Jumat, 23 Juni 2023

MISI HARUS DIMULAI DARI HATI YANG MURNI DAN SUNGGUH-SUNGGUH -- eksposisi Matius 9:35-38

MISI HARUS DIMULAI DARI HATI YANG MURNI DAN SUNGGUH-SUNGGUH -- eksposisi Matius 9:35-38

Disusun oleh: Pdt. Erwan, S.Adm.,MA.(Can)


Belas kasihan Yesus terhadap orang banyak

9:35 Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. 
9:36 Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. 
9:37 Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. 
9:38 Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu."

PENDAHULUAN
Makna kata misi lebih fokus pada bagaimana langkah-langkah demi mencapai visi yang sudah ditentukan.
📚 Dalam hal ini Amanat Agung Tuhan Yesus yg terdapat pada Injil Matius 28:19-20 :
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

Misi adalah suatu pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan dalam usaha mewujudkan suatu visi yang telah dibuat.
Misi itu ibarat langkah-langkah kecil yang dibagi untuk mempermudah serta bentuk usaha nyata dalam memberikan arah sekaligus batasan-batasan proses pencapaian tujuan/visi.

Dengan kata lain arti misi adalah prioritas, metode, atau nilai-nilai kerja yang menjadi landasan untuk memberi petunjuk garis besar dalam mewujudkan sebuah visi.
Misi dan visi merupakan satu kesatuan yang harus seiring sejalan.
Itulah perbedaan visi dan misi jika di artikan secara harafiah.

PEMAHAMAN
Berbagai riset yang telah dilakukan oleh beberapa lembaga survey menunjukkan bahwa keterlibatan gereja-gereja dalam misi amanat agung sangat kecil sekali.
Tidak sedikit pemimpin gereja hanya berfokus pada pertumbuhan gereja, tetapi bukan perluasan kerajaan Allah.
Makna “gereja” pun hanya dibatasi pada gereja lokal saja dan bukan gereja secara universal.
Tidak heran, pekerjaan misi selalu kekurangan berbagai sumber daya.

Kita akan belajar mengapa keadaan ini bisa terjadi dan apa yang harus dilakukan untuk menggerakkan sebanyak mungkin gereja dalam pekerjaan misi.

📚 Teks yang kita bahas ini merupakan salah satu tanggapan Tuhan Yesus setelah Ia melayani di Galilea.
Dari Injil Matius 4:23 sampai Matius 9:35, dapat kita simpulkan bahwa Tuhan Yesus sudah mengunjungi berbagai kota dan desa di propinsi Galilea.
Yang Ia lakukan selalu sama, memberitakan Injil kerajaan Allah, mengajar di rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan menolong orang-orang yang sakit dan dirasuk roh-roh jahat.

📌 Didlm satu kalimat dari Matius 9:35, kita melihat ada 3 kegiatan yg menjadi tugas pokok Tuhan Yesus dari Allah :
▪ 1. Yesus sbg sang pewarta
Dalam sebuah kerajaan sang pewarta adalah org yg bertugas menyampaikan pesan dari sang raja.
Yesus adalah sang pewarta yg menyampaikan pesan dari Allah.
Kebutuhan akan sesuatu yg pasti merupakan hal yg diharapkan oleh manusia sejak jaman dahulu. Apalagi sekarang di jaman kemajuan ilmu dan teknologi, di jaman yg serba tidak pasti.
Ditengah ketidakpastian itu Yesus datang sbg sang pewarta yg menyatakan hal-hal yg pasti.
▪ 2. Yesus adalah guru
Kepastian yg Yesus nyatakan harus juga diajarkan dan diberlakukan dlm kehidupan nyata.
▪ 3. Yesus adalah penyembuh
Jika kita membaca seluruh kitab Injil, maka kita akan menemukan bhw Yesus ternyata lebih banyak menyembuhkan org sakit, memberi makan org lapar dan menghibur org yg susah.
Jadi Injil yg dibawa/dinyatakan oleh Yesus tdk hanya berupa kata-kata, namun diwujudkan dlm perbuatan yg nyata.

📚 Selanjutnya pada Injil Matius 9:36-10:42, merupakan tanggapan dan apa yg harus dilakukan untuk langkah ke depan
Pengamatan terhadap keadaan bersumber dari pengalaman, bukan hanya dari kata orang.
Yesus dan murid-murid-Nya memang berkeliling ke mana-mana dan melihat langsung apa yang sedang terjadi di lapangan.
▪ Pada ayat 36, tertulis : “Melihat orang banyak itu…”
Pengalaman langsung ini semakin meyakinkan mereka bahwa pekerjaan misi masih jauh dari selesai.
Keadaan di lapangan sangat memprihatinkan, karena banyak orang dalam situasi yang mengenaskan, sehingga membuat Yesus "tergerak oleh belas kasihan"
📚 Kata "tergerak oleh belas kasihan" (yun) splagkhnistheis ; kata ini merupakan kata yunani yg sangat keras.
▪Kata ini terbentuk dari splagkhna yg berarti mangkuk, yg menerangkan ttg hati nurani manusia yg terdalam.
▪ Didlm semua kitab injil kata ini secara khusus hanya dipakai utk diri Yesus.
▪ Jika kita mempelajari ayat-ayat yg memakai kata splagkhnistheis, maka kita akan melihat hal-hal yg paling menggerakkan diri Yesus (Mat.9:36 ; 14:14 ; 15:32 ; 20:34 ; Mark.1:41 ; Luk.7:13)

▪ Jadi keadaan orang Yahudi digambarkan seperti domba tanpa gembala (ayat 36).
Istilah “gembala” di sini pasti merujuk pada para pemimpin Yahudi, terutama para pemimpin religius.
Mereka bukan hanya gagal memberikan makanan, perlindungan dan kelepasan bagi para domba. Mereka juga bersikap negatif ketika para domba tersebut ditolong oleh orang lain.
Mereka menuduh Yesus mengusir roh-roh jahat dengan kuasa Beelzebul (9:33-34).

Keadaan yang tanpa gembala ini jelas sangat membahayakan domba.
Sebagaimana kita ketahui, domba merupakan binatang yang sangat rentan terhadap bahaya. Mereka tidak memiliki senjata tertentu, baik untuk melarikan diri maupun melawan musuh yang datang.
Mereka terlihat lugu dan lemah.
Keselamatan mereka sangat bergantung pada gembala.

📚 Ketika domba-domba itu dibiarkan berjalan sendirian, mereka menjadi “lelah” (yun) eskulmenoi dan “terlantar” (yun) errimmenoi.

📚 Kata “lelah” (yun) eskulmenoi ; dari kata dasar (yun) skullo artinya “mengganggu” atau “menyusahkan” (Mrk.5:35 ; Luk.7:6; 8:49).
▪ Bentuk pasif eskulmenoi di Matius 9:36 menyiratkan bahwa domba-domba tsb berada dalam keadaan terganggu atau susah.
▪ Dalam pengertian figurativ, kata ini dipakai melukiskan berbagai keadaan yg sangat menyedihkan.
Ex : spt utk mayat yg sdh hancur terkelupas kulitnya, utk org yg menjadi korban keganasan org lain, utk org yg tanpa ampun disengsarakan oleh org lain, utk org yg mendapat perlakuan kasar sombong dan menghina dan utk org yg penderitaannya tdk kunjung berakhir.

▪ Kata Yunani yang digunakan memiliki cakupan yang cukup luas.
▪ Versi Alkitab bhs Inggris menerjemahkan kata ini dengan “tertekan” (harassed, RSV/NIV/ESV), “kesakitan/kesedihan yang luar bisa” (distressed, NASB) atau “hampir kehilangan kesadaran” (fainted, KJV).
▪ Apapun terjemahan yang diambil, gambaran yang disampaikan cukup jelas: domba-domba itu sedang menghadapi persoalan yang besar.
▪ Artinya ada bahaya yang mengintai mereka dan mereka tidak berdaya.

📚 Kemudian Kata “terlantar” (yun) errimmenoi, yg memberikan gambaran yang lebih spesifik.
▪ Kata “terlantar” (yun) errimmenoi ; dari kata dasar (yun) rhipto.
▪ Kata ini muncul berkali-kali dalam Alkitab dengan arti yang cukup konsisten, yaitu melemparkan seseorang atau sesuatu ke bawah (Yeh. 19:12; 28; Mat. 27:5; Luk. 4:35; 17:2; Kis. 22:23; 27:29).
▪ Bentuk pasif errimmenoi di Matius 9:36 menunjukkan bahwa domba-domba tsb seperti dibanting ke bawah, mereka tidak berdaya di tengah kuasa lain yang jauh lebih besar atau keadaan orang yg terbaring tak berdaya krn luka-luka yang fatal.
▪ Catatan :
Para pemimpin Yahudi yg mestinya memberikan dorongan kekuatan utk hidup, malah membingungkan org banyak tsb dg perdebatan mereka yg pelik dg hukum taurat.
Mestinya mereka menolong setiap org agar dpt berdiri tegak, kuat, dan semangat.
Tetapi mereka sebaliknya malah menekan org tsb dg beban hukum taurat yg sangat berat.
Mereka menyajikan agama yg lebih merupakan penghalang ketimbang penopang hidup.
Oleh krn itu kita harus selalu ingat, bhw adanya kekristenan bukanlah utk menawarkan hati melainkan utk mendorong, dan bukan utk menambah beban org melainkan justru utk mengangkat beban yg ada.

📌 Menanggapi keadaan orang byk yg sangat memperihatinkan tsb, ada beberapa hal yang Yesus harus lakukan :
▪1. Berbelaskasihan (splanchnizomai, ayat 36).
Sikap ini sangat diperlukan dalam pelayanan.
Kitab-kitab Injil berkali-kali mencatat bahwa Yesus berbelas kasihan terhadap banyak orang (9:36; 14:14; 15:32; 18:27; 20:34; Mrk. 1:41; 6:34; 8:2; Luk. 7:13; 10:33; 15:20).

Walaupun belas kasihan berbicara tentang hati, makna yang terkandung di dalamnya bukan terbatas pada perasaan saja.
Pemunculan kata ini di Injil Matius menyiratkan bukan hanya simpati terhadap kebutuhan seseorang, tetapi juga bantuan praktis untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Meminjam ungkapan seseorang, belas kasihan merupakan “emosi yang melahirkan tindakan yang penuh perhatian dan kasih sayang."
Jadi, misi harus dimulai dari hati yg susungguh-sungguh dan perasaan yg penuh belas-kasihan harus diwujudkan dalam bentuk tindakan.

▪2. Berdoa (ayat 37-38).
Keadaan yang memprihatinkan tidak boleh membuat kita berlarut-larut dalam kesedihan dan kehilangan pengharapan.
Dari perspektif ilahi kita justru menemukan peluang yang patut disyukuri.
Di mata Allah, panen sudah banyak dan siap untuk dituai.
Ada kesempatan yang besar di tengah situasi yang terjepit. 

Itulah gambaran dari kehidupan kita secara umum.
Keadaan yang buruk seringkali menjadi jembatan yang baik untuk berjumpa dengan Allah.
Jalan buntu yang mengecewakan seringkali menjadi petunjuk putar balik yang menggembirakan.

Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk meminta kepada Allah supaya Sang Empunya tuaian mengirimkan lebih banyak pekerja.
Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit (ayat 37)

📚 Kata “sedikit” di sini harus dipahami sebagai “nyaris tidak ada”.

Bagaimana tidak, krn yang benar-benar ingin melayani bangsa Yahudi seperti gembala hanyalah Yohanes Pembaptis dan Yesus pada saat itu.
Pada saat Yesus mengucapkan perintah tadi, Yohanes Pembaptis sedang berada dalam penjara (Mqt. 4:12; 11:2).
Tidak lama kemudian ia dipenggal kepalanya oleh Herodes (Mat.14:10-12).
Jadi, yang tersisa sebenarnya hanyalah Yesus.

Figur Yesus sebagai gembala sebenarnya tidak terlalu mengagetkan.
Dalam kisah kelahiran-Nya sudah disinggung bahwa Ia akan menjadi pemimpin yang akan menggembalakan umat Israel (Mat. 2:6).
Dia diutus terutama kepada domba-domba yang hilang dari antara Israel (Mat. 10:6).
Jikalau ada satu domba saja yang terhilang, Ia pasti akan mencarinya (Mat. 18:12-14).
Jika satu saja dicari sedemikian rupa, masakan Dia hanya berdiam diri saja ketika banyak domba lelah dan terlantar.....

Yesus adalah gembala yang menggenapi janji Allah di Perjanjian Lama.
Ketika umat Allah tidak diperhatikan dengan baik oleh para pemimpin mereka, TUHAN berjanji akan mengutus seorang gembala dari keturunan Daud (Yeh. 34:1-16).
Sang Mesias akan datang untuk mencari dan merawat domba-domba Israel.

Itulah yang dilakukan oleh Yesus.
Dia memberikan tawaran kelegaan kepada “barangsiapa yang letih lesu dan berbeban berat” (Mat. 11:28).
Para pemimpin religius Yahudi pada waktu itu hanya memberi beban legalisme yang berat kepada bangsa Yahudi (Mat. 23:4).
Rakyat menjadi letih lesu dan berbeban berat.
Para pemimpin bukan hanya gagal menjadi teladan, mereka bahkan menunjukkan kemunafikan yang sangat memprihatinkan (Mat. 23:3, 13-36).
Yang dikejar hanyalah kedudukan dan pujian, bukan keselamatan domba-domba.

Di tengah situasi seperti ini kita tidak boleh berputus asa.
Menyalahkan keadaan bukanlah pilihan.
Menyerah dan marah bukanlah tindakan yang tepat.
Kita masih bisa berdoa.
Ketika para pemimpin sudah tidak bisa dipercaya, kita masih bisa menyampaikan keluh-kesah kita pada Allah, Sang Pemimpin Umat.
Ketika orang yang benar-benar terbeban dalam pelayanan sangat kurang, kita masih bisa meminta bantuan kepada Allah, Sang empunya tuaian utk mengirimkan pekerja-pekerja-Nya.

KESIMPULAN
Dunia kita tak hanya membutuhkan pemenuhan kebutuhan fisik, tetapi juga pemulihan rohani. Yesus datang untuk memenuhi kebutuhan tsb dan menantang para pengikut-Nya untuk melayani bersama-Nya (ay.37-38).
Dia berdoa agar Bapa mengirimkan pekerja-pekerja untuk menjawab berbagai kebutuhan di sekeliling kita—melayani orang-orang yang bergumul dengan dosa, sakit-penyakit dan berbagai kebutuhan hidup.

Allah Bapa memberi kita hati yang mencerminkan hati-Nya yang rela melayani.
Dengan kekuatan Roh-Nya, kita dapat terus kuat dalam menunjukkan belas kasihan-Nya pada jiwa-jiwa yang menderita.

Di dunia yang penuh dengan penderitaan batin ini, namun sebuah anugerah jika kita dapat melayani dengan meneladani belas kasihan Tuhan Yesus.


# Jika ada pertanyaan sehubungan dengan materi diatas hub.Wa: 082157116469
# Mentor Pertumbuhan Gereja
# erwanmusa.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar