Sabtu, 29 Februari 2020

BUAH PERTOBATAN SEJATI (Lukas 19:1-10)


BUAH PERTOBATAN SEJATI (Lukas 19:1-10)

Oleh : Pdt. Erwan Musa


Pertobatan sejati seseorang di dalam Kristus seharusnya tidak berhenti sampai pada pengakuan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan juru selamat saja, tetapi pengakuan tersebut harus diikuti terus dengan suatu perubahan hidup yang nyata dalam tingkah laku dan perbuatannya.

Jadi perubahan yang terjadi dalam hidup kita, tidak berhenti sampai pada pengetahuan tentang siapa Kristus, tetapi juga mencakup perbuatan-perbuatan yang sungguh-sungguh menghormati dan mentaati Tuhan Yesus.

Pada kesempatan ini kita akan belajar melalui narasi yang di tulis oleh Lukas yaitu "Kisah Pertobatan Zakheus dan Pelayanan Yesus Kepada orang yang terabaikan yaitu Zakheus" pada Injil Lukas 19:1-10


ZAKHEUS

19:1  Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu.
19:2  Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya.
19:3  Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek.
19:4  Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. 
19:5  Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu."
19:6  Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita.
19:7 Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa."
19:8 Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan:  "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat."
19:9  Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham.
19:10  Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."


Perjumpaan Yesus dan Zakheus (Ayat 1 dan 2)

▪ Perjumpaan Tuhan Yesus dengan Zakheus terjadi di kota Yeriko, pada saat Yesus dalam perjalanan hendak ke Yerusalem.
▪ Yerikho pada zaman itu merupakan salah satu kota yang paling kuno di dunia yang terkenal dengan kayu Balsam dan buah Kurmanya.
▪ Yerikho juga merupakan suatu kota yang permai dan makmur dimana kota ini merupakan pos penting untuk memungut cukai atas berbagai-bagai barang. 
▪ Dan di Kota Yerikho tinggal banyak pemungut cukai yang dipandang rendah oleh pemuka-pemuka agama dan dibenci oleh rakyat, baik karena alasan keagamaan maupun alasan politik dan sosial.


Siapakah Zakheus ?

▪ Zakheus adalah seorang yang kaya dan berprofesi sebagai komisaris atau kepala pajak atas distrik Yerikho.
▪ Ia membeli posisi atau jabatan tersebut dari penguasa Romawi.
▪ Kala itu orang-orang Yahudi sangat membenci dan menjauhi orang-orang yang bekerja untuk Roma karena mereka sering (walau tidak selalu), memungut lebih (pungli) dari takaran yang seharusnya, biasanya ini merupakan cara bagaimana mereka mendapatkan harta yang lebih.
▪ Zakheus memang kaya tetapi tidak berbahagia hidupnya dan tidak dapat dihindarkan bahwa ia mengalami kesepian karena ia telah memilih jalan yang menjadikan dia seorang ”outcast” (seseorang yang dikucilkan).
▪ Zakheus tidak memiliki nama baik dalam kota itu, karena seorang pemungut cukai dianggap rendah dengan berbagai sudut pandang di berbagai bidang atau tepatnya di cap sebagai orang berdosa.


Zakheus Kepala Pemungut Cukai

▪ Pemungut Cukai (bahasa Latin: publicanus) adalah istilah yang digunakan bagi orang yang bertugas mengumpulkan pajak dari masyarakat Yahudi untuk diserahkan kepada pemerintah Romawi di Palestina sekitar abad pertama.
▪ Dengan demikian pemungut cukai adalah petugas pajak yang merupakan salah satu jenis pekerjaan di masyarakat Yahudi waktu itu.
▪ Akan tetapi profesi pemungut cukai dipandang buruk oleh masyarakat Yahudi di sekitar mereka bahkan cenderung dibenci oleh rakyat.
▪ Pemungut cukai adalah orang yang tidak menerima gaji apapun untuk pekerjaannya, tetapi ia boleh memungut sebanyak mungkin uang, sehingga ia mempunyai sisa yang agak banyak setelah membayar kepada pemerintah jumlah yang ditentukan.
▪ Dengan pengertian tersebut kemungkinan besar orang banyak beranggapan bahwa Zakheus memungut jauh lebih banyak dari apa yang seharusnya. 


Alasan orang Yahudi membenci semua Pemungut Cukai

▪ Karena memberatkan rakyat.
▪ Karena Pemungut Cukai menarik pajak untuk pemerintah Romawi yang dianggap musuh oleh rakyat.
▪ Cara yang digunakan para pemungut cukai sangat kejam dan tidak adil.

▪ Jadi Pemungut Cukai dipersepsikan sebagai orang berdosa, karena sebagai petugas pajak mereka adalah antek - antek bangsa Romawi penjajah bangsa Israel, karena mereka memungut pajak penghasilan dari warga Israel untuk disetorkan kepada wakil pemerintah Romawi di wilayah jajahan Israel.
▪ Pada zaman Zakheus, kota Yerikho menjadi pusat produksi dan ekspor untuk "Balsam Mekkah", sehingga kedudukan Zakheus sebagai kepala pemungut cukai di kota itu tentunya sangat penting dan menghasilkan kekayaan besar.


Syarat atau Kriteria Menjadi Pemungut Cukai pada jaman Zakheus

▪ Seorang pemungut cukai bukanlah orang sembarangan, sebab mereka perlu memiliki kemampuan menulis, membaca, dan berhitung.
▪ Selain itu, mereka harus memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan orang-orang, baik pejabat pemerintahan maupun rakyat biasa.


Sistem Pengumpulan Pajak

▪ Pajak merupakan salah satu pemasukan penting bagi pemerintahan Romawi.
▪ Pajak-pajak tidak dikenakan kepada warga negara Romawi, melainkan dikumpulkan dari wilayah-wilayah taklukannya.
▪ Pada awalnya, pemerintah Romawi mengumpulkan pajak melalui para pengusaha Romawi yang membayarkan pajak yang seharusnya dikumpulkan terlebih dahulu, baru kemudian mengumpulkan uang dari masyarakat di provinsi-provinsi taklukan.
▪ Cara-cara yang mereka lakukan relatif bebas, yang penting uang pajak yang dibayarkan ke pemerintah dapat tertutup dan juga ditambah dengan keuntungan untuk mereka sendiri.
▪ Di setiap kota dan desa, pengumpulan pajak dilakukan oleh agen-agen para pengusaha besar, yakni para pemungut cukai.
▪ Pada masa kemudian, sistem tersebut diubah sehingga bukan pengusaha Romawi yang menarik pajak melainkan masing-masing provinsi atau kota yang mengambil alih tugas mengumpulkan pajak.
▪ Dalam hal ini, pemerintah kota tetap menggunakan agen-agen yang sama yakni para pemungut cukai.


Jenis-Jenis Pajak

● Ada dua jenis pajak yang harus dibayarkan oleh penduduk taklukan Romawi, yakni pajak kepala (tributum capitis) dan pajak tanah (tributum soli).

▪ Pajak kepala adalah pajak tahunan yang dikenakan kepada setiap laki-laki dan perempuan yang berusia di atas 12 tahun dan di bawah 65 tahun.
▪ Kemudian, pajak tanah adalah pajak yang ditarik berdasarkan kualitas lahan dengan sistem prosentase, misalnya satu per sepuluh atau satu per dua belas dari keseluruhan hasil panen.

▪ Selain dua pajak utama tersebut, masih ada bea terhadap barang-barang tertentu yang memakai transportasi laut dan darat, seperti pakaian, makanan, barang kerajinan, dan budak.
▪ Selain jenis-jenis pajak yang dibayarkan kepada pemerintah Romawi, masih ada satu jenis pajak yang dibayarkan orang-orang Yahudi ke Yerusalem setiap tahunnya untuk pemeliharaan Bait Suci.
▪ Setelah kehancuran Bait Suci tahun 70 M, semua orang Yahudi diwajibkan membayar pajak khusus kepada pemerintah Romawi sebagai ganti pembayaran pajak ke Yerusalem.


