Senin, 23 Maret 2020

KASIH KARUNIA TUHAN DAN RIWAYAT HIDUP NUH


KASIH KARUNIA TUHAN DAN RIWAYAT HIDUP NUH

Kej. 6:6-9

6:5 Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,
6:6 maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya.
6:7 Berfirmanlah TUHAN: "Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka."
6:8 Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN.
6:9 Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah. (Kej. 6:5-9)


Ayat 5-6 : TUHAN MENYESAL DAN PILU HATI KARENA MANUSIA BERBUAT JAHAT
Penulis kitab Kejadian mencatat: "Ketika dilihat Tuhan, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah Tuhan , bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya" (Kej 6:5‭-‬6).

Alkitab berkata bahwa kecenderungan hati manusia selalu membuahkan kejahatan semata-mata.
Kata "kecenderungan hati" adalah terjemahan kata Ibrani "יֵ֙צֶר֙" (yê-ṣer) yang berarti "niatan yang selalu dipikirkan" dalam hal ini oleh hati (לֵב, leb) yaitu pusat segala keinginan, kehendak dan perasaan manusia.

Jika niatan yang dipikirkan hati adalah jahat, maka kecenderungan hati tersebut pasti membuahkan kejahatan dan tidak ada yang lain.
Sesungguhnya segala sesuatu yang kita lakukan semuanya diawali dari niat hati, karena hati seperti mata air yang memancar.
Penulis kitab Amsal menyatakan: "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan" (Amsal 4:23).
Artinya bahwa seluruh perilaku manusia bersumber dari hatinya, demikian juga yang dirasakan Tuhan dari hati-Nya ketika melihat manusia melakukan kejahatan atau berbuat dosa.

Ternyata kejahatan besar yang dilakukan oleh manusia membuat Tuhan bereaksi, penulis kitab Kejadian menulisnya : "maka menyesallah Tuhan , bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya."

Kata "menyesal" dalam bahasa Ibrani "וַיִּתְעַצֵּ֖ב " (way-yiṯ-‘aṣ-ṣêḇ) berasal dari kata kerja dasar "עָצַב" (atsab) yang berarti "berduka karena tidak disukakan" dalam hal oleh kejahatan manusia yang besar.

Tuhan menyesal dan berduka kepada manusia, karena sebagai ciptaan-Nya manusia yang serupa dan segambar dengan Tuhan, seharusnya keberadaan dan perilakunya sesuai dengan kehendak-Nya.
Perilaku manusia itulah yang menyebabkan Tuhan menyesal dan berduka karena Ia tidak disukakan oleh kejahatan manusia yang besar tersebut.
Jadi perbuatan manusia tersebut bukan hanya menyebabkan Tuhan menyesal dan berduka saja, tetapi juga "memilukan" hati-Nya.


Ayat 7-8 : NUH MENDAPAT KASIH KARUNIA

Pada ayat 7-8 tertulis "Berfirmanlah Tuhan : “Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.” Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata Tuhan" (Kej 6:7‭-‬8).

Hampir semua makhluk hidup di muka bumi pada jaman itu dihapuskan oleh Tuhan, ketika Tuhan menyesal dan berduka karena perbuatan manusia, kecuali tumbuh-tumbuhan dan Nuh beserta dengan istrinya dan ketiga anaknya dan ketiga mantunya.
Nuh mendapat pengecualian bukan karena kebaikannya tetapi karena Nuh mendapat kasih karunia di mata Tuhan".

Bagaimana Tuhan menghapuskan hampir seluruh makhluk hidup pada jaman itu?
Kata "menghapuskan" adalah terjemahan dari kata kerja bahasa Ibrani "אֶמְחֶ֨ה" (’em-ḥeh) yang berasal dari kata "מָחָה" (machah) yang memiliki gagasan seperti lemak yang menempel pada perkakas yang sulit dihapuskan dan harus dihapus dengan air yang sangat banyak yaitu air bah.
Jadi karena akibat kejahatan manusia yang besar tersebut mengakibatkan hampir semua makhluk hidup pada waktu itu dimusnahkan dengan air bah.

Nuh mendapat kasih karunia Tuhan sehingga ia dan keluarga besarnya dilepaskan dari dahsyatnya air bah, sekali lagi bukan karena kebaikan dan hasil usahanya, seperti yang Paulus katakan:
"sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri" (Ef 2:8‭-‬9).

Begitu pula dengan kita, karena kasih karunia semata sehingga kita juga dibenarkan dan diselamatkan, dan Paulus mengingatkan supaya jangan ada seorangpun yang sombong dan memegahkan dìri.

Paulus berkata : "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati" (Rm 12:1).
Sekali lagi "demi kemuràhan Allah" karena itu kita tidak boleh bermegah, tetapi yang harus kita lakukan ialah mempersembahkan tubuh kita (dirimu) sebagai persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan kepada Allah tanpa terpaksa.


Ayat 9 : NUH ADALAH ORANG YANG BENAR, ORANG YANG SEMPURNA PENUH DAN ORANG YANG BERGAUL DENGAN ALLAH

Penulis kitab Kejadian menarasikan Nuh adalah tokoh yang sempurna dalam kebenaran.
"Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah" (Kej 6:9).

Kata "riwayat" berasal dari kata Ibrani "תּוֹלְדֹ֣ת" (tō-wl-ḏōṯ) yang dapat di terjemahkan dengan kata "sejarah keluarga".

Alkitab mengatakan: "... Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah".

>> Ada tiga hal yang menggambarkan karakter Nuh :

Pertama, Nuh adalah seorang yang benar, dalam teks ibrani "צַדִּ֛יק" (ṣad-dîq).
Kata "צַדִּ֛יק" (ṣad-dîq) berarti "rigtheous" dan bukan "true".
Rigtheous adalah kebenaran yang menggambarkan perilaku seseorang, sedangkan "true" menceritakan hakikat kebenaran.
Seseorang dikatakan "righteous" jika perilakunya sesuai dengan aturan, hukum, tata krama, adat istiadat, kebiasaan yang diterima bersama oleh sebuah komunitas, dsb.

Sedangkan "true" maknanya "benar tanpa perlu pembuktian dengan perilakunya."
Contohnya air mineral itu bening dan tidak perlu dibuktikan supaya orang percaya kebeningannya.

Nuh dikatakan seorang yang benar karena ia menjalankan aturan atau hukum dalam perilakunya. Sebagai buktinya, Alkitab berkata :
"Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya" (Kej 6:22).
Aturan atau hukum yang dilakukan Nuh adalah perintah Allah.
Ia melakukan perintah-Nya "tepat seperti" yang diperintahkan-Nya, dan perintah Allah merupakan hukum yang tertinggi.
Jadi kebenaran yang telah dicapai Nuh karena ia melakukan hukum yang tertinggi sehingga perilaku Nuh dipandang, dilihat, dinilai dan dihakimi oleh Allah sendiri.


Kedua, Nuh orang yang sempurna penuh.
Pada Kitab Kejadian 6:9, dikatakan Nuh ... "tidak bercela," di antara orang-orang sezamannya".

Kata "tidak bercela," dalam teks ibrani di pakai kata (תָּמִ֥ים ; tā-mîm) yang mempunyai makna manusia yang "full perfect" (sempurna penuh) diantara orang-orang sezamannya.

Semua manusia pada jaman Nuh menjalankan hidup yang rusak.
"Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi" (Kej 6:12).

Jadi kata ibrani (תָּמִ֥ים ; tā-mîm) yang disandangkan oleh Nuh menunjukkan kesempurnaan penuh dalam intergeritasnya, kata ini juga menyatakan kedewasaannya yang tidak terpengaruh oleh kejahatan orang-orang sezamannya.
Ia seperti ikan yang hidup di laut dengan air asin melingkupi dirinya, namun tidak terpengaruh menjadi asin.
Karena kesempurnaannya yang penuh, ia pun dideskripsikan sebagai orang yang benar karena perilakunya yang tidak terpengaruh dan rusak oleh kejahatan orang-orang sezamannya, melainkan ia dikendalikan oleh perintah Allah, sehingga Nuh hidup dalam kesempurnaan penuh, kedewasaan penuh dan integritas penuh.


Ketiga, Nuh bergaul dengan Allah
Disamping Nuh memiliki karakter "צַדִּ֛יק" (benar) dan "תָּמִ֥ים" (sempurna penuh), ia juga bergaul dengan Allah.

Kata yang diterjemahkan "bergaul" berasal dari kata Ibrani "הִֽתְהַלֶּךְ" (hiṯ-hal-leḵ) dari kata dasar "הָלַך" (halak) yang berarti "berjalan", yang menyatakan bahwa Nuh berjalan sangat dekat dengan Allah.

Kedekatannya dengan Allah bukan secara fisik tetapi secara batiniah.

Kata bergaul ; "הִֽתְהַלֶּךְ" (hiṯ-hal-leḵ) berarti "to live in close proximity to" (hidup berdekatan dengan ... ) dan menyatakan "maintain cordial relations with" (menjaga hubungan baik dengan ... ). Hubungan baik dan bahkan yang terbaik adalah hubungan yang "cordial" (ramah) didasari dari dan dengan hati.

Penulis Kitab Kejadian hendak menyatakan bahwa Nuh hidupnya diwarnai dengan hubungan kedekatan batiniah dengan Allah.
Hubungan yang sangat akrab, dekat dan dipenuhi keramah-tamahan.

Sabtu, 21 Maret 2020

MENGANDALKAN TUHAN


MENGANDALKAN TUHAN

Disusun oleh : Erwan, S.Adm.,MA.(Can)

Yeremia 17:1-8

Pergumulan nabi oleh karena bangsa yang berdosa

17:1  "Dosa Yehuda telah tertulis dengan pena besi, yang matanya dari intan, terukir pada loh hati mereka dan pada tanduk-tanduk mezbah mereka 17:2  sebagai peringatan terhadap mereka! --Mezbah-mezbah mereka dan tiang-tiang berhala mereka memang ada di samping pohon yang rimbun di atas bukit yang tinggi, 17:3 yakni pegunungan di padang. Harta kekayaanmu dan segala barang perbendaharaanmu akan Kuberikan dirampas sebagai ganjaran atas dosamu di segenap daerahmu. 17:4 Engkau terpaksa lepas tangan dari milik pusakamu yang telah Kuberikan kepadamu, dan Aku akan membuat engkau menjadi budak musuhmu di negeri yang tidak kaukenal, sebab dalam murka-Ku api telah mencetus yang akan menyala untuk selama-lamanya."17:5 Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! 17:6 Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk. 17:7 Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! 17:8 Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.


Sejarah Nabi Yeremia mencakup kurun waktu 40 tahun, dari saat ia dipanggil pada tahun ke-13 pada jaman pemerintahan Raja Yosia (th. 626 sM) sampai jatuhnya Yerusalem th. 587 sM.
Selama 40 th. itu ia bernubuat pada waktu ia berkotbah pada pemerintahan 5 raja Yehuda terakhir, yaitu Raja Yosia, Yoahas, Yoyakim, Yoyakhin dan Zedekia.

Yeremia terkenal melalui kenabiannya melakukan reformasi yang hebat pada jaman masa pemerintahan Raja Yosia, ia bernubuat untuk memperbaiki taraf kehidupan orang Yehuda di berbagai bidang kehidupan. Oleh karena reformasi-reformasi yang dilakukan itu, penduduk Yehuda secara ekonomi makmur.
Mereka menikmati keamanan oleh karena militer yang kuat, sistem pemerintahan yang aman dan sejahtera bagi Yehuda, karena sebelumnya sangat kacau pada masa pemerintahan Raja Manasye. Akan tetapi reformasi di bidang ekonomi, sosial dan militer, tidak diikuti dengan reformasi yang serius di bidang keagamaan atau hal-hal rohani.

Pada masa itu penduduk Yehuda melanjutkan kebiasaan agama kafir sebagiamana yang mereka lakukan pada pemerintahan sebelumnya dan menjadikannya praktek hidup mereka, dengan beribadah kepada Baal, memelihara berhala-berhala pelacuran suci, dan praktek ketidakadilan sosial menjadi praktek hidup yang lazim di Yehuda.
Dalam konteks kehidupan seperti inilah Yeremia bernubuat atas otoritas Tuhan yang diyakininya pasti terjadi. Yeremiapun mengingatkan orang-orang Yehuda tentang bagaimana Tuhan telah memperlihatkan kasih setia-Nya kepada mereka dan disisi lain Yeremia mengkritik penduduk Yehuda dengan keras karena ketidaksetiaan mereka kepada Tuhan.

Yeremia menjadi yakin bahwa Tuhan akan menjatuhkan hukuman atas Yehuda sehingga Yehuda akan mengalami kerugian yang hebat yang disebut berasal dari Asyur dan Babel. Selain itu sekaligus nabi Yeremia berharap dengan berita hukuman maka ada titik balik atau pertobatan Yehuda. Harapannya Yehuda akan bertobat karena itu ia terus mendorong supaya mereka berbalik kepada Tuhan. Inti dari konteks pergumulan penduduk Yehuda adalah sinkretisme dan pengandalan diri.

Namun sangat disayangkan walaupun nubuat sudah diberikan, kenyataannya justru penduduk Yehuda tetap berpaling dari Allah dan berharap kepada Mesir untuk menjamin mereka dari rongrongan bangsa lain.
Mereka lebih mengandalkan manusia dari pada mengandalkan Tuhan.
Karena alasan itulah yang membuat Nabi Yeremia menyerukan agar mereka mau kembali dan hidup mengandalkan Tuhan.

Sebelum kita membahas perihal Yehuda harus kembali mengandalkan Tuhan yang di serukan oleh Nabi Yeremia (Yer. 17:7-8), untuk lebih jelasnya sebaiknya kita mulai membahas dari ayat 1 terlebih dahulu.


Ayat 1-4 : Perbuatan dosa penduduk Yehuda dan akibatnya

Nabi Yeremia menyatakan dengan tegas bahwa orang Yehuda hidup dalam kefasikan yang besar.
Orang Yehuda secara kolektif memilih untuk tetap hidup dalam dosa dan Yeremia menyimbolkannya sebagai perbuatan yang terukir pada mereka yaitu diri mereka.
Penyembahan berhala dan kejahatan semakin merajalela dan menjadi bagian integral dari hidup mereka. Perbuatan mereka berdampak pada mereka akan terhilang dan mengalami kerugian yang tak terelakkan.
Ketidaksetiaan berakibat fatal yakni mereka kehilangan negeri, kehilangan berkat dan hidup dalam ketakutan sebagai bangsa budak. Tuhan memberi vonis berat yakni segala kenikmatan dan kekayaan di tanah perjanjian akan menjadi rampasan orang lain. Mereka akan mengalami kejatuhan besar.
Yang dulunya hidup ada menjadi tiada, yang dulunya hidup berkelimpahan menjadi kekurangan, yang dulunya hidup dalam kemerdekaan menjadi hidup dalam ketakutan sebagai budak.
Persoalan mendasar yang dihadapi oleh orang-orang Yehuda sesungguhnya adalah persoalan hidup yang tidak mengandalkan Tuhan.


Ayat 5-8 : Konsekuensi jika Penduduk Yehuda mau berbalik dan mengandalkan Tuhan
Nabi Yeremia mencoba menyandingkan kepercayaan yang berlawanan yang menghasilkan buah yang berlawanan. Yeremia mengkontraskan kehidupan umat Yehuda yang mengandalkan diri pada kenikmatan sesaat dengan kehidupan orang yang mengandalkan Tuhan.
Bagi Yeremia, mereka yang mengandalkan diri pada manusia serta segala yang ada pada mereka, dilukiskan seperti padang gurun penuh semak bulus yang tidak akan mengalami datangnya keadaan baik.
Bentuk kepercayaan yang berpusat pada diri dan sandaran diri pasti akan bermuara pada kekecewaan dan pasti akan lenyap. Mereka tidak akan mengalami datangnya masa kebaikan. Mereka akan menemui hari hidup dalam ketakutan, kecemasan dan kebinasaan.

Sebaliknya bagi Yeremia mereka yang mengandalkan Tuhan diibaratkan seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air. Bisa jadi pohon yang ditanam pada tepi air akan mengalami masa yang berat saat masa pertumbuhannya tapi ia akan mendapatkan kekuatan dari Tuhan yang membuat akarnya semakin tertancap dalam, berdiri kokoh dan menghasilkan buah.
Dari segi sastra ayat 8 sama dengan Mazmur pasal 1:1 dan 6, kita tidak tahu apakah Yeremia mengutip kitab Mazmur.
Dalam Mazmur ada penggambaran nasib orang benar dan fasik. Orang fasik hidup dan masa depan mereka tidak menentu arahnya, bagaikan sekam yang ditiup angin dan jalannya menuju kebinasaan. Berbeda dengan orang benar, tidak berjalan menurut jalan orang fasik tapi yang menjadikan taurat Tuhan sebuah kesukaan dan merenungkannya siang dan malam.
Lalu tentang nasib mereka dikatakan jalan hidup mereka Tuhan kenal dan selalu menghasilkan buah, sesuai dengan pernyataan "Apa saja yang diperbuatnya berhasil."

Mari kita membahas satu persatu ayat 5-8 :

Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia (ay.5)

Bagian pertama ini begitu tegas dan jelas, bahwa setiap orang yang mengandalkan manusia akan terkutuk.
Apa yang dimaksud dengan mengandalkan manusia?
Bagian ini menjadi jelas apabila kita membaca lebih lanjut ayat 5, bahwa mengandalkan manusia adalah ketika seseorang menjadikan dirinya sebagai pusat pertimbangan, jalan keluar dan orientasi hidup, dengan kata lain hidup mengandalkan diri sendiri berarti sama dengan menjauhkan diri dari Tuhan.

Istilah kutuk dalam bahasa Ibrani אָרַר (aw-rar') yang berarti kutuk, dijijikkan atau dijauhi oleh Allah. Pertanyaannya, apakah yang terjadi jika Allah sendiri merasa jijik melihat kita?
Allah menjauh dan tidak lagi peduli pada kita yang merupakan akibat perbuatan kita sendiri yang merasa tidak membutuhkannya.

Konsekuensi bagi orang yang mengandalkan manusia (ay.6)
Akibat dari mengandalkan manusia atau diri sendiri adalah kesengsaraan hidup bagaikan semak bulus yang tidak mengalami keadaan baik.
Bahkan Yeremia menyamakan kondisi orang yang terkutuk itu bagaikan orang yang tinggal di padang gurun, hidup di padang asin yang tidak berpenduduk.
Kesan yang kuat dari kondisi ini adalah mengalami kehancuran hidup.

Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan (ay.7)

Orang-orang yang mengandalkan Tuhan akan menerima berkat dari Tuhan.
Apakah yang dimaksud dengan mengandalkan Tuhan?
Mereka yang mengandalkan Tuhan adalah mereka yang memiliki ketergantungan dan berpengharapan yang sangat hanya kepada Tuhan.
Artinya, melibatkan Tuhan dalam segala hal yang sedang direncanakan atau yang akan dilakukan.
Mengandalkan berarti "memercayakan diri kepada pribadi yang di percayai tanpa rasa takut, bimbang, kuatir, dsbnya".
Jadi, jika kita mengatakan bahwa kita mengandalkan Tuhan, berarti kita memercayakan diri kita kepada Tuhan tanpa ada rasa takut, bimbang dan kuatir.
Pemahaman ini berasal dari kata dasar bahasa Ibrani "בָּטַח" (batach) yang memiliki pengertian "memercayakan diri kepada seseorang tanpa rasa takut, bimbang, kuatir, dsbnya".

Kemudian kata "diberkati" dalam bahasa Ibrani בָּרַךְ (barak) yang berarti diberkati, berlutut di hadapan Allah dan atau menjalin kedekatan yang sangat kuat.
Istilah ini sama dengan yang dipakai pada saat Tuhan memberkati Abraham (“TUHAN kemudian memberkati Abrahan”) yang juga bermakna menjalin hubungan yang sangat dekat dengan Allah sehingga ia disebut sahabat Allah.
Orang yang mengandalkan Tuhan akan diberkati.
Ini berarti Tuhan mendekatkan jarak denganNya atau menjalin hubungan yang dalam dengan seorang yang diberkati.

Konsekuensi bagi orang yang mengandalkan Tuhan (ay.8)

Tuhan memberkati orang yang mengandalkan Dia, dan akibat kesediaan orang mengandalkan Tuhan dikatakan hidup orang tersebut bagaikan pohon ditepi air, yang berarti mudah menjalani kehidupan dan tidak mengalami kekurangan.
Bahkan yang luar biasa dari mengandalkan Tuhan adalah tidak mengalami kekuatiran terhadap masalah yang akan datang sebab segala sesuatu akan jadi berhasil (menghasilkan buah).

Jadi hanya mereka yang mengandalkan Tuhan-lah yang diberkati dan mengalami hubungan yang intim dan dalam dengan Tuhan.


Kesimpulan
Tuhan mengajar kita supaya kita tidak mengandalkan manusia, karena manusia dapat mengecewakan, ingkar janji dan memiliki kemampuan yang terbatas.
Berbeda dengan Tuhan yang selalu menepati janji-NYA dan Ia tidak pernah mengingkari janji-NYA.
Tuhan adalah pribadi yang Maha Kuasa dan tidak ada yang dapat membatasi kuasa-NYA.
TUHAN sanggup memberikan pertolongan sesulit atau seberat apa pun persoalan hidup kita disaat bagaimanapun, kapan pun dan dimana pun kita membutuhkan pertolongan-NYA.
TUHAN adalah pribadi yang dapat diandalkan.

Nb. 
*Jika ada pertanyaan hub. Wa: 082157116469
*Materi lainnya klik : erwanmusa.blogspot.com

Kamis, 12 Maret 2020

TAWANAN ROH

TAWANAN ROH


Kisah Para Rasul 20:1-38
(Ayat 22) Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa
yang akan terjadi atas diriku di situ.
(Ayat 23)  selain dari pada yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa
penjara dan sengsara menunggu aku.
(Ayat 24) Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis
akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus
kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.


Devinisi Tawanan :
▪ Tawanan adalah orang yang ditawan atau ditangkap.
▪ Kata tawanan sering dijumpai dalam suatu peperangan, pihak yang kalah akan menjadi tawanan pihak yang menang.
▪ Tawanan tidak bisa berbuat apa-apa.
▪ Nasib tawanan ada di pihak yang menawan
▪ Menjadi tawanan berarti kita tidak mempunyai  hak dan kebebasan mengatur hidup kita lagi
▪ Tawanan roh artinya hidup seseorang dikuasai dan dipimpin oleh Roh Kudus dan Roh Kudus memimpin semua orang percaya di dalam kebenaran Firman.
> Ia tidak pernah memimpin kita untuk melawan atau menyimpang dari prinsip Firman Tuhan.
▪ Paulus mengatakan bahwa dirinya adalah seorang tawanan Roh.
▪ Nasibnya ada di tangan Roh yang menguasainya.
▪ Roh yang dimaksud Paulus adalah Roh Kudus atau Tuhan.
▪ Paulus tahu apa yang harus dilakukannya sebagai tawanan yaitu mencapai garis akhir.
▪ Ia harus menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus untuk bersaksi tentang Injil kasih karunia Allah (ayat 24).

Kriteria Tawanan Roh :
-- Siap untuk menerima konsekwensi dengan harga yang harus di bayar
-- Disamping itu harus memiliki penyangkalan diri demi melakukan kehendak Tuhan
( Paulus rindu ke Roma dan satu saat di tahan untuk diam di satu kota )
▪ Ketika kita mengambil keputusan percaya kepada Tuhan Yesus, sesungguhnya kita menjadi tawanan roh (Kisah Para Rasul 20:22)
▪ Karena kita telah di beli sehingga hidup kita mutlak milik Kristus dan kita wajib hanya hidup bagi Dia (1 Kor. 5:20)

▪ Jadi sesungguhnya semua orang yang percaya kepada Kristus adalah Tawanan Roh.
▪ Roh Kudus yang Tuhan berikan kepada setiap orang percaya adalah pribadi yang menawan dan berkuasa atasnya.
▪ Roh Kudus akan menuntun setiap orang yang menjadi Tawanan Roh berjalan di dalam kebenaran Tuhan dan melakukan seluruh perintah-Nya.

▪ Tidak sedikit orang Kristen yang hidupnya ada di bawah pengaturan diri sendiri.
▪ Sebenarnya orang seperti ini tanpa sadar telah disesatkan oleh roh jahat, sehingga mereka tidak mengalami rencana Allah yang harus digenapi dalam hidup mereka.
▪ Ada gereja yg hadir dengan segudang program yang tidak dikonfirmasikan dengan Allah, mendengar suara Tuhan untuk mengetahui kehendak Tuhan telah diganti oleh sistem lain yang dianggap lebih canggih, yaitu pola kerja hasil karya rasio manusia.

▪ Dalam kehidupan pribadi, tidak banyak orang yang mendiskusikan rencana, cita-cita dan keinginan hatinya dengan Tuhan.
▪ Banyak orang berjalan sesuai dengan selera, perhitungan dan keinginannya sendiri.
Memang kita tidak selalu bertanya apa yang harus kita lakukan.
▪ Tetapi seseorang yang mengerti kebenaran Firman Tuhan dan berhasrat dengan sungguh-sungguh mau menyenangkan hati Tuhan, pasti memiliki kepekaan untuk membedakan apakah sesuatu yang dilakukan sesuai kehendak-Nya atau tidak.
▪ Yang membuat kita sulit mengerti kehendak Tuhan adalah karena kita telah memplot apa yang kita ingini.
▪ Semakin memplot apa yang kita ingini, maka sesungguhnya makin sulit menangkap atau makin bingung mengerti kehendak Tuhan.
▪ Tetapi semakin seseorang memiliki kesediaan menyerah kepada kehendak Tuhan dan berkerinduan menyenangkan hati-Nya, semakin ia peka mengerti apa yang Tuhan kehendaki dan tidak berjalan sesuka hati dan pikirannya.
▪ Berkenaan dengan hal ini, Yakobus menasihati kita agar kita tidak melupakan Tuhan dalam setiap perencanaan.
Oleh sebab itu setiap rencana kita harus dimulai dengan kalimat:
Jika Tuhan menghendakinya (Yakobus 4:13-17)
▪ Seorang yang mau menjalani hidup baru dalam Tuhan ditandai dengan hidup dalam penurutan terhadap kehendak Tuhan Yesus. -------> pisteuo
Tuhan Yesus sebagai gembala yang baik menuntun kita dalam segala hal, supaya kita menikmati damai sejahtera dan berkat-Nya.
▪ Ketidaktepatan memiliki resiko yang berat ----> Yunus
Oleh sebab itu anak-anak Tuhan dalam menyusun rencana, harus dalam pimpinan Tuhan.
Ex : Nuh, Abraham dll

▪ Ada kebiasaan orang datang kepada Tuhan untuk supaya Tuhan memberkati rencananya.
Hal ini sesungguhnya sama dengan meminta legitimasi (pengesahan), tanpa terlebih dahulu mohon konfirmasi (persetujuan).
▪ Ini adalah sikap mengatur Tuhan.

▪ Latihan demi latihan untuk menangkap dan menemukan pimpinan-Nya membuat kita semakin peka, sehingga dalam segala hal kita dapat berjalan menurut pimpinan-Nya.
Sampai taraf ini sesungguh kita sudah menjadi tawanan Roh.
▪ Untuk itu mulai sekarang kita harus mulai mempercakapkan apa yang terjadi dalam hidup kita, rencana-rencana, kerinduan, keinginan dan segala hal dalam hidup ini dengan Tuhan.
▪ Sebagaimana tokoh-tokoh iman dalam Alkitab begitu karib dengan Allah dan menerima pimpinan-Nya secara konkret.
▪ Kebiasaan seperti ini akan membuat kita tidak akan melangkah tanpa doa dan tanpa memohon pimpinan Tuhan, justru akan membuat kita menjadi terbiasa bergaul dengan Allah
Ex : Nuh, Yesus, Paulus dll

Rasul Paulus memberi sebuah keteladanan hidup yang sepenuhnya dipimpin oleh Roh Kudus, bahkan ia menyebut dirinya sebagai tawanan Roh.
Karena menjadi tawanan Roh berarti hidup Paulus sepenuhnya dikendalikan oleh Roh Kudus.  Terbukti:  Paulus rela meninggalkan segala-galanya demi Kristus  (Filipi 3:7-8), rela menderita demi Injil dan menyerahkan seluruh hidupnya secara penuh untuk melayani Tuhan sampai garis akhir hidupnya.




Rabu, 11 Maret 2020

MEMBANGUN HIDUP BERKENAN DAN DICINTAI ALLAH

MEMBANGUN HIDUP BERKENAN DAN DICINTAI ALLAH



"Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan" (Ayub 1:1)

Ayub mencintai Allah lebih dari hidupnya, sehingga Allahpun sangat mencintainya


■ 4 Hal yang membuat Allah mencintai Ayub :


● # Pertama, Ayub berkarakter saleh.
Kata "saleh" (ibr)  תָּ֧ם ; tām, yang berarti "blameless" (tak bercela) atau "perfect".
Ayub tetap hidup tidak bercela ketika iblis membuat Ayub menjadi melarat dan sakit hebat, namun Ayub tetap mencintai Allah dengan sempurna.
Penulis kitab Ayub menulis : "... Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya" (Ayub 2:10) dan "tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut"  (Ayub 1:22). 


● # Kedua, Ayub berkarakter jujur.
Kata (Ibr) jujur sama artinya dengan lurus.
Karakter Ayub "lurus" ke atas menembus hati Allah.
Peringatan Paulus kepada jemaat di Filipi:
"Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia" (Flp 2:14‭-‬15). Kata lurus lawan katanya " bengkok hati", dan orang yang hidup lurus sama dengan "orang yang bercahaya di antara orang-orang yang bengkok hati dan sesat, seperti bintang-bintang di dunia".


# Ketiga, Ayub berkarakter "takut akan Allah". 
Frasa "Takut akan Allah" di sini bukan takut seperti kepada Iblis, tetapi takut karena hormat kepada Allah yang merupakan cerminan sebagai seorang yang saleh dan jujur.
Tidak ada orang Takut akan Allah tetapi hidupnya tidak saleh dan tidak jujur, karena ketiga hal tersebut terikat menjadi satu kesatuan.
Di tengah derita kemelaratan dan sakit yang hebat, Ayub tetap bereaksi dengan benar :
"Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, katanya: “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan !" (Ayub 1:20‭-‬21).


# Keempat, Ayub berkarakter "menjauhi kejahatan". 
Dalam frasa Ibrani kata "menjauhi kejahatan adalah satu kesatuan dengan kesalehan, kejujuran dan takut akan Allah.
Keempat-empatnya menyempurnakan karakter Ayub. Ketika hujatan yang istrinya sarankan, Alkitab mencatat Ayub tetap membangun hidupnya dengan benar :
"Maka berkatalah isterinya kepadanya: “Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!” Tetapi jawab Ayub kepadanya: “Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya" (Ayub 2:9‭-‬10).



Kesimpulan :
Kesempurnaan karakter Ayub dengan membangun hidup dalam kesalehan, kejujuran, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan, membuat ia berkenan dan di cintai oleh Allah.

MEMBANGUN HIDUP BERKARAKTER ILAHI

MEMBANGUN HIDUP BERKARAKTER ILAHI



Setiap orang percaya harus berkarakter Ilahi dan karakter setiap orang tidak dihasilkan dari faktor keturunan, sebagai contohnya, orang tua yang rajin tidak otomatis anaknya rajin pula.
Kerajinan seseorang dikondisikan oleh orang tua atau diri sendiri.
Jadi karakter seseorang terbentuk dari proses sebuah perbuatan yang menetap yang terus menerus di lakukan hingga menjadi gaya hidup.
Demikian pula dengan karakter Ilahi.


Ayub berkarakter ilahi, sebagai buktinya Alkitab berkata bahwa ia hidup saleh, jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan" (Ayub 1:1,8)


Alkitab juga mencatat, bahwa Setiap kali, apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub memanggil anak-anaknya, dan menguduskan mereka dengan cara mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah anaknya, karena pikirnya : Mungkin anak-anakku telah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati. 
Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa (Ayub 1:5). 


Menguduskan dengan mempersembahkan korban yang dilakukan senantiasa oleh Ayub, membentuk sebuah karakter ilahi, karena perbuatannya tersebut menyatakan kesalehannya, kejujurannya, sikap takut kepada Allahnya dan sebagai wujud ia menjauhi kejahatan.


Jadi karakter ilahi harus dibentuk, dan bukan di hasilkan secara otomatis sebagai pembawaan sejak lahir.


Agar karakter Ayub semakin luar biasa, maka karakternya diuji atau diasah atas seijin Allah oleh iblis, dengan tujuan supaya karakter ilahi yang dimiliki oleh Ayub murni seperti emas, dan bukan di hasilkan karena kekayaan yang dimilikinya atau kesehatannya seperti yang di tuduhkan iblis kepadanya (Ayub 1:9-11; 2:4-5)


Iblis menguji Ayub hingga menjadi miskin dan sakit parah (ada yang menafsirkan penyakit yang di derita Ayub adalah "Stevenson Johnson syndrome").
Ternyata Ayub bisa lulus dari ujian yang iblis lakukan, ia tetap memiliki karakter ilahi, walaupun ia menjadi miskin dan sakit parah (Ayub 1:20-21; 2:10).


Ia pun juga menjawab dengan bijaksana tuduhan tiga sahabatnya yang berkata bahwa segala kesulitan dan penderitaan yang Ayub alami, semua disebabkan karena ia telah berdosa melawan Allah, namun Ayub dengan bijak menjawab :
"Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas" (Ayub 23:10).

Ayub bersikap demikian, karena ia memahami bahwa tujuan Allah mengijinkan ujian yang ia alami adalah untuk maksud supaya ia memiliki karakter yang murni seperti emas yaitu karakter Ilahi.


Ayub adalah orang yang memiliki karakter ilahi dan ia layak menjadi contoh dan teladan bagi kita.