KEPERCAYAAN ABRAHAM KEPADA TUHAN DIPERHITUNGKAN SEBAGAI KEBENARAN
Kej. 15:6 ; Roma 4:18-22"Lalu percayalah Abram kepada Tuhan , maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran" (Kej 15:6).
Bandingkan !!
4:18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."
4:19 Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup.
4:20 Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah,
4:21 dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.
4:22 Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran
Pada saat situasi dan kondisi seseorang dalam keadaan baik dan enak sangat mudah untuk berkata "aku percaya kepada Tuhan", namun sebaliknya berbeda dengan orang yang sedang mengalami situasi dan kondisi yang sulit dan tidak enak.
Abram adalah contoh orang yang mempercayai Tuhan dalam situasi dan kondisi yang sangat sulit dan mustahil.
Kitab Kejadian menulis :
"Lalu percayalah Abram kepada Tuhan, maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran" (Kej 15:6).
Kata "lalu percayalah" (ibr) "וְהֶאֱמִ֖ן" (wə-he-’ĕ-min) kata ini menunjukkan bahwa kepercayaan Abram merupakan responnya terhadap janji Tuhan yang ia terima.
.... Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya. ... Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu" (Kej 15:5).
Terjemahan kata Ibrani "lalu percayalah" pada (Kej.15:6) tersebut hendak menyatakan bahwa Abram menganggap Allah yang membuat janji kepadanya adalah Allah yang dapat diandalkan dan sepenuhnya mampu membuat janji itu menjadi kenyataan.
Itulah definisi "percaya" menurut Abram.
Abram mempercayai janji Tuhan pada situasi dan kondisinya yang sangat sulit dan mustahil, ia telah lanjut usia, mungkin usianya mendekati 100 tahun pada saat itu, ia merasa tidak mampu lagi memiliki keturunan, Sarai istrinya juga sudah tua, mandul dan telah mati haid (menopause).
Dalam situasi dan kondisi Abram yang sangat sulit dan mustahil, Tuhan berjanji kepada Abram bahwa ia akan mempunyai keturunan sejumlah bintang-bintang di langit.
Dan ternyata Alkitab mencatat bahwa Tuhan menggenapi janjiNya tersebut kepada Abraham.
Nah, pertanyaannya untuk kita, bagaimana tingkat percaya kita kepada TUHAN ...?
Apakah kepercayaan kita seperti Abram percaya ...?
Apakah kita percaya bahwa Tuhan mampu membuat janji-janji-Nya yang mustahil bagi kita menjadi kenyataan ...?
Apakah kepada TUHAN yang berjanji, kita dapat mempercayakan hidup kita kepada-Nya ...?
Jadi jika kita benar-benar percaya kepada Tuhan, berarti kita juga harus menganggap Tuhan sebagai yang dapat diandalkan dan sepenuhnya mampu membuat segala janjiNya menjadi kenyataan dalam situasi dan kondisi yang sulit dan mustahil, sehingga kita juga akan mengalami pengalaman seperti yang Abram alami.
Dan ketika Abram percaya kepada Tuhan dan Tuhan memperhitungkan kepercayaanya itu sebagai kebenaran.
"Lalu percayalah Abram kepada Tuhan, maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran" (Kej.15:6).
Pada ayat ini terdapat kata-kata penting yang memiliki makna yang harus kita pahami disamping kata percaya tadi.
Paling tidak ada dua kata penting lainnya yang perlu dan harus juga kita perhatikan dan pahami.
Dua kata tersebut adalah kata "Tuhan memperhitungkan" dan kata "sebagai kebenaran".
Mari kita mempelajari mulai dari kata yang kedua terlebih dahulu.
● Kata "kebenaran" dalam kitab berbahasa Ibrani ditulis dengan kata "צְדָקָֽה" (tsedaqah). Kepercayaan Abram kepada TUHAN yang dapat diandalkannya yang sanggup mewujudnyatakan janji-Nya bahwa ia akan berketurunan di masa tuanya.
Dan penulis Kitab Kejadian mencatat bahwa Tuhan memperhitungkan kepercayaannya sebagai kebenaran.
Arti Kebenaran dalam konteks tertentu berarti perilaku yang sesuai dengan hukum, aturan atau perintah.
Namun di dalam konteks Kejadian 15 ini, Abram tidak melakukan atau berbuat apa-apa.
Jadi Kebenaran di sini bukan berkaitan dengan perilakunya, melainkan kepercayaannya kepada Tuhan dan penggenapan janji-Nya.
Seorang ahli Alkitab berkata bahwa Kebenaran itu berarti "a proof of genuine royalty" (sebuah bukti dari kesetiaan sejati), sebagai contohnya ialah ketika Tuhan berjanji bahwa Abram akan memiliki keturunan sebanyak bintang-bintang di langit dan ia percaya kepada-Nya sekalipun situasi dan kondisi Abram pada saat itu sangat sulit dan sangat mustahil.
Nah, kepercayaan Abram tersebut merupakan sebuah bukti bahwa Abram memiliki kesetiaan sejati kepada TUHAN.
Jadi Abram adalah contoh orang yang sungguh-sungguh setia kepada Tuhan.
● Kemudian kata "memperhitungkan" yang merupakan terjemahan dari kata kerja bahasa Ibrani "וַיַּחְשְׁבֶ֥הָ" (way-yaḥ-šə-ḇe-hā) yang berasal dari kata kerja dasar "חָשַׁב" (chashab) yang berati "to credit".
Dengan menggunakan kata "חָשַׁב" (chashab) berarti kebenaran tersebut bukan berasal dalam diri Abram sendiri, tetapi oleh karena kepercayaannya kepada Tuhan sehingga Tuhan memberikan kredit atau kepercayaan kepadanya berbentuk kebenaran.
Paulus memakai dasar untuk mengajarkan tentang 'justification" (pembenaran) Allah kepada orang berdosa yang percaya kepada Tuhan Yesus di dalam kitab Roma pasal 4 dari perbuatan Tuhan kepada Abram.
Jadi pembenaran Allah ialah bukan karena orang berdosa memiliki kebenaran di dalam dirinya, tetapi karena kepercayaannya kepada Kristus sehingga Allah memberikan kredit kebenaran sebagai bukti kesetiaan (πίστις ; pistis : taat, iman, kepercayaan) yang sejati.
Roma 4:4-5 :
4:4 Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya.
4:5 Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran
Pertanyaannya apakah TUHAN memberikan kredit kebenaran kepada kita ...?
Pemberian kredit itu sebagai bukti bahwa kita memiliki kesetiaan sejati kepada-Nya.
Apakah kita benar-benar setia dengan mempercayai-Nya dalam situasi dan kondisi bagaimanapun yang kita sedang alami, termasuk hal yang paling sulit dan mustahil sekalipun ...?
Jadi jika kita benar-benar "πίστις" (taat, setia, percaya, yakin) kepada Tuhan, pasti Ia memberikan kredit kebenaran kepada kita.