Sabtu, 14 September 2019

YESUS MENYEMBUHKAN SEORANG YANG SAKIT KUSTA


YESUS MENYEMBUHKAN SEORANG YANG SAKIT KUSTA

( Mat. 8:1-4 ; Mark. 1:40-45 ; Luk. 5:12-16 )

Oleh : Pdt. Erwan Musa



Matius 8:1-4 :
8:1 Setelah Yesus turun dari bukit, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia.
8:2 Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku."
8:3 Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya.
8:4 Lalu Yesus berkata kepadanya: "Ingatlah, jangan engkau memberitahukan hal ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah persembahan yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka."

Markus 1:40-45 :
1:40 Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku."
1:41 Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir."
1:42 Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir.
1:43 Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras:
1:44 "Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka."
1:45 Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru

Lukas 5:12-16 :
5:12 Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ ada seorang yang penuh kusta.  Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia dan memohon: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku."
5:13 Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya.
5:14 Yesus melarang orang itu memberitahukannya kepada siapapun juga dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka."
5:15 Tetapi kabar tentang Yesus makin jauh tersiar dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka.
5:16 Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa

=> Dari pembacaan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa ada 3 peran tokoh yang dapat kita pelajari : Yesus, orang kusta dan banyak orang yg mengikuti Yesus (murid, farisi dll)
▪ Sebelum kita mempelajari 3 peran tokoh diatas, sebaiknya kita mempelajari terlebih dahulu keadaan/situasi, tradisi, budaya, tentang perlakuan dan penderita kusta pada waktu tsb.


● PENDAHULUAN :

▪ Agama Yahudi sangat menekankan kekudusan dan sangat mengagungkan aturan-aturan dan budaya atau tradisi yang berlaku, sehingga mereka sangat menjaga diri agar tetap kudus di hadapan Tuhan (konsep yg mereka miliki)
▪ Dan mereka sangat berusaha melakukan segala hukum-hukum yg berlaku tersebut tanpa syarat.
▪ Oleh karena itu mereka yang ‘kudus’ tidak boleh hidup bersama dengan orang yang ‘tidak kudus’. ▪ Siapa sajakah orang yang tidak kudus menurut mereka ... ? 
▪ Mereka adalah orang yang tidak mau menyembah Allah, mereka yang tidak mengenal Allah (kafir) dan mereka yang terkena hukuman atau kutukan Allah (najis).
▪ Dan salah satu yang mereka anggap najis adalah orang yang menderita penyakit kusta.
▪ karena penyakit kusta dipahami sebagai suatu hukuman atau kutukan Allah kepada orang-orang yang menentang Allah atau berdosa.

▪ Dalam PL Kusta dikisahkan sebagai gambaran hukuman Allah bagi dosa;
Miriam, Gehazi dan Uzia.
~ Miryam dihukum Tuhan dengan penyakit kusta karena mengata-ngatai dan iri hati terhadap Musa ~ Bil 12:1-2;9-10
~ Gehazi (bujang Elisa) dihukum dengan kusta karena meminta pemberian dari Naaman yang sebelumnya sudah ditolak Elisa ~ 2 Raj 5 :21-27
~ Raja Uzia dihukum dg kusta hingga mati karena berubah setia kepada Tuhan ~ 2 Taw 26:16-21

▪ Karena itulah maka orang Yahudi selalu beranggapan bahwa penyakit kusta adalah penyakit dari Tuhan bagi orang-orang berdosa.
▪ Para rabi Yahudi, berprinsip bahwa penyakit kusta adalah satu-satunya pe­nyakit yang tidak bisa disembuhkan dan hanya Tuhan yang bisa menyembuhkan



● KUSTA MENURUT ILMU KEDOKTERAN/MEDIS :

▪ Menurut ilmu kedokteran, Ada 3 macam penyakit kusta :
~ Pertama adalah jenis kusta yang disebut nodular atau tubercular.
Jenis ini mulai dengan rasa letih sekali dan sakit di tulang-tulang sendi, lalu timbullah bintik-bintik di tulang punggung, dan kemudian muncullah benjolan-benjolan pada bintik-bintik tersebut yang berwarna merah muda, lama kelamaan berubah menjadi coklat.
Setelah bejolan-benjolan tersebut menjalar, maka wajah bisa berubah bagaikan wajah singa.
Dari benjolan-benjolan tersebut keluar nanah yang berbau busuk.
Rata-rata orang yang menderita penyakit ini bertahan selama sembilan (9) tahun lalu meninggal. Penderita menjadi menjijikkan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.
~ Kedua adalah jenis kusta anestesis,
Gejala-gejala awalnya hampir sama dengan jenis yang pertama, namun pada jenis ini saraf juga ikut diserang, dan setiap saraf yang diserang akan mati rasa.
Saat penyakit ini berkembang, luka-luka di saraf akan melepuh.
Otot-otot melemah, urat-urat mengerut sehingga lengan menjadi seperti cakar dan secara bertahap jari kaki dan tangan menghilang.
Ini bisa berlangsung selama 2- hingga 30 tahun, yang mengakibatkan tubuh mati secara bertahap dan mengerikan.
~ Ketiga adalah gabungan antara nodular dan anestesis.
Ini adalah jenis kusta yang paling umum di Palestina pada waktu itu.
Sehingga cepat atau lambat, penderita kusta biasanya akan berakhir pada kematian yang tragis.


▪ Penyakit kusta atau lepra (leprosy) atau disebut juga Morbus Hansen, adalah sebuah penyakit infeksi menular kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae.
▪ Nama lain penyakit Kusta adalah “lepra” atau “hansen” sesuai dengan nama penemu virusnya sekaligus obatnya yakni seorang ilmuwan Norwegia bernama Gerhard Henrik Armauer Hansen pada tahun 1837.
▪ Sejak 1995, Badan Kesehatan Dunia WHO memberikan paket obat terapi kusta secara gratis pada negara endemik, melalui Kementrian Kesehatan.
▪ Strategi ini akan berjalan hingga akhir 2010. Pengobatan multi obat masih efektif dan pasien tidak lagi terinfeksi kusta pada pemakaian bulan pertama.
▪ Tetapi hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta, menandakan bahwa penyakit ini tdk bisa dicegah sebagaimana vaksinasi polio, campak dan sejenisnya.
▪ Perhatikan di sini, bahwa walaupun kusta sudah dapat diobati, tetapi penyembuhan total baik bakteri kusta maupun bekasnya belum, bahkan tidak dapat dilakukan.


● PERLAKUAN BAGI SEORANG PENDERITA KUSTA PADA ZAMAN PL :

▪ Perlakuan orang Yahudi terhadap orang-orang yang menderita penyakit kusta amat sangat kejam.
▪Mereka mengucilkan orang-orang seperti itu, dengan segala upaya mereka akan menyingkirkan mereka jauh-jauh.
▪ Karena mereka takut akan menjadi tidak kudus.
▪ Makanya penderita kusta selalu mereka kucilkan tempat tinggalnya jauh dari kota, mereka dilarang masuk ke kota apalagi rumah ibadat.
▪ Jika ada orang di sekitar mereka, mereka juga wajib berteriak-teriak “Najis… najis… najis…”
▪ Agar orang banyak tidak mendekati mereka, karena mereka bukan takut ketularan penyakit itu saja, tapi yang paling utama mereka takut menjadi tidak kudus di hadapan Allah.

▪ Ironisnya tindakan mereka untuk menjaga kekudusan itu justru menjadikan orang-orang penderita kusta tsb menjadi tidak manusiawi.
▪ Oleh karena itu tindakan Tuhan Yesus pada saat menyembuhkan orang yang menderita penyakit kusta adalah memanusiakan mereka yang tidak dianggap lagi di tengah-tengah pergaulan hidup sehari-hari.

▪ Dari semua penderitaan fisik yang diderita oleh orang kusta, penderitaan terberat dialami dalam bentuk pengucilan (psikis), karena mereka dianggap najis (tidak tahir), karena penyakit tsb, dan dalam lingkingan masyarakat dianggap sbg kutukkan dari Tuhan krn perbuatan dosa.

▪ Dalam Talmud yahudi, seseorang dilarang berdekatan dengan seorang kusta dalam jarak 3 meter dalam ruangan dan 45 meter di luar ruangan pada angin yang bertiup.
Contoh : Luk 17:12-13 – (12) Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh (13) dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!"

▪ Kusta mengakibatkan terputusnya hubungan manusia penderita dengan manusia lain, bahkan Tuhannya, karena kenajisannya melarang mereka beribadah dan mendekati kekudusan Tuhan.
~ Imamat 13:44-46 :
13:44 Maka orang itu sakit kusta, dan ia najis, dan imam harus menyatakan dia najis, karena penyakit yang di kepalanya itu.
13:45 Orang yang sakit kusta harus berpakaian yang cabik-cabik, rambutnya terurai dan lagi ia harus menutupi mukanya sambil berseru-seru: Najis! Najis!
13:46 Selama ia kena penyakit itu, ia tetap najis; memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar perkemahan itulah tempat kediamannya.


▪ Jadi penderita penyakit kusta pada masa itu adalah penyakit yang sangat mengerikan dan membuat pengidapnya sangat menderita.

▪ Pada zaman Yesus, di Palestina ada cukup banyak orang yang terkena sakit kusta.
▪ Dan boleh dikatakan bahwa penyakit kusta pada masa itu tidak dilihat sebagai sebuah persoalan medis melainkan sebuah persoalan teologis di mana kusta dianggap sebagai sebuah penyakit kutukan atau tanda bahwa seseorang tidak berkenan / dihukum di hadapan Allah.
▪ Mengapa sampai ada anggapan demikian?
▪ Karena dalam Perjanjian Lama dalam beberapa kasus, kusta terjadi sebagai akibat langsung dari hukuman Tuhan kepada orang-orang tertentu.


Bagaimana sesungguhnya penderitaan orang yang sakit kusta?

Penderitaan fisik.

Penyakit kusta ini disebabkan oleh satu virus yang namanya“mycobacterium leprae”. Penyakit kusta ini dimulai dengan munculnya bintil-bintil kecil pada bagian-bagian tubuh tertentu. Bintil-bintil kecil ini makin lama makin banyak dan besar dan berisi nanah. Lalu bintil-bintil yang berisi nanah ini pecah sehingga area yang kulit yang diserang semakin membesar. Lama kelamaan seluruh tubuh penderita kusta akan dipenuhi dengan bintil-bintil semacam ini dan nanah yang sukar mengering. Bahkan ada kalanya bintil-bintil dengan nanah yang memenuhi seluruh tubuh penderita itu menjadi pecah sehingga nampak sangat mengerikan dan menakutkan. Di bagian tangan dan kaki, kusta ini bisa menyerang dengan hebat sampai membuat luka-luka yang menganga dan dalam. Bagian wajah pun tidak ketinggalan. Penyakit ini sampai merontokkan seluruh alis mata dan bulu mata korban di samping luka-luka yang memenuhi wajah penderita. Sampai taraf tertentu dia menyerang bola mata sehingga mata bisa membelalak bahkan bisa sampai tertutup seluruhnya. Dalam keadaan wajah yang mengerikan semacam ini seringkali penderita kusta sangat menakutkan sehingga ada yang lalu membungkus seluruh tubuh dan wajahnya dengan kain / perban.

Penyakit kusta ini juga menyerang sistem saraf ditandai dengan hilangnya daya rasa pada bagian-bagian tubuh tertentu disusul dengan otot-otot yang melemah, namun ada juga, urat otot yang mengencang   sehingga   jari-jari   tangan   mencengkeram terus  menerus. Dalam tahap selanjutnya jari-jari tangan dan kaki menjadi putus / tanggal bahkan bisa sampai putus seluruh kaki dan tangan penderita. Seiring dengan kehancuran tubuh, tali suara di kerongkongan pun menjadi bengkak, suara si penderita menjadi parau, serta nafas terengah-engah. Penyakit kusta yang demikian itu bisa berlangsung selama 9 tahun, dan akan mengakibatkan kemunduran mental, bahkan pingsan tak sadarkan diri (atau koma), dan akhirnya penderita bisa meninggal dunia.


Penderitaan psikis.

Dari penjelasan di atas terlihat bahwa penderita kusta mengalami penderitaan fisik yang luar biasa. Tapi sesungguhnya penderitaan fisik yang dialami penderita kusta pada masa itu tidak sebanding dengan penderitaan psikis yang dialaminya. Penyakit kusta saat itu dianggap sebagai sebuah kenajisan sehingga si penderita juga dianggap najis. Kepada penderita kusta dikenakan pakaian yang tercabik-cabik dan rambutnya harus dibiarkan terurai, ia harus menutupi mukanya dan harus berteriak : Najis! Najis! Ia harus diasingkan dari masyarakat.

Im 13:44-46 - (44) maka orang itu sakit kusta, dan ia najis, dan imam harus menyatakan dia najis, karena penyakit yang di kepalanya itu. (45) Orang yang sakit kusta harus berpakaian yang cabik-cabik, rambutnya terurai dan lagi ia harus menutupi mukanya sambil berseru-seru: Najis! Najis! (46) Selama ia kena penyakit itu, ia tetap najis; memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar perkemahan itulah tempat kediamannya.

Teriakan najis! Najis! ini sebenarnya adalah peringatan bagi orang lain supaya tidak mendekati dirinya / menjauh darinya jika tidak maka orang itu akan menjadi najis pula

Luk 17:12-13 – (12) Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh (13) dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!"


▪ Bahwa penderita kusta benar-benar dikucilkan dari masyarakat terlihat dari komentar Barclay berikut ini :
▪ William Barclay – Pada zaman Yesus di Yerusalem semua penderita penyakit kusta dilarang memasuki kota Yerusalem dan kota-kota  lain   yang   bertembok keliling. Di dalam synagoge ada ruangan khusus yang terpencil yang dikhususkan bagi mereka. Ruangan itu biasanya dalam ukuran sempit sekali, dan disebut Mekhitsah.
Di dalam hukum  agama Yahudi ada 61 macam sentuhan yang bisa menajiskan, diantaranya ialah :
yang  pertama  adalah menyentuh mayat, dan yang kedua menyentuh penderita kusta.
Jadi penderita penyakit kusta memang dianggap hampir sama dengan  orang  yang sudah  mati.
~ Kalau terjadi bahwa ada penderita kusta yang menyandarkan kepalanya ke sebuah rumah, maka seluruh rumah itu pun menjadi najis.
~ Menyapa  atau  memberi salam kepada penderita kusta di  tempat umum pun dianggap melanggar hukum.

▪ Para rabi Yahudi   tidak  akan  mau  membeli makanan apa pun yang dijual di jalan yang dilewati penderita penyakit kusta.
▪ Bahkan ada seorang rabi yang bangga karena ia selalu mengusir penderita kusta dengan jalan melemparinya dengan batu.
▪ Sedang rabi yang lain lebih suka bersembunyi atau menyingkir jauh-jauh kalau melihat ada orang yang sakit kusta.

● Sekarang kita mempelajari 3 peran tokoh dalam kisah ini :


▪ Yang pertama : Orang Kusta
Mat 8:1-2 :
(1) Setelah Yesus turun dari bukit, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia.
(2) Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku."

~ Dalam kondisi ia tdk memiliki relasi kpd siapapun, Ia percaya/yakin kpd Yesus dan menjadikan pengharapan satu-satunya bahwa Yesus sanggup menyembuhkannya krn ia pernah mendengar ttg Yesus.
~ Ia datang dg ketidakberdayaan atau pasrah kpd kehendak Yesus dan dg harga yg ia harus siap bayar (di tolak dan dilempari batu oleh orang banyak, ahli taurat dan orang-orang farisi)
Karena ia melanggar aturan/adat istiadat yg berlaku krn tdk akan ada orang sakit kusta yang berani mendekati seorang ahli Taurat atau rabi Yahudi.
Dan semua penderita penyakit kusta pasti tahu, bahwa ia pasti akan dilempari dengan batu dan diusir jika melanggar aturan tsb.
~ Tetapi penderita kusta ini nekad dan memberanikan diri datang mendekati Yesus, krn ia mempunyai keyakinan yang penuh bahwa Yesus pasti mau menerima dirinya.

Fakta ini mengajarkan kita bahwa apabila seseorang mempunyai masalah yang berat seperti yang dialami seperti penderita penyakit kusta, atau penderitaan lainnya, sakit penyakit, masalah/persoalan (dalam studi, pekerjaan, Rumah Tangga, pelayanan, dsb), kita boleh datang kepada Kristus dan mengharapkan pertolongan-Nya => Yesus tdk mungkin menolak (Yoh.6:37)

~ Kata “sujud menyembah” di sini menggunakan kata Yunani “PROSKUNEO” dan kata ini tidak pernah dipakai untuk arti yang lain selain menyembah para dewa/yang ilahi atau Tuhan.
Dengan demikian sangat mungkin bahwa org kusta ini memang mempercayai Yesus sebagai Sang Mesias.
~ Kata Tuan (yun) “KURIOS” yang digunakan di dalam ayat ini seharusnya diartikan “Tuhan” (seperti TL) dan bukan “tuan” (seperti TB). => Tuhan = penguasa satu-satunya


▪ Yang kedua : Yesus
Mat 8:3 :
Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya.

Dalam nats ini, kita dapat melihat beberapa hal yang amat penting untuk direnungkan dari sikap Yesus yang harus kita teladani :

~ Pada ayat ini tercatat bahwa Yesus menerima orang berdosa atau orang kusta tsb.
Yesus tidak bertindak seperti para ahli Taurat dan para rabi Yahudi yang menghindari orang kusta, atau mengusirnya bahkan melemparinya dengan batu.

~ Ia menerima orang kusta itu bahkan mengulurkan tangan-Nya dan menjamahnya.
Ini menjadi satu pelajaran penting bagi kita bahwa Kristus mau menerima setiap orang yang datang kepada-Nya.
▪ Dalam Perjanjian Lama, orang yang najis (sakit kulit) tidak boleh disentuh siapa pun; kalau kita menyentuh orang yang najis, kita sendiri jadi najis.
Tetapi Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang orang ini.
=> posisi yg sulit yg harus di putuskan oleh Yesus dg berani mengambil resiko di benci oleh orang-orang yang ada di sekelilingNya, termasuk pendukungNya, krn dianggap menginjak2 aturan/tradisi yahudi
▪ Tuhan Yesus tahu bagaimana mengambil langkah yang tepat ketika Dia berada pada posisi yang krusial dengan demikian hal ini menjadi teladan bagi kita.

~ Yesus tidak menganggap dirinya menjadi najis, malah sebaliknya orang tsb jadi sembuh.
Yesus sedang mengajarkan dan mengimpartasi bertindak dlm kebenaran yg memerdekakan.

~ Yesus tidak mengucilkan, menghindari dan menghakimi orang yang sedang menderita mental sebagaimana yang dialami oleh penderita kusta ini, namun Yesus dengan spontan menaruh belaskasihan.
▪ Dalam bahasa Yunani istilah belas kasihan disebut “splaknistei”, yang pada umumnya menunjuk kepada reaksi spontan Yesus yang perlu dan harus menjawab kebutuhan orang

~ Setelah orang ini sembuh Yesus mengajar untuk tetap melakukan perintah yg benar yg berlaku yg diperintahkan oleh Musa
~ (Imamat 13:3) Hanya imam yang dapat menyatakan bahwa penderita kusta itu sembuh atau tahir dari penyakitnya agar dapat diterima di tengah  masyarakat dan hidup beribadah.
~ Dan peraturan dalam PL, jika seorang kusta sembuh, maka ia sendiri harus menjalani upacara pentahiran yang rumit sebagaimana dijelaskan dalam Imamat 14.
▪ Luk 5:5 Yesus melarang orang itu memberitahukannya kepada siapa pun juga dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka."

▪ Yesus memerintahkan orang tsb utk segera pergi ke imam dan mengucapkan syukur kepada Allah dengan persembahan pentahiran sesuai hukum Musa
Artinya, Ia tdk melanggar/meniadakan hukum Taurat, tetapi justru menggenapinya.

▪ Jadi hal penting yg harus kita pahami adalah Tuhan Yesus datang bukan hanya menyembuhkan orang secara fisik, tetapi lebih daripada itu Ia datang untuk memulihkan jiwa atau bathin semua orang !!!
=> Kita pun harus menerapkan hal yg sama !!!


▪ Yang ketiga: Orang banyak berbondong-bondong (Murid Yesus, Orang farisi dan para Ahli Taurat)
▪ orang Yahudi yang melihat tindakan Yesus tersebut menjadi marah meskipun kekesalan mereka tidak nampak sebab mereka menganggap tindakan Yesus adalah melawan konsep hukum dan tradisi Yahudi.
▪ Karena orang Yahudi takut dirinya menjadi najis dan berdosa kalau bersentuhan dengan orang kusta namun Tuhan Yesus berbeda, Dia yang Maha Suci menjamah orang kusta yang najis dan menjadi tahir.




Jumat, 13 September 2019

GARAM DAN TERANG DUNIA


GARAM DAN TERANG DUNIA

Oleh : Pdt. Erwan Musa


* Matius 5:13-16
5:13 LAI TB, "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
5:14 LAI TB, Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
5:15 LAI TB, Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.
5:16 LAI TB, Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."


■ PENDAHULUAN


▪ Secara eksplisit Injil Matius pasal 5 - 7 berbicara tentang kualitas/esensi atau watak orang percaya
▪ Teks dalam Injil Matius 5:13-16 merupakan salah satu bagian dari Alkitab yang sangat terkenal (tidak asing bagi kita)
▪ Sayangnya teks yang paling akrab di telinga kita justru menjadi teks yang biasa saja, karena kita tdk memahami dengan cermat, sehingga keindahan dari teks tersebut terlewatkan.

▪ Sebelum kita mempelajari masing-masing bagian dari teks Injil Matius 5:13-16 ini secara lebih detil, sesungguhnya ada beberapa poin pengantar yang perlu untuk dipelajari terlebih dahulu :
● => Hal pertama adalah konteks.
▪ Posisi Matius 5:13-16 harus kita perhatikan.
▪ Teks ini muncul sesudah Tuhan Yesus membicarakan tentang penganiayaan (5:10-12).
▪ Dengan kata lain, situasi yang sedang dipikirkan bukanlah situasi yang mudah dan nyaman, artinya ada resiko yang menanti.

▪ Teks ini diletakkan sebelum Tuhan Yesus menuntut kita agar kesalehan hidup kita atau kebenaran yg bertalian dengan etika moral hidup kita (dikaiosune) kita harus melebihi orang-orang Farisi dan para ahli Taurat (5:17-20; khususnya pada ayat 20 “hidup keagamaan” = kesalehan).
▪ Posisi semacam ini menyiratkan bahwa kehidupan kita akan selalu dipantau oleh orang lain dan dibandingkan dengan kepercayaan yang lain.
▪ Kita tidak diperintahkan untuk menyamai mereka, melainkan harus melebihi mereka di dalam kesalehan.
▪ Ini bukan tugas yang mudah.

● => Hal kedua yang tidak boleh dilupakan adalah relevansi.
▪ Metafora garam dan terang menyiratkan sesuatu yang terus-menerus diperlukan.
▪ Beberapa literatur Yahudi kuno menyatakan secara eksplisit bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa garam dan terang.
▪ Ini bukan tentang barang atau benda yang hanya diperlukan setiap bulan atau setiap tahun.
▪ Hal Ini bukan hanya diperlukan oleh segelintir orang di budaya tertentu.
▪ Setiap hari orang membutuhkan garam untuk memasak.
▪ Setiap hari orang membutuhkan terang pada waktu malam hari.
▪Jadi, walaupun konteks spesifik yang sedang dipikirkan adalah penganiayaan dan tekanan, peranan sebagai garam dan terang berlaku secara universal dan permanen.
▪ Artinya di manapun dan kapanpun peranan kita akan selalu relevan. 

● => Hal terakhir atau yang ketiga adalah identitas.
▪ Kita sering mendengar banyak orang Kristen mengatakan: “kita harus menjadi garam dan terang dunia”.
▪ Ungkapan seperti ini sesungguhnya tidak tepat.
▪ Tuhan Yesus mengajarkan bahwa kita adalah garam dan terang.
▪ Hal tersebut menyiratkan kita bahwa identitas kita di tengah-tengah dunia, bukanlah sekadar peranan.
▪ Peranan justru muncul dari identitas.
▪ Persoalan di dunia yang Tuhan Yesus gambarkan adalah bukan karena tidak ada garam atau terang, tetapi karena garam itu telah menjadi tawar dan terang itu telah ditutupi oleh gantang.


▪ Jika kita memperhatikan ayat 13 dan 14, perkataan Tuhan Yesus ini merupakan bentuk pernyataan bukan himbauan (himbauan memiliki power yang lemah).
▪ Pernyataan yang dipakai adalah pernyataan langsung yang bersifat perintah.
▪ Dengan kata lain, pernyataan ini penuh dengan penekanan otoritas yang juga mendesak harus segera dikerjakan, bukan sesuatu yang dapat ditunda, karena jika ditunda maka dunia akan semakin membusuk dan gelap.


▪ Karena jika kita munculkan pertanyaan ketika Yesus mengatakan ”kamu adalah garam dan terang”.
▪ Berarti keadaan dunia adalah jahat, semakin membusuk, munafik, dan semakin gelap.
▪ Hal ini membuat Yesus memerintahkan murid-murid untuk hadir dan berperan.

■ Garam dunia (ayat 13)

▪ Banyak orang telah melakukan kesalahan anakronisme (ketidaksesuaian dlm kronologis suatu karya), yaitu memahami sesuatu yang kuno dari perspektif yang modern.
▪Seperti memahami metafora garam berdasarkan beragam fungsi garam pada zaman modern.
▪ Hal ini jelas tidak dibenarkan.

▪ Kita harus melihat fungsi garam di teks ini sesuai dengan budaya kuno pada waktu itu.
▪ Orang-orang Yahudi biasanya menggunakan garam untuk keperluan: mengawetkan, memberi rasa, penghangatan pada tungku api, pupuk/kesuburan ladang dan penetral racun pd zaman Elisa.
▪ Dengan demikian maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa dunia diasumsikan sedang berada dalam keadaan yang mendekati kebusukan dsb seperti tertera diatas.
▪ Kata "Dunia" dipakai kata Yunani κοσμος – kosmos yaitu umat manusia di dunia.
▪ Jadi di tengah situasi semacam ini, seharusnya kita terpanggil untuk menunjukkan jati diri kita.
▪ Sering kali kita gagal bertindak dan berbuat karena kita tidak menyadari hakikat dan fungsi hidup kita.
▪ Oleh karena itu, ketika Yesus berkata kamu adalah, .... kalimat tersebut berfungsi sebagi penegasan untuk menyadarkan murid tentang jati diri, esensi dan peran mereka.
▪ Yesus memerintahkan mereka untuk hadir dan berkarya, karena jika mereka tidak berbuat, maka dunia akan semakin membusuk (mengalami kerusakan moralitas dunia)
▪ Oleh karena itulah dunia perlu digarami.

▪ Jadi ketika Yesus berkata ”kamu adalah garam dunia”, kita harus menyadari bahwa fungsi garam adalah untuk proteksi.
▪ Tetapi jika kita garam sudah kehilangan keasinannya, maka dia menjadi seperti garam, bukan garam lagi (hanya seperti).
▪ Sesungguhnya ketika kita menjadi murid/pengikut Kristus, kita adalah Garam dan Identitas di dalam Kristus adalah sumber rasa asin kita => Kualitas garam yg di maksud disini = standar kualitas kehidupan Kristus (penerapan ajaran Kristus)
▪ Kita hanya perlu berbagi rasa asin kepada dunia sambil menjaga diri sendiri agar tetap asin.


▪ Kegagalan melakukan peranan ini adalah sebuah tragedi yang fatal.
▪ Istilah “menjadi tawar” (mōranthē) secara hurufiah berarti “menjadi bodoh,” karena kata dasar mōrainō memang mengandung arti “menjadi atau menunjukkan diri bodoh” (1 Kor 1:20; Rm 1:22).
▪ Maksudnya adalah sebuah kebodohan apabila sebuah benda disebut garam tetapi benda itu tidak memiliki rasa asin di dalamnya.


