Jumat, 22 Oktober 2021

MEMBANGUN BERSAMA TUHAN (Maz.127:1-5)

 


📖 MEMBANGUN BERSAMA TUHAN (Maz.127:1-5)

Oleh : Pdt. Erwan

● MAZMUR 127:1
Nyanyian ziarah Salomo.
Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.

📚 secara umum ayat tersebut memiliki makna :
Tanpa Tuhan semua yang kita bangun atau kerjakan sia-sia, dan secara spesifik sesungguhnya ayat ini berbicara membangun generasi.
Kata "membangun" dalam teks ibrani pada ayat ini dipakai kata “Banah”, yang sebenarnya memiliki makna membangun keturunan atau generasi (lihat ayat selanjutnya 3-5)

👉 Implementasi yang Tuhan kehendaki pada konteks ayat ini adalah ketika kita membangun generasi dan hal apa saja khususnya hidup kita, kita harus membangun bersama Tuhan, yaitu menggunakan cara, pola atau jalan-jalan-Nya, bukan menggunakan jalan atau pikiran kita sendiri.

📚 Pada surat Roma 8:28 disana tertulis :
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

👉 Kalimat “Allah turut bekerja” dalam teks aslinya (bhs.yunani) adalah sunergei (συνεργεῖ), berasal dari akar kata sunergeo (συνεργέω).
▪ Kata sunergeo merupakan gabungan dari dua kata, yaitu : sun dan ergon.
▪ Sun artinya bersama-sama, sedangkan ergon artinya bekerja atau melakukan sesuatu yang berkesinambungan atau terus menerus
▪ Jadi kata sunergei berarti 'he works together' (= ia bekerja bersama-sama).
~> bisa juga berarti : menolong

▪ Kata sunergei menunjuk kepada kegiatan yang berlangsung terus menerus bagi orang-orang yg mengasihi Dia dan hidup dlm rencanaNya.
Artinya, janji ini hanya di sediakan bagi orang yg mengasihi Tuhan dan yg hidup dlm rencanaNya*
📌 Contoh : Henokh, Nuh, Paulus, Yesus


👉 Keuntungan kita membangun bersama Tuhan ialah kita akan memiliki hubungan yg semakin dekat atau intim dg Tuhan dan kita jg senantiasa hidup dengan hikmat-Nya dlm segala keadaan.

📚 Kemudian makna kata "sia-sia usaha orang yg membangunnya"
👉 Terj. AYT : orang-orang yang membangunnya bekerja keras dalam kesia-siaan
👉 Terj. MILT : mereka yang membangunnya telah berjerih lelah atasnya dalam kesia-siaan

 Makna kata "sia-sia" adalah "bersifat sementara, rapuh, atau tidak permanen"

⚫ KESIMPULAN :
Frasa kunci dalam Mazmur Salomo ini adalah “Jikalau bukan Tuhan yang ...”
Artinya jika bukan Tuhan yang memberkati kita (campur tangan Tuhan dlm hidup dan seluruh aktivitas kita), sekalipun semua yg kita lakukan tampaknya berjalan seperti biasanya, dan seberapa keras pun usaha yg kita lakukan, tidak akan membuat kita, keluarga, usaha atau apapun yg kita lakukan dapat bertahan, semuanya rapuh atau sia-sia, dan tragisnya akan berakhir dg kekecewaan dan kegagalan.

Sebaliknya, hanya yang berasal dari Allah dan yg diberkati oleh-Nya (ada senantiasa campur tangan Tuhan), akan benar-benar memiliki hidup yg berarti, sehingga ketika ada persoalan hidup, kita akan menghadapinya dg kekuatan dan hikmat-Nya, dan dampaknya kita akan tetap kuat bersama Tuhan.

Intinya adalah pada saat kita membangun hal apa saja, kita harus memastikan bahwa kita membangun sesuai dengan polanya Allah, bukan menurut gagasan, rencana, atau usaha manusia.

📚 Efesus 5:15 TB 
Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif.

Kata “bagaimana kamu hidup” mempunyai makna "kehidupan yang terjaga".
Artinya kehidupan yg sesuai dg pola atau standar kebenaran Tuhan.
Implementasinya ialah kita harus menjaga hidup kita dlm sgl aspek, baik dlm pikiran, perkataan, dan sikap kita, agar selalu sesuai dengan kebenaranNya.
Mazmur 119:105 berkata, "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku."

Jadi Kebenaran, “Jikalau bukan TUHAN yang..., sia-sialah...” harus diberlakukan dalam berbagai sisi kehidupan kita, seperti dalam kehidupan pernikahan, membesarkan anak, membangun relasi, pelayanan dimana saja dan aktivitas lainnya.... Amin

JIKA TUHAN TIDAK IKUT CAMPUR TANGAN DALAM HIDUP KITA MAKA SIA-SIA SEGALANYA
erwan musa.blogspot.com

Kamis, 07 Oktober 2021

BERTEKUN DALAM PENGAJARAN DAN DALAM PERSEKUTUAN ADALAH HAL MUTLAK UNTUK BERTUMBUH DAN BERBUAH (Kis.2:42)

 


■ BERTEKUN DALAM PENGAJARAN DAN DALAM PERSEKUTUAN ADALAH HAL MUTLAK UNTUK BERTUMBUH DAN BERBUAH (Kis.2:42)

Oleh : Pdt. Erwan Musa


📖 Kisah Para Rasul 2.42a
LAI TB : Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan, ….

TSI : Mereka rajin mempelajari ajaran para rasul, dan sering berkumpul dalam persekutuan, ..

MILT : Dan mereka hidup dengan terus bertekun dalam pengajaran para rasul, dan dalam persekutuan, ...

Shellabear : Mereka semua tetap belajar dari rasul-rasul dan tetap bersatu dalam kelompok orang-orang beriman, ...


● Setelah Roh Kudus dicurahkan pada hari Pentakosta, Rasul Petrus berkotbah dan jumlah orang percaya bertambah 3000 orang bertobat dan memberi diri dibaptis.
Inilah jemaat mula-mula yg tercatat pada Kisah Para Rasul 2:41-47, yg merupakan respon orang-orang tsb terhadap kotbah Rasul Petrus.

Setelah mereka percaya (ayat 41), kemudian mereka mengembangkan sebuah komunitas persekutuan yg berpusat pada Kristus.
Lalu hal penting yg mereka lakukan sebagai kumpulan orang percaya yang baru lahir tersebut ialah
mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan.

👉 Bertekun dalam pengajaran rasul-rasul
Kata "bertekun" (yun) προσκαρτεροῦντες ; proskarterountes verb - present active participle - nominative plural masculine, kata kerja ini berasal dari kata dasar proskartereo yg menjelaskan kebiasaan jemaat secara konsisten, terfokus dan terarah pada pengajaran rasul-rasul.
Artinya jemaat mula-mula menaklukan diri mereka di bawah kepemimpinan para rasul dan secara konsisten mereka hidup di dalam pengajaran rasul.
Dengan kata lain mereka rajin, giat, bersungguh-sungguh dan disiplin dengan ajaran para rasul.


Mengapa mereka harus bertekun dalam pengajaran rasul-rasul ... ?
Pertama, tentu sebagai bayi rohani yang baru lahir mereka perlu makanan rohani untuk bertumbuh.
Kedua, untuk memenuhi Amanat Agung : memuridkan semua bangsa (membaptis dan mengajar), mereka harus terlebih dahulu belajar sebelum mengajar.
Amanat Agung yang Tuhan Yesus berikan (Mat. 28:19-20), dalam tata bahasa Yunani hanya memiliki 1 kata kerja utama, yaitu: memuridkan, sedangkan
membaptis dan mengajar merupakan kata kerja present participle yang artinya kata kerja yang menerangkan kata kerja utamanya (memuridkan)
Secara sederhana dapat disimpulkan: memuridkan semua bangsa dengan cara: membaptis dan mengajar (kedua hal tsb harus terus berjalan bersama, tdk hanya menargetkan sampai jumlah orang yg di baptis)

Sayangnya banyak orang tidak mau belajar tapi mau mengajar atau bahkan menolak untuk belajar.
🎼 Riset : Untuk menggubah 1 lagu, seorang musikus harus terlebih dahulu mendengarkan 1,000 lagu.

Jadi proses belajar merupakan hal yg sangat mutlak agar dapat bertumbuh dalam pemahaman pada kebenaran dan pengenalan kpd Tuhan sehingga menghasilkan buah, sebagaimana yg Tuhan kehendaki bagi setiap orang percaya.

👉 Bertekun dalam persekutuan
Kata persekutuan dlm bhs Yunani : κοινωνίᾳ ; koinōnia memiliki arti dasar asosiasi, kemitraan, keintiman, atau berbagi.
Persekutuan kita dengan Kristus (1 Kor 10:16) membuat kita terikat dalam persekutuan dengan sesama orang percaya (1 Yoh 1:3).
Koinonia terjadi apabila sejumlah orang berkumpul dan saling berbagi.
Koinonia berasal dari akar kata Κοινή ; koine, yg berarti "sesuatu yg sama dan menyatukan".
Jadi persekutuan adalah kumpulan orang-orang yg memiliki suatu kesamaan yg menyatukan, tentunya dalam lingkup kebenaran.

📇 Catatan : Koinonia dlm persekutuan bukan hanya sekedar orang berkumpul tetapi menjadi persekutuan orang-orang percaya yg di persatukan krn meresponi anugerah keselamatan yg Allah berikan melalui Tuhan Yesus.

KESIMPULAN :
Mari kita memiliki *cara hidup jemaat yang pertama* (Kis. 2:41-47), yaitu senantiasa bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan yg benar.
Bacalah Alkitab dengan teliti, tekun dan benar, pelajari dan berusaha memahami maksud dan makna yg sebenarnya, dan terus membangun hati yang lapar dan haus akan kebenaran. 

Jumat, 01 Oktober 2021

DOSA YANG TIDAK BISA DIHAPUS OLEH KORBAN APAPUN DALAM KONTEKS SURAT IBRANI 10:26-29 (Eksposisi)

 ■ DOSA YANG TIDAK BISA DIHAPUS OLEH KORBAN APAPUN DALAM KONTEKS SURAT IBRANI 10:26-29 (Eksposisi)

Oleh : Erwan Musa

Disamping ada dosa yang tidak terampuni yang tercatat pada Injil Matius 12:31-32, yaitu menghujat atau menentang Roh Kudus, Alkitab juga mencatat bahwa ada dosa yang tidak bisa di hapus oleh korban apapun yang tertulis pada Surat Ibrani 10:26.

LAI TB : Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu.

● TSI (2014) : Karena kalau kita terus dan sengaja berbuat dosa sesudah kita menerima berita benar tentang semua yang Kristus sudah lakukan bagi kita, maka tidak ada lagi kurban yang bisa menghapus dosa tersebut.


📚 ETIMOLOGI
▪ Kata ”sengaja” pada ayat ini dipakai kata (yun) Ἐκουσίως ; ekousiōs berasal dari kata "hekousios" yang memiliki makna melakukan sesuatu dengan sukarela, disengaja dan diinginkan.

▪ Kata "berbuat dosa" (yun) ἁμαρτανόντων ; amartanontōn memiliki makna berbuat dosa dan dipakai menyatakan suatu kondisi yang berdosa.
Kondisi berdosa ini adalah suatu kejatuhan dalam hal iman kepada Kristus dan akan membawa kepada penghukuman yang kekal.

▪ Kata “menerima” pada ayat ini dipakai kata (yun) λαβειν ; labein dengan bentuk kalimat aorist infinitif aktif dari kata dasar ”lambano" yang berarti mengambil, menerima dan memiliki.
~> Jadi makna yang terdapat di dalam kata “labein” adalah dulu pernah mengambil, menerima dan memiliki.
Kata ini kemudian diikuti dengan preposisi bahasa (yun) μετὰ ; meta yang mengandung makna temporal, yaitu setelah.

▪ Lalu kata "pengetahuan" (yun) ἐπίγνωσιν ; (epignōsin) di samping berarti pengetahuan, kata ini juga memiliki makna pengenalan.

▪ Kemudian kata "kebenaran" (yun) Aletheia, memiliki arti kebenaran, yang dalam konteks ayat ini jika dipadukan dengan kata “Epignosis” sehingga bermakna pengetahuan akan kebenaran dari Injil yang absolut (mutlak) dan final.

▪ Kata ἀπολείπεται ; apoleipetai memiliki bentuk present indikatif pasif, yang bermakna ditinggalkan atau disisakan (pengertian kata ini menolong kita untuk memahami kata "untuk menghapus" dosa pada konteks ayat ini)

▪ kemudian yang terakhir adalah kata “korban" (yun) θυσία ; thusia, yang dapat diterjemahkan sebagai pengorbanan, persembahan dan tindakan persembahan.

⌨ Jadi setelah kita mengetahui dan memahami dengan jelas arti dari kata-kata yang penting diatas, maka kita dapat mengetahui dan menyimpulkan makna sebenarnya dari ayat tersebut.
Maknanya adalah :
"jika seseorang dengan sukarela dan sengaja, walaupun dulu sudah pernah menerima dan memiliki kebenaran Kristus di dalam kehidupannya tetapi menginginkan untuk meninggalkan imannya kepada Kristus, maka orang tersebut telah berbuat dosa dan tidak ada lagi korban untuk menghapus dosanya tersebut."


