■ PERGAULAN YANG BURUK MERUSAK KEBIASAAN YANG BAIK
I Korintus 15:12-34
Oleh : Erwan Musa● Pendahuluan :
Bergaul adalah salah satu cara untuk menjalin interaksi sosial, dan pergaulan merupakan proses interaksinya.
Pergaulan mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seorang individu.
Memiliki pergaulan yang sehat tentunya akan membawa dampak positif atau yang baik untuk diri sendiri serta lingkungan sekitar, sedangkan pergaulan yang tidak sehat atau buruk hanya akan membawa dampak negatif bahkan kegagalan untuk diri sendiri.
Untuk itu mari kita pahami maksud Rasul Paulus menasehati jemaat Korintus berkenaan dengan perihal pergaulan buruk dalam konteks surat I Korintus 15:33-34.
I Korintus 15:33-34 (LAI TB)
15:33 Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.
15:34 Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi! Ada di antara kamu
yang tidak mengenal Allah. Hal ini kukatakan, supaya kamu merasa malu.
● Pemahaman :
Pada ayat 12 dalam surat 1 Korintus pasal 15, Paulus telah memberitahukan persoalan yang sedang dihadapi oleh jemaat Korintus, yang memiliki prinsip yang sama seperti orang-orang Saduki yang tidak mengakui adanya kebangkitan atau kehidupan setelah kematian (Lukas 20:27).
Begitu pula yang sedang terjadi di tengah tengah jemaat Korintus, bahwa ada sebagian dari jemaat tersebut tidak mempercayai kebangkitan orang mati, sehingga Paulus memaparkan serangkain argumentasi theologis dan praktis untuk menyanggah kekeliruan tersebut (15:13-32).
Perihal yg disampaikan Paulus pada ayat 33-34 memiliki latar belakang dari dua hal yg penting tentang persoalan penyangkalan terhadap doktrin kebangkitan org mati di ayat 15 :
Lebih dari pada itu kami ternyata berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan, bahwa Ia telah membangkitkan Kristus -- padahal Ia tidak membangkitkan-Nya, kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan
▪ Yang pertama :
Sebagian jemaat Korintus terjebak pada penyangkalan tentang kebangkitan orang mati, yg disebabkan bermula dari pergaulan yang buruk (15:33).
▪ Yang kedua :
Pengaruh dari kesesatan berdampak sangat fatal terhadap jemaat Korintus, krn konsep yang salah pasti memunculkan gaya hidup yang salah pula (15:34).
Artinya, Theologi yg dipahami dan dijadikan doktrin atau idiologi seseorang, pasti akan menentukan moralitasnya, dan apa yang dipikirkan seseorang akan menentukan apa yang dilakukannya pula.
Dengan keadaan situasi yg terjadi di tengah tengah jemaat Korintus tsb, membuat Paulus tidak hanya memberikan argumen, tetapi ia juga menyikapinya secara lebih praktis, shg ia memberikan 3 hal melalui suratnya kepada jemaat Korintus yaitu Teguran (15:33), Nasehat (15:34a), dan bahkan Kecaman yg keras (15:34b).
Mari kita membahas hal tersebut satu persatu :
=> 1. Teguran
Berhati-hati terhadap pergaulan yang buruk (ayat 33)
"Pergaulan yang buruk merusak sifat bahkan kehidupan orang yang baik."
▪ Kata “pergaulan” mengandung arti “kebiasaan”, yg berdampak pada moralitas (di hampir semua versi Inggris), sehingga berdampak pada kehidupan yg berdosa
Jemaat Korintus diperingatkan oleh Paulus untuk berhenti berbuat dosa (ayat 34a), dan bukan hanya dinasihati untuk memiliki kebiasaan yang baik.
Jadi hal ini berkaitan dengan kesalahan perilaku.
▪ Kata larangan “Janganlah sesat” (yun) μὴ πλανᾶσθε ; mē planasthe, menyiratkan bahwa hal yang dilarang sudah terlanjur dilakukan.
Terjemahan yang lebih tepat adalah “Berhentilah disesatkan”.
Jika di perhatikan konteks ini, maka dapat di simpulkan bahwa sebagian jemaat memang sudah menyangkali ttg kebangkitan orang mati (15:12).
Jadi, ayat 33 bukan merupakan sebuah pencegahan, namun merupakan seruan untuk berhenti dari sebuah kesalahan.
Kata dasar planaō secara hurufiah dapat merujuk pada gerakan menuju ke arah yang salah atau tanpa tujuan yang jelas.
Jika digunakan secara figuratif, kata ini berarti “tertipu” (hampir semua versi Inggris menerjemahkan “Do not be deceived”).
Kalau Paulus memberi makna “tertipu” pada 1 Korintus 15:33, dapat kita simpulkan juga bahwa kesalahan pergaulan (“pergaulan yang buruk”) dan perilaku (“merusak kebiasaa yang baik”) dimulai dari pemikiran atau pola pikir yang salah.
▪ Kata Merusak (yun) φθείρουσιν ; phtheiro memiliki makna merusakkan, membinasakan, menghancurkan.
=> 2. Nasihat :
sadar dan berhenti berdosa (ayat 34a)
Mengingat kesalahan jemaat Korintus dimulai dari pemikiran yang menyimpang, sehingga membuat Paulus menasihati mereka untuk “sadarlah kembali sebaik-baiknya” (eknēpsate dikaiōs).
Pada kalimat ini, Paulus sedang mengungkapkan betapa parahnya kesesatan jemaat Korintus. Mereka benar-benar tidak bisa menguasai diri, sama seperti orang-orang yang sedang dikendalikan oleh hal yg akan merusak bahkan membinasakan mereka.
Jadi persoalan pada ayat 33 mengandung dua sisi yaitu theologis (kesesatan) dan praktis (pergaulan buruk, kerusakan moralitas).
Pada ayat 34a, Paulus memberi nasehat yang tegas bahwa perubahan tindakan harus dimulai dari perubahan pemikiran, artinya doktrin dulu baru praktik.
Doktrin yang benar dan kuat akan membangun kesalehan hidup yang sehat dan benar.
Nasihat yg ditujukan kepada jemaat ini sangat sesuai dengan situasi yg terjadi pada jemaat Korintus, karena keberdosaan mereka dipicu oleh kesalahan pandangan mereka.
Penolakan terhadap kebangkitan orang mati telah mempengaruhi gaya hidup mereka ke arah yang semakin buruk.
Karena itu, Paulus berusaha mengubah perilaku mereka dari pemikiran mereka terlebih dahulu, karena selama mereka tidak menyadari dan mengubah kesesatan mereka, transformasi hidup tidak akan terjadi.
Apa yang kita pikirkan menentukan apa yang kita lakukan.
=> 3. Kecaman :
Paulus berkata, ... "sama dengan orang yang tidak mengenal Allah (ayat 34b)"
Di antara semua kecaman Paulus kepada jemaat Korintus di surat inilah (15:34b) merupakan yang paling keras.
Paulus menyebut mereka sebagai orang yang tidak mengenal Allah.
Melalui ucapan ini Paulus ingin menandaskan bahwa kesalahan mereka secara esensial sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah, dengan kata lain pengetahuan mereka tidak ubahnya seperti orang-orang duniawi.
Paulus juga mengungkapkan alasan di balik kecamannya yg sangat serius tsb, yaitu untuk mempermalukan mereka.
Jadi yg hendak disampaikan Paulus bukan sekadar kecaman biasa, namun sesungguhnya ia ingin agar jemaat mengalami pertobatan dan waspada terhadap pergaulan yg berdampak pada kehancuran dan kebinasaan.
● Kesimpulan :
Belajar dari pengalaman dan nasehat Paulus kepada jemaat Korintus, hendaklah menyadarkan kita, agar senantiasa waspada terhadap pergaulan, baik secara perorangan maupun dalam berkomunitas dimanapun kita berada, karena sekalipun terlihat baik dan terkesan rohani, hal tersebut bukanlah sebuah jaminan.
Kita harus memastikan interaksi dalam pergaulan tsb di dasari oleh Kebenaran yg benar.
Apalagi dengan situasi dan kondisi yg sukar seperti saat ini, kita harus menentukan pergaulan kita.
Jadi pergaulan seseorang sangat menentukan kehidupan orang tersebut.
Jadi pergaulan seseorang sangat menentukan kehidupan orang tersebut.