuhan menyesal dan berduka saja, tetapi juga "memilukan" hati-Nya.
■ Ayat 7-8 : NUH MENDAPAT KASIH KARUNIA
Pada ayat 7-8 tertulis "Berfirmanlah Tuhan : “Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.” Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata Tuhan" (Kej 6:7-8).
Hampir semua makhluk hidup di muka bumi pada jaman itu dihapuskan oleh Tuhan, ketika Tuhan menyesal dan berduka karena perbuatan manusia, kecuali tumbuh-tumbuhan dan Nuh beserta dengan istrinya dan ketiga anaknya dan ketiga mantunya.
Nuh mendapat pengecualian bukan karena kebaikannya tetapi karena Nuh mendapat kasih karunia di mata Tuhan".
Bagaimana Tuhan menghapuskan hampir seluruh makhluk hidup pada jaman itu?
Kata "menghapuskan" adalah terjemahan dari kata kerja bahasa Ibrani "אֶמְחֶ֨ה" (’em-ḥeh) yang berasal dari kata "מָחָה" (machah) yang memiliki gagasan seperti lemak yang menempel pada perkakas yang sulit dihapuskan dan harus dihapus dengan air yang sangat banyak yaitu air bah.
Jadi karena akibat kejahatan manusia yang besar tersebut mengakibatkan hampir semua makhluk hidup pada waktu itu dimusnahkan dengan air bah.
Nuh mendapat kasih karunia Tuhan sehingga ia dan keluarga besarnya dilepaskan dari dahsyatnya air bah, sekali lagi bukan karena kebaikan dan hasil usahanya, seperti yang Paulus katakan:
"sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri" (Ef 2:8-9).
Begitu pula dengan kita, karena kasih karunia semata sehingga kita juga dibenarkan dan diselamatkan, dan Paulus mengingatkan supaya jangan ada seorangpun yang sombong dan memegahkan dìri.
Paulus berkata : "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati" (Rm 12:1).
Sekali lagi "demi kemuràhan Allah" karena itu kita tidak boleh bermegah, tetapi yang harus kita lakukan ialah mempersembahkan tubuh kita (dirimu) sebagai persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan kepada Allah tanpa terpaksa.
■ Ayat 9 : NUH ADALAH ORANG YANG BENAR, ORANG YANG SEMPURNA PENUH DAN ORANG YANG BERGAUL DENGAN ALLAH
Penulis kitab Kejadian menarasikan Nuh adalah tokoh yang sempurna dalam kebenaran.
"Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah" (Kej 6:9).
Kata "riwayat" berasal dari kata Ibrani "תּוֹלְדֹ֣ת" (tō-wl-ḏōṯ) yang dapat di terjemahkan dengan kata "sejarah keluarga".
Alkitab mengatakan: "... Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah".
>> Ada tiga hal yang menggambarkan karakter Nuh :
● Pertama, Nuh adalah seorang yang benar, dalam teks ibrani "צַדִּ֛יק" (ṣad-dîq).
Kata "צַדִּ֛יק" (ṣad-dîq) berarti "rigtheous" dan bukan "true".
Rigtheous adalah kebenaran yang menggambarkan perilaku seseorang, sedangkan "true" menceritakan hakikat kebenaran.
Seseorang dikatakan "righteous" jika perilakunya sesuai dengan aturan, hukum, tata krama, adat istiadat, kebiasaan yang diterima bersama oleh sebuah komunitas, dsb.
Sedangkan "true" maknanya "benar tanpa perlu pembuktian dengan perilakunya."
Contohnya air mineral itu bening dan tidak perlu dibuktikan supaya orang percaya kebeningannya.
Nuh dikatakan seorang yang benar karena ia menjalankan aturan atau hukum dalam perilakunya. Sebagai buktinya, Alkitab berkata :
"Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya" (Kej 6:22).
Aturan atau hukum yang dilakukan Nuh adalah perintah Allah.
Ia melakukan perintah-Nya "tepat seperti" yang diperintahkan-Nya, dan perintah Allah merupakan hukum yang tertinggi.
Jadi kebenaran yang telah dicapai Nuh karena ia melakukan hukum yang tertinggi sehingga perilaku Nuh dipandang, dilihat, dinilai dan dihakimi oleh Allah sendiri.
● Kedua, Nuh orang yang sempurna penuh.
Pada Kitab Kejadian 6:9, dikatakan Nuh ... "tidak bercela," di antara orang-orang sezamannya".
Kata "tidak bercela," dalam teks ibrani di pakai kata (תָּמִ֥ים ; tā-mîm) yang mempunyai makna manusia yang "full perfect" (sempurna penuh) diantara orang-orang sezamannya.
Semua manusia pada jaman Nuh menjalankan hidup yang rusak.
"Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi" (Kej 6:12).
Jadi kata ibrani (תָּמִ֥ים ; tā-mîm) yang disandangkan oleh Nuh menunjukkan kesempurnaan penuh dalam intergeritasnya, kata ini juga menyatakan kedewasaannya yang tidak terpengaruh oleh kejahatan orang-orang sezamannya.
Ia seperti ikan yang hidup di laut dengan air asin melingkupi dirinya, namun tidak terpengaruh menjadi asin.
Karena kesempurnaannya yang penuh, ia pun dideskripsikan sebagai orang yang benar karena perilakunya yang tidak terpengaruh dan rusak oleh kejahatan orang-orang sezamannya, melainkan ia dikendalikan oleh perintah Allah, sehingga Nuh hidup dalam kesempurnaan penuh, kedewasaan penuh dan integritas penuh.
● Ketiga, Nuh bergaul dengan Allah
Disamping Nuh memiliki karakter "צַדִּ֛יק" (benar) dan "תָּמִ֥ים" (sempurna penuh), ia juga bergaul dengan Allah.
Kata yang diterjemahkan "bergaul" berasal dari kata Ibrani "הִֽתְהַלֶּךְ" (hiṯ-hal-leḵ) dari kata dasar "הָלַך" (halak) yang berarti "berjalan", yang menyatakan bahwa Nuh berjalan sangat dekat dengan Allah.
Kedekatannya dengan Allah bukan secara fisik tetapi secara batiniah.
Kata bergaul ; "הִֽתְהַלֶּךְ" (hiṯ-hal-leḵ) berarti "to live in close proximity to" (hidup berdekatan dengan ... ) dan menyatakan "maintain cordial relations with" (menjaga hubungan baik dengan ... ). Hubungan baik dan bahkan yang terbaik adalah hubungan yang "cordial" (ramah) didasari dari dan dengan hati.
Penulis Kitab Kejadian hendak menyatakan bahwa Nuh hidupnya diwarnai dengan hubungan kedekatan batiniah dengan Allah.
Hubungan yang sangat akrab, dekat dan dipenuhi keramah-tamahan.