▪ Untuk memahami metafora ini, kita harus mempelajari Garam kuno yang lazim di gunakan terutama di dalam budaya orang Yahudi.
~ Orang-orang pada zaman dahulu biasanya mengambil garam dari Laut Mati.
~ Garam tersebut tidak murni, karena tercampur dengan berbagai mineral atau zat lain.
~ Pada saat dilarutkan ke dalam air pada waktu memasak, bagian yang mengandung garam (sodium klorida) umumnya larut terlebih dahulu, sehingga hanya tersisa zat atau mineral lainnya.
~ Jika ini yang terjadi, semua sisa mineral itu sudah tidak berguna lagi.
~ Sisa itu akan dibuang ke tengah jalan dan diinjak-injak orang.

Contoh lain fungsi Garam pada zaman dulu : penghangat, penetral racun, kesuburan ladang/pupuk

▪ Garam yang dipakai disini bukanlah garam dapur (bungkusan) seperti garam kita sekarang (NaCl), melainkan zodium chlorida.
~ Bentuk garam ini adalah seperti gumpalan batu yang berasal dari laut mati dimana kalau garam ini diterpa hujan akan kehilangan keasinannya juga.
~ Jika sudah kehilangan keasinannya, ia tidak dapat dipergunakan lagi kecuali dibuang dan diinjak orang.
~ Apa yang hendak dikatakan Tuhan Yesus adalah tidak ada kata lain, bahwa garam harus mempertahankan esensinya agar ia bisa selalu berbuat sebagaimana fungsi, peran dan hakekatnya.

▪ Ketika garam dilarutkan ke dalam air, garam tersebut tidak akan menyebabkan air berubah warna, tetapi garam tersebut memberi rasa kepada air atau pengaruh (influen).
▪ Bandingkan dengan gincu (pewarna) dimana gincu ini dapat memberi warna pada air tetapi tidak dapat memberi rasa.
▪ Orang Kristen bukan generasi gincu, tetapi generasi garam.
Artinya, apa yang kita lakukan bukan sekedar ritual, simbol, atau fenomena, tetapi menjadi the real Christianity, dimana ada kualitas pasti akan ada dampak yang muncul.



■ TERANG DUNIA (ayat 14)


▪ Metafora yang kedua adalah, ” kamu adalah terang dunia”.

▪ Kita bukan sekedar tinggal di dalam terang.
▪ Kita adalah terang, kata Terang (Yunani: φῶς - PHOS) adalah lambang dari kekudusan.
Dan terang itu mencirikan Tuhan Yesus Kristus, Dia adalah Terang Dunia.
▪ Memang orang yang lahir baru pindah dari gelap ke dalam terang, tetapi orang yang lahir baru yang menjadi murid Tuhan adalah terang itu sendiri (Ef 5:8-9).
▪ Frase ”dahulu kamu adalah kegelapan” adalah kata benda dan ”kamu adalah terang” juga merupakan kata benda.
▪ Artinya, kamu dahulu gelap atau kegelapan itu sendiri, sekarang kamu ada terang atau terang itu sendiri.
▪ Oleh karena itu sangat tepat ketika Tuhan Yesus berkata ”kamu adalah terang dunia”.
▪ Selain untuk menerangi, terang itu seperti kota di atas bukit.
▪ Mau segelap apapun ruangan dan setitik apapun cahaya disitu, pasti semua orang bisa melihat cahaya itu.
▪ Dengan kata lain adalah menjadi pusat perhatian atau pusat perubahan.
▪ Inilah yang digambarkan seperti kota di atas bukit (memang ada gambaran seperti Isarel dimana pada zaman Yeremia, Israel allah nanti menjadi terang dan Yerusalem kota yang berada di atas bukit).
▪ artinya dimanapun kita berada kita akan menjadi pusat perhatian melalui buah-buah kehidupan kita, ketika kita berada di kantor, kita akan menjadi sumber terang yg mengusir kejahatan yang artinya kita hadir di kantor, di gereja, atau dimanapun, kita akan menjadi pusat perhatian.
▪ Oleh karena itulah Yesus mengatakan bagai kota di atas bukit dimana semua orang bisa melihatnya dan tidak bisa tidak, cahayanya pun akan sampai dimana-mana dan melakukan pembaharuan.



■ Dikatakan pda ayat 15, ” Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.

▪ Maksud ayat ini adalah dimanapun kita berada kita harus menyatakan jati diri kita.
▪ Sesungguhnya ketika kita berani menyatakan siapa kita, hal tersebut sekaligus cara Tuhan bagi kita untuk memproteksi kita dari dosa (sbg sarana menyangkal diri shg kita berhati" dlm menjalani hidup ini)
▪ Sering kali dlm dunia usaha orang menyuruh kita melakukan kejahatan atau berkompromi karena mereka tidak tahu ’warna’/jati diri kita, dlm hal ini pun kita harus menyatakan jati diri kita.
▪ Bukan hanya slogan tetapi kita harus menyatakan jati diri kita yang tidak mau kompromi dengan dosa.
▪ Bukan menyatakan diri dengan melakukan atribut atau hiasan" kekristenan kita seperti dengan bersaat teduh dikantor agar dilihat orang, bukan dengan menunjukkan bahwa kita rajin ke gereja, walaupun hal tsb penting, tetapi kita harus menyatakanlah jati diri kita dengan menunjukkan bahwa kita tidak mau kompromi dengan dosa.
▪ Dengan demikian, rekan kerja atau pimpinan kita tidak akan berani memerintahkan kita lagi untuk melakukan sesuatu yang salah.
▪ Inilah yang dimaksudkan terang itu dimunculkan.


▪ Kebaikan dan kebenaran bagaikan terang yang harus dimunculkan.
▪ Jika disembunyikan, sampai kapanpun kita tidak akan pernah berubah untuk melakukan pembaharuan bahkan kita sebaliknya dapat berubah menjadi kegelapan.

▪ Justru jika orang tahu warna kita, orang tidak akan berani bermain-main dengan kita.
▪ Dengan kata lain, malah orang-orang di kantor berkata :”tidak akan mau dia itu. Apapun yang kalian katakan, dia akan memilih dipecat dari pada melakukan hal tersebut.”
▪ Hal ini menunjukkan bahwa kita punya warna.


▪ Peranan ini tidak sulit untuk dilakukan apabila kita hidup seturut identitas kita di dalam Kristus. ▪ Kita diibaratkan sebuah kota yang ada di puncak bukit (ayat 14). Kota ini dipenuhi oleh pelita di malam hari. Dengan posisi seperti ini tidak mungkin kota tersebut tidak terlihat oleh yang lain.

▪ Hanya kebodohan yang membuat kota itu tidak terlihat, yaitu apabila orang menyalakan pelita, tetapi lantas menutupi pelita itu dengan gantang (ayat 15).
▪ Gantang (modios) adalah sejenis tempayan untuk mengukur biji-bijian. Satu gantang rata-rata setara dengan 8,75 liter.
Jika ini yang terjadi, rumah tetap dalam keadaan gelap. Jika tiap rumah seperti ini, kota yang di puncak bukit pun akan tidak terlihat. Dengan kata lain, hanya kebodohan kita sendiri yang membuat dunia tidak dapat melihat terang dalam kehidupan kita.
=> Terang hidup kita, kita tutupi dengan hidup dalam dosa



PENJELASAN TUHAN MEMAKAI GARAM DAN TERANG

▪ Bila kita perhatikan garam dan terang, seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Itulah sebabnya fungsi proteksi (sebagai garam) dan fungsi penetrasi (sebagai terang) harus terjadi secara simultan, dan tidak bisa dipilah-pilah.
▪ Ketika melakukan proteksi (pencegahan) pada saat yang sama kita juga melakukan penetrasi (perbaikan/pembaharuan).

▪ Jadi sesungguhnya yang menjadi tujuan hidup utama kita di muka bumi ini adalah kehadiran kita sebagai proteksi dan penetrasi.

▪ Apa yang mau dikatakan disini adalah bahwa garam dan terang hanya dapat berfungsi jika mereka mau berkorban.
▪ Ingat, lilin tidak akan pernah berfungsi jika lilin tersebut tidak hancur/mrleleh ~> kerelaan
▪ Garam juga tidak akan pernah berfungsi jika garam tersebut tidak dilarutkan.

▪ Oleh sebab itu tidak ada cara lain selain kita harus rela menjadi dan hancur sebagai garam dan terang.



■ Hal ini diakhiri Tuhan Yesus pada ayat 16 :
” Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."

Kata "memuliakan" (yun) doxazo = memuliakan, memuji, menghormati, percaya

▪ Inilah cara mereka untuk memuliakan Bapa di Sorga melalui karya perbuatan baik kita.

▪ Sering kali kita berpikir kita memuliakan Allah ketika kita menyembah dia melalui pujian.
▪ Hal ini penting, tetapi bukan cara memuliakan Tuhan yang seperti itu yg terpenting.
▪ Justru yang tdk kalah pentingnya juga adalah karya kita, kerelaan kita berkorban dg sukacita memberi yang terbaik sebagai garam dan terang.

▪ Jadi apabila kita menunjukkan terang itu, yaitu melalui perbuatan baik kita, Bapa di surga akan dipermuliakan (ayat 16), bukan dipermalukan.
▪ Orang akan tahu bahwa kita adalah anak-anak Allah (5:9).
▪ Orang akan dibawa untuk datang kepada Bapa, karena keberadaan Bapa terlihat jelas melalui kesalehan hidup kita, atau dengan kata lain perbuatan baik kita dapat menjadi jembatan bagi orang lain untuk datang kepada Allah (1 Pet 2:11-12; 3:1-2).
▪ Maknanya dengan orang lain menikmati karya hidup kita, dan disitulah Bapa dimuliakan.
Tuhan Yesus Memberkati.