Usaha Zakheus melihat Yesus (ayat 3-4)

▪ Dengan statusnya yang sudah dijelaskan dalam ayat 2, kini Zakheus memiliki keinginan untuk melihat Yesus. 
▪ Motif Zakheus memang tidak dijelaskan dalam perikop ini mengapa ia ingin melihat orang apakah Yesus, tetapi di ayat 3 menggambarkan suatu sosok yang rindu untuk bertemu dengan Yesus apalagi dengan pandangan umum terhadapnya. 
▪ Zakheus penasaran dengan sikap Yesus apakah sama atau berbeda dengan pandangan semua orang yang telah diterimanya. 
▪ Walaupun Zakheus belum mengenal Tuhan Yesus, namun dia berusaha untuk melihat Tuhan Yesus.
▪ Keinginannya untuk melihat Yesus muncul mungkin kerena sebelumnya Zakheus pernah mendengar berita-berita yang menghebohkan tentang Tuhan Yesus, sehingga muncul rasa penasaran untuk melihat seperti apa Yesus itu.
▪ Hal ini juga dapat disebabkan oleh figur Yesus yang saat itu menarik dan terkenal, sehingga jelas bahwa banyak orang sangat ingin bertemu atau melihat Yesus bukan hanya Zakheus saja. 
▪ Di tengah keinginannya yang begitu kuat, ada suatu penghalang yang membuat ia tidak dapat melihat Yesus yaitu mengenai postur tubuhnya yang kecil/pendek dengan banyaknya orang.
▪ Dengan penghalang tersebut, reaksi Zakheus sangat mengagumkan. 
Ia tidak putus asa, ia tidak menyerah ataupun meredamkan keinginannya untuk melihat Yesus namun ia melakukan suatu usaha yaitu dengan berlari mendahului orang banyak.
▪ Bagi Zakheus, ini bukan sesuatu yang mudah karena dengan postur tubuh yang tersebut demikian, untuk berlari dan mendahului orang banyak membutuhkan suatu tekad dan dorongan yang kuat juga dengan cukup tenaga. 
▪ Walaupun demikian, ia menetapkan hatinya untuk siap di rendahkan dan diejek.
Suatu hal yang unik terjadi ketika Zakheus menemukan jalan keluar yaitu dengan menemukan pohon Ara yang ia jadikan sarana untuk melihat Yesus. 
▪ Zakheus menemukan cara yaitu dengan memanjat pohon tersebut, karena saat itu posisi Yesus akan melewati pohon tersebut, dan tindakan Zakheus untuk melihat Yesus dengan cara yang unik ini memperlihatkan perjuangannya yang dapat dikatakan gigih dan ia juga melupakan status sosialnya sebagai Kepala Pemungut Cukai.
▪ Frasa berjalan terus melintasi Yerikho menggambarkan bahwa Yesus tidak bermaksud untuk tinggal di Yerikho dan Dia hanya melewati Kota tersebut.


Inisiatif Yesus (ayat 5)

▪ Yesus membuat suatu hal yang mengejutkan, Ia melihat ke atas dan memanggil Zakheus dengan namanya. 
▪ Teks ini tidak memberi tahu bagaimana Yesus mengetahui nama Zakheus sehingga ada beberapa kemungkinan, bisa jadi Yesus mengetahui nama Zakheus secara supranatural (seperti pada Yohanes 1:47-48) atau mendengar orang-orang yang memanggil Zakheus atau mungkin juga Lewi atau Matius yang saat itu telah menjadi murid Yesus yang juga merupakan mantan Pemungut Cukai yang memberitahu Yesus, atau bisa juga Yesus bertanya kepada orang-orang siapa nama Zakheus,
▪ Ungkapan Yesus : Aku “harus” menumpang di rumahmu, ini merupakan sebuah ungkapan yang memberi pesan yang kuat.
▪ Tekanan ini menunjukkan suatu pengdeklarasian bahwa Yesus memiliki maksud dan tujuan mendesak yang tersirat, pasti dilaksanakan dan bukan hanya sekedar keinginan belaka. 
▪ Sikap Yesus ini membuat terkejut orang-orang yang ada pada saat itu, mereka semua seakan-akan heran dan menjadi hal yang aneh karena Yesus melakukan hal tersebut.
▪ Jadi dalam ayat 5 ini Lukas menonjolkan beberapa tindakan yang kontras/berbeda untuk menunjukan bahwa perjumpaan Tuhan Yesus dan Zakheus sesungguhnya merupakan inisiatif dan kasih Tuhan Yesus kepada Zakheus, bukan sebaliknya.

● Adapun kontras yang dimaksud adalah:
* Bukan Zakheus yang memanggil Tuhan Yesus, tetapi Tuham Yesus yang memanggil nama Zakheus.
* Bukan Zakheus yang mengundang Tuhan Yesus, tetapi Tuhan Yesus yang berinisiatif dengan penuh hasrat untuk menumpang di rumah Zakheus


Respon Zakheus: Menerima Yesus (ayat 6)

▪ Respon Zakheus dalam ayat 6 ini menunjukkan antusias, kegirangannya dan penuh sukacitanya atas pernyataan Yesus, ketika Yesus berkata bahwa Ia akan singgah di rumahnya pada hari itu, dan ketika ia menemukan seorang Sahabat baru yang mengagumkan, sehingga dengan segera Zakheus mengambil sebuah keputusan.
▪ Keputusan Zakheus ini bukanlah penolakan namun menerima perintah Yesus dengan sukacita. 
Respon Zakheus tidak secara eksplisit mencerminkan iman tetapi tindakan itu cukup jelas dimana Yesus menaggapinya secara dalam.
▪ Tindakan tersebut menyiratkan harapan dan iman Zakheus kepada sesuatu yang lebih dari sekedar ‘menumpang di rumahnya’ tetapi menunjukkan akan ada kepastian sesuatu yang berharga yang akan diterimanya. 


Respon orang banyak (ay. 7).

▪ Pada ayat-ayat sebelumnya, belum diceritakan bahwa Yesus telah masuk rumah Zakheus, namun dari pernyataan “Ia menumpang di rumah orang berdosa”, dapat ditafsirkan bahwa gerutu semua orang, menunjukkan bahwa saat itu terjadi saat Yesus telah sampai di rumah Zakheus. 
▪ Dengan demikian, terdapat pemindahan lokasi yang tadinya berada di luar (di jalan), sekarang telah berada di dalam rumah zakheus. 
▪ Hal ini didukung dengan ayat 8 yang langsung menjelaskan baha Zakheus berdiri dan melakukan suatu tindakan yang berada didalam rumah, sehingga dapat disimpulkan dari pemindahan tempat ini, penulis Lukas memadatkan narasinya karena cerita ini tidak menjelaskan proses perjalanan Yesus dan Zakheus ke rumah Zakheus.

▪ Ketika orang banyak mendengar pernyataan Yesus kepada Zakeus (ayat 5), bahwa Yesus hendak menumpang di rumah Zakheus, mereka "semua" bersungut-sungut.
Dalam bentuk kata kerja Yunani, orang-orang ini bukan saja bersungut-sungut, tetapi "terus bersungut-sungut."
▪ Bersungut-sungut sama dengan kata “menggerutu”, “mengecam” atau “mengucapkan kata-kata celaan”, ini merupakan ungkapan sinis dan tidak senang.
▪ Alasan orang banyak terus-menerus bersungut-sungut adalah karena Zakheus adalah orang berdosa.
▪ Pemimpin-pemimpin Farisi mengajarkan bahwa orang yang berdosa tidak layak untuk bersekutu dengan orang benar, sehingga orang banyak pada saat itu menilai bahwa tindakan dan keputusan Yesus merupakan hal yang memalukan, karena Yesus berkata akan menumpang di rumah Zakheus.

▪ Bagian ini setidaknya menunjukan bahwa sekalipun orang banyak tersebut berada di dekat Tuhan Yesus, namun sesungguhnya mereka tidak mengenal pribadi Yesus dan tujuan Yesus datang ke dalam dunia.
▪ Kehadiran Kristus di antara manusia berdosa bertujuan untuk menyelamatkan manusia berdosa. Itulah sebabnya Yesus "harus" menumpang di rumah Zakheus.
▪ Jadi pada waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa, berkatalah mereka kepada murid-murid-Nya:
"Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" (Markus 2:16)
▪ Ada sebuah jawaban yang menyejukkan dari Yesus mengapa ia mau makan dengan seorang berdosa petugas pajak, di ayat selanjutnya tertulis :
Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka:
"Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." (Markus 2:17)


Pertobatan Zakheus (ayat 8)

▪ Pada ayat 8, di katakan Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan. 
Tidak disebutkan kapan ia mengucapkan kata-kata itu, namun sangat mungkin ia mengatakannya sesudah makan, yaitu sesudah dia mengamati sikap Tuhan dan mendengar kata-kata-Nya.
▪ Zakheus melihat Yesus membawanya kepada suatu tindakan yang menunjukkan kepada perubahan yang mengejutkan dan memberi respon bahwa "ia akan memberi setengah dari hartanya kepada orang miskin dan mengembalikan apa yang sekiranya telah ia peras dengan empat kali lipat". 
▪ Hal ini menunjukkan pertobatan Zakheus yang sungguh-sungguh. 
▪ Memberi adalah pengalaman yang baru untuk Zakheus karena sebelumnya ia hanya tertarik untuk mengambil, di ayat 8 ia mengatakan bahwa sekiranya ”ada sesuatu yang kuperas” menunjuk pada jenis kalimat bersyarat yang dipakai, dalam teks Yunani mempunya makna "memperlihatkan bahwa ia sadar betul telah memeras uang dari orang lain".
▪ Zakheus melakukan tindakan yang sangat radikal, karena restitusi yang normal dalam PL untuk menebus kecurangan atau kejahatannya tersebut, ia harus mengganti 20% dari nilai yang hilang, tetapi tindakan yang ia lakukan melebihi ketetapan yang seharusnya, ia menanggung selayaknya sebagai pencuri binatang (Kel. 22:1).
▪ Inisiatif untuk memberi kepada orang miskin juga datang dari hati Zakheus sendiri, bukan karena ditantang oleh Tuhan Yesus (bdk. orang muda yang kaya di 18:18-27).
▪ Ia memberikan 50% dari seluruh kekayaannya, padahal dalam tradisi kerabian Yahudi memberikan 20% sudah dianggap sangat murah hati.
▪ Dalam peraturan restitusi di PL, apabila seseorang mengambil milik orang lain, Hukum Taurat menuntut untuk mengembalikannya sejumlah yang di ambil + 1/5 dari nilai yang hilang (Im 5:16; Im 6:5; Bil 5:7) atau 4-5 kali lipat (Kel. 22:1)
Artinya wajib mengembalikan 120 %, namun Zakheus mengembalikan bukan 120% tetapi 400%, di tambah 1/2 dari hartanya akan di berikan kepada orang miskin (hal yang sangat mulia)
▪ Jadi Zakheus membayar kerugian lebih dari yang seharusnya, ia mengganti dengan nilai yang tertinggi.
▪ Perubahan radikal yang terjadi pada diri Zakheus, setidaknya menunjukan sebuah kebenaran bahwa keselamatan kekal yang diterima melalui iman kepada Tuhan Yesus ditandai dengan suatu pertobatan, dan pertobatan itu harus dibuktikan dengan suatu perubahan yang radikal dalam cara dan perbuatan hidup.
Jadi Pertobatan bukanlah hanya sebuah penyesalan dosa, melainkan suatu perubahan pola pikir dan pola hidup seseorang, inilah iman dan pertobatan yang sejati.

Penjelasan dan Pernyataan Tuhan Yesus (ay. 9-10)

▪ Pernyataan Tuhan Yesus yang berkata : "Hari ini keselamatan telah terjadi kepada rumah Zakheus" (ayat 9), mempunyai makna bahwa Tuhan Yesus hendak menekankan sebuah kepastian bahwa Zakheus sungguh-sungguh telah mengalami pertobatan yang sejati.
▪ Keselamatan kepada rumah ini, berarti bahwa keselamatan tersebut juga untuk setiap orang yang bertemu, yang datang dan yang menerima untuk diselamatkan.
▪ Dilanjutkan dengan pernyataan bahwa Zakheus adalah keturunan Abraham (ayat 10).
Harus dipahami bahwa kategori sebagai keturunan Abraham sesungguhnya ditentukan oleh respon terhadap panggilan atau keselamatan dari Tuhan Yesus (sesuai dengan janji berkat keselamatan yang Tuhan janjikan melalui Abraham), dan bukan karena bawaan etnis/biologis yang bertentangan dengan cara berpikir orang banyak pada saat itu dan orang-orang Farisi.
Galatia 3:16 :
Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan "kepada keturunan-keturunannya" seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: "dan kepada keturunanmu", yaitu Kristus.
▪ Jadi Keselamatan Zakheus menjadi penggenapan dari misi Kristus datang ke dunia (ay. 10).


Kesimpulan :
Selagi masih ada kesempatan, mari kita berusaha sungguh-sungguh menghasilkan buah kehidupan yang sesuai dengan pertobatan, dengan cara menghargai dan meresponi Kasih KaruniaNya seperti yang di lakukan oleh Zakheus, karena Pertobatan bukanlah hanya sebuah penyesalan dosa, melainkan suatu perubahan pola pikir dan pola hidup.

Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. (Matius 3:8)

Selasa, 25 Februari 2020

PENGAMPUNAN YANG DIBATALKAN


PENGAMPUNAN YANG DIBATALKAN

Oleh : Pdt. Erwan Musa


Pengampunan dosa adalah misi utama Tuhan Yesus datang ke dunia, dan Ia pun mengajar kepada murid-muridNya untuk mengampuni seperti yang Ia lakukan.
Mengampuni merupakan salah satu ajaran Kristiani yang terkenal.
Ajaran Yesus tentang mengampuni inipun diabadikan dan ditulis dalam salah satu injil dalam Alkitab oleh Matius.
Kita dapat membaca ajaran Yesus tentang mengampuni di dalam Matius 18:21-35.

Perumpamaan tentang pengampunan 


18:21 Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?"
18:22 Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.
18:23 Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya.
18:24 Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta.
18:25 Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya.
18:26 Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan.
18:27 Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.
18:28 Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu!
18:29 Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan.
18:30 Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya.
18:31 Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka.
18:32 Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku.
18:33 Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?
18:34 Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.
18:35 Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."  (Matius 18:21-35)


■  Ada beberapa hal yang dapat kita pelajari dari pembacaan kita tersebut diatas :

Pertama, pengampunan ilahi adalah anugerah Tuhan yang besar.
Bagaimana mungkin hal tersebut bukan anugerah yang besar ?
Kita bisa membayangkan bagaimana seorang Raja yang merupakan gambaran Allah melakukan perhitungan utang piutang dengan bijaksana, penuh belas kasihan dan murah hati.

▪ Dikatakan bahwa di dapati seorang hamba berhutang 10.000 Talenta.
▪ Talenta adalah ‘mata uang’ tertinggi pada waktu itu.
▪ Pada umumnya Satu Talenta = 34 Kg atau 6.000 Dinar dan 10.000 Talenta sama dengan 60 Juta Dinar.
▪ Jika upah satu hari kerja seorang hamba adalah 1 dinar, maka hamba itu harus melunasi hutang selama 60 Juta hari kerja, dengan kata lain hutang yang tak dapat dilunasi.

1 Dinar adalah upah pekerja 1 hari (Matius 20:2,13).
Katakanlah upah kerja minimum sekarang ± Rp. 100,000.-- per hari.

Dengan demikian, hutang yang dimaksud dalam Matius 18:24 di atas menurut pengandaian adalah sebesar Rp.100.000 X 60.000.000 hari kerja = 6 Trilyun, sebuah jumlah yang sangat besar, dan bagaimana mungkin utang sebesar ini dapat dilunasi ?
Walaupun seluruh harta bersama dengan seluruh keluarga dijual pun belum bisa menutup hutangnya.
Hamba ini mendapat mengampunan hutang dari Raja kira-kira sebesar nilai tersebut diatas.

Sang Raja mengetahui bahwa hamba tersebut tidak mampu melunasi hutangnya (Mat 18:25), dan ia tergerak oleh belas kasihan sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya" (Mat 18:27).

Jadi bukan mengurangi, bukan menghapus sebagian, bukan membebankan masa kerja seumur hidup kepada hamba tersebut karena hutangnya, tetapi Raja itu menghapuskan sama sekali !
Tidak tersisa satu sen pun !
Hutang yang akan membebani keluarganya turun temurun pun sekarang hilang total karena telah di bebaskan.
Pengampunan tersebut adalah gambaran anugerah yang sangat besar.
Hal tersebut bisa terjadi karena hati Sang Raja yang tergerak oleh belas kasihan, yaitu kasih yang mendalam yang mampu merasakan penderitaan hambanya yang dijerat hutang dan tidak dapat melunasi.

Namun, dilain pihak hamba yang telah diampuni hutangnya itu gagal memahami teladan dari Raja yang telah mengampuninya.
Hamba tersebut tidak mengenal belas kasihan, ia menuntut pelunasan hutang dari sesamanya yang berhutang kepadanya hanya sebesar 100 Dinar (kira-kira Rp.10,000,000.--), jumlah yang sangat kecil jika dibandingkan dengan 10,000 Talenta (Rp. 6 Trilyun).

Karena sikap yang tidak berbelas kasihan oleh hamba ini mengubah belas kasihan (pengampunan) Raja atas dirinya.
Raja itupun menghukum dia dan memaksa dia berada di dalam hukuman sampai hutangnya lunas.


Kedua, anugerah pengampunan merupakan dasar kita mengampuni orang yang bersalah kepada kita.
Petrus bertanya kepada Yesus, katanya: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali ?" (Mat 18:21).
Lalu Yesus menjawab: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali" (Mat 18:22).

Petrus bertanya, sampai sejauh mana pengampunan itu harus diberikan apabila seorang itu melakukan kesalahan yang terus menerus?
Petrus menganggap dirinya telah menjalankan tradisi Yahudi, dengan bertanya kepada Yesus : Sampai tujuh kali kah ... ?

Di dalam tradisi Yahudi, pengampunan harus diberikan hingga 7 kali sebelum seseorang berhak kehabisan kesabaran dan tidak lagi memberikan pengampunannya.
Dalam Taurat juga ditetapkan peraturan pembalasan yang setimpal (lihat, Keluaran 21:24 dan Matius 5:38 ).
Sangkanya, pengampunan sebanyak 7 kali sudahlah hebat dan cukup.

Angka 7 adalah angka favorit dalam Alkitab :
▪ Dalam pemahaman orang Yahudi Melambangkan Perjanjian Kekudusan dan Pengudusan.
▪ Kandil (menorah/ kaki dian) memiliki "tujuh" lampu.
▪ Tindakan pendamaian dan pentahiran diselesaikan dengan "tujuh" kali percikan.
▪ Pengukuhan Sabat Yahudi termasuk Tahun Sabat, dan Tahun Yobel berdasarkan perhitungan angka "tujuh".
▪ Golongan Kristen Arab melakukan "Shalat sebanyak 7 kali," mengambil dari teladan dari Daud yang melakukan doa pujian 7 kali sehari.
* Mazmur 119:164
LAI TB, Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil.
KJV, Seven times a day do I praise thee because of thy righteous judgments ׃

Angka 7 adalah simbol umum untuk segala hubungan dengan Allah dan sangat familiar di kalangan Yahudi, angka 7 juga melambangkan perjanjian kekudusan dan pengudusan.
Dan Tuhan Yesus mengangkat permasalahan itu melampaui perhitungan praktis dengan mengatakan " tujuh puluh kali tujuh kali "
Tuhan Yesus mengoreksi apa yang yang dikatakan Petrus.
Pernyataan Tuhan Yesus tentang "tujuh puluh kali tujuh kali," sebaiknya tidak diartikan secara harfiah = 490 kali.

Angka 70 adalah hasil perkalian antara 7 (angka hubungan kudus) dikalikan 10 (angka sempurna absolut).

Angka "sepuluh" (Ibrani: עֶשֶׂר - 'ESER) merupakan angka sempurna yang absolut.
▪ Kemah suci terbuat dari "sepuluh" tenda dengan "sepuluh" firman Allah berada di Ruang Maha Kudus.

Maka Angka 70 tersebut dimaksudkan = Hubungan kudus yang sempurna.
Dan dalam pengajaran Tuhan Yesus, angka 70 itu masih dikalikan 7 lagi.
Untuk maksud tujuan hubungan dengan sesama memberikan pengampunan yang terus menerus sempurna atau dengan kata lain hal ini sama artinya dengan kita harus selalu mengampuni.

Mengapa kita harus selalu mengampuni orang yang bersalah kepada kita ?
Karena pengampunan merupakan natur dari Kerajaan Sorga.
Karena kita telah terlebih dahulu menerima anugerah pengampunan yang besar.
Kesalahan saudara kita relatif lebih kecil dibandingkan dengan hutang dosa kita kepada Allah.
Jadi jika Allah telah mengampuni kita, masakan kesalahan saudara kita yang hutangnya hanya sebesar 100 dinar (dapat dilunaskan dengan upah kerja selama 3,5 bulan saja) tidak kita ampuni?
Hal ini berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Musa: “mata ganti mata”.
Anugerah pengampunan ilahi adalah dasar untuk kita selalu mengampuni kesalahan saudara kita. 

Jadi maksud Tuhan Yesus pada frasa "tujuh puluh kali tujuh kali" itu adalah, bahwa murid-murid-Nya tidak mempunyai hak menentukan batas untuk mengampuni.
Hal ini selaras dengan apa yang dikatakan Tuhan Yesus dalam doa yang diajarkan-Nya tentang pengampunan :
.... dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami (Matius 6:12).

Dengan kata lain, kesediaan Allah untuk mengampuni kita tergantung pada kesediaan kita mengampuni orang lain :
"Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." (Matius 6:14-15)


Ketiga, anugerah pengampunan ilahi bisa dibatalkan.
Hamba yang berhutang 10.000 Talenta dikatakan bahwa "ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya" (Mat 18:27).

Kata "membebaskan" adalah terjemahan kata kerja Yunani "ἀπέλυσεν" (apelusen) dan "menghapuskan" atau "mengampuni" adalah "ἀφῆκεν" (aphēken).
Kedua kata kerja ini dalam bentuk aorist tense, yang menyatakan peritiswa yang definitif telah terjadi.


Maksudnya ialah, Sang Raja benar-benar telah membebaskan sang hamba dari segala kewajibannya untuk melunasi hutangnya serta Sang Raja benar-benar telah mengampuni sang hamba yang tidak mampu melunasi hutangnya tersebut, sehingga terbebas dari konsekuensi dimana istri, anak dan segala miliknya yang akan di dijual.
Hamba itu tidak hanya "merasa" telah dibebaskan dari hutangnya dan "merasa" telah diampuni, tetapi benar-benar benar telah dibebaskan dan diampuni.

Tetapi oleh karena ulahnya sendiri yang tidak dapat mengampuni orang lain, mengubah keputusan Raja atas dirinya.
Matius mencatat: "Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunasi seluruh hutangnya" (Mat 18:32‭-‬34).

Dengan kata lain, Pengampunan yang telah diterimanya dibatalkan. 
Ayat 35, merupakan konsekwensi dan keadilan Tuhan :
"Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu" (Mat 18:35).

Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu. (Matius 6:14-15)


Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.  (Kolose 3:13)

■ KESIMPULAN :

Mari kita belajar melepaskan pengampunan yang sejati.
Hari ini kita pikirkan orang yang paling kita benci.
Orang yang paling mendatangkan kerugian di dalam hidup kita dan berusahalah memberikan pengampunan yang tulus dan sejati.


Dalam I Korintus 13 Paulus mengajar bahwa kita harus mendasari semua yang kita lakukan diatas dasar Kasih, jika tidak demikian maka segala sesuatu yang kita lakukan tidak ada gunanya, Paulus menyebutnya “BAGAIKAN GONG YANG BERKUMANDANG DAN CANANG YANG GEMERINCING”.