📖 Konteks ayat diatas, penulis surat ini sedang berbicara tentang hal meninggalkan Kristus yang telah diingatkan dalam Ibrani 6:4-8 :
6:4  : Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus,   
6:5  : dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, 
6:6 : namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum. 
6:7 : Sebab tanah yang menghisap air hujan yang sering turun ke atasnya, dan yang menghasilkan tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi mereka yang mengerjakannya, menerima berkat dari Allah; 
6:8 : tetapi jikalau tanah itu menghasilkan semak duri dan rumput duri, tidaklah ia berguna dan sudah dekat pada kutuk, yang berakhir dengan pembakaran.

📖 Ibrani 3:12
"Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup."

📚 Kemurtadan (yun) αποστασια ; apostasia, dipakai dua kali dalam PB sebagai kata benda (Kis 21:21; 2Tes 2:3) dan di dalam Ibr 3:12 dalam bentuk kata kerja (yun) ἀφίστημι ; aphistémi yang memiliki makna (go away =menyingkir, revolt= memberontak dan deserted= mengundurkan diri, abstain = tidak hadir/bersama).  
Dari penjelasan dalam bahasa aslinya/Yunani, kita dapat mengartikan murtad sebagai sikap pribadi yang bebas untuk hidup memberontak, mengundurkan diri, tidak bersama lagi dari Allah yang hidup.
Dalam versi lain juga diterjemahkan sebagai "berbalik dari".
Istilah Yunani ini ditegaskan sebagai tindakan meninggalkan, berkhianat, memberontak, mengundurkan diri atau berbalik meninggalkan sesuatu yang dahulu diikuti.

Jadi menjadi murtad berarti memutuskan hubungan keselamatan dengan Kristus atau mengundurkan diri dari persekutuan yang sangat penting dengan Dia dan iman yang sejati kepada-Nya
Hal ini dalam pengertian Kristen berarti orang tersebut posisinya ada diluar Kristus.

Dengan demikian kemurtadan pribadi hanya dapat terjadi pada seseorang yang sebelumnya sudah mengalami keselamatan, kelahiran baru, dan pembaharuan hidup melalui Roh Kudus (bd. Luk 8:13; Ibr 6:4-5)

● Ibrani 10:28-29
Jika ada orang yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas kasihan atas keterangan dua atau tiga orang saksi. Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?

Ayat-ayat ini berbicara tentang orang-orang yang seperti Yudas, yang telah mendengar kebenaran tapi menolaknya.
Yudas menghabiskan waktu bersama-sama Tuhan Yesus. Dia tak hanya mendengar kebenaran, tapi melihat dan bersama-sama Sang Kasih Karunia dan Kebenaran itu secara langsung.
Tapi ia menolak Yesus sebagai Tuhannya.
Dia tak pernah menganggap Yesus lebih dari sekedar ‘rabbi’.
Menganggap dan memanggil Yesus dengan sebutan rabbi sebenarnya adalah penghinaan, bahkan lebih dari itu, adalah ketidakpercayaan.

Yesus datang memberikan hidup-Nya untuk Yudas tapi Yudas tak tertarik. Dia lebih tertarik pada kehidupannya yang penuh dosa keserakahan dan pengkhianatan.
Saya percaya Yudas punya banyak kesempatan untuk bertobat (mengubah pikirannya) dan meletakkan imannya pada Yesus. Tapi ia tak melakukannya.

Yesus mati untuk Yudas. Apalagi yang bisa Yesus lakukan selain itu? Tak ada. Tak ada persembahan lain untuk menghapus dosa selain apa yang telah Yesus sediakan. Menolak Yesus sebagai Tuhan berarti menginjak-injak Anak Allah dan menganggap najis darah-Nya = menganggap darah-Nya setara dengan darah hewan.

📋Catatan dan Kesimpulan :
Konteks "dosa yang tidak bisa di hapus oleh korban apapun" pada Surat Ibrani 10:26 adalah dosa kemurtadan atau meninggalkan Yesus, tetapi bukan berarti selain dosa kemurtadan dapat di sahkan atau di halalkan untuk dilakukan.
Artinya terhadap dosa tidak ada kompromi!
Alkitab memerintahkan kepada seluruh orang percaya bahwa kita harus mematikan, membuang dan meninggalkan dosa.
📖 Roma 14:12
▪ LAI TB : Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah. 
▪ TSI (2014) Jadi, setiap kita akan mempertanggung-jawabkan semua perbuatan kita kepada Allah.