Selasa, 25 Februari 2020

PENGAMPUNAN YANG DIBATALKAN


PENGAMPUNAN YANG DIBATALKAN

Oleh : Pdt. Erwan Musa


Pengampunan dosa adalah misi utama Tuhan Yesus datang ke dunia, dan Ia pun mengajar kepada murid-muridNya untuk mengampuni seperti yang Ia lakukan.
Mengampuni merupakan salah satu ajaran Kristiani yang terkenal.
Ajaran Yesus tentang mengampuni inipun diabadikan dan ditulis dalam salah satu injil dalam Alkitab oleh Matius.
Kita dapat membaca ajaran Yesus tentang mengampuni di dalam Matius 18:21-35.

Perumpamaan tentang pengampunan 


18:21 Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?"
18:22 Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.
18:23 Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya.
18:24 Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta.
18:25 Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya.
18:26 Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan.
18:27 Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.
18:28 Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu!
18:29 Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan.
18:30 Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya.
18:31 Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka.
18:32 Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku.
18:33 Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?
18:34 Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.
18:35 Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."  (Matius 18:21-35)


■  Ada beberapa hal yang dapat kita pelajari dari pembacaan kita tersebut diatas :

Pertama, pengampunan ilahi adalah anugerah Tuhan yang besar.
Bagaimana mungkin hal tersebut bukan anugerah yang besar ?
Kita bisa membayangkan bagaimana seorang Raja yang merupakan gambaran Allah melakukan perhitungan utang piutang dengan bijaksana, penuh belas kasihan dan murah hati.

▪ Dikatakan bahwa di dapati seorang hamba berhutang 10.000 Talenta.
▪ Talenta adalah ‘mata uang’ tertinggi pada waktu itu.
▪ Pada umumnya Satu Talenta = 34 Kg atau 6.000 Dinar dan 10.000 Talenta sama dengan 60 Juta Dinar.
▪ Jika upah satu hari kerja seorang hamba adalah 1 dinar, maka hamba itu harus melunasi hutang selama 60 Juta hari kerja, dengan kata lain hutang yang tak dapat dilunasi.

1 Dinar adalah upah pekerja 1 hari (Matius 20:2,13).
Katakanlah upah kerja minimum sekarang ± Rp. 100,000.-- per hari.

Dengan demikian, hutang yang dimaksud dalam Matius 18:24 di atas menurut pengandaian adalah sebesar Rp.100.000 X 60.000.000 hari kerja = 6 Trilyun, sebuah jumlah yang sangat besar, dan bagaimana mungkin utang sebesar ini dapat dilunasi ?
Walaupun seluruh harta bersama dengan seluruh keluarga dijual pun belum bisa menutup hutangnya.
Hamba ini mendapat mengampunan hutang dari Raja kira-kira sebesar nilai tersebut diatas.

Sang Raja mengetahui bahwa hamba tersebut tidak mampu melunasi hutangnya (Mat 18:25), dan ia tergerak oleh belas kasihan sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya" (Mat 18:27).

Jadi bukan mengurangi, bukan menghapus sebagian, bukan membebankan masa kerja seumur hidup kepada hamba tersebut karena hutangnya, tetapi Raja itu menghapuskan sama sekali !
Tidak tersisa satu sen pun !
Hutang yang akan membebani keluarganya turun temurun pun sekarang hilang total karena telah di bebaskan.
Pengampunan tersebut adalah gambaran anugerah yang sangat besar.
Hal tersebut bisa terjadi karena hati Sang Raja yang tergerak oleh belas kasihan, yaitu kasih yang mendalam yang mampu merasakan penderitaan hambanya yang dijerat hutang dan tidak dapat melunasi.

Namun, dilain pihak hamba yang telah diampuni hutangnya itu gagal memahami teladan dari Raja yang telah mengampuninya.
Hamba tersebut tidak mengenal belas kasihan, ia menuntut pelunasan hutang dari sesamanya yang berhutang kepadanya hanya sebesar 100 Dinar (kira-kira Rp.10,000,000.--), jumlah yang sangat kecil jika dibandingkan dengan 10,000 Talenta (Rp. 6 Trilyun).

Karena sikap yang tidak berbelas kasihan oleh hamba ini mengubah belas kasihan (pengampunan) Raja atas dirinya.
Raja itupun menghukum dia dan memaksa dia berada di dalam hukuman sampai hutangnya lunas.


Kedua, anugerah pengampunan merupakan dasar kita mengampuni orang yang bersalah kepada kita.
Petrus bertanya kepada Yesus, katanya: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali ?" (Mat 18:21).
Lalu Yesus menjawab: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali" (Mat 18:22).

Petrus bertanya, sampai sejauh mana pengampunan itu harus diberikan apabila seorang itu melakukan kesalahan yang terus menerus?
Petrus menganggap dirinya telah menjalankan tradisi Yahudi, dengan bertanya kepada Yesus : Sampai tujuh kali kah ... ?

Di dalam tradisi Yahudi, pengampunan harus diberikan hingga 7 kali sebelum seseorang berhak kehabisan kesabaran dan tidak lagi memberikan pengampunannya.
Dalam Taurat juga ditetapkan peraturan pembalasan yang setimpal (lihat, Keluaran 21:24 dan Matius 5:38 ).
Sangkanya, pengampunan sebanyak 7 kali sudahlah hebat dan cukup.

Angka 7 adalah angka favorit dalam Alkitab :
▪ Dalam pemahaman orang Yahudi Melambangkan Perjanjian Kekudusan dan Pengudusan.
▪ Kandil (menorah/ kaki dian) memiliki "tujuh" lampu.
▪ Tindakan pendamaian dan pentahiran diselesaikan dengan "tujuh" kali percikan.
▪ Pengukuhan Sabat Yahudi termasuk Tahun Sabat, dan Tahun Yobel berdasarkan perhitungan angka "tujuh".
▪ Golongan Kristen Arab melakukan "Shalat sebanyak 7 kali," mengambil dari teladan dari Daud yang melakukan doa pujian 7 kali sehari.
* Mazmur 119:164
LAI TB, Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil.
KJV, Seven times a day do I praise thee because of thy righteous judgments ׃

Angka 7 adalah simbol umum untuk segala hubungan dengan Allah dan sangat familiar di kalangan Yahudi, angka 7 juga melambangkan perjanjian kekudusan dan pengudusan.
Dan Tuhan Yesus mengangkat permasalahan itu melampaui perhitungan praktis dengan mengatakan " tujuh puluh kali tujuh kali "
Tuhan Yesus mengoreksi apa yang yang dikatakan Petrus.
Pernyataan Tuhan Yesus tentang "tujuh puluh kali tujuh kali," sebaiknya tidak diartikan secara harfiah = 490 kali.

Angka 70 adalah hasil perkalian antara 7 (angka hubungan kudus) dikalikan 10 (angka sempurna absolut).

Angka "sepuluh" (Ibrani: עֶשֶׂר - 'ESER) merupakan angka sempurna yang absolut.
▪ Kemah suci terbuat dari "sepuluh" tenda dengan "sepuluh" firman Allah berada di Ruang Maha Kudus.

Maka Angka 70 tersebut dimaksudkan = Hubungan kudus yang sempurna.
Dan dalam pengajaran Tuhan Yesus, angka 70 itu masih dikalikan 7 lagi.
Untuk maksud tujuan hubungan dengan sesama memberikan pengampunan yang terus menerus sempurna atau dengan kata lain hal ini sama artinya dengan kita harus selalu mengampuni.

Mengapa kita harus selalu mengampuni orang yang bersalah kepada kita ?
Karena pengampunan merupakan natur dari Kerajaan Sorga.
Karena kita telah terlebih dahulu menerima anugerah pengampunan yang besar.
Kesalahan saudara kita relatif lebih kecil dibandingkan dengan hutang dosa kita kepada Allah.
Jadi jika Allah telah mengampuni kita, masakan kesalahan saudara kita yang hutangnya hanya sebesar 100 dinar (dapat dilunaskan dengan upah kerja selama 3,5 bulan saja) tidak kita ampuni?
Hal ini berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Musa: “mata ganti mata”.
Anugerah pengampunan ilahi adalah dasar untuk kita selalu mengampuni kesalahan saudara kita. 

Jadi maksud Tuhan Yesus pada frasa "tujuh puluh kali tujuh kali" itu adalah, bahwa murid-murid-Nya tidak mempunyai hak menentukan batas untuk mengampuni.
Hal ini selaras dengan apa yang dikatakan Tuhan Yesus dalam doa yang diajarkan-Nya tentang pengampunan :
.... dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami (Matius 6:12).

Dengan kata lain, kesediaan Allah untuk mengampuni kita tergantung pada kesediaan kita mengampuni orang lain :
"Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." (Matius 6:14-15)


Ketiga, anugerah pengampunan ilahi bisa dibatalkan.
Hamba yang berhutang 10.000 Talenta dikatakan bahwa "ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya" (Mat 18:27).

Kata "membebaskan" adalah terjemahan kata kerja Yunani "ἀπέλυσεν" (apelusen) dan "menghapuskan" atau "mengampuni" adalah "ἀφῆκεν" (aphēken).
Kedua kata kerja ini dalam bentuk aorist tense, yang menyatakan peritiswa yang definitif telah terjadi.


Maksudnya ialah, Sang Raja benar-benar telah membebaskan sang hamba dari segala kewajibannya untuk melunasi hutangnya serta Sang Raja benar-benar telah mengampuni sang hamba yang tidak mampu melunasi hutangnya tersebut, sehingga terbebas dari konsekuensi dimana istri, anak dan segala miliknya yang akan di dijual.
Hamba itu tidak hanya "merasa" telah dibebaskan dari hutangnya dan "merasa" telah diampuni, tetapi benar-benar benar telah dibebaskan dan diampuni.

Tetapi oleh karena ulahnya sendiri yang tidak dapat mengampuni orang lain, mengubah keputusan Raja atas dirinya.
Matius mencatat: "Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunasi seluruh hutangnya" (Mat 18:32‭-‬34).

Dengan kata lain, Pengampunan yang telah diterimanya dibatalkan. 
Ayat 35, merupakan konsekwensi dan keadilan Tuhan :
"Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu" (Mat 18:35).

Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu. (Matius 6:14-15)


Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.  (Kolose 3:13)

■ KESIMPULAN :

Mari kita belajar melepaskan pengampunan yang sejati.
Hari ini kita pikirkan orang yang paling kita benci.
Orang yang paling mendatangkan kerugian di dalam hidup kita dan berusahalah memberikan pengampunan yang tulus dan sejati.


Dalam I Korintus 13 Paulus mengajar bahwa kita harus mendasari semua yang kita lakukan diatas dasar Kasih, jika tidak demikian maka segala sesuatu yang kita lakukan tidak ada gunanya, Paulus menyebutnya “BAGAIKAN GONG YANG BERKUMANDANG DAN CANANG YANG GEMERINCING